Anda di halaman 1dari 6

DRAFT STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN KHUSUS ACEH

(Berdasarkan Permendikbud nomor 32 tahun 2018)


Oleh: Drs. Marzuki, M.Pd.

1. STANDAR ISI (Permendikbud Nomor 157 Tahun 2014 pasal 8):

Kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan atau


berkebutuhan khusus merupakan Kurikulum 2013 PAUD, Kurikulum 2013
SD/MI, Kurikulum 2013 SMP/MTs, Kurikulum 2013 SMA/MA, dan
Kurikulum 2013 SMK/MAK yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus
peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus.

(Sumber Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 157 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Pendidikan
Khusus)

(Pasal 8)
(2) Kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan atau
berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperuntukkan bagi peserta didik berkelainan atau berkebutuhan
khusus yang disertai hambatan intelektual, komunikasi dan interaksi,
dan perilaku.
(3) Kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan atau
berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disediakan
bagi peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus yang
mengikuti pendidikan pada: a. satuan pendidikan khusus; atau b.
satuan pendidikan reguler dikelas khusus.
(4) Kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan atau
berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi
program umum, program kebutuhan khusus, dan program
kemandirian.

(Pasal 9)
(1) Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunanetra dan
tunadaksa ringan kelas I SDLB/MILB sampai dengan kelas XII
SMALB/MALB atau SMKLB/MAKLB disetarakan dengan muatan
kurikulum pendidikan regular Pendidikan Anak Usia Dini sampai
dengan kelas VIII SMP/MTs ditambah program kebutuhan khusus dan
program pilihan kemandirian.
(2) Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunarungu
kelas I SDLB/MILB sampai dengan kelas XII SMALB/MALB atau
SMKLB/MAKLB disetarakan dengan muatan kurikulum pendidikan
regular Pendidikan Anak Usia Dini sampai dengan kelas VI SD/MI
ditambah program kebutuhan khusus dan program pilihan
kemandirian.
(3) Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunagrahita
ringan, tunadaksa sedang, dan autis kelas I SDLB/MILB sampai dengan
kelas XII SMALB/MALB atau SMKLB/MAKLB disetarakan dengan
muatan kurikulum pendidikan regular Pendidikan Anak Usia Dini
sampai dengan kelas IV SD/MI ditambah program kebutuhan khusus
dan program pilihan kemandirian.
(4) Muatan kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik tunagrahita
sedang kelas I SDLB/MILB sampai dengan kelas XII SMALB/MALB atau
SMKLB/MAKLB disetarakan dengan muatan kurikulum pendidikan
regular Pendidikan Anak Usia Dini sampai dengan kelas II SD/MI
ditambah program kebutuhan khusus dan program pilihan
kemandirian.

(Pasal 10)
(1) Program kebutuhan khusus pada kurikulum pendidikan reguler
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dan pada kurikulum
pendidikan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4)
dikembangkan sebagai penguatan bagi peserta didik berkelainan untuk
meminimalkan hambatan dan meningkatkan capaian kompetensi secara
optimal.
(2) Program kebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup: a. pengembangan orientasi dan mobilitas, terutama bagi
peserta didik tunanetra; b. pengembangan komunikasi, persepsi, bunyi,
dan irama, terutama bagi peserta didik tunarungu; c. pengembangan
binadiri, terutama bagi peserta didik tunagrahita; d. pengembangan
binadiri dan binagerak, terutama bagi peserta didik tunadaksa; e.
pengembangan pribadi dan perilaku sosial, terutama bagi peserta didik
tunalaras; dan f. pengembangan interaksi, komunikasi, dan perilaku,
terutama bagi peserta didik autis;
(3) Program kebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan alokasi waktu sesuai dengan kebutuhan peserta didik
berkelainan atau berkebutuhan khusus.

(Pasal 11)
(1) Program pilihan kemandirian pada kurikulum pendidikan khusus bagi
peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) dikembangkan sebagai penguatan bagi
peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus untuk bekal hidup
mandiri, tidak tergantung pada orang lain, dan untuk bekal persiapan
bekerja.
(2) Program pilihan kemandirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup: a. teknologi informasi dan komputer; b. akupressur; c.
elektronika; d. otomotif; e. pariwisata; f. tata kecantikan; g. tata boga; h.
tata busana; i. komunikasi; j. jurnalistik; k. seni pertunjukan; dan l.
seni rupa dan kriya.
(3) Program pilihan kemandirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan alokasi waktu sesuai dengan kebutuhan peserta didik
berkelainan atau berkebutuhan khusus.

(Pasal 15)
(1) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa diselenggarakan pada satuan pendidikan
reguler.
(2) Progam pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat berupa: a. program
pengayaan; dan/atau b. program percepatan.
(3) Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa pada SD/MI atau bentuk
lain yang sederajat dapat dilakukan di: a. kelas biasa dengan progam
pengayaan; dan/atau b. kelas khusus dengan program percepatan.

2. STANDAR PROSES

Standar Proses sama dengan standar proses pada pendidikan reguler tetapi
menyesuaikan dengan kondisi anak dan sekolah pada pendidikan khusus.

Perlengkapan dasar Peserta Didik Pendidikan Khusus (BAB III Pasal 15):
Perlengkapan dasar Peserta Didik pendidikan khusus meliputi:
a. materi ajar sesuai dengan ragam disabilitas; dan
b. perlengkapan belajar.
Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik sebagai berikut:
a. 1 (satu) paket materi ajar sesuai dengan ragam disabilitas dan sesuai
dengan kurikulum per Peserta Didik per tahun; dan
b. 1 (satu) set perlengkapan belajar berupa buku tulis dan alat tulis
dalam kondisi baru per Peserta Didik per semester.

Pencapaian pemenuhan SPM Pendidikan pada pendidikan khusus (BAB


IV Pasal 56):

Pencapaian pemenuhan SPM Pendidikan pada pendidikan khusus


dilakukan dengan cara:
a. menghitung jumlah anak usia 4 (empat) sampai dengan 18 (delapan
belas) tahun pada provinsi yang bersangkutan;
b. menghitung jumlah anak usia 4 (empat) sampai dengan 18 (delapan
belas) tahun yang sudah tamat atau sedang belajar di pendidikan
khusus; dan
c. menghitung persentase jumlah anak sebagaimana dimaksud dalam
huruf b dibagi dengan jumlah anak sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.

3. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Standar Kompetensi Lulusan sama dengan standar kompetensi lulusan


pada pendidikan reguler tetapi menyesuaikan dengan kondisi anak dan
sekolah pada pendidikan khusus.
4. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Standar Jumlah dan Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pendidikan Khusus (BAB III Pasal 39):
Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan pada
pendidikan khusus terdiri atas:
a. jenis pendidik dan tenaga kependidikan;
b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan
c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.

Jenis pendidik terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran sesuai
dengan ketentuan perundangundangan.

Jenis tenaga kependidikan terdiri atas:


a. kepala sekolah; dan
b. tenaga penunjang lainnya.

Kualitas pendidik sebagai berikut:


a. paling rendah memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana
(S1); dan
b. memiliki sertifikat pendidik.

Kualitas tenaga kependidikan sebagai berikut:


a. kepala sekolah:
1. paling rendah memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana
(S1);
2. memiliki sertifikat pendidik; dan
3. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan calon kepala
sekolah.
b. tenaga penunjang lainnya paling rendah memiliki ijazah SMA/sederajat.

Tata Cara Pemenuhan Standar Jumlah dan Kualitas Pendidik dan


Tenaga Kependidikan Pendidikan Khusus (BAB III Pasal 47):

Pemenuhan jumlah pendidik pada pendidikan khusus didasarkan pada tata


cara perhitungan pemenuhan kebutuhan pendidik dengan memperhatikan
hal sebagai berikut:
a. jumlah rombongan belajar pada satuan pendidikan;
b. kewajiban pemenuhan beban mengajar; dan
c. jumlah jam mata pelajaran dalam struktur kurikulum yang diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemenuhan jumlah tenaga kependidikan pada pendidikan khusus


didasarkan pada tata cara perhitungan pemenuhan tenaga kependidikan
sebagai berikut:
a. 1 (satu) kepala sekolah per satuan pendidikan; dan
b. 1 (satu) tenaga penunjang lainnya per satuan pendidikan.

5. STANDAR SARANA DAN PRASARANA


Tata Cara Pemenuhan Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau
jasa (BAB III Pasal 24):
1) Pemenuhan materi ajar pada pendidikan khusus yang diperuntukkan
bagi Peserta Didik yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta
Didik.
2) Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada pendidikan khusus
diberikan pada setiap awal tahun.
3) Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang
berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah Daerah dalam 1 (satu) tahun dilaksanakan dengan
cara sebagai berikut:
a. Jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak
mampu dikali 1 (satu) paket materi ajar sesuai dengan ragam
disabilitas dikali biaya satuan materi ajar; dan
b. Jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak
mampu dikali 2 (dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan
buku tulis dan alat tulis.
4) Biaya satuan materi ajar dan biaya satuan buku tulis dan alat tulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan standar biaya
masing-masing daerah.

6. STANDAR PENGELOLAAN

Standar Pengelolaan sama dengan standar pengelolaan pada pendidikan


reguler tetapi menyesuaikan dengan kondisi anak dan sekolah pada
pendidikan khusus.

7. STANDAR PEMBIAYAAN

Standar Pembiayaan Pendidikan (BAB III Pasal 16):


Pembiayaan pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah dibebankan kepada Pemerintah Daerah untuk:
a. pendidikan dasar; dan
b. pendidikan menengah bagi daerah yang telah melaksanakan wajib
belajar 12 (dua belas) tahun.

Dalam hal daerah yang belum melaksanakan wajib belajar 12 (dua belas)
tahun, maka pembiayaan pendidikan menengah bagi satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dibebankan kepada Peserta
Didik atau orangtua/wali.

Besaran nilai pembiayaan pendidikan yang dibebankan kepada Peserta


Didik atau orangtua/wali untuk pendidikan menengah bagi satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah ditetapkan oleh
gubernur sesuai dengan standar biaya yang berlaku di daerah setempat.
Kepala satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
menetapkan besaran pembiayaan pendidikan setelah mendapatkan
pertimbangan dari komite sekolah.

8. STANDAR PENILAIAN

Standar Penilaian sama dengan standar penilaian pada pendidikan reguler


tetapi menyesuaikan dengan kondisi anak dan sekolah pada pendidikan
khusus.

Anda mungkin juga menyukai