Disusun Oleh:
RIRI ANGGRIANINGSIH
1701270048
WILLY YOWANSYAH
1701270118
PUTRA DEWAN PRATAMA
1801270036
INDAH SAVIRA MUDA LUBIS
1801270071
Kelas :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Ayat dan Hadits dengan judul “Wasiat dan Pembagian
Harta Waris”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wasiat adalah amanah yang diberikan seseorang menjelang ajalnya atau dia membuat dan
berwasiat dalam keadaan sedang sehat, artinya bukan ketika menjelang ajal.Wasiat dapat
dipandang sebagai bentuk keinginan pemberi wasiat yang ditumpahkan kepada orang yang
diberi wasiat.Oleh karena itu, tidak semua wasiat berbentuk harta. Adapula wasiat yang
berkaitan dengan hak kekuasaan yang akan dijalankan sesudah ia meninggal dunia, misalnya
seorang berwasiat kepada orang lain supaya mendidik anaknya kelak, membayar utangnya ,
atau mengembalikan barang pinjamannya sesudah si pemberi wasiat itu meninggal dunia.
Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya
ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan
dengan cara yang legal. Syariat Islam juga menetapkan hak pemindahan kepemilikan
seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya,
tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan, besar atau kecil. Al-Qur'an menjelaskan
dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa
mengabaikan hak seorang pun. Bagian yang harus diterima semuanya dijelaskan sesuai
kedudukan nasab terhadap pewaris, apakah dia sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu,
paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau seibu. Dalam pembahasan
makalah kali ini kita akan membahas mengenai wasiat dan pembagian harta waris menurut
islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. PENGERTIAN WASIAT
Kata wasiat terambil dari kata washshaitu, asy-syaia, uushiihi, artinya aushaituhu (aku
menyampaikan sesuatu). Secara istilah wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain
(berupa barang, piutang atau manfaat) untuk dimiliki oleh si penerima sesudah orang yang
berwasiat mati. Sebagian ahli fikih mendefinisikan wasiat itu adalah pemberian hak milik
secara sukarela yang dilaksanakan setelah pemberinya mati. Dasar hukum wasiat dalam
hokum kewarisan islam, yakni surah Al-Maidah ayat 106:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang ia
akan berwasiat maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil diantara
kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di
muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu setelah
sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika
kamu ragu-ragu: “(demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang
sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami
menyembunyikan persaksian Allah. Sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk
orang-orang yang berdosa.”
a. Wajibnya wasiat
Itu wajib dalam keadaan bila manusia mempunyai kewajiban syara’ yang dikawatirkan
akan disia-siakan bila dia tidak berwasiat, seperti adanya titipan, hutang kepada Allah dan
hutang kepada manusia.
b. Sunahnya wasiat
Wasiat itu disunatkan apabila ia diperuntukkan bagi kebijakan, kaarib kerabat, orang-
orang fakir dan orang-orang saleh.
c. Haramnya wasiat
Wasiat haram apabila ia merugikan ahli waris. Wasiat yang maksudnya merugikan ahli
waris seperti ini adalah batil, sekalipun wasiat itu tidak mncapai sepertiga harta. Diharamkan
pula mewasiatkan khamar, membangun gereja, atau tempat hiburan.
d. Makruhnya wasiat
Wasiat itu makruh, bila orang yang berwasiat sedikit hartanya, sedang dia mempuyai
seorang atau banyak ahli waris yang membutuhkan hartanya. Demikian pula dimakruhkan
wasiat kepada orang-orang yang fasik jika diketahui atau diduga dengan keras bahwa mereka
akan menggunakan harta itu didalam kefasikan dan kerusakan. Akan tetapi apabila orang
yang berwasiat tahu atau menduga keras bahwa orang yang diberi wasiat akan menggunakan
harta itu untuk ketaatan, maka wasiat yang demikian ini menjadi sunat.
e. Jaiznya wasiat
Wasiat itu diperbolehkan bila ia ditujukan kepada orang yang kaya, baik orang yang
diwasiati kerabat atupun orang yang jauh (bukan kerabat).
C. RUKUN WASIAT
Ijab dengan ucapan. Ijab itu dengan segala lafadz yang menunjukkan kepemilikan yang
dilaksanakan sesudah dia matai dan tanpa adanya imbalan. Ijab dengan isyarat dan tulisan.
Selain terjadi dengan melalui pernyataan, wasiat bisa terjadi pula melalui isyarat yang dapat
dipahami, bila pemberi wasiat tidak sanggup berbicara; juga sah pula akad wasiat melalui
tulisan. Orang yang berwasiat hendaknya mempunyai kesanggupan melepaskan hartanya
kepada orang lain, baligh, berakal, menentukan sesuatu atas kehendaknya, sadar terhadap apa
yang dilakukannya.
D. PENGERTIAN WARISAN
F. RUKUN WARIS
G. SYARAT WARIS
Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum (misalnya
dianggap telah meninggal). Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris
meninggal dunia. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-
masing.
Keterangan :
A. KESIMPULAN
Wasiat adalah pemberian secara penuh kesadaran akan haknya terhadap harta miliknya
yang akan diperoleh orang yang menerimanya setelah terjadinya kematian si pemberi wasiat.
Pendapat lain mengatakan wasiat adalah pesan terakhir dari seseorang yang mendekati
kematiannya, dapat berupa pesan tentang apa yang harus dilaksanakan para penerima wasiat
terhadap harta peninggalannya atau pesan lain diluar harta peninggalan.Sementara Dasar
hukum wasiat dalam hukum kewarisan islam, yakni al-qur’an surah al-baqarah ayat 180 dan
surah Al-Maidah ayat 106.
Harta warisan adalah harta yang dalam istilah fara’id dinamakan Tirkah (peninggalan)
merupakan sesuatu atau harta kekayaan oleh yang meninggal, baik berupa uang atau materi
lainya yang dibenarkan oleh syariat islam untuk diwariskan kepada ahli warisnya.dan dalam
pelaksanaanya atau apa-apa yang yang ditinggalkan oleh yang meninggal harus diartikan
sedemikian luas sehingga mencakup hal-hal yang ada pada bagianya. Kebendaan dan sifat-
sifatnya yang mempunyai nilai kebendaan. hak-hak kebendaan dan hak-hak yang bukan
kebendaan dan benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain.
Pentingnya pembagian warisan untuk orang-orang yang ditinggalkan dengan seadil-
adilnya sudah diatur dalam Islam, mencegah terjadinya konflik antar ahli waris dan
menghindari perpecahan ukhuwah persaudaraan antar sesama keluarga yang masih hidup.
Pembagian tersebut sudah di atur dalam al-quran dan al hadist Namun ada beberapa
ketentuan yang di sepakati dengan ijma’ dengan seadil-adilnya.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang
lebih banyak yang akan dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya, dan
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat ilmu baru dalam bidang hadits
tentang waris dan pembagian harta waris kepada pembaca secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Suhrawardi K dan Simanjuntak, Komis.Hukum Waris Islam. Edisi ke-2; Jakarta: Sinar
Grafika, 2009
Rifa’i, M. 1978. Ilmu fiqih islam lengkap. Semarang : Penerbit PT Karya Toha Putra