Disusun oleh :
Disusun oleh:
Novita Ikbar Khairunnisa
22010116220409
Pembimbing:
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Seiring
pertambahan usia akan terjadi penurunan elastisitas dari dinding aorta sehingga
dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi. Upaya untuk memiliki keterampilan yang
baik pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan
tinjauan kasus kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang
dilakukan dalam laporan kasus ini.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan pada penderita Stroke dan Hipertensi.
1.3. Manfaat
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung
kepada penderita Stroke dan Hipertensi
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan atau diastolik 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan
oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure sebagai tekanan lebih dari 140/90 mmHg.5
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh.5
Menurut the seventh Report of the Joint National Comimittee on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII),
klasifikasi serta stratifikasi risiko untuk menentukan prognosis jangka panjang
sebagai berikut.
3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII
Klasifikasi Tekanan Darah TekananDarah
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu
molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi
pada kasus hipertensi primer.
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I-convertingenzyme (ACE). Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Anamnesa meliputi:11
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
o Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal.
o Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,
pemakaian obat-obatan analgesik dan obat/ bahan lain.
o Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi.
o Episode lemah otot dan tetani.
3. Faktor-faktor resiko
o Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga
pasien.
o Riwayat hiperlipidemiapada pasien atau keluarganya.
o Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya.
o Kebiasaan merokok
o Pola makan, kegemukan, intensitas olahraga
2. Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah arteri ke dalam ruang interstitial
otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut dan
mengganggu vaskularisasi jaringan sekitarnya. Stroke hemoragik terjadi apabila
susunan pembuluh darah otak mengalami ruptur sehingga timbul perdarahan di
dalam jaringan otak atau di dalam ruang subarakhnoid.16,17
Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke non
hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah
pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke
akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan
distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan
lain yang gejalanya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses).22
Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering digunakan:
a. CT Angiografi
b. CT Scan Perfusion
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Indeks Barthel telah dikembangkan sejak tahun 1965 dan kemudian dimodifikasi
oleh Grager dkk sebagai suatu teknik yang menilai pengukuran performasi pasien
dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang dikelompokkan ke dalam 2 kategori
yaitu:
a. Kategori yang berhubungan dengan self care antara lain : makan,
membersihkan diri, berpakaian, perawatan buang air besar dan buang air
kecil, penggunaan toilet.
Skor maksimum dari Indeks Barthel ini adalah 100 yang menunjukkan bahwa
kemampuan fungsional penderita sangat mandiri dan dapat melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain, sedangkan skor terendah adalah 0 yang
menunjukkan bahwa penderita mengalami ketergantungan total untuk dapat
melakukan aktifitas sehari-hari.23
BAB 3
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
19
Keluhan Utama : Sering lemas
Riwayat Penyakit sekarang :
± Tahun 2010 pasien terdiagnosa hipertensi saat mengikuti pemeriksaan
gratis di tempatnya. Pasien tidak mengeluhkan gejala pada saat itu. Kemudian
pasien diberikan obat antihipertensi namun tidak diminum oleh pasien. Pasien
mempunyai kebiasaan merokok kurang lebih 1 bungkus setiap hari dan minum
kopi setiap pagi.
± Tahun 2017 pasien mengeluh tidak bisa menggerakkan anggota tubuh
sebelah kanan secara tiba-tiba saat bangun tidur di pagi hari. Lengan dan tungkai
kanan tidak bisa diangkat, hanya bisa digeser saja. Keluhan juga disertai kesulitan
dalam berbicara, bila bicara terdengar pelo, dan nyeri kepala di seluruh area
kepala. Kemudian pasien dibawa ke rumah sakit dan didiagnosa stroke dengan
hipertensi dan dilakukan rawat inap selama 11 hari. Pasien kemudian menjalani
terapi dan fisioterapi, namun pasien berhenti melanjutkan karena lelah menjalani
terapi. Pasien hanya rutin kontrol hipertensi di klinik dekat rumahnya.
Saat ini anggota gerak tubuh kanannya tidak bisa di gerakkan dan kaku,
bicara pelo, agak sulit dalam menelan serta terdapat gerakan involunter kepala dan
leher. Tidak ada keluhan sakit kepala, kejang, sakit dada, gangguan BAK BAB.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat sakit jantung, kencing manis, dan ginjal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien meninggal akibat penyakit kencing manis. Tidak ada keluarga
yang menderita darah tinggi, stroke, penyakit ginjal, penyakit paru, dan jantung.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien memiliki 1 orang istri dan 1 orang anak. Anaknya masih sekolah
SMA kelas 1. Biaya kehidupan sehari-hari didapat dari istri pasien yang bekerja
sebagai seorang pedagang. Kesan sosial ekonomi kurang. Biaya pengobatan
ditanggung dengan BPJS.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 27 Desember 2018 pukul 14.30 WIB di kediaman pasien
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, pelo, dan terdapat gerakan
involunter
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital :
• Tekanan darah: 150/90 mmHg TB : 164 cm
• Nadi : 84 x/menit BB : 52 kg
• Suhu : 36,20 C BMI : 19.3 (normoweight)
• Pernapasan : 20 x/menit
Status Generalis
• Kepala : Normosefali
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Telinga : Discharge (-), nyeri tekan (-)
• Hidung : Nafas cuping (-), sekret (-), epistaksis (-)
• Bibir : pucat (-), sianosis (-)
• Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
• Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
• Thoraks :
Paru - paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Cor
Inspeksi : Ichtus cordis tidak tampak
Palpasi : Ichtus cordis teraba di SIC V linea, 2 cm lateral
LMCS
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak sisi (+), pekak alih (-), area traube
timpani
Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
• Ekstremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Cap. Refill <2”/<2” <2”/<2”
Status Neurologis
Kepala
Bentuk : mesosefal
Leher
Sikap : tegak
Kaku kuduk : tidak ada
N. I Olfaktorius
kanan kiri
Subjektif + +
Objektif dengan bahan tidak dilakukan tidak dilakukan
N. II Optikus
kanan kiri
Tajam penglihatan <3/60 <3/60
Reflek cahaya + +
Lapangan penglihatan Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Fundus okuli tidak dilakukan tidak dilakukan
N. III Okulomotor
kanan kiri
Sela mata 1 cm 1cm
Pergerakan mata bebas bebas
Strabismus - -
Eksoftalmus - -
Pupil :
-diameter 2,5 mm 2,5mm
-bentuk bulat bulat
Reflek terhadap sinar + +
Konvergensi + +
Melihat kembar + +
N. IV Trochlearis
kanan kiri
Pergerakan mata bebas bebas
Sikap bulbus sentral sentral
Melihat kembar + +
N. V Trigeminus
kanan kiri
Membuka mulut + +
Mengunyah + +
Menggigit + +
Reflek kornea + +
Sensibilitas muka + +
N. VI Abdusens
kanan kiri
Pergerakan mata ke lateral + -
Sikap bulbus sentral sentral
Melihat kembar + +
N. VII Facialis
kanan kiri
Menutup mata - +
Memperlihatkan gigi - +
Bersiul - +
Mengerutkan Dahi + +
Perasaan lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VIII Vestibulokoklearis
kanan kiri
Detik arloji + +
Suara berbisik + +
Test rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Test weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Test swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX Glossofaringius
kanan kiri
Pengecapan lidah tidak dilakukan tidak dilakukan
1/3 belakang
Sensibilitas faring tidak dilakukan tidak dilakukan
N. X Vagus
Arcus faring : Simetris
Uvula : Tengah
Bicara : Jelas
Menelan : (+) Normal
N. XI Assesorius
Kanan kiri
Memalingkan wajah + +
Mengangkat bahu + +
N. XII Hyplogossus
Tremor : Tidak ada
Artikulasi : Jelas
Deviasi : (+) ke kanan
Kanan Kiri
Pergerakan Terbatas Normal
Kekuatan 4/4/4/4/4 5/5/5/5/5
Tonus hipertonus normotonus
Trofi Disuse atrofi Eutrofi
Sensibilitas
Kanan Kiri
Sensibilitas taktil + +
Perasaan nyeri + +
Perasaan suhu + +
Diskriminasi 2 titik + +
Refleks
Kanan Kiri
Refleks biceps ++ ++
Refleks triceps ++ ++
Refleks Hoffman + -
Refleks Tromner - -
AnggotaGerakBawah
Motorik
kanan kiri
Pergerakan Terbatas Normal
Kekuatan 4/4/4/4/4 5/5/5/5/5
Tonus hipertonus Normotonus
Trofi Disuse atrofi Eutrofi
Sensibilitas
kanan kiri
Sensibilitas taktil + ++
Perasaan nyeri + ++
Perasaan suhu tidak dilakukan tidak dilakukan
Refleks
Kanan Kiri
Refleks Patella ++ ++
Refleks Achiles ++ ++
Refleks Babinski + -
Refleks Chaddok - -
Refleks Schaeffer - -
Refleks Gordon - -
Refleks Gonda - -
Refleks Oppenheim - -
Vegetatif:
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
c. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
d. Diagnosis Kerja
Pasca stroke
Hipertensi stage 1
e. Rencana Penatalaksanaan
Pengobatan yang telah diberikan :
• Medikamentosa :
a. Amlodipin 10 mg x1, Candesartan 16 mgx1
b. Vitamin B complex 1x1
c. Paracetamol 500mg 3x1
• Non medikamentosa :
Memberikan penjelasan mengenai stroke dan hipertensi, penyebab,
gejala, pengelolaan, komplikasi, obat-obatan.
Pasien dianjurkan untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi
makanan-makanan yang tinggi garam.
Memberikan penjelasan bahwa obat harus diminum teratur, jika habis
segera kembali ke klinik setempat
Olahraga teratur tiga kali setiap minggu selama 30 menit
c. Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah
No Nama Kedudukan JK Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.
dalam (tahun)
Keluarga
1. Ny.K Ibu istri KK P 68 SD Tidak Sehat
bekerja
2. Tn.R KK L 50 SMA Tidak Sakit
bekerja
3. Ny.M Istri KK P 45 SMA Ibu rumah Sehat
tangga
4. An. R Anak L 15 SMA Pelajar Sehat
5 An. S Anak P 12 SMP Pelajar Sehat
d. Pohon Keluarga
Dari tabel di atas, bila dijumlahkan mempunyai total 10 poin yang berarti fungsi
dalam keluarga ini baik.
Total = 5 keluarga pasien disfungsi sedang
2. Family SCREEM
Tabel 4. Family SCREEM
Variabel Resource Pathology
Komunikasi pasien dengan istri dan anak
dalam keadaan yang kurang baik namun Hubungan dengan istri
masih harmonis. Pasien jarang keluar kurang harmonis,
Social
rumah dan berinteraksi dengan tetangga. pasien lebih banyak
Pasien jarang mengikuti perkumpulan di rumah saja karena
masyarakat. Pasien mempunyai kesulitan keterbatasan akibat
dalam berbicara. penyakit yang diderita
Pasien merupakan suku Jawa. Pasien
Cultural tidak cenderung dengan hal yang berbau
mistis.
Pasien, istri, ibu serta anak pasien
Religion
menganut agama Islam.
Sebelumnya pasien bekerja sebagai kuli
bangunan. Kemudian setelah sakit, pasien
sudah tidak bisa bekerja. Biaya
kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi
oleh istri pasien yang bekerja sebagai
pedagang. Pendapatan perbulan
Economic
bersumber dari istri pasien sejumlah
kurang lebih dua juta rupiah. Uang
tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah
tangga pasien seperti makanan, obat-
obatan, dan keperluan lainnya. Pasien
berobat dengan menggunakan JKN PBI.
Pendidikan terkahir pasien adalah tamat Keterbatasan
SMP dalam memahami
Education mengenai penyakit
serta
penanganannya
Apabila ada keluarga yang sakit, harus
diperiksakan ke tenaga medis.
Medical
Fasilitas pelayanan medis berjarak 2 km
dari rumah.
3. Family Map
Ny.S
Ny. M
Mertua
Istri
An. R
An.S
Anak
Anak
1. Disfungsional
Hubungan antara anggota keluarga tidak erat
2. Fungsional
Hubungan antara keluarga erat
Kesimpulan
Hubungan antara pasien, istri yang tinggal serumah dalam keadaan yang
fungsional.
Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang
mempengaruhi kesehatan :
Keluarga berada pada siklus ke-6 yaitu “Families launching young adults”.
Siklus ini adalah masa pelepasan anak, saat anak-anak pasien akan meninggalkan
rumah.
INDEKS BARTHEL
Tabel 5. Indeks Barthel
DENGAN
No KETERANGAN MANDIRI SKOR PASIEN
BANTUAN
1. Makan 5 10 5
2. Tansfer Bed/Kursi 5 – 10 15 10
3. Grooming [Personal 0 5 5
gigi, becukur
4. Toiletting 5 10 5
5. Mandi 0 5 5
8. Berpakaian 5 10 5
9 Kontrol BAB 5 10 10
10 Kontrol BAK 5 10 10
Keterangan :
Skor 0-20 : ketergantungan total
Skor 21-60 : ketergantungan berat
Skor 61-90 : ketergantungan sedang
Skor 91-99 : ketergantungan ringan
Skor 100 : mandiri, tetapi tidak berarti penderita dapat hidup sendiri,
penderita mungkin tidak dapat memasak, menjaga rumah, atau tidak
dapat bermasyarakat
Skor total : 70
Kesan : Ketergantungan sedang
g. Diagnosis Holistik
1. Aspek I (Personal):
Keluhan : kelumpuan anggota gerak kanan, bicara pelo, sakit kepala
Kekhawatiran : pasien khawatir tidak dapat beraktivitas kembali dan kondisi
kesehatannya semakin memburuk
Harapan : dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan nyaman dan mempunyai
tubuh yang sehat
5. Aspek V (Fungsional):
Indeks Barthel : Skor 70, ketergantungan sedang
Kamar Mandi
Kamar tidur
Kamar tidur
GENETIK
STATUS
YANKES KESEHATAN LINGKUNGAN
- Kurang dukungan
dari istri
2.8 Pembinaan Dan Hasil Kegiatan
Tabel 7. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga Hasil Kegiatan
yang
terlibat
27/12/18 Perkenalan, melakukan Pasien Mendapatkan
anamnesis pemeriksaan fisik diagnosis kerja pasien
kepada pasien di rumah
27/12/18 Memberikan penjelasan Pasien dan Pasien,suami dan
kepada pasien dan keluarga keluarga anak pasien mengerti
pasien mengenai penyakit tentang penyakit
Stroke dan hipertensi, Stroke dan hipertensi
komplikasi, pengobatan dan cara menangani
pencegahan, faktor resiko. penyakit tersebut.
27/12/18 Edukasi mengenai pola Pasien dan Pasien,suami dan
makan, dan kontrol tekanan keluarga anak pasien mengerti
darah serta olahraga yang tentang pola makan,
dapat dilakukan (senam kontrol tekanan darah
stroke) serta olahraga yang
dapat dilakukan
(senam stroke).
27/12/18 Edukasi mengenai pentingnya Pasien dan Keluarga mengerti
dukungan keluarga terhadap keluarga dan mau memberikan
kondisi pasien. Dukungan dukungan lebih pada
berupa fisik, mental, kasih pasien.
sayang, dan perhatian pada
pasien.
4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien laki-laki 48 tahun dengan Pasca Stroke dan
Hipertensi Stage 1 dengan pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai
berikut:
A. Terapi Medikamentosa:
Amlodipin, Candesartan
Paracetamol
Vit. B complex
B. Terapi Nonmedikamentosa:
Memberikan penjelasan mengenai stroke dan hipertensi, penyebab,
gejala, pengelolaan, komplikasi, obat-obatan.
Pasien dianjurkan untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi
makanan-makanan yang tinggi garam.
Memberikan penjelasan bahwa obat harus diminum teratur, jika habis
segera kembali ke klinik setempat
Olahraga teratur tiga kali setiap minggu selama 30 menit
C. Pembinaan terhadap pasien dan keluarga:
Pola makan, dan kontrol tekanan darah serta olahraga yang dapat
dilakukan (senam stroke)
Pentingnya dukungan keluarga terhadap kondisi pasien. Dukungan
berupa fisik, mental, kasih sayang, dan perhatian pada pasien
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien dengan Pasca Stroke dan
Hipertensi Stage 1 diperlukan pendekatan keluarga dan penatalaksanaan pasien
secara holistik, komprehensif, dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
10. Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, A.W., et al eds.
11. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5th ed. Jilid II. Jakarta: Interna
Publishing, 1079-1085.
14. Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., Cushman W.C., Green L.A.,
Izzo J.L., Jr., etal, 2003. The seventh report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The
JNC 7 Report.JAMA;289:2560-72
15. Noerjanto. Stroke Non Hemoragis. Dalam : Hadinoto S, Setiawan,
Soetedjo, editor. Stroke, Pengelolaan Mutakhir. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 1992: 29-45.
22. Warlow CP et all. 1996. Stroke, In: A Practical Guide to Management. 1st
ed. London: Blackwell Science.