Anda di halaman 1dari 119

PENGARUH KOMBINASI TEKNIK RELAKSASI BENSON

DAN MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP PENURUNAN


NYERI PASCA SIRKUMSISI PADA ANAK USIA SEKOLAH

SKRIPSI

Oleh :
ABDUL ROHIM
NIM. 201410420311118

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
PENGARUH KOMBINASI TEKNIK RELAKSASI BENSON
DAN MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP PENURUNAN
NYERI PASCA SIRKUMSISI PADA ANAK USIA SEKOLAH

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang

Oleh :
ABDUL ROHIM
NIM. 201410420311118

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji

dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-

Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH

KOMBINASI TEKNIK RELAKSASI BENSON DAN MUROTTAL AL-

QUR’AN TERHADAP PENURUNAN NYERI PASCA SIRKUMSISI PADA

ANAK USIA SEKOLAH”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan,

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis

menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Faqih Ruhyanuddin, M.Kep., Sp. KMB selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Faqih Ruhyanuddin, M.Kep., Sp. KMB selaku dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan, doa, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Risa Herlianita, S.Kep., Ns., MSN selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, doa, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Teman-teman : Miftachul Jannah, Ali Syafiqi, Mustika Deni, Sabilla Dian, dan

Alifah Nanda yang sudah membantu dalam proses penelitian.

6. Panitia pelaksana khitan masal di Hotel Swiss-Belin, Malang yang telah

mengijinkan saya merekrut responden.

v
7. Panitia pelaksana khitan masal di Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda

Singosari, Malang yang telah mengijinkan saya merekrut responden.

8. Dr. Fajar Nazri, MMRS yang telah membantu memberikan ijin mengambil sampel

dalam acara khitan masal di Hotel Swiss-Belin, Malang.

9. Dr. Jaka Singosari, Malang yang telah mengijinkan saya melakukan studi

pendahuluan.

10. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa terbaik, serta

memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman PSIK angkatan 2014 terutama teman-teman kelas PSIK C, serta

semua pihak yang telah memberikan semangat dan membantu penyelesaian skripsi

ini.

Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikannya mendapatkan imbalan dan

diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT. Penulis menyadari terdapat banyak

kekurangan dalam penyelesaian tugas akhir ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan

dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan para pembaca.

Malang, 02 Juli 2018

Penulis

vi
ABSTRAK

Pengaruh Kombinasi Teknik Relaksasi Benson dan Murottal Al-Qur’an


Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah
Abdul Rohim1, Faqih Ruhyanuddin2, Risa Herlianita3

Latar Belakang: Tindakan pembedahan akan menyebabkan luka dan merangsang


adanya sensasi nyeri. Nyeri pasca sirkumsisi menjadi masalah utama pada anak-anak
dan dapat menyebabkan distress. Ketika anak merasakan nyeri pasca sirkumsisi, akan
berdampak kepada sensivitas nyeri, perubahan sikap, rasa tidak nyaman, dan
mengganggu aktifitas. Metode yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pasca
sirkumsisi pada anak dapat menggunakan kombinasi teknik relaksasi Benson dan
murottal Al-Qur’an.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal
Al-Qur'an terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak-anak usia sekolah.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan
menggunakan pendekatan pre-test and post-test design with control group. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 20
anak usia sekolah (6-12 tahun) pasca sirkumsisi, 10 anak kelompok intervensi dan 10
anak kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan signifikansi α =
0,05.
Hasil: Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan rata-rata nyeri pada
kedua kelompok. Pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata nyeri pre-test sebesar
4,10 artinya nyeri yang dirasakan adalah sangat mengganggu dan nilai rata-rata nyeri
post-test sebesar 2,60 artinya nyeri yang dirasakan agak mengganggu. Pada kelompok
intervensi diperoleh nilai rata-rata nyeri pre-test sebesar 4,00 artinya nyeri yang dirasakan
adalah sangat mengganggu dan nilai rata-rata nyeri post-test sebesar 0,60 artinya tidak
terdapat nyeri. Sedangkan p value sebesar 0,02 dengan nilai signifikansi (p < 0,005).
Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan
murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.
Saran: Rekomendasi bagi perawat dan tenaga medis lain untuk menggunakan
kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an sebagai teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.
Kata Kunci : Nyeri Pasca Sirkumsisi, Relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an, Anak
usia sekolah.

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas


Muhammadiyah Malang.
2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Malang.

vii
ABSTRACT

The Effect Of The Combination Of Benson Relaxation Technique and


Murottal Of The Qur'an To The Decreasing Of Post-Circumcision Pain In
School-Aged Children
Abdul Rohim1, Faqih Ruhyanuddin2, Risa Herlianita3

Background: Surgical action will cause injury and stimulate the sensation of pain. Pain
after the circumcision is a major problem in children and can cause distress. When
children feel post-circumcision pain, will affect the sensitivity of pain, attitude changes,
discomfort, and disrupt the activity. Methods that can be used to reduce post-
circumcision pain in children can use a combination of Benson relaxation techniques
and murottal of the Qur'an.
Aims: To determined the effect of combination of Benson relaxation technique and
murottal of the Qur'an to the decreasing of post-circumcision pain in school-aged
children.
Method: The research design used quasi experiment using pre-test and post-test design with
control group. the sampling technique used the technique of accidental sampling with sample
of 20 school-aged children (6-12 years) after circumcision, 10 children in the
intervention group and 10 children in the control group. data analysis used wilcoxon test
with significance α = 0,05.
Result: The results of this study showed a difference in average pain in both groups.
In the control group, the mean pain score pre-test of 4.10 means that the pain felt is
very disturbing and the average pain post-test value of 2.60 means that pain is felt rather
disturbing. In the intervention group, the mean pain score pre-test of 4.00 meant that
the pain felt is very disturbing and the average pain post-test value of 0.60 meant there
is no pain. While p value equal to 0,02 with significance value (p <0,005).
Conclusion : There is an effect of combination of Benson relaxation techniques and
murottal of the Qur'an on the reduction of post-circumcision pain in school-aged
children.
Suggestion: Recommendations for nurses and other medical personnel to use a
combination of Benson relaxation techniques and murottal of the Qur'an as non-
pharmacological techniques to reduce post-circumcision pain in school-aged children.
Keywords: Post Circumcision Pain, Benson Relaxation Techniques and murottal of
the Qur'an, School-aged children.

1. Student of Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, University of


Muhammadiyah Malang.
2. Lecturer of Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, University of
Muhammadiyah Malang.
3. Lecturer of Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, University of
Muhammadiyah Malang.

viii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................................. i


Lembar Persetujuan ......................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................................... iii
Surat Pernyataan Keaslian Penelitian ............................................................................ iv
Kata Pengantar ................................................................................................................. v
Abstrak ............................................................................................................................... vii
Daftar Isi ........................................................................................................................... ix
Daftar Tabel ...................................................................................................................... xii
Daftar Gambar ................................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 7
1.4.1 Institusi Pendidikan Keperawatan ...................................................... 7
1.4.2 Propesi Keperawatan ............................................................................ 7
1.4.3 Penelitian Selanjutnya ........................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian .............................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10


2.1 Konsep Nyeri ...................................................................................................... 10
2.1.1 Definisi Nyeri ......................................................................................... 10
2.1.2 Teori Nyeri ............................................................................................. 10
2.1.3 Fisiologi Nyeri ........................................................................................ 12
2.1.4 Klasifikasi Nyeri .................................................................................... 14
2.1.4.1 Nyeri Berdasarkan Waktu Kejadian Atau Lama Keluhan 14
2.1.4.2 Nyeri Berdasarkan Lokasi Terjadinya Nyeri ...................... 15
2.1.4.3 Nyeri Berdasarkan Etiologi Atau Penyebab Nyeri ........... 16
2.1.5 Alat Ukur Nyeri ................................................................................... 17
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ....................................... 19
2.1.6.1 Usia ........................................................................................... 19
2.1.6.2 Jenis Kelamin ......................................................................... 19
2.1.6.3 Kebudayaan ............................................................................. 20
2.1.6.4 Mekanisme Koping ................................................................ 20
2.2 Konsep Relaksasi ................................................................................................ 20
2.2.1 Definisi Relaksasi ................................................................................... 20
2.2.2 Manfaat Relaksasi .................................................................................. 20
2.2.3 Jenis-Jenis Relaksasi .............................................................................. 21
2.2.3.1 Relaksasi Otot (Progressive Muscle Relaxation) ....................... 22
2.2.3.2 Relaksasi Meditasi (Attention Focussing Exercises) ................. 22
2.2.3.3 Relaksasi Perilaku (Behavioural Relaxation Training) ............. 23
2.2.3.4 Relaksasi Pernapasan (Diaphragmatic Breathing) .................... 23

ix
2.3 Relaksasi Benson ................................................................................................. 24
2.3.1 Definisi Relaksasi Benson .................................................................... 24
2.3.2 Pengaruh Relaksasi Benson ................................................................. 24
2.3.3 Langkah-Langkah Melakukan Relaksasi Benson .............................. 26
2.4 Terapi Murottal Al-Qur’an ................................................................................ 27
2.4.1 Definisi Al-Qur’an ................................................................................. 27
2.4.1.1 Definisi Murottal Al-Qur’an .................................................. 28
2.4.1.2 Pengaruh Murottal Al-Qur’an ............................................... 28
2.4.1.3 Langkah-Langkah ..................................................................... 30
2.5 Sirkumsisi ............................................................................................................. 30
2.5.1 Definisi Sirkumsisi ................................................................................ 30
2.5.2 Teknik Insisi Operasi Sirkumsisi ......................................................... 31
2.6 Efek Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an (RBMA) Terhadap
Penurunan Nyeri ................................................................................................. 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........ 36


3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................... 36
3.2 Hipotesis .............................................................................................................. 39

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 40


4.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 40
4.2 Kerangka Kerja ................................................................................................. 40
4.3 Populasi, Teknik Sampling, Dan Sampel Penelitian ................................... 42
4.3.1 Populasi ................................................................................................ 42
4.3.2 Teknik Sampling ................................................................................. 42
4.3.3 Sampel Penelitian .............................................................................. 43
4.4 Variabel Penelitian ........................................................................................... 45
4.4.1 Variabel Independen .......................................................................... 45
4.4.2 Variabel Dependen ........................................................................... 45
4.5 Definisi Operasional ............... ......................................................................... 46
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian ............... ......................................................... 46
4.7 Instrumen Penelitian, Validitas, Dan Reliabilitas ............... ......................... 47
4.7.1 Validitas ................................................................................................ 48
4.7.2 Reliabilitas ............... ............................................................................. 49
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 49
4.9 Analisa Data ...................................................................................................... 51
4.9.1 Analisa Univariat ................................................................................. 51
4.9.2 Analisa Bivariat ................................................................................... 52
4.10 Etika Penelitian ................................................................................................ 53

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ............................. 55

5.1 Karakteristik Responden ................................................................................. 56


5.2 Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah ........................................ 57
5.3 Analisa Data Pengaruh Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson
Dan Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada
Anak Usia Sekolah ........................................................................................... 58

x
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 60

6.1 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Sebelum
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
............................................................................................................................. 60
6.2 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Setelah
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
............................................................................................................................. 62
6.3 Pengaruh Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah .. 65
6.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 67
6.5 Implikasi Untuk Keperawatan ....................................................................... 68

BAB VII PENUTUP .................................................................................... 70

7.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 70


7.2 Saran ................................................................................................................... 71
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 72
Lampiran ........................................................................................................................... 80

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional ..................................................................................... 46


Tabel 4.2 Analisa Bivariat .............................................................................................. 52
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Anak Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah
Berdasar Usia Pada Bulan Mei 2018 ........................................................... 56
Tabel 5.2 Nyeri Pasca Sirkumsisi (Pre – Test) Kelompok Intervensi Dan Kontrol
Berdasar Skor Instrumen Pengukur Nyeri Menggunakan Wong – Baker
FACES Pain Rating Scale ............................................................................... 57
Tabel 5.3 Nyeri Pasca Sirkumsisi (Post – Test) Kelompok Intervensi Dan Kontrol
Berdasar Skor Instrumen Pengukur Nyeri Menggunakan Wong – Baker
FACES Pain Rating Scale ............................................................................... 57
Tabel 5.4 Analisa Pengaruh Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-
Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia
Sekolah Pada Bulan Mei 2018 ..................................................................... 58
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitasi Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah
........................................................................................................................... 59
Tabel 5.6 Hasil Uji Beda Menggunakan Uji Wilcoxon ................................................ 59

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Nyeri (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) .............................. 18
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................... 37
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi
Benson Dan Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Anak Pasca Sirkumsisi ........................................................................... 41
Gambar 4.2 Penentuan Sampel Dengan Rumus Slovin ............................................ 44
Gambar 4.3 Skala Nyeri (Wong – Baker FACES Pain Rating Scale) .......................... 47

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ........................................... 80


Lampiran 2. Lembar Pengkajian Nyeri ...................................................................... 81
Lampiran 3. Standard Operating Procedure (RBMA) ..................................................... 82
Lampiran 4. Surat Ijin Studi Pendahuluan ................................................................ 85
Lampiran 5. Surat Kesediaan Menjadi Dosen Pembimbing 1 Skripsi .................. 86
Lampiran 6. Surat Kesediaan Menjadi Dosen Pembimbing 2 Skripsi .................. 87
Lampiran 7. Lembar Acc Judul Skripsi ...................................................................... 88
Lampiran 8. Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing 1 ......................................... 89
Lampiran 10. Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing 2 ......................................... 91
Lampiran 12. Hasil Cek Plagiarisme ............................................................................ 93
Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 94
Lampiran 16. Surat Pernyataan Bertanggung Jawab ................................................. 96
Lampiran 17. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................................. 97
Lampiran 18. Data Penelitian ....................................................................................... 98
Lampiran 19. Dokumentasi .......................................................................................... 99
Lampiran 23. Curiculum Vitae ....................................................................................... 104

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sirkumsisi atau khitan dikenal oleh masyrakat awam adalah tradisi yang

dilakukan umat muslim sebagai salah satu syariat yang diajarkan Nabi Muhammad

SAW dalam ajaran agama islam, namun pada era yang modern ini tidak hanya menjadi

tradisi dan dilakukan oleh umat muslim saja tetapi sudah banyak orang non-muslim

yang melakukan sirkumsisi atas dasar kesehatan. Data WHO and UNAIDS (2007)

menyebutkan bahwa sebanyak 2,5 juta penduduk non-muslim melakukan sirkumsisi

dari total penduduk 84,98 juta penduduk. Pada 2 tahun berikutnya jumlah tersebut

berubah menjadi 85% atau sekitar 87 juta penduduk (WHO, 2009). Secara medis

sirkumsisi adalah suatu tindakan operasi atau pembedahan dengan membuang

preputium penis untuk membersihkan penis dari berbagai kotoran yang melekat pada

ujung penis yang mungkin menjadi penyebab berbagai penyakit (Khasanah, 2014).

Sirkumsisi memiliki manfaat bagi kesehatan seperti pada hasil penelitian

berjudul “Peran Sirkumsisi Dalam Infeksi Menular Seksual” yang menyimpulkan

bahwa sirkumsisi dapat mencegah dari berbagai penyakit infeksi menular seksual

(Fitria, 2014). Sirkumsisi merupakan suatu tindakan bedah minor yang dilakukan untuk

membuang kulup yang menutupi Glans Penis (Sorono, Ridha, & Abrori, 2016).

Tindakan pembedahan akan menyebabkan luka yang didefinisikan sebagai robek,

putus, dan terkoyaknya jaringan tubuh, baik jaringan saraf, jaringan kulit, jaringan otot,

serta pembuluh darah (Abdurrahmat, 2014).

Di Indonesia orang yang melakukan sirkumsisi sebanyak 10,2 juta penduduk

pada tahun 2007 (Sorono, B, et.all. 2016). Sementara data dari WHO (2009)

menyebutkan bahwa di Indonesia yang paling sering melakukan sirkumsisi adalah anak

1
2

laki-laki dan rata-rata berusia 5-12 tahun. Data lain menunjukkan di Indonesia yang

paling sering melakukan sirkumsisi diantara adalah anak usia 1 sampai 11 tahun atau

usia anak sekolah dan merupakan salah satu negara dengan prevalensi sirkumsisi yang

tinggi dibandingkan dengan negara lain yaitu mencapai >80% (WHO & UNAIDS,

2010).

Di Jawa Timur khususnya daerah Malang masih belum ada data yang valid

jumlah orang yang melakukan sirkumsisi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di

salah satu rumah sunat di Kabupaten Malang, didapatkan hasil bahwa sirkumsisi

merupakan tradisi musiman dimana setiap rumah sunat atau tempat sirkumsisi akan

ramai dikunjungi masyarakat ketika liburan sekolah tiba yaitu pada bulan Juni-Juli dan

pada bulan Desember. Menurut pimpinan rumah sunat tersebut biasanya anak yang

melakukan sirkumsisi setiap liburan sekolah atau ketika ramai-ramainya rata-rata

sebanyak 50-70 anak di setiap tempat sirkumsisi atau rumah sunat. Di rumah sunat Dr.

Jaka rata-rata perbulan bisa mencapai 10 anak lebih yang melakukan sirkumsisi.

Prosedur pembedahan termasuk sirkumsisi akan meyebabkan rusak dan terputusnya

jaringan atau luka dan merangsang timbulnya sensasi rasa nyeri pada seseorang.

Hasil observasi yang dilakukan oleh pimpinan rumah sunat Dr. Jaka,

didapatkan bahwa nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan anak-anak akan dimulai pada

hari pertama pasca operasi atau ketika pengaruh obat anastesi hilang yaitu 4-8 jam

setelah pemberian obat anastesi. Nyeri juga akan dirasakan pada hari kedua pasca

sirkumsisi dan pada hari ketiga biasanya secara fisiologis nyeri akan hilang atau tidak

akan dirasakan oleh anak-anak. Meskipun mendapatkan obat analgesik ketika sudah

melakukan sirkumsisi, obat tersebut tidak sepenuhnya mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan oleh anak-anak.


3

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

nyaman biasanya berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan baik aktual

maupun potensial (Muttaqin, 2008). Nyeri apabila tidak segera ditangani dengan segera

akan berdampak kepada respon fisik, dan respon tingkah laku pada anak. Bila tidak

ditangani dengan benar, nyeri akan menimbulkan efek yang membahayakan dan

mempengaruhi ketegangan otot, denyut jantung dan tekanan darah, suplai darah

diperifer, penurunan pernapasan cepat dan tidak teratur. Selain itu apabila tidak

ditangani segera nyeri akan menyebabkan komplikasi seperti tromboli paru atau bisa

pneumoni (Kurniawan, Wakhid & Aini, 2016). Komplikasi lain dari nyeri pada anak

apabila tidak ditangani secara adekuat akan menimbulkan gangguan psikososial,

gangguan perilaku, gangguan fisiologis, dan juga anak akan mengalami kecemasan.

Walco & Goldshneider (2008), dalam Sembiring, Novayelinda & Nauli (2015)

mengemukakan anak yang mengalami nyeri akan mengalami distress, distress yang

dialami anak usia balita lebih tinggi dibandingkan anak usia sekolah dengan persentase

83% dibanding 51%. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menyimpulkan bahwa

stress atau kecemasan pada anak pasca sirkumsisi akan berdampak pada proses

penyembuhan luka (Nugroho, 2014), sehingga nyeri pada anak khususnya anak dengan

pasca sirkumsisi perlu segera diatasi.

Cara mengatasi nyeri dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan juga non-

farmakologi. Banyak masyarakat yang lebih cenderung memilih cara non-farmakologi

dikarenakan jarang sekali menimbulkan efek samping. Salah satu cara mengatasi nyeri

dengan cara non-farmakologi adalah dengan cara melakukan manajemen nyeri.

Manajemen nyeri non-farmakologi bermacam-macam salah satunya adalah teknik

relaksasi Benson dan terapi murottal Al-Qur’an.


4

Teknik relaksasi Benson ialah teknik relaksasi napas dalam dengan

penambahan kata-kata yang sesuai dengan keyakinan atau religius seseorang (Rasubala,

Kumaat, & Mulyadi, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit Dr. Soegiri

Lamongan menunjukkan teknik relaksasi Benson berpengaruh dalam menurunkan

nyeri pada 19 pasien penderita glaucoma yang dilakukan pada satu kelompok

perlakuan, dimana didapatkan hasil sebelum dan sesudah tindakan nyeri berkurang

dengan nilai 3,4211 dan 2,5789 dengan nilai (a<0,05) dan (p=0,000) (Ainurrohman,

Pratiko, & Zahroh, 2013). Terapi murottal Al-Qur’an adalah teknik distraksi dengan

mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an (Suyanto & Bangsawan, 2013).

Murottal Al-Qur’an merupakan terapi mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang

dilakukan selama beberapa menit atau jam sehingga akan memberikan dampak positif

bagi tubuh seseorang (Muhidin, et.al. 2016). Hasil penelitian yang dilakukan di rumah

sakit Universitas Hasanudin Makassar menunjukkan terapi murottal Al-Qur’an dengan

metode quasi-exsperimental menggunakan pendekatan pre-esxperimental design one-group pre-

test post-test dapat menurunkan nyeri pada ibu yang melahirkan kala I fase aktif

didapatkan hasil pre-test dan post-test tindakan nyeri berkurang dengan nilai (p = 0,074)

dan (p = 0,139) dengan tingkat perbedaan (p < 0,01) dan nilai p value (0,000) (Wahida,

Nooryanto, & Andarini, 2015). Penelitian serupa yang yang dilakukan di RSUD. Prof.

Dr. Margono Soekardjo Purwokerto yang diujikan kepada ibu bersalin dengan tujuan

mengurangi nyeri dan kecamasan paba ibu bersalin primigravida kala I fase aktif,

menggunakan metode pre-exsperimental dengan pendekatan one group pre-test dan post-test

design didapatkan hasil rata-rata nyeri sebelum tidakan 6,57 berkurang menjadi 4,93

setelah dilakukan tindakan intervensi. Sementara rata-rata skor kecemasan sebelum

tindakan 26,67 berubah menjadi 20,52 dengan nilai p value < a (0,000 < 0,005)

(Handayani, Fajarsari, Asih, & Rohmah, 2016).


5

Dari beberapa penelitian tersebut nyeri yang dirasakan oleh sampel rata-rata

berada pada skala nyeri sedang. Penelitian lain tentang sirkumsisi didapatkan hasil nyeri

yang dirasakan anak pasca sirkumsisi juga berada pada nyeri sedang (Kurniawan, 2016).

Namun permasalahannya adalah anak-anak masih belum sepenuhnya dapat mentolerir

rasa nyeri yang dirasakan, sehingga perlu adanya tindakan untuk mengatasi nyeri

tersebut.

Dari penelitian diatas ada keterbatasan yang perlu ditindaklanjuti guna

menyempurnakan penelitian. Kekurangan penelitian sebelumnya adalah ukuran

sampel yang sedikit menyebakan nilai signifikansi tidak terlalu besar. Kekurangan

kedua dari beberapa penelitian sebelumnya juga belum ada kelompok kontrol sehingga

tidak bisa sepenuhnya membuktikan penurunan nyeri disebabkan oleh terapi atau

faktor lain. Penelitian sebelumnya dalam pemberian intervensi masih dalam satu

variabel contohnya variabel teknik relaksasi Benson sendiri, dan terapi murottal Al-

Qur’an sendiri. Peniliti pertama yang mencoba menggabungkan antara keduanyan

bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dengan sampel penderita hipertensi

(Pratiwi, Hasneli, & Ernawaty, 2015). Sehingga pada penilitian ini peniliti bermaksud

untuk menyempurnakan kembali penelitian sebelumnya dengan menggunakan quasi-

exsperimental dengan pendekatan pre-test and post-test design with control group. Peniliti juga

bermaksud untuk mengambil sampel atau target penelitian yang berbeda yaitu pada

nyeri yang disebabkan oleh tindakan invasif seperti nyeri pasca sirkumsisi pada anak

usia sekolah, karena belum ada populasi penelitian pada anak usia sekolah terutama di

daerah malang. Anak usia sekolah dipilih menjadi sampel penelitian mengacu kepada

data prevalensi sirkumsisi di Indonesia dan hasil studi pendahuluan disalah satu rumah

sunat di daerah malang terbanyak yaitu anak usia sekolah.


6

Berdasakan penjelasan diatas, penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut

mengenai pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan terapi murottal Al-Qur’an

terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah. Dalam pemberian

intervensi penulis bermaksud untuk mengkombinasikan teknik relaksasi Benson dan

terapi murottal Al-Qur’an yaitu intervensi akan diberikan dalam satu sesi kepada satu

sampel dan penulis juga bermaksud untuk melibatkan peran serta dari keluarga guna

menunjang agar pemberian intervensi lebih maksimal.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang adalah

bagaimana pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan terapi murottal Al-Qur’an

terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan terapi

murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah sebelum

pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an.

2. Mendeskripsikan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah sesudah

pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an.

3. Menganalisa pengaruh pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan

terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada

anak usia sekolah.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi Pendidikan Keperawatan

Bagi institusi pendidikan keperawatan diharapkan memberi pengetahuan

terbaru mengenai menjemen nyeri pada anak dengan menggunakan terapi non-

farmakologis yaitu dengan teknik relaksasi Benson dan terapi murottal Al-Qur’an.

1.4.2 Profesi Keperawatan

Bagi profesi keperawatan diharapkan dapat menjadi literatur tambahan dalam

melakukan tindakan keperawatan manajemen nyeri dengan menggunakan terapi non-

farmakologi pada anak.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi dalam melakukan penelitian

selanjutnya dengan menggunakan variabel yang berbeda.

1.5 Keaslian penelitian

Beberapa peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang

diakukan oleh peneliti :

Chunaeni, Lusiana, & Handayani (2016) tentang “Efektifitas Terapi Murottal

Terhadap Penurunan Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif” dengan metode quasi

experiment pre and post test group dan pengambilan sample dengan menggunakan metode

non probability sampling yaitu purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Skala nyeri

dinilai dengan menggunakan Numeric Rating Scale. Penilitian ini bertujuan untuk melihat

efektifitas murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pada ibu bersalin fase I dan

didapatkan hasil dimana ada perbedaan sebelum dan sesudah pemberian terapi

murottal Al-Qur’an dalam penurunan nyeri. Nyeri menurun yaitu dari nilai skala nyeri

5,22 menjadi 2,47. Hasil rata-rata sebesar 2,45 dengan standar deviasi sebesar 1,100.
8

Berdasar uji statistik di peroleh nilai p value 0,001 (p<α). Sehingga dapat disimpulkan

terapi murottal Al-Qur’an efektif dalam menurunkan nyeri ibu bersalin pada fase I.

Pratiwi, Hasneli, & Ernawaty (2015) tentang “Pengaruh Teknik Relaksasi

Benson Dan Murottal Al-Qur’an Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Primer” dengan reponden penderita hipertensi primer. Sample yang didapat berjumlah

30 orang yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. 15 orang menjadi kelompok

kontrol dan 15 orang menjadi kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan ada

perbedaan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah

tindakan pemberian intervensi yaitu terapi relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an.

Pada kelompok perlakuan atau kelompok intervensi pengukuran pre-test didapatkan

nilai rata-rata tekanan diastol 91,60 dan sistol 165, 53 mmHg, saat pengukuran post-test

nilai rata-rata tekanan diastol menjadi 87, 27 mmHg dan sistol menjadi 147, 93 mmHg

dengan nilai p value mencapai 0,000 (a<0,05). Dari hasil tersebut peniliti

menyimpulkan ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap

penurunan atau berkurangnya tekanan darah pada penderita hipertensi primer.

Handayani, Fajarsasri, & Rohmah (2016) tentang “Pengaruh Terapi Murottal

Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala

I Fase Aktif” dengan metode pre-exsperimen dengan metode pendekatan one group pretest

and posttest design. Sample yang didapat sebanyak 42 ibu bersalin dengan menggunakan

teknik sampling consecutive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya

pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri dan cemas yang

dirasakan pada ibu yang melahirkan kala I. Didapatkan hasil ada perbedaan rata-rata

dalam penurunan nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan nilai p value

<α (0,000<0,05). Sementara nilai rata-rata kecemasan sebelum intervensi adalah 26,67,

berubah setelah intervensi menjadi rata-rata 20,52. Dari hasil tersebut dapat
9

disimpulkan ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan

nyeri dan kecemasan yang dirasakan ibu bersalin kala I.

Nugroho (2014) tentang “Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an

Terhadap Penyembuhan Luka Post Sirkumsisi Di Balai Pengobatan Lamongan”

menggunakan metode penelitian comparison dengan pendekatan pra-eksperimen design:

static group comparison. Jumlah populasi sebanyak 30 anak. Sampel penelitian yang

didapat sebanyak 28 anak dengan rata-rata usia 6-10 tahu yang kemudian dibagi

menjadi kelompok perlakuan 14 anak dan kontrol 14 anak. Pengambilan sampel

menggunakan metode probability sampling, jenis simple random sampling. Penelitian

bertujuan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’an terhadap

proses penyembuhan luka pasca sirkumsisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hampir seluruh responden dengan perlakuan mengalami penyembuhan luka normal

yaitu 13 anak (92,2,1%) dan sebagian kecil responden mengalami penyembuhan luka

abnormal 1 anak (7,1%) serta hampir seluruh responden tanpa perlakuan mengalami

penyembuhan luka abnormal yaitu 11 anak (78,6%). Sebagian kecil responden

mengalami penyembuhan luka normal 3 anak (7,1%). Rata-rata penyembuhan luka

pada kelompok perlakuan 7-10 hari sementara kelompok kontrol >10 hari. Setelah

dilakukan uji statistik didapatkan nilai X2 hitung = 14.583 dan (p = 0,000).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Nyeri
2.1.1 Definisi Nyeri

Menurut Asosiasi Nyeri Internaional (International Association For The Study Of

Pain (IASP)) dalam Andarmoyo, S (2013) nyeri merupakan pengalaman emosional

sensori yang tidak menyenangkan dan dirasakan secara subjektif biasanya berkaitan

dengan adanya kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau dirasakan saat

terjadi suatu kerusakan. Pendapat lain mengemukakan nyeri merupakan suatu

pengalaman sensorik atau emosional yang tidak nyaman berhubungan dengan

kerusakan jaringan yang aktual atau potensial dan bersifat subjektif biasanya

diekspresikan dengan verbal atau non verbal (Muttaqin, 2008). Dari penjelasan diatas

dapat ditarik kesimpulan bahwa nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang akibat adanya kerusakan suatu

jaringan, nyeri juga dapat dirasakan seseorang bukan dari akibat kerusakan jaringan

tetapi digambarkan seolah-olah ada kerusakan jaringan. Nyeri hanya dapat dirasakan

dan digambarkan secara akurat oleh orang yang mengalami nyeri (Zakiyah, 2015).

2.1.2 Teori Nyeri

Teori Pengontrolan Nyeri (Theory Gate Control) dikemukakan oleh Melzack dan

Well menyatakan impuls nyeri dapat diatur serta dihambat oleh adanya mekanisme

pertahanan yang terdapat disepanjang sistem saraf pusat. Terdapat semacam “pintu

gerbang” yang bisa memperlambat atau menghambat transmisi impuls nyeri yang

dirasakan oleh seseorang. Secara umum didalam tubuh terdapat dua macam

transmitrer impuls nyeri. Serabut delta A dan C atau reseptor berdiameter kecil yang

berfungi untuk menghantarkan impuls nyeri yang bersifat kasar. Reseptor ini

merupakan ujung saraf bebas yang biasanya terdapat pada seluruh permukaan kulit

10
11

serta pada struktur dalam seperti fasia, tulang, tendon, dan organ-organ dalam.

Sementara serabut beta A atau reseptor berdiameter besar berfungsi sebagai inhibitor

yaitu mentransmisikan sensasi lain seperti sentuhan, tekanan halus, dingin dan hangat.

Serabut ini tersebar diseluruh permukaan tubuh (Joyce & Hawk, 2009 dalam Zakiyah,

2015). Teori ini menyatakan impuls nyeri dihantarkan ke otak saat gerbang terbuka dan

impuls nyeri dapat dihambat saat gerbang tertutup. Upaya saat menutup pertahanan

tersebut yang kemudian menjadi dasar teori dalam menghilangkan atau menurunkan

tingkat nyeri. Ketika ada rangsangan nyeri yang dirasakan seseorang, kedua serabut

akan membawa rangsangan ke dalam kornus dorsalis yang terdapat pada medulla

spinalis posterior. Ketika rangsangan sampai di medulla spinalis akan terjadi interaksi

antara kedua serabut di area khsusus yang disebut SG (Substansia Gelatinosa). Didalam

SG akan terjadi modifikasi dan perubahan pada rangsangan yang akan mempengaruhi

sensasi nyeri yang diterima medulla spinalis dapat diteruskan ke otak atau dihambat

(Andarmoyo, 2013).

Sebelum rangsangan atau impuls nyeri diteruskan ke otak, kedua serabut baik

serabut berdiameter besar maupun serabut berdiameter kecil akan berinteraksi di area

SG. Apabila tidak terdapat impuls yang adekuat dari serabut berdiameter besar maka

rangsangan atau impuls nyeri dari serabut kecil yang akan dihantarkan ke sel pemicu

(Sel T/Trigger Cell) yang kemudian diteruskan ke otak dan akhirnya akan menimbulkan

sensasi nyeri pada seseorang. Saat impuls nyeri diteruskan ke otak, inilah yang disebut

dengan istilah “Pintu Gerbang Terbuka”. Sebaliknya apabila tidak terdapat impuls yang

adekuat dari serabut berdiameter kecil, rangsangan atau impuls nyeri dari serabut besar

yang akan dihantarkan ke sel pemicu (Sel T/Trigger Cell) yang kemudian diteruskan ke

otak dan akhirnya sensari nyeri tidak dirasakan oleh seseorang karena adanya stimulasi

sentuhan kulit, getaran, hangat dan dingin yang menghambat rangsangan atau impuls
12

nyeri dari serabut berdiameter kecil. Kondisi seperti inilah yang disebut dengan istilah

“Pintu Gerbang Tertutup” (Zakiyah, 2015).

Dalam pengahantaran rangsangan atau impuls nyeri ke otak, akan terjadi

pelepasan substansi P oleh SG (Substansia Gelatinosa) yang diduga menjadi

neurotransmiter yang utama impuls nyeri. Terdapat paling sedikit enam jalur asenden

untuk impuls nosiseptif yang terletak pada belahan ventral medulla spinalis dan yang

paling utama adalah jalur spinotalamikus (spinothalamic sract) dan jalur spinoretikuler

(spinoreticular tract). Impuls yang dibawa oleh jalur spinotalamikus (spinothalamic sract)

akan dibawa ke korteks untuk selanjutnya diinterpretasikan, sedangkan impuls yang

dibawa oleh jalur spinoretikuler (spinoreticular tract) akan dibawa ke daerah talamus dan

batang otak untuk mengaktifkan respon-respon autonomik dan limbik (afektif

motivasional) (Tamsuri, 2007).

Apabila rangsangan atau impuls diteruskan (pintu gerbang terbuka), impuls

akan diteruskan ke otak yang kemudian akan diproses dalam otak dalam tiga tingkatan

yang berbeda yakni pada talamus, otak tengah (mid brain), dan pada korteks otak.

Talamus akan berfungsi sebagai penerima rangsangan atau impuls dari jalur

spinotalamikus yang kemudian akan diteruskan ke korteks otak. Otak tengah memiliki

fungsi untuk meningkatkan kewaspadaan dari korteks akan datangnya rangsangan atau

impuls. Sementara korteks berfungsi untuk melokalisasi dan mempersepsikan

rangsangan atau impuls sesuai dengan lokasi terjadinya nyeri (Andarmoyo, 2013).

2.1.3 Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang memiliki peranan atau fungsi

terhadap penerimaan rangsangan nyeri yang dirasakan. Organ tubuh yang memiliki

fungsi sebagai reseptor atau penerima rangsangan nyeri adalah ujung saraf bebas yang
13

terdapat didalam kulit. Reseptor nyeri juga disebut dengan istilah nosiseptor yang

secara anatomis ada yang memiliki mielin dan ada yang tidak memiliki mielin.

Nosiseptor dapat dikelompokkan berdasar letaknya menjadi beberapa bagian tubuh

yaitu pada kutaneus (kulit), somatik, dan daerah visceral. Dikarenakan letaknya yang

berbeda inilah dalam respon sensasi nyeri yang dirasakan pada seseorang akan berbeda

pula. Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit juga subkutan. Nyeri yang dirasakan pada

daerah kutaneus biasanya mudah dilokalisasikan serta dapat didefinisikan. Reseptor

nyeri pada kulit dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Serabut A delta

Serabut ini merupakan serabut dengan kecepatan transmisi cepat yaitu 6-30

meter/detik yang dapat memungkinkan nyeri yang dirasakan tajam dan akan dengan

cepat menghilang bila penyebab nyeri dihilangkan atau segera diatasi.

b. Serabut C

Serabut ini merupakan serabut dengan kecepatan transmisi lambat yaitu 0,5-2

meter/detik biasanya terdapat pada daerah yang lebih dalam dan nyeri yang

dirasakan tumpul serta sulit untuk dihilangkan atau diatasi.

Sementara nosiseptor somatik dapat meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada

beberapa bagian tubuh yaitu saraf, tulang, otot, pembuluh darah, dan jaringan

penyangga lainnya. Strukturnya yang kompleks inilah yang menyebabkan nyeri somatik

biasanya akan dirasakan tumpul dan susah untuk dilokalisasi. Nosiseptor terkahir yaitu

nosiseptor viseral yang meliputi reseptor pada organ-organ visceral seperti hati, usus,

jantung, ginjal dll. Nyeri yang ditimbulkan biasanya tidak sensitif terhadap adanya

pemotongan organ akan tetapi akan sensitif apabila terhadap adanya penekanan,

inflamasi, serta juga iskemik. Nyeri visceral juga akan menyebabkan reffered pain atau

nyeri yang muncul akan dirasakan oleh seseorang pada daerah yang berbeda atau
14

berada jauh dari asal maupun lokasi stimulus terjadinya nyeri. Nyeri tersebut dapat

berpindah dikarenakan adanya sinaps jaringan visceral yang terdapat pada medulla

spinalis yang memiliki serabut yang berasal dari subkutan tubuh.

Berdasarkan jenis rangsangan yang diterima nosiseptor dapat digolongkan

beberapa jenis nosiseptor yaitu : nosiseptor termal, elektrik, kimia, dan nosiseptor

mekanik. Adanya berbagai macam nosiseptor ini akan memungkinkan terjadinya nyeri

karena pengaruh perubahan suhu atau panas, listrik, kimia, dan mekanis. Serabut nyeri

jenis A delta akan lebih banyak dipengaruhi oleh rangsangan mekanik daripada kimia

dan panas. Sementara serabut nyeri C lebih banyak dipengaruhi oleh rangsangan kimia,

suhu, dan mekanik (Tamsuri, 2007).

2.1.4 Klasifikasi Nyeri

Nyeri diklasifikasikan atau dikelompokkan menjadi beberapa yaitu berdasar

waktu kejadian atau lama keluhan, berdasarkan lokasi terjadinya nyeri, dan berdasakan

etiologi atau penyebab (Zakiyah, 2015).

2.1.4.1 Nyeri Berdasarkan Waktu Kejadian Atau Lama Keluhan


a. Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang diartikan sebagai nyeri yang beronset baru

dan durasi nyeri yang dirasakan cepat (Ferdinand, Basuki, & Isngadi, 2014). Nyeri

akut umumnya akan dirasakan dan dapat diantisipasi atau diprediksi kurang dari

setangah tahun atau enam bulan biasanya kurang dari satu bulan (Ambarwati, 2013).

Nyeri akut juga dedefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan dalam beberapa detik

hingga kurang dari enam bulan (Brunner & Suddart, 2016 dalam Anggriana, 2017).

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik ialah nyeri yang didefinisikan sebagai nyeri yang bersifat konstan

(tetap) atau intermiten dan akan menetap dalam periode waktu tertentu
15

(Andarmoyo, 2013). Nyeri kronik biasanya akan berlangsung lama dengan intensitas

yang bervariasi dengan kurun waktu lebih dari enam bulan bahkan bisa bertahan

bertahun-tahun (Nugraha & Sugianto, 2017).

2.1.4.2 Nyeri Berdasarkan Lokasi Terjadinya Nyeri


a. Nyeri Viseral (Visceral Pain)

Nyeri viseral adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan oleh

adanya rangsangan pada organ atau struktur didalam perut atau nyeri yang dirasakan

akibat kerusakan organ internal (Zakiyah, 2015). Nyeri ini biasanya akan berdurasi

cukup lama dan bersifat difus serta sensasi yang dirasakan akan bersifat tumpul

(Tamsuri, 2007).

b. Nyeri Somatik (Somatic Pain)

Nyeri somatik adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan

oleh adanya rangsangan nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan pada organ

soma seperti kulit, otot, tendon, tulang, atau ligamen. Gejala nyeri ini biasanya

bersifat tajam dan lokalisasinya jelas, sehingga saat kita menyentuh atau

menggerakkan bagian yang mengalami cidera biasanya nyeri akan dirasakan semakin

bertambah berat (Moeliono, 2008).

c. Nyeri Pantom (Phantom Pain)

Nyeri pantom adalah nyeri yang dirasakan secara khusus oleh seseorang yang

mengalami amputasi ekstremitas. Klien mempersepsikan nyeri berada pada organ

yang diamputasi seolah-olah organ tersebut masih ada (Indriani, 2014).

d. Nyeri Menjalar (Radiation of Pain)

Nyeri menjalar atau nyeri radiasi adalah sensasi nyeri yang dirasakan oleh

seseorang akan meluas dari tempat awal terjadinya nyeri atau cidera ke bagian tubuh

yang lain. Sifat dari nyeri radiasi adalah nyeri terasa menyebar ke bagian tubuh
16

bagian bawah atau sepanjang bagian tubuh dan nyeri ini akan menjadi konstan atau

intermiten (Andarmoyo, 2013).

e. Nyeri Alih (Reffered Pain)

Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan oleh

adanya nyeri viseral yang menjalar ke bagian tubuh atau organ lain sehingga sensasi

nyeri yang dirasakan akan berbeda dan berada pada beberapa tempat. Hal ini

dikarenakan adanya neuron sensori yang masuk ke medulla spinalis dan mengalami

sinapsis dengan neuron yang berada pada organ atau bagian tubuh lain (Tamsuri,

2007).

2.1.4.3 Nyeri Berdasarkan Etiologi Atau Penyebab Nyeri


a. Nyeri Fisiologi

Nyeri fisiologi atau nyeri organik adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang

yang diakibatkan oleh adanya kerusakan pada organ tubuh. Nyeri ini akan sangat

mudah dikenali penyebabnya sebagai penyakit, cidera, dan pembedahan pada organ

ataupun pada bagian tubuh (Zakiyah, 2015).

b. Nyeri Neurogenik

Nyeri neurogenik adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan

oleh adanya kerusakan atau gangguan pada neuron dan bisa bersifat akut ataupun

kronis (Tamsuri, 2007).

c. Nyeri Psikogenik

Nyeri psikogenik merupakan nyeri yang diakibatkan oleh adanya factor-faktor

psikologis seperti cemas atau takut yang dirasakan oleh klien (Zakiyah, 2015).

Jika dilihat dari penjelasan diatas, nyeri pasca sirkumsisi apabila dilihat dari

waktu kejadian atau lama keluhan termasuk nyeri akut karena bersifat sementara.

Apabila dilihat berdasarkan lokasinya nyeri pasca sirkumsisi termasuk nyeri somatik
17

karena nyeri yang dirasakan diakibatkan oleh adanya kerusakan pada jaringan kulit.

Apabila dilihat berdasarkan etiologinya nyeri pasca sirkumsisi termasuk ke dalam nyeri

fisiologis karena nyeri yang dirasakan disebabkan oleh adanya proses pembedahan.

2.1.5 Alat Ukur Nyeri

Intensitas nyeri merupakan deskripsi yang dikemukakan seseorang terhadap

besar tidaknya nyeri yang dirasakan (Sulvi, 2011). Penilaian nyeri bisa dilakukan dengan

berbagai cara salah satunya menggunakan Wong-Baker FACES Pain Rating Scale. Skala

ini digambarkan dengan beberapa gambar wajah kartun dengan ekspresi wajah dari

tersenyum hingga menangis dari kiri ke kanan yang digunakan untuk mewakili

intensitas nyeri anak-anak (Lin, Lin, Lee, & Hsieh, 2015). Skala ini cocok digunakan

pada dewasa atau pada anak-anak usia >3 tahun yang belum bisa mendeskripsikan

sensasi nyeri dengan angka (Yudiyanta, Khoirunnisa, Novitasari, 2015).

Gambar 2.1 : Skala Nyeri (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale)

Sumber : Lin, et.al. How Children Perceive And Understand The Facial Expression Of Face

Pain Rating Scale.(2015)


18

Jelaskan pada anak untuk pengertian dari setiap gambar wajah. Bagi individu

yang senang karena tidak mengalami nyeri atau sedih karena mengalami nyeri baik

sedikit atau banyak. Wajah 0 artinya sangat senang dan tidak terdapat nyeri. wajah 1

artinya nyeri yang dirasakan sangat sedikit. Wajah 2 artinya nyeri yang dirasakan sedikit

lebih banyak dibandingkan wajah 1. Wajah 3 artinya nyeri yang dirasakan lebih banyak

dibandingkan pada wajah 2. Wajah 4 artinya nyeri yang dirasakan sangat nyeri.

Sementara pada wajah 5 artinya nyeri yang dirasakan sebanyak yang individu bayangkan

meskipun tidak harus menangis untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan. Minta

agar anak memilih salah satu gambar wajah yang menggambarkan nyeri yang dirasakan

dan tandai dibawah wajah yang dipilih dan catat pada lembar pengkajian nyeri. Contoh

instruksi singkat saat menggunakan skala wajah. “Seberapa sakit atau hebat nyeri yang

kamu rasakan sekarang?” bila anak tidak merespon dan tampak bingung, tunjuk wajah

0 dan katakan pada anak “Wajah ini tidak ada nyeri sama sekali”. Pindahkan jari pada

gambar wajah 5 dan katakan pada anak “Wajah ini artinya nyeri yang dirasakan sangat

nyeri sebanyak yang dapat kamu bayangkan, meskipun kamu tidak harus menangis

untuk merasakan nyeri ini” (Wong, 2004).

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


2.1.6.1 Usia

Usia memiliki peranan penting dalam mempersepsikan rasa nyeri. Usia akan

mempengaruhi seseorang terhadap sensasi nyeri baik persepsi maupun ekspresi.

Perkembangan usia baik anak-anak, dewasa, dan lansia akan sangat berpengaruh

terhadap nyeri yang dirasakan. Usia anak-anak akan sulit menginterpretasikan dan

melokalisasikan nyeri yang dirasakan karena belum dapat mengucapkan kata-kata dan

mengungkapkan secara verbal maupun mengekspresikan nyeri yang dirasakan sehingga


19

nyeri yang dirasakan biasanya akan diinterpretasikan kepada orang tua atau tenaga

kesehatan. Pada usia lansia, juga akan mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan

nyeri akibat penurunan fungsi tubuh dan menganggap nyeri sebagai suatu yang harus

mereka terima. Berbeda dengan anak-anak dan lansia, respon orang dewasa terhadap

nyeri akan menganggap nyeri sebagai suatu kelemahan dan kegagalan sehingga nyeri

biasanya akan mudah diinterpretasikan juga dilokalisasikan (Zakiyah, 2015).

2.1.6.2 Jenis Kelamin

Secara umum jenis kelamin laki-laki maupun perempuan tidak terdapat

perbedaan dalam merespon suatu sensasi nyeri. Beberapa kebudayaan akan

berpengaruh dalam merespon nyeri seperti budaya yang mengaharuskan seorang laki-

laki tidak diperkenankan menangis dan harus berani sedangkan seorang perempuan

diperbolehkan menangis dalam situasi dan kodisi yang sama (Potter & Perry, 2006

dalam Andarmoyo, 2013).

2.1.6.3 Kebudayaan

Kebudayaan ataupun nilai-nilai keyakinan pada seseorang akan mempengaruhi

dalam merespon nyeri. Seseorang akan mempelajari apa yang diterima dan diharapkan

sesuai dengan budaya mereka termasuk dalam merespon nyeri (Andarmoyo, 2013).

2.1.6.4 Mekanisme Koping

Mekanisme koping pada seseorang akan berpengaruh terhadap sensai nyeri

yang dirasakan. Seseorang dengan lokus kendali internal akan mepersepsikan diri

sebagai seseorang yang bisa mengendalikan sesuatu seperti nyeri. Sebaliknya seseorang

dengan lokus kendali eskternal akan susah dalam mengatasi sensasi nyeri yang

dirasakan (Zakiyah, 2015).


20

2.2 Konsep Relaksasi


2.2.1 Definisi Relaksasi

Relaksasi adalah teknik yang dilakukan untuk mengatasi stres dimana akan

terjadi peningkatan aliran darah sehingga perasaan cemas dan khawatir akan berkurang

(Abbasi, et.al. 2018). Relaksasi merupakan proses merilekskan otot-otot yang

mengalami ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar tercapai

kondisi yang nyaman atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus, 2014).

2.2.2 Manfaat Relaksasi

Relaksasi memiliki banyak manfaat diantaranya adalah mengurangi tingkat stres

pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan (Tsitsi et.al, 2017). Manfaat yang

sama juga dijelaskan oleh peneliti lain bahwasannya relaksasi dapat mengurangi tingkat

stres, kecemasan, memberikan perasaan tenang, denyut jantung menurun serta

memiliki efek yang positif bagi ibu hamil bahkan bisa mencegah bayi lahir dengan berat

badan rendah serta mengurangi kelahiran dengan cara sesar (Muller, Hammil, &

Herman, 2016). Manfaat lain adalah dapat mengurangi nyeri pada seseorang (Christaki

& Yfandopoulou, 2014). Manfaat relaksasi secara umum menurut Utami (2001) dalam

Aryani (2016) meliputi :

1. Relaksasi dapat membuat seseorang lebih mampu menghindari reaksi berlebih

akibat stres.

2. Masalah-masalah yang timbul akibat stres seperti, sakit kepala, tekanan darah

tinggi, insomnia, dan perilaku-perilaku buruk dapat berkurang.

3. Mengurangi tingkat kecemasan pada seseorang dan menunjukkan efek fisiologis

yang positif.

4. Meningkatkan semangat pada seseorang dalam melakukan aktifitas.

5. Meningkatkan hubungan interpersonal dan harga diri pada seseorang.


21

Jika kita simpulkan dari beberapa penjelasan diatas manfaat relaksasi sendiri

meliputi mengurangi perasaan cemas, meningkatkan perasaan tenang dan damai,

mengurangi ketegangan otot, serta meningkatkan energi dan memperbaiki fisiologis

tubuh.

2.2.3 Jenis-Jenis Relaksasi

Menurut Miltenberger (2004) dalam Aryani (2016) relakasasi dibedakan

menjadi empat macam yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi

pernapasan (diaphragmatic breathing), relaksasi dengan cara meditasi (attention focussing

exercises), dan relaksasi perilaku (behavioural relaxation training) dan lain sebagainya.

2.2.3.1 Relaksasi Otot (Progressive Muscle Relaxation)

Relaksasi otot (Progressive Muscle Relaxation) ialah bagian dari terapi

komplementer yang merupakan terapi mindbody (Avianti, Desmaniarti, & Rumahorbo,

2016). Relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang bisa kita gunakan

untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan otot serta untuk mencapai rasa

nyaman tanpa tergantung pada hal ataupun subjek yang berada diluar dirinya. Dengan

menegangkan serta mengendorkan beberapa otot akan berdampak pada rileks

seseorang sehingga dapat mengurangi kontraksi otot (Resti, 2014). Relaksasi otot`

progresif memiliki manfaat seperti yang dijelaskan dalam penelitian yang

menyimpulkan bahwa relaksasi otot dapat memperbaiki kondisi emosional, fungsional,

dan fisik yang lebih baik serta dapat meningkatkan kualitas hidup pada penederita

diabetes tipe dua (Bravo, et.al. 2017). Manfaat lain adalah dengan melakukan relaksasi

otot progresif dapat membuat seseorang menghilangkan stres dan menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi (Kumutha, Aruna, Poongodi, 2014).


22

2.2.3.2 Relaksasi Meditasi (Attention Focussing Exercises)

Relaksasi Meditasi (Attention Focussing Exercises) adalah salah satu metode latihan

yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mengkoordinasi tubuh dan pikirannya

menjadi lebih efektif, dan melatih perhatian untuk meningkatkan kesadaran sehingga

memungkinkan orang tersebut untuk menjaga keseimbangan mental dan mencapai

ketenangan yang selanjutnya akan membuat proses mental lebih dapat dikontrol secara

sadar. Efek dari meditasi sendiri adalah meningkatkan gelombang otak yang terdapat

saat seseorang dalam keadaan rileks yaitu gelombang alpha (Kamiliyah & Ervina, 2015).

Manfaat dari relaksasi meditasi sendiri meliputi dapat mencegah berbagai penyakit,

seperti hipertensi, dapat meningkatkan kemampuan fisik, meningkatkan keseimbangan

baik pikiran maupun fisik, meningkatkan pengendalian diri, dan meningkatkan kualitas

hidup pada lansia yang menderita hipertensi (Widodo & Purwaningsih, 2013). Manfaat

lain adalah dapat mengurangi stres yang dialami seseorang serta dapat memberikan

perasaan tenang dan damai (Hijriyan, 2014).

2.2.3.3 Relaksasi Perilaku (Behavioural Relaxation Training)

Relaksasi Perilaku (Behavioural Relaxation Training) adalah teknik relaksasi yang

menggunakan teknik yang menerapkan bagaimana seseorang dapat belajar terhadap

kondisi-kondisi yang dapat menentukan tingkah laku mereka dalam artian dengan

teknik relaksasi tingkah laku diharapkan dapat memperbai tingkah laku yang lebih

positif (Sutarjo, 2014). Terapi perilaku akan berdampak terhadap terciptanya kondisi

rileks dan santai. Anggota badan akan mengalami santai meliputi kepala, mata, mulut,

bahu, badan, kaki, tangan, dan pernapasan (Lundervold, Pahwa, Lyons, 2013). Manfaat

dari relaksasi perilaku adalah memperbaiki perilaku buruk pada siswa (Sutarjo, 2014),

dapat mengurangi nyeri atau sakit kepala (Salman & Berk, 2017), mengatasi insomnia
23

(Horsch, et.al. 2017), dan bermanfaat dalam mengatasi kecemasan sosial yang dialami

seseorang (Asrori, 2015).

2.2.3.4 Relaksasi Pernapasan (Diaphragmatic Breathing)

Relaksasi pernapasan (Diaphragmatic Breathing) adalah pernapasan yang diatur

secara pelan, dalam keadaan sadar, dan melibatkan kerja dari oto-otot perut atau

diafragma dengan frekuensi waktu tertentu (Koban, Yuniarlina, & Susilo, 2014).

Relaksasi pernapasan merupakan bentuk latihan tubuh dan pikiran integratif yang

efisien dalam mengatasi kondisi stres dan masalah psikosomatik. Pernapasan diafragma

melibatkan kinerja kontraksi dari otot diafragma dan pengembangan perut saat proses

inhalasi pernapasan yang berdampak pada menurunnya frekuensi respirasi serta

memaksimalkan jumlah gas dalam darah (Ma, et.al. 2017). Manfaat dari relaksasi

pernapasan adalah mencegah hipoksemia paska operasi, memperbaiki ventilasi dan

oksigenasi pernapasan, serta dapat menurunkan kinerja pernapasan sehingga otot-otot

tidak terlalu keras dalam bekerja (Alapharti, Augustine, Anand, & Mahale, 2016). Salah

satu teknik relaksasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah relaksasi pernapasan

yaitu teknik relaksasi Benson.

2.3 Relaksasi Benson


2.3.1 Definisi Relaksasi Benson

Teknik relaksasi Benson adalah teknik relaksasi napas dalam dengan

penambahan kata-kata atau frase-frase yang sesuai dengan keyakinan atau religiunitas

seseorang (Rasubala, Kumaat, & Mulyadi, 2017). Relaksasi Benson akan melibatkan

faktor keyakinan seseorang yang dapat membantu seseorang menciptakan lingkungan

internal positif sehingga membantu dalam mencapai kondisi kesejahteraan dan

kesehatan yang lebih baik. Kelebihan teknik ini dibandingkan dengan teknik lain adalah
24

mudah dilakukan dalam kondisi apapun dan tidak ada efek samping yang ditimbulkan

(Aryana & Novitasari, 2013).

2.3.2 Pengaruh Relaksasi Benson

Tujuan utama dalam kegiatan relaksasi adalah tercapainya kondisi rileks pada

seseorang secara menyeluruh yang meliputi fisiologis, kognitif, dan behavioral. Secara

fisiologis keadaan rileks pada seseorang akan ditandai dengan adanya penurunan kadar

epinefrin maupun non epinefrin dalam darah, adanya penurunan frekuensi denyut

jantung yang dapat mencapai 24 kali/menit, adanya penurunan tekanan darah dan

frekuensi napas sampai mencapai 4-6 kali/menit, adanya penurunan metabolisme dan

ketegangan otot, serta akan meningkatkan vasodilatasi dan peningkatan suhu pada

daerah ekstremitas (Hidayat & Ekaputri, 2015). Saat terjadi proses pelepasan mediator

kimia seperti bradikinin, prostaglandin, dan substansi P akan merangsang saraf simpatis

yang akan meyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga tonus otot meningkat

dan impuls nyeri akan diteruskan ke otak dari medulla spinalis kemudian dipersepsikan

sebagai nyeri (Utami, 2014).

Relaksasi dapat mengurangi nyeri melalui mekanisme yaitu saat relaksasi otot-

otot skeletal yang mengalami spasme akan rileks dan mengalami vasodilatasi sehingga

akan memperbaiki supalai aliran darah yang mengalami spasme atau iskemik. Relaksasi

juga dapat merangsang pengeluaran hormon opioid endogen yaitu endorfin dan

enkefalin. Relaksasi juga tidak membutuhkan alat mapun biaya yang banyak sehingga

bisa dilakukan oleh siapapun dan dimanapun (Utami, 2014). Saat endorfin dikeluarkan

oleh otak, nyeri yang dirasakan seseorang akan berkurang dan seseorang akan

mengalami relaksasi (Utami, 2016).

Keberhasilan dalam melakukan relaksasi tergantung dari fisiologi sistem syaraf

perifer yang berfungsi mengendalikan dan mempertahankan homeostasis lingkungan


25

internal seseorang (Rampengan, Rondonuwu, & Onibala, 2014). Relaksasi akan

memberikan kontrol seseorang terhadap stres fisik, emosi, dan rasa tidak nyaman.

Relaksasi Benson yang melibatkan faktor keyakinan pasien akan menciptakan

lingkungan internal seseorang sehingga seseorang dapat mecapai kondisi kesehtan yang

lebih baik. Relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut oleh seseorang seperti

relaksasi Benson, akan melipat gandakan keyakinan seseorang dan juga melipat

gandakan manfaat yang didapat dari relaksasi tersebut. Relaksasi Benson yang dalam

pelaksanaanya menuntut seseorang untuk mengucapakan frase sesuai keyankinannya,

akan bermanfaat sebagai fokus keyakinan dan dengan frase tersebut akan mendorong

efek yang menyehatkan. Semakin kuat keyakinan pada seseorang yang bercampur

dengan respon relaksasi, maka akan semakin besar pula efek atau hasil relaksasi yang

akan didapat (Sahar, 2016).

2.3.3 Langkah-Langkah Melakukan Relaksasi Benson

Berikut merupakan langkah-langkah seperti yang dijelaskan oleh Benson

(1975) meliputi :

1. Memilih satu kata yang sesuai dengan keyakinan pasien. Mengajurkan pasien

untuk memilih kata yang memiliki arti khusus bagi pasien yang terkait dengan

keyakinannya seperti Oh God, Yesus, dll. Karena dalam penelitian ini target

penelitian adalah seorang muslim kata-kata yang berkaitan dengan religiunitas

seseorang diganti sesuai keyakinanya seperti Allah, Astaghfirullah, tenang, dll.

Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengaktifkan keyakinan serta

meningkatkan keinginan untuk mengikuti teknik relaksasi.

2. Mengatur posisi senyaman mungkin sesuai keinginan pasien bisa duduk,

setengah duduk, duduk setengah berbaring, atau bisa berbaring. Tujuannya

agar pasien mencapai rileks dengan kondisi yang nyaman.


26

3. Memejamkan kedua mata tanpa harus dipaksakan, memejamkan mata harus

dilakukan sewajarnya tanpa memaksakan untuk memejamkan mata.

4. Melemaskan seluruh otot dimulai dari anggota tubuh bagian bawah, dengan

mengendurkan otot-otot kaki, betis, paha, dan perut. Kemudian melemaskan

atau mengendurkan otot-otot kepala dan leher serta pundak pasien dengan cara

memutar atau mengangkat kepala secara perlahan-lahan. Setelah kepala, leher,

dan pundak bisa kemudian merilekskan kedua tangan dengan cara ulurkan

kemudian kendurkan dan biarkan tangan terkulai dengan sendirinya

dipangkuan pasien.

5. Melakukan napas dalam sesuai ritme dan hitungan dengan berfokus pada kata

atau keyakinan pasien. Meminta pasien untuk bernapas melalui hidung sambil

memusatkan perhatian pasien kepada pengembangan perut kemudian

mengeluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan. Saat mengeluarkan napas

melalui mulut, minta pasien untuk mengucapkan kata atau ungkapan yang

sudah dipilih kemudian diulang dalam hati saat periode mengeluarkan napas

tersebut.

6. Mempertahankan sikap pasif atau konsentrasi pasien dari berbagai macam hal

yang mengganggu konsentrasi. Oleh karena itu perlu adanya lingkungan yng

mendukung kegiatan relaksasi dan meminta pasien untuk selalu

mempertahakan sikap pasif tanpa memperdulikan hal-hal disekitar.

7. Lanjtukan kegiatan sampai jangka waktu tertentu. Kegiatan dilakukan selama

kurang lebih 10-20 menit tergantung keadaan rileks dari pasien.

8. Kegiatan relaksasi dilakukan satu atau dua kali dalam sehari.

Benson, (1977) menyebutkan ada empat elemen yang menunjang agar tercipta

kondisi yang rileks meliputi adanya frase atau kata yang diucapkan secara berulang,
27

sikap yang tenang dan pasif, mengendurkan atau mengistirahatkan tonus otot-otot,

serta lingkungan yang kondusif dan relatif tenang.

2.4 Terapi Murottal Al-Qur’an


2.4.1 Definisi Al-Qur’an

Al-Qur’an secara etimologi berasal dari kata qira’ah yang merupakan akar kata

dari qara’a, qira’atan wa qur’anan yang berarti bacaan. Al-Qur’an merupakan kalam atau

firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan bagi siapa yang

membacanya merupakan ibadah (Abdullah, 2014). Al-Qur’an merupakan kumpulan

firman Allah yang diturunkan kepada Rosulnya yaitu Nabi Muhammad SAW 15 abad

yang lalu yang digunakan sebagai pedoman hidup manusia (Ilmi, 2008).

Al-Qur’an selain sebagai petunjuk bagi umat islam, juga berfungsi sebagai

cahaya rahmat dari Allah SWT dalam artian Al-Qur’an selalu memberikan kebaikan

kepada para pembacanya. Fungsi yang kedua adalah sebagai obat penawar, artinya isi

Al-Qur’an secara maknawi, surat-suratnya, ayat-ayatnya, bahkan setiap huruf dalam Al-

Qur’an berpotensi sebagai obat atau penyembuhan. Seperti yang sudah difirmankan

oleh Allah SWT dalam surah Yunus ayat 57 yang artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya

telah datang kepadamu suatu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh segala penyakit yang ada di

dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Yunus:57). Dari

ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwasannya wahyu Allah memiliki fungsi

dalam menyembuhkan penyakit rohani seperti rasa ragu-ragu, takabbur, iri dan dengki

dan Al-Qur’an mampu memberikan kecintaan dan ketenangan bagi pembacanya (Latif,

2014).

2.4.2 Definisi Murottal Al-Qur’an

Terapi murottal Al-Qur’an adalah teknik distraksi dengan cara mendengar

lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an (Suyanto, 2013). Murottal Al-Qur’an merupakan


28

terapi dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam

sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi tubuh seseorang (Muhidin,

Saputra, Novitasari, & Utomo, 2016).

2.4.3 Pengaruh Murottal Al-Qur’an

Pengaruh distraksi sendiri adalah dengan menstimulasi sistem kontrol

desenden sehingga impuls nyeri yang diteruskan ke otak akan sedikit dengan demikian

nyeri tidak akan dirasakan oleh seseorang (Utami, 2016). Karakteristik jenis audio yang

dapat dijadikan sebagai terapi adalah memiliki tempo 61-80 beat permenit dengan

frekuensi 40-60 Hz, dan didengarkan dalam sehari minimal satu kali (Perdana, (2016)

dalam Khodriyati, 2016). Hal tersebut sesuai dengan jurnal yang meyebutkan

bahwasannya karakterisitik audio murottal Al-Qur’an dapat meningkatkan produksi

gelombang delta sebanyak 50%, sementara apabila otak berada pada gelombang delta

tubuh akan merasa rileks dan merasakan ketenangan jiwa. Lantunan ayat suci Al-

Qur’an memiliki frekuensi 0,5-3 Hz yang artinya dapat mempengaruhi gelombang

delta. Semakin tinggi gelombang delta seseorang maka akan semakin tinggi pula

relaksasi yang akan dicapai seseorang (Zanzabiela & Alphianti, 2015).

Audio murottal yang didengarkan oleh seseorang akan dikirim melalui akson-

akson serabut sensorik asenden ke RAS (Reticular Activating System) yang memiliki fungsi

mengkoordinir stimulus dari luar dan fokus perhatian seseorang. Stimulus yang masuk

ke RAS akan diteruskan dan ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus yang

melewati area-area pada korteks serebral, sistem limbik dan korpus collosum, dan juga

melewati saraf otonom dan sistem saraf neuroendokrin. Sebagaimana kita tahu sistem

saraf terdiri dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Audiro murottal Al-Qur’an akan

merangsang sistem saraf simpatis maupun parasimpatis untuk menghasilkan respon

relaksasi. Audio murottal akan merangsang pengeluaran hormon endorfin serta


29

mengurangi pengeluaran hormon katekolamin seperti epineprin dan noreepineprin

dari medulla adrenal. Penurunan hormon tersebut akan membantu mengurangi

vasokontriksi akibat nyeri sehingga membantu dalam memperbaiki tanda-tanda vital,

tekanan darah yang stabil, frekuensi nadi turun, dan meningkatkan oksigen dalam darah

(Khodriyati, 2016). Audio murottal Al-Qur’an juga dapat mengaktifkan sel-sel tubuh

yaitu dengan mengubah getaran suara yang kita dengar menjadi suatu gelombang yang

akan ditangkap dan dipersepsikan oleh otak. Otak akan memproduksi atau

mengeluarkan hormon opioid untuk memblokade impuls nyeri (Rilla, Ropi, & Sriati,

2014).

Audio murottal Al-Qur’an dalam penelitian ini, peneliti memilih surah Ar-

Rahman dengan qori’ bernama Muhammad Taha Al-Junayd versi umur 14 tahun.

2.4.4 Langkah-Langkah

1. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan yaitu headset dan handphone atau tape

recorder yang berisi rekaman atau audio murottal Al-Qur’an.

2. Gunakan lingkungan yang kondusif dengan posisi senyaman mungkin.

3. Mendengarkan murottal al-Qur’an selama 10-15 menit ( Handayani, 2014)

2.5 Sirkumsisi
2.5.1 Definisi Sirkumsisi

Secara medis sirkumsisi adalah suatu tindakan operasi atau pembedahan

dengan membuang preputium penis untuk membersihkan penis dari berbagai kotoran

yang melekat pada ujung penis yang mungkin menjadi penyebab berbagai penyakit

(Khasanah, 2014). Khitan disebut juga dengan istilah sirkumsisi yang artinya sayatan

melingkar, atau diidentikkan dengan pemotongan atau penyayatan secara melingkar

terhadap prepusium yang menutupi glans penis. Sirkumsisi dilakukan dengan berbagai
30

tujuan meliputi agama, indikasi medis yang mengharuskan seseorang melakukan

sirkumsisi, fimosis atau keadaan prepusium tidak dapat ditarik kearah belakang

melewati glans penis, parafimosisi atau keadaan prepusium dapat ditarik kearah

belakang melewati glans penis namun tidak dapat kembali ke posisi semula, pecegahan

terhadap tumor ganas, dan untuk membuang condyloma accuminta (veneral warst)

(Hermana, 2000).

2.5.2 Teknik Insisi Operasi Sirkumsisi


1. Teknik Insisi Metode Klasik (Guillotine)

Teknik dengan metode klasik merupakan teknik yang dilakukan dengan cara

menjepit bagian penis yaitu pada bagian prepusium secara melintang dengan sumbu

panjang penis, kemudian memotong bagian kulup atau prepusium penis yang dijepit.

Pemotongan bisa dilakukan dibagian proksimal atau dibagian distal dari klem. Teknik

klasik merupakan teknik yang harus dilakukan oleh orang yang mahir karena dengan

teknik ini biasanya perdarahan akan lebih banyak akibat dari insisi pada bagian

prepusium penis (Karakata, & Bachsinar, 1995). Disebut klasik karena merupakan

teknik yang paling lama yang diterapkan dan digunakan oleh dokter maupun ahli sunat.

(Hermana, 2000). Kelebihan dari teknik ini adalah hasil insisi akan lebih rata, tekniknya

sederhana, dan waktu pelaksanaan relatif lebih cepat. Kekurangan dari teknik ini

meliputi kemungkinan akan melukai glans penis dan perdarahan akan lebih banyak

(Karakata, & Bachsinar, 1995).

2. Teknik Insisi Metode Dorsumsisi (Dorsal Slit Operation)

Teknik dengan metode dorsumsisi merupakan teknik yang hampir sama

dengan teknik klasik yaitu dengan menginsisi bagian prepusium yang berpatokan

kepada sayatan mukosa dan kulit yang memanjang pada dorsum atau searah jam 12.

Teknik dorsumsisi dilakukan dengan cara memotong prepusium penis pada bagian
31

dorsal pada arah jam 12 sejajar sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian

pemotongan dilakukan secara sirkuler kekanan dan kekiri sejajar dengan sulcus

coronaries (Hermana, 2000). Keuntungan dari teknik ini adalah kelebihan mukosa kulit

dapat kita atur, kemungkinan melukai glans penis lebih kecil dibandingkan dengan

metode klasik, dan perdarahan mudah diatasi karena dilakukan secara bertahap

(Karakata, & Bachsinar, 1995).

3. Teknik Insisi Plestiblle

Pada teknik plestiblle insisi atau pemotongan dilakukan dengan memotong

prepusium penis dengan mengedepankan perlindungan pada daerah glans penis.

Teknik plestiblle dilakukan dengan bantuan klem yang berbentuk corong disebut

dengan klem pestiblle yang memiliki fungsi melindungi glans penis dan juga sebagai

tumpuan atau landasan insisi. Keuntungannya adalah resiko glans penis terluka atau

ikut tergores oleh pisau sangat kecil karena terlindungi klem yang menutupinya

(Hermana, 2000).

4. Teknik Insisi Dengan Laser

Teknik insisi dengan laser merupakan teknik insisi pada dasarnya sama dengan

teknik yang lain yaitu memakai bantuan klem baik itu circum clamp atau plestiblle klem

akan tetapi proses insisi atau pemotongan prepusium tidak dilakukan menggunakan

pisau melainkan oleh laser. Sehingga keuntungan dari teknik ini adalah perdarah yang

sedikit dan proses pelaksanaan akan lebih cepat (Hermana, 2000).

Teknik insisi yang digunakan di rumah sunat Dr. Jaka Singosari, Malang adalah

teknik laser dan teknik klem atau insisi pletiblle. Akan tetapi yang paling sering

digunakan adalah teknik insisi pletiblle.


32

2.6 Efek Kombinasi Relaksasi Benson dan Murottal Al-Qur’an (RBMA)


Terhadap Penurunan Nyeri
Relaksasi merupakan teknik yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk

mengurangi ketegangan pada seseorang dengan cara melemaskan otot-otot pada tubuh

sehingga meregangkan otot-otot yang mengalami ketegangan menjadi rileks atau dapat

diartikan sebagai kembalinya otot-otot seperti semula setelah mengalami ketegangan

otot (Varvogli & Darvivi, (2011) dalam Sulistyarini, 2013). Didalam tubuh manusia

terdapat dua sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan juga sistem saraf otonom. Sistem

saraf pusat mengendalikan gerakan-gerakan yang kita sadari seperti gerakan kaki,

tangan, leher, dan lain sebagainya. Sedangkan saraf otonom bekerja dibawah kesadaran

kita atau diluar dari kehendak kita seperti gerakan otomatis kardiovaskuler dan lain

sebagainya (Sulistyarini, 2013). Saraf otonom sendiri terdiri dari dua sistem saraf yang

bekerja secara berlawanan yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis

(Sulistyarini, 2013). Sistem saraf simpatis merupakan sistem saraf yang bekerja untuk

meningkatkan rangsangan ataupun memacu denyut jantung, pernapasan, organ-organ

tubuh, pelebaran pembuluh darah, penurunan temperatur kulit dan menghambat

proses seksual dan digestif. Sedangkan sistem saraf parasimpatis merupakan sistem

saraf yang bekerja berlawanan dengan sistem saraf simpatis (Wahyuni, 2012). Saat

seseorang mengalami ketegangan yang akan bekerja adalah sistem saraf simpatis dan

sebaliknya saat seseorang dalam keadaan rileks yang akan bekerja adalah sistem saraf

parasimpatis (Sulistyarini, 2013).

Relaksasi banyak sekali macamnya salah satunya adalah teknik relaksasi

Benson. Teknik relaksasi Benson adalah teknik relaksasi napas dalam dengan

penambahan kata-kata yang sesuai dengan keyakinan atau religiunitas seseorang

(Rasubala, et.al. 2017). Teknik relaksasi pernapasan memiliki tujuan agar melatih
33

pernapasan dengan mengatur irama bernapas dengan teratur dan benar sehingga

penghayatan dan juga pemusatan pikiran akan berfokus kepada mempercepat proses

penyembuhan atau menghilangkan stres serta meningkatkan dan memelihara

kesehatan fisik maupun mental. Dengan mengolah pernapasan akan terjadi pemusatan

pikiran sehingga pembuluh darah akan mengalami elastisitas yang menyebabkan

sirkulasi dan aliran darah menjadi lancar akibatnya akan tercapai kondisi yang hangat

dan rileks. Kerja jantung kan lebih ringan yang akan mempengaruhi kinerja dari organ-

organ tubuh lain (Handoyo, (2002) dalam Ekawaldi, 2014). Relaksasi Benson akan

melibatkan faktor keyakinan atau religius seseorang yang dapat membantu seseorang

menciptakan lingkungan internal sehingga membantu dalam mencapai kondisi

kesejahteraan dan kesehatan yang lebih baik dan mempermudah seseorang mencapai

kondisi rileks (Aryana & Novitasari, 2013). Dikatan seseorang dalam keadaan rileks

apabila seseorang dalam keadaan emosi yang tenang, dan tidak mengalami ketegangan

otot (Ekawaldi, 2014).

Terapi murottal Al-Qur’an adalah teknik distraksi dengan mendengarkan

lantunan ayat suci Al-Qur’an (Suyanto, 2013). Distraksi adalah untuk mengalihkan

fokus perhatian seseorang terhadap sesuatu hal yang lain selain nyeri (Sari, 2014). Salah

satu contoh distraksi adalah distraksi pendengaran (audio) murottal Al-Qur’an. Murottal

Al-Qur’an secara fisik adalah rekaman suara bacaan Al-Qur’an yang dibaca oleh

seseorang yang disebut dengan qori’ (Khoiriyah, 2016). Saat seorang qori’ membacakan

Al-Qur’an akan mengeluarkan suara yang akan mengaktifkan hormon alami pembawa

perasaan bahagia yaitu hormon endorfin, meningkatkan keadaan rileks, dan

menurunkan hormon pembawa stres. Sehingga akan memperbaiki sistem kimia tubuh,

memperlambat pernapasan, detak jantung, tekanan darah, nadi, dan juga aktifitas

gelombang otak. Dengan laju pernapasan yang lebih teratur atau lebih lambat akan
34

menimbulkan ketenangan, pemikiran yang lebih dalam, serta kendali emosi, dan

memperbaiki proses metabolisme (Handayani, Fajarsari, Asih, & Rohmah, 2014).

Distraksi akan menyebabkan stimulasi aktifnya sistem retikuler. Apabila sistem

retikuler ini aktif akan terjadi penghambatan pada stimulus nyeri sehingga akan

menurunkan stimulus nyeri (Potter & Perry, (2006) dalam Asmadi, 2008). Fungsi lain

dari hormon endorfin yang dikeluarkan tubuh saat kita mendengarkan Al-Qur’an

adalah menghambat pelepasan produksi substansi P oleh SG (Substansia Gelatinosa)

yang menjadi neurotransmiter impuls nyeri ke otak. Sehingga saat impuls nyeri dikirim

melalui neuron nyeri perifer ke sinaps, akan terjadi sinapsis antara neuron perifer

dengan neuron yang akan menuju ke otak tempat substansi P melepaskan impuls nyeri.

Pada saat seperti inilah hormon endorfin akan bekerja dengan memblokir pelepasan

substansi P sehingga nyeri yang dirasakan seseorang akan berkurang (Laila, (2011)

dalam Lestari, Machmudah, & Elisa, 2014). Teknik distraksi maupun relaksasi

merupakan metode non-formakologi yang dapat membuat seseorang bisa

mengendalikan sensasi nyeri yang dirasakan dengan melakukan aktifitas tertentu. Hal

tersebut tentunya sangat bermanfaat dalam proses penyembuhan. Teknik distraksi

maupun relaksasi juga dapat menghilangkan hal yang merugikan seperti rasa sakit,

cemas, dan perilaku menyimpang yang dirasakan oleh seseorang (Vindora, 2014).
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Konsep ialah gambaran dari realitas sehingga bisa mengkomunikasikan,

menggambarkan dan akan membuat suatu teori yang bisa menjelaskan hubungan

antara variabel baik yang diteliti atau yang tidak diteliti. Kerangka konsep

merupakan kerangka hubungan antar konsep-konsep yang akan diobservasi

melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep akan berguna untuk

menghubungkan hasil penelitian atau temuan dengan teori (Nursalam, 2017).

35
36

Luka post – op sirkumsisi

Kerusakan sel/jaringan

Pelepasan mediator kimia


(bradikinin, serotonin,
histamine, dan prostaglandin)

Merangsang noseseptor di perifer

Impuls nyeri akan diteruskan oleh serabut delta A


dan C (serabut berdiameter kecil) dan serabut beta
A (serabut berdiameter besar)

Kornu dorsalis Faktor yang mempengaruhi


persepsi nyeri:
Medulla spinalis posterior  Usia
 Jenis kelamin
Impuls nyeri dari kedua serabut akan  Kebudayaan
bersinapsis di SG (Substansia Gelatinosa)  Mekanisme koping

Sel T (Trigger Cell) Gerbang terbuka Nyeri Manajemen nyeri

Farmakologi Non farmakologi

Relaksasi Benson & murottal Al-Qur’an


Timbulnya perasaan senang,
Stimulasi pengeluaran
tenang dan terercapai
hormon endorphine Pengaturan ritme
kondisi hangat dan rileks
napas
Gerbang tertutup Menekan rasa tegang

Elastisitas pembuluh darah


Nyeri
Sirkulasi pembuluh darah lancar

Pasokan oksigen meningkat

Suara qori’ yang membaca surah Ar-Rahman


Keterangan : Impuls saraf telinga
: diteliti
Sistem limbik
: Tidak diteliti
Saraf otonom : saraf simpatik dan parasimpatik

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


37

Luka pasca operasi sirkumsisi secara fisiologis akan mengeluarkan

mediator stimulasi kimia yaitu bradikinin, serotonin, histamin, prostaglandin,

dan juga substansi P oleh jaringan yang rusak untuk menstimulasi adanya sensasi

nyeri. Jaringan yang rusak juga akan mengalami anoksia sehingga akan

menimbulkan persepsi nyeri (Utami, 2016). Sensasi nyeri kemudian diterima oleh

reseptor nyeri atau dikenal dengan istilah nosiseptor yang tersebar di dalam kulit

(Tamsuri, 2007). Pada kulit terdapat dua reseptor nyeri yaitu serabut delta A dan

C (serabut berdiameter kecil) dan serabut beta (serabut berdiameter besar).

Kedua serabut akan membawa impuls nyeri ke kornu dorsalis yang terdapat

dalam medulla spinalis. Di medulla spinalis kedua serabut akan berinteraksi atau

bersinapsis pada area khusus yaitu SG (Susbtansia Gelatinosa) yang berfungsi

untuk memodifikasi impuls nyeri dapat diteruskan ke otak atau tidak

(Andarmoyo, 2013).

Kemudian dari SG (Susbtansia Gelatinosa) apabila tidak terdapat impuls

yang adekuat dari serabut besar maka impuls dari serabut kecil yang akan

diteruskan ke sel pemicu atau sel T yang kemudian gerbang akan terbuka

sehingga impuls akan diteruskan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri

(Andarmoyo, 2013). Nyeri bisa diatasi dengan cara menajemen nyeri salah

satunya adalah relaksai Benson dan murottal Al-Qur’an. Relaksasi pada

seseorang akan membuat pola atau ritme pernapasan sehingga napas akan lebih

teratur yang berdampak kepada elastisitas pembuluh darah. Elastisitas pembuluh

darah inilah yang akan memperbaiki aliran darah atau sirkulasi darah akan

menjadi lancar akibatnya pasokan oksigen dalam tubuh akan meningkat dan akan

berdampak pada proses metabolisme yang lebih baik sehingga seseorang akan

mengalami pengurangan dalam ketegangan otot dan akan menjadi rileks


38

(Ekawaldi, 2014). Selain pemberian relaksasi dalam hal ini peneliti

mengkombinasikan dengan ditraksi audio yaitu murottal Al-Qura’an. Suara dari

seorang qori’ akan menstimulasi saraf yang ada ditelinga yang kemudian akan

diteruskan ke sistem limbik yang akan mempengaruhi sistem saraf otonom baik

simpatik maupun parasimpatik. Lantunan ayat suci Al-Qur’an akan menstimulasi

pengaktifkan hormon alami pembawa perasaan bahagia yaitu hormon endorfin

yang menyebabkan seseorang akan merasa tenang, senang, dan rileks

(Handayani, et.al. 2014). Fungsi lain dari hormon endorfin adalah dapat

menghambat pelepasan mediator nyeri yaitu substansi P (Laila, 2011 dalam

Lestari, et.al. 2014). Dalam keadaan seperti inilah baik relaksasi atau murottal

akan menekan gerbang untuk tertutup sehingga nyeri yang dirasakan seseorang

akan berkurang.

3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh pemberian teknik relaksasi Benson dan murottal Al-

Qur’an (RBMA) terhadap penurunan nyeri pada anak pasca sirkumsisi.


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah quasi exsperiment.

Penelitian quasi-exsperiment bertujuan untuk menjelaskan sebuah hubungan dan

hubungan sebab antar variabel sehingga dapat menjadi dasar memprediksi

sebuah fenomena (Putra, 2012). Penelitian ini menggunakan pendekatan pre-test

and post-test design with control group yaitu pada sampel penelitian akan diobservasi terlebih

dahulu sebelum dan sesudah pemberian perlakuan kemudian dibandingkan dengan kelompok

kontrol yang tanpa perlakuan (Hidayat, 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap

penurunan atau perubahan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.

4.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah kegiatan dalam penelitian

yang akan dilakukan guna mengumpulkan data yang akan diteliti demi mencapai

tujuan atau target dari penelitian. Kerangka kerja penelitian ini disajikan pada

gambar berikut :

39
40

Populasi :

Anak post sirkumsisi di Kota Malang dan Kota Probolinggo

Teknik Accidental Sampling

Sampel :

Anak post sirkumsisi dari acara khitan masal di Hotel Swiss-Belin, Malang, Perumahan baru
Probolinggo, Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda, Singosari, Malang dan Sunat secara mandiri
di Probolinggo

Identifikasi variabel independent : Identifikasi variabel dependent :

Relaksasi Benson dan Murottal Al-Qur’an Penurunan sensasi nyeri


(RBMA)

Alat ukur : Wong-Baker FACES


Rating Scale

Analisa Data :

Uji Wilcoxon

Kesimpulan

Hasil : Terdapat pengaruh pemberian kombinasi teknik


relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap
penurunan nyeri pada anak post sirkumsisi

Gambar 4.1 : Kerangka kerja penelitian pengaruh pemberian teknik relaksasi Benson
dan murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pada anak pasca sirkumsisi.
41

4.3 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ialah subjek (bisa manusia atau responden)

yang memiliki dan memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan atau dibuat oleh

peneliti (Nursalam 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah anak pasca

sirkumsisi yang diambil dari Kota Malang dan Kota Probolinggo..

Kriteria Inklusi :

1. Anak pasca sirkumsisi pada hari pertama atau saat obat anastesi hilang

yaitu kira-kira 4-8 jam setelah anastesi dilakukan.

2. Anak pasca sirkumsisi pada hari kedua pasca sirkumsisi sebelum anak

meminum obat analgesik dari dokter.

3. Anak dengan usia sekolah (6-12 tahun) atau anak yang sudah dapat

berinteraksi.

4. Anak pasca sirkumsisi yang bersedia menjadi responden.

Kriteria Ekslusi :

1. Anak pasca sirkumsisi yang tidak dapat berkerjasama dengan baik.

2. Anak pasca sirkumsisi dengan gangguan pendengaran.

3. Anak pasca sirkumsisi dengan gangguan pengelihatan.

4.3.2 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses dalam menyeleksi sampel atau responden

yang akan digunakan dalam sebuah penelitian yang diambil dari populasi yang

ada sehingga didapat sampel dari populasi tersebut. Pemilihan responden dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu

accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik pemilihan responden dengan


42

cara memilih siapa saja yang dijumpai untuk dijadikan sampel penelitian. Artinya

responden dipilih saat bertemu secara kebetulan oleh peneliti dan dijadikan

sampel penelitian apabila memenuhi kriteria inklusi penelitian (Kriyantono,

2012). Dalam hal ini sampel yang dipilih oleh peneliti adalah anak pasca

sirkumsisi yang didapat melalui acara khitan masal di hotel Swiss-Belin, Malang,

Perumahan Baru, Probolinggo, Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda,

Singosari, dan Khitan mandiri, di Probolinggo yang masuk dalam kriteria

penelitian dan bersedia menjadi responden.

4.3.3 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian yang terdiri atas bagian populasi terjangkau

yang bisa digunakan sebagai subjek atau sampel dari sebuah penelitian melalui

teknik sampling (Nursalam. 2017). Sampel pada penelitian ini ialah anak pasca

sirkumsisi diacara khitan masal di hotel Swiss-Belin Malang, Perumahan Baru

Probolinggo, Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda Singosari, dan khitan

mandiri, Probolinggo yang telah dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan data pengunjung atau anak

yang melakukan sirkumsisi rata-rata perbulan kurang lebih 10 anak, jadi peneliti

mengambil populasi dalam estimasi waktu dua bulan.

Untuk perhitungan sampel minimal untuk menganalisa pengaruh

dihitung dengan memakai rumus , sebagai berikut :


43

N
n=
(N.d2 )+1

Keterangan : n : Ukuran Sampel


N : Ukuran Populasi
d : Batas Toleransi Kesalahan (Error Tolerance)
20
n=
(20.(0,05)2 )+1

20
n=
(20.0,0025)+1

20
n=
0,05+1

20
n=
1,05

n=19,4

Gambar 4.2 : Penentuan Sampel Dengan Rumus Slovin

Maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan peneliti sebanyak 20

responden. Pengumpulan sampel yang melebihi batas minimum bisa dihentikan

waktu penelitian. Sampel yang didapat kemudian dialokasikan menjadi kelompok

2 yaitu kelompok intervensi sebanyak 10 anak dan 10 anak menjadi kelompok

kontrol. Pembagian kelompok dilakukan dengan menggunakan pendekatan

randomisasi yaitu random assigned yang bertujuan agar setiap subyek penelitian

mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel eksperimen atau

perlakuan dengan kata lain, random assigned ini berfungsi untuk menyetarakan atau

menyamakan kelompok-kelompok subyek penelitian yang akan diteliti sebelum

diberi intevensi tertentu dan untuk menghindari adanya bias (Rahman, 2013).
44

4.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan atribut atau nilai atau sifat dari beberapa objek yang

memiliki variasi yang ditentukan dan ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari serta

diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Variabel dibagi menjadi dua jenis

untuk menjelaskan kegunaannya didalam sebuah penelitian (Nursalam, 2011).

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau

nilainya dapat mempengaruhi variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel

independen pada penelitian ini ialah pemberian kombinasi teknik relaksasi

Benson dan murottal Al-Qur’an.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi dan nilainya

ditentukan oleh variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel lain (Sugiyono,

2016). Variabel dependen pada penelitian ini adalah penurunan atau

berkurangnya nyeri pada anak pasca sirkumsisi.


45

4.5 Definisi Operasional


Table 4.1 : Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Instrumen Skala Skor
Ukur
Independen: Teknik relaksasi yang - SOP - -
Relaksasi dilakukan dengan cara
Benson dan menarik napas dalam melalui
murottal Al- hidung dan mengeluarkannya
Qur’an melalui mulut secara perlahan
sambil mengulang-ulang suatu
ungkapan yang dipilih klien
saat mengeluarkan napas
tersebut. Disaat yang sama
dipakaikan headset dan
didengarkan murottal Al-
Qur’an surah Ar-Rahman dua
jam sebelum atau sesudah
makan. Dipandu selama ± 20
menit dengan posisi berbaring
rileks atau posisi senyaman
mungkin.
Dependen: Reaksi yang tidak Penurunan Numerical Interval Numerical Scale
Penurunan menyenangkan akibat nyeri pada Scale (Wong-Baker FACES
nyeri rangsangan fisik baik dari luar anak pasca (Wong-Baker Pain Rating Scale)
atau dalam tubuh yang sirkumsisi. FACES 0 = tidak ada nyeri
dirasakan sebelum dan Pain Rating 1 = nyeri sedikit saja
sesudah diberikan perlakuan Scale). 2 = nyeri agak
kombinasi Relaksasi Benson mengganggu
dan murottal Al-Qur’an. 3 = nyeri
mengganggu
aktifitas
4 = nyeri sangat
mengganggu
5 = nyeri sekali
sebanyak yang bisa
dibayangkan (tidak
tertahankan)
(Arsyawina, 2014)

4.6 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Malang dan Kota Probolinggo. Untuk

perekrutan sampel dan untuk pemberian intervensi peneliti akan mengunjungi

rumah masing-masing sampel pada bulan September 2017-Juli 2018.


46

4.7 Instrumen Penelitian, Validitas, Dan Reliabilitas

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengukur

intensitas nyeri menggunakan Numerical Scale (Wong-Baker FACES Pain Rating

Scale) dan untuk perekrutan peserta dilakukan dengan wawancara dan lembar

persetujuan menjadi responden yang diberikan kepada dan disetujui oleh orang

tua responden.

Gambar 4.3 : Skala Nyeri (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) from Lin, et.al.
“How Children Perceive And Understand The Facial Expression Of Face Pain Rating
Scale” (2015)

Untuk menggunakan instrumen ini cukup tanyakan langsung pada anak

tentang nyeri yang dirasakan. Jelaskan pada anak untuk pengertian dari setiap

gambar wajah bagi individu yang senang karena tidak mengalami nyeri atau sedih

karena mengalami nyeri baik sedikit atau banyak. Minta agar anak memilih salah

satu gambar wajah yang menggambarkan nyeri yang dirasakan kemudian tandai

dibawah wajah yang dipilih dan catat pada lembar pengkajian nyeri. Contoh

instruksi singkat saat menggunakan skala wajah bisa kita tanyakan kepada anak

“Seberapa sakit atau hebat nyeri yang kamu rasakan sekarang?” bila anak tidak
47

merespon dan tampak bingung, tunjuk wajah 0 dan katakana pada anak “Wajah

ini menggambarkan kamu tidak sedang mengalami nyeri sama sekali”. Pindahkan

jari pada gambar wajah 5 dan katakan pada anak “Wajah ini artinya nyeri yang

dirasakan sangat nyeri sebanyak yang dapat kamu bayangkan, meskipun kamu

tidak harus menangis untuk merasakan nyeri ini atau bisa diartikan kalau nyeri

yang kamu rasakan tidak tertahankan” (Wong, 2004). Interpretasi dari setiap

gambar meliputi gambar 0 artinya tidak terdapat nyeri, gambar 1 artinya nyeri

sedikit saja, gambar 2 menggambarkan nyeri yang dirasakan agak mengganggu,

gambar 3 artinya nyeri yang dirasakan dapat mengganggu aktifitas, gambar 4

artinya nyeri sangat mengganggu, dan gambar 5 menggambarkan nyeri yang

dirasakan sangat hebat atau tidak tertahankan (Arsyawina, 2014).

4.7.1 Validitas

Validitas dalam penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran

sejauh mana instrumen dapat digunakan untuk mencerminkan atau sesuai

dengan apa yang kita ukur. Valid apabila terdapat kesamaan antara data yang

telah terkumpul dengan apa yang sebenarnya terjadi. Didalam penelitian validitas

meliputi validitas konstruk, validitas isi, dan validitas kriteria (Hamid, 2008).

Instrumen penilaian nyeri pada penelitian ini menggunakan Numerical

Scale (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) yang mengacu pada penelitian dari

Wong & Baker (1988) dalam Ramadhanie (2013) dengan judul penelitian

“Perbedaan Dampak Penggunaan Emla dan Kompres Dingin Terhadap Tingkat

Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena Di RSU Dr. Slamet

Garut”. Uji validitas pada instrumen penilaian intensitas nyeri menggunakan

Wong-Baker FACES Pain Rating Scale. Didapatkan hasil 1,21, df = 5 dan r = 0,63
48

sampai 0,94. Maka instrumen tentang peneilaian intensitas nyeri Wong-Baker

FACES Pain Rating Scale didapatkan valid.

4.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu indeks yang memperlihatkan seberapa jauh

suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau bisa diandalkan atau dapat diartikan

sejauh mana hasil pengukuran yang kita lakukan agar tetap konsisten apabila

dilakukan pengukuran beberapa kali terhadap hal yang sama dan dengan

menggunakan alat ukur yang sama pula (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang

telah baku memiliki nilai koefesien korelasi yang diterima sebesar 0.80 (Sugiyono,

2016).

Instrumen penilaian nyeri pada penelitian ini menggunakan Wong-Baker

FACES Pain Rating Scale yang mengacu pada penelitian dari Wong & Baker

(1988) dalam Ramdhanie (2013) dengan judul penelitian “Perbedaan Dampak

Penggunaan Emla dan Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia

Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena Di RSU Dr. Slamet Garut”. Hasil uji

reliabilitas konvergen menunjukkan nilai 0,67 dan nilai p = 0,0001, reliability =

0,79. Hal ini menunjukan bahwa instrument penilaian intensitas nyeri Wong-Baker

FACES Pain Rating Scale adalah reliabel dan dalam indeks koefesien reliabilitas

masuk dalam kriteria sangat tinggi.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek

penelitian dari pengumpulan karakteristik suatu subjek yang diperlukan dalam

sebuah penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data tergantung kepada

rancangan penelitian dan teknik instrumen yang dugunakan oleh peneliti


49

(Nursalam, 2017). Pada penelitian ini langkah yang dilakukan dalam

mengumpulkan data sebagai berikut :

1. Memberikan surat izin penelitian kepada pimpinan penyelenggara acara

dan dokter khitan masal di hotel Swiss-Belin, Malang, memberikan surat

ijin kepada panitia penyelengggara khitan masal di Pondok Pesantren Al-

Qur’an Nurul Huda, Singosari, Malang.

2. Permintaan persetujuan menjadi reponden pada penelitian ini dengan

diberikan penjelasan terlebih dahulu dalam bentuk lisan maupun tertulis

(informed consent) kepada orang tua responden.

3. Mempersiapkan lembar persetujuan (Informed consent).

4. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti meminta responden untuk

membaca dan menandatangani lembar informed consent serta meminta

responden untuk mengambil kertas guna proses randomisasi.

5. Setelah setuju untuk menjadi responden, apabila dalam proses

randomisasi responden masuk dalam kelompok intervensi maka peneliti

akan mengunjungi rumah responden hari itu juga untuk memberikan

perlakuan.

6. Pada kelompok intervensi, pengukuran pre-test akan dilakukan pada hari

pertama atau saat hilangnya pengaruh obat anastesi ± 4-8 jam pasca

sirkumsisi kemudian peneliti akan memberikan perlakuan yaitu relaksasi

Benson dan murottal Al-Qur’an (RBMA) ± 20 menit.

7. Pada hari kedua peneliti akan memberikan perlakuan yaitu relaksasi

Benson dan murottal Al-Qur’an (RBMA) ± 20 menit sebelum responden

meminum obat analgesik dari dokter setelah itu peneliti melakukan

pengukuran post-test.
50

8. Apabila dalam proses randomisasi responden masuk dalam kelompok

kontrol, maka peneliti akan mengunjungi rumah responden hari itu juga

untuk melakukan pre-test tanpa adanya perlakuan. Penilaian pre-test

dilakukan pada hari pertama atau saat hilangnya pengaruh obat anastesi

± 4-8 jam pasca sirkumsisi.

9. Pengukuran post-test akan dilakukan pada hari kedua sebelum responden

meminum obat analgesik dari dokter.

10. Pengukuran pre-test dan post-test nyeri pasca sirkumsisi menggunakan

instrumen Wong-Baker FACES Pain Rating Scale.

11. Pemberian intervensi akan dilakukan oleh peneliti dibantu oleh asisten

penelitian yang bertugas dalam dokumentasi penelitian. Dalam hal ini

peneliti dibantu oleh teman-teman mahasiswa keperawatan yaitu Ali

Syafiqi, Sabilla Dian, Miftachul Jannah, dan Mustika Deni.

12. Pemberian intervensi akan dilakukan dihari pertama dan hari kedua pasca

sirkumsisi oleh peneliti sementara pada kelompok kontrol akan

diobservasi rasa nyeri anak pasca sirkumsisi pada hari pertama dan hari

kedua pasca sirkumsisi tanpa ada perlakuan dan menggunakan

pengobatan biasa.

4.9 Analisa Data

4.9.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan tujuan mendiskripsikan atau

menjelaskan karakteristik dari setiap variabel pada penelitian. Bentuk analisa

akan tergantung pada jenis data yang diapakai. Variabel yang merupakan data

numerik menggunakan nilai yang meliputi mean, median, serta standar deviasi.
51

Pada umumnya dalam sebuah analisis akan menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Data numerik didalam

penelitian ini adalah usia.

4.9.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat akan membandingkan antar hasil atau nilai pre-test dan

post-test pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol guna mengetahui

ada tidaknya pengaruh pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan

murottal Al-Qur’an terhadap penurunan intensitas nyeri pasca sirkumsisi pada

anak usia sekolah dengan menggunakan uji Paired t Test dengan SPSS. Apabila

data tidak berdistribusi normal, maka dianjurkan untuk menggunakan uji non-

parametrik yaitu uji Wilcoxon. Uji normalitas disini menggunakan uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov apabila sampel diatas 50 orang dan menggunakan uji

normalitas Saphiro-Wilk apabila sampel dibawah 50 orang. Peneliti menggunakan

uji normalitas Saphiro-Wilk dan didapatkan data tidak berdistribusi normal

sehingga uji beda menggunakan uji Wilcoxon.

Tabel 4.2 : Analisa Bivariat.


Variabel/Skala Variabel/Skala Kelompok
No Uji Test
Data Data Intervensi Kontrol

1 Nyeri pasca Nyeri pasca Pre-test Pre-test Perbedaan Wilcoxon


sirkumsisi hari sirkumsisi pada hari (Interval) (Interval)
pertama atau saat kedua sebelum
efek dari obat sampel meminum Post-test Post-test
anastesi hilang ± obat anastesi dari (Interval) (Interval)
4-8 jam pasca dokter dan setelah
sirkumsisi mendapatkan
perlakuan.

Apabila didapat nilai sig(2-tailed) < α diamana nilai α=0,05 maka H1

diterima artinya terdapat pengaruh pemberian teknik relaksasi Benson dan


52

murottal Al-Qur’an terhadap penurunan intensitas nyeri pasca sirkumsisi pada

anak usia sekolah. Perhitungan dilakukan dengan software SPSS versi 16.0.

4.10 Etika Penelitian

Beberapa prinsip dalam etika penelitian menurut Nursalam (2017)

meliputi prinsip resiko (benefits ratio), prinsip manfaat yaitu bebas dari exploitasi,

dan bebas dari penderitaan. Prinsip mengahargai hak asasi manusi yaitu hak

untuk mau atau menolak menjadi sampel penelitian, hak untuk mendapat

jaminan dari tindakan yang akan diberikan, dan informed consent. Prinsip keadilan

yaitu hak untuk mendapat pengobatan yang adil, dan hak terjaga kerahasiaanya.

Hal yang perlu dituliskan pada penelitian meliputi, surat persetujuan (informed

consent), tanpa nama (anonymity), dan kerahasiaan (confidentiality).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

untuk melakukan penelitian kepada penyelanggara khitan masal maupun khitan

mandiri dengan membawa surat ijin dan pengantar dari Fakultas Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang dan melakukan penelitian dengan selalu

menekankan pada etika dalam penelitian menurut Hidayat (2008) yang meliputi:

1. Informed Consent

Informed consent adalah lembar persetujuan yang diberikan kepada orang

tua responden dengan tujuan agar orang tua responden mengetahui dan

mengerti tujuan serta maksud dari penelitian. Lembar informed consent diberikan

kepada orang tua responden karena sampel penelitian ini anak usia sekolah yang

masih dalam pengawasan orang tua, dan anak usia sekolah masih belum bisa

membuat keputusan secara mandiri. Apabila orang tua responden bersedia maka

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Namun apabila orang tua


53

responden menolak untuk menjadi responden peneliti harus bisa menerima

keputusan tersebut.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonymity adalah bagian dari etika penelitian dengan tidak

mencantumkan nama asli responden atau tidak menulis nama asli pada lembar

kuesioner ataupun alat ukur yang diapakai. Peneliti hanya boleh mencantumkan

kode ataupun menggunkan inisial.

3. Kerahasiaan (Confidentially)

Data maupun informasi peneliti harus bisa menjamin kerahasiaannya,

hanya beberapa kelompok data tertentu yang bisa dilaporkan dalam hasil

penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan oleh peneliti darai hasil pengumpulan data. Proses pengambilan data

dimulai pada tanggal 6 April-19 Mei 2018. Untuk mempercepat proses pengambilan

data, peneliti berkeliling mencari tempat sirkumsisi yang berada didaerah Malang

ataupun acara-acara khitan masal. Peneliti mendapatkan sampel sebanyak 4 orang

pada tanggal 1 Mei 2018 pada acara khitan masal yang diadakan oleh salah satu hotel

di kota Malang. Sampel selanjutnya yang didapat oleh peneliti adalah sebanyak 4

orang pada tanggal 5 Mei 2018 dalam acara khitan masal perumahan baru di kota

Probolinggo. Sampel selanjutnya sebanyak 11 orang didapatkan peneliti pada

tanggal 12 Mei 2018 dalam acara khitan masal yang didakan oleh salah satu pondok

pesantren di daerah Singosari, Malang. Sampel terakhir didapatkan oleh peneliti

pada tanggal 19 Mei 2018 di kota Probolinggo. Hasil penelitian ini meliputi data

karakteristik responden dan analisa data tentang pengaruh kombinasi teknik

relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pasca

sirkumsisi pada anak usia sekolah yang melibatkan 20 anak pasca sirkumsisi.

Adapun variabel dalam penelitian ini antara lain variabel independent yaitu

pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an (X) dan

variabel dependent yaitu nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah (Y). Hasil

penelitian diolah menggunakan uji hipotesis dengan uji Wilcoxon dimaksudkan

untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Data

yang didapat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Penyajian hasil penelitian

54
55

diperoleh data karakteristik responden meliputi umur serta analisa pengaruh

kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap penurunan

nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah. Adapun hasil penelitian tersebut

dijelaskan sebagai berikut :

5.1 Karakteristik Responden

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang responden, yang

meliputi umur anak pasca sirkumsisi pada bulan Mei 2018. Responden yang diambil

dalam subjek penelitian ini adalah anak pasca sirkumsisi yang akan diberi perlakuan

kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an maupun yang tidak

diberi perlakuan. Adapun hasil dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Anak Pasca Sirkumsisi Berdasar Usia Pada
Bulan Mei 2018

Karakteristik Usia Mean Min-Max SD


Intervensi 10,50 9 tahun-12 tahun 0,97
Kontrol 8,50 6 tahun-10 tahun 1,35

Berdasarkan tabel 5.1, dari hasil data penelitian diketahui karakteristik usia

responden dari kedua kelompok. Pada kelompok intervensi diperoleh rata-rata usia

responden 10,50 tahun dengan standart deviasi sebesar 0,97. Usia minimum

responden pada kelompok intervensi adalah 9 tahun dan usia maksimum adalah 12

tahun. Pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata usia responden 8,50 tahun

dengan standart deviasi sebesar 1,35. Usia minimum responden pada kelompok

kontrol adalah 6 tahun dan usia maksimum adalah 10 tahun.


56

5.2 Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah

Data hasil penelitian yang didapatkan dari responden ditinjau dari respon

nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan anak usia sekolah baik pada kelompok

intervensi yang diberi perlakuan kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal

Al-Qur’an maupun kelompok pada kelompok kontrol. Data nyeri pasca sirkumsisi

pada anak usia sekolah disajikan pada tabel 5.2 dan tabel 5.3.

Tabel 5.2 Nyeri Pasca Sirkumsisi (Pre-Test) Kelompok Intervensi Dan Kelompok
Kontrol Berdasar Skor Instrumen Pengukur Nyeri Menggunakan Wong-Baker
FACES Pain Rating Scale

Kelompok
Skor Nyeri Intervensi (n = 10 ) Kontrol (n = 10)
f % f %
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 2 20 3 30
4 6 60 3 30
5 2 20 4 40
Mean ± SD 4,00 ± 0,67 4,10 ± 0,88
Min-Max 3-5 3-5

Berdasarkan tabel 5.2, pada kelompok intervensi nyeri pasca sirkumsisi yang

dirasakan anak-anak saat pre-test berada pada skor minimum 3 dan maksimum pada

skor 5 dengan rata-rata 4,00 dan standar deviasi sebesar 0,67. Sementara pada

kelompok kontrol nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan oleh anak-anak saat pre-test

berada pada skor minimum 3 dan maksimum 5 dengan rata-rata 4,10 dan standar

deviasi sebesar 0,88. Pengambilan data pre-test dilakukan dihari pertama pasca

sirkumsisi baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.


57

Tabel 5.3 Nyeri Pasca Sirkumsisi (Post-Test) Kelompok Intervensi Dan Kelompok
Kontrol Berdasar Skor Instrumen Pengukur Nyeri Menggunakan Wong-Baker
FACES Pain Rating Scale

Kelompok
Skor Nyeri Intervensi (n = 10) Kontrol (n = 10)
f Persentase f Persentase
0 5 50 % 0 0%
1 4 40 % 1 10 %
2 1 10 % 4 40 %
3 0 0% 3 30 %
4 0 0% 2 20 %
5 0 0% 0 0%
Mean ± SD 0,60 ± 0,70 2,60 ± 0,97
Min-Max 0-2 1-4

Pada kelompok intervensi nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan anak-anak

setelah diberikan perlakuan kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-

Qur’an post-test berada pada skor minimum 0 dan maksimum pada skor 2 dengan

rata-rata 0,60 dan standar deviasi sebesar 0,70. Sementara pada kelompok kontrol

nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan oleh anak-anak pada saat post-test berada pada

skor minimum 1 dan maksimum 4 dengan rata-rata 2,60 dan standar deviasi sebesar

0,97. Pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan hanya menggunakan

perawatan biasa. Pengambilan data post-test dilakukan dihari kedua pasca sirkumsisi

baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.

5.3 Analisa Data Pengaruh Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi


Benson dan Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pasca
Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah
Data hasil penelitian yang didapatkan dari responden tentang pengaruh

kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap penurunan

nyeri pasca sirkumsisi disajikan pada tabel 5.4.


58

Tabel 5.4 Analisa Pengaruh Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson dan
Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia
Sekolah Pada Bulan Mei 2018.
Nyeri pasca sirkumsisi
Kelompok P
Statistik Deskriptif
Intervensi (n = 10) Kontrol (n = 10) value
Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test
Minimum 3 0 3 1 0,02
Maksimum 5 2 5 4
Mean 4,00 0,60 4,10 2,60
SD 0,67 0,70 0,88 0,97

Berdasarkan tabel 5.4 dari hasil data penelitian diketahui nyeri pasca

sirkumsisi pada kedua kelompok. Pada kelompok intervensi diperoleh rata-rata

nyeri yang dirasakan anak pada saat pre-test sebesar 4,00 dan pada saat post-test

mengalami penurunan nyeri yaitu sebesar 0,60 sedangkan hasil pada kelompok

kontrol pada saat pre-test didapatkan rata-rata nyeri sebesar 4,10 dan pada saat post-

test didapatkan nilai rata-rata 2,60. Pada kedua kelompok sama-sama mengalami

penurunan nyeri namun pada kelompok intervensi penurunan nyeri yang dialami

lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Selanjutnya melakukan uji beda

dengan menggunakan uji Wilcoxon, dikarenakan data tidak berdistribusi normal. Uji

normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah data dibawah 50 orang.

Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 5.5 dan hasil uji Wilcoxon disajikan pada

tabel 5.6.

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah.
Test Of Normality
Kalmogorov – Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nyeri
0,23 20 0,004 0,87 20 0,01
59

Tabel 5.6 Hasil Uji Beda Menggunakan Uji Wilcoxon.

Wilcoxon Signed Ranks Test


N Mean Ranks Sum Of Ranks
Ranks
VAR00002 – VAR00001 Negative Ranks 10a 10,00 100,00
b
Positive Ranks 5 4,00 20,00
c
Ties 5
Total 20
Test Statisticsb
VAR00002-VAR00001
Z -2,304a
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,021

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil p value sebesar 0,02 yang berarti p

value lebih kecil dari a (p≤0,05) yang artinya H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an

terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.


BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan mengenai interpretasi hasil penelitian yang telah

dilakukan terkait pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-

Qur’an terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada pada bulan Mei 2018.

Pembahasan ini meliputi interpretasi dan diskusi hasil dengan memberikan

komparasi antara hasil temuan penelitian, dan implikasi terhadap keperawatan.

Interpretasi dan diskusi hasil pada penelitian ini disesuaikan dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut :

6.1 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Sebelum
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson dan Murottal Al-
Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rasa

nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan reponden sebelum perlakuan (pre-test) pada

kelompok kontrol terbanyak berada pada skor 5 sebesar 40%. Sementara pada

kelompok intervensi nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan reponden terbanyak

berada pada skor 4 sebesar 60%. Penilaian nyeri pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi dilakukan pada hari pertama pasca sirkumssisi, dan pada

kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan kombinasi teknik relaksasi Benson dan

murottal Al-Qur’an oleh peneliti. Nyeri yang dirasakan responden rata-rata berada

pada skor 4 dan 5 artinya nyeri yang dirasakan oleh anak-anak pasca sirkumsisi

adalah nyeri yang dapat mengganggu aktifitas bahkan nyeri yang dirasakan adalah

nyeri yang tidak tertahankan hal tersebut bisa disebabkan karena anak-anak masih

belum sepenuhnya dapat mengontrol nyeri yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Tufekci, et.al. 2017) yang menyatakan bahwa anak-

60
61

anak tidak dapat mengontrol nyeri yang dirasakan, sehingga perlu segera diatasi

untuk mencegah adanya masalah yang timbul akibat nyeri tersebut seperti gangguan

fisik, emosional, perilaku kognitif, dan gangguan psikologis.

Beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

pengalaman nyeri sebelumnya juga akan mempengaruhi reaksi anak terhadap nyeri

yang dirasakan (Azari, Safri, & Woferst, 2015). Nyeri yang dirasakan oleh anak-anak

pasca sirkumsisi merupakan nyeri yang dirasakan pertama kali karena belum pernah

mengalami sebelumnya artinya nyeri yang dirasakan merupakan pengalaman

pertama yang tidak bisa sepenuhnya ditolerir sehingga nyeri yang dirasakan akan

sangat terasa seperti pada hasil penelitian yang menunjukkan skor nyeri yang didapat

berkisar antara 4-5. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan

(2016) yang mejelaskan bahwa nyeri yang dirasakan oleh anak-anak pasca sirkumsisi

adalah nyeri sedang sampai ke nyeri berat atau berada pada skor 4-5. Besarnya skor

nyeri yang dirasakan juga diakibatkan oleh tidak adekuatnya mekanisme koping oleh

repsonden hal itu bisa dilihat dari tingkah laku responden yang terlihat gelisah dan

tampak ingin menangis dan tidak merasa nyaman saat kunjungan rumah oleh

peneliti. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sukoati & Astarini,

2012) yang menjelaskan bahwa mekanisme koping yang positif atau adaptif pada

anak akan ditandai dengan sikap patuh, dan optimis sementara mekanisme koping

yang maladaptif pada anak ditandai dengan sikap mudah tersinggung, menarik diri,

mudah tersinggung, dan tindakan yang agresif.

Responden banyak memilih skor 4 dan 5 juga disebabkan terjadinya luka

yang diakibatkan oleh tindakan pembedahan. Luka akan menghasilkan rangsangan

mekanik yang membuat tubuh akan memproduksi mediator-mediator nyeri dan


62

dirasakan pada 48 jam pertama pasca pembedahan (Nurhafizah & Erniyati, 2012).

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa nyeri yang sangat berat akan dirasakan hari

kedua pasca pembedahan oleh seseorang (Pasaribu, 2011). Hasil penelitian ini juga

menunjukkan usia anak yang melakukan sirkumsisi rata-rata berada pada usia

sekolah dimana data usia yang didapat sebanyak 5 anak berusia 10 tahun dan 5 anak

berusia 11 dan sisanya berada dalam rentan usia 6-12 tahun hal ini sejalan dengan

data dari (WHO & UNAIDS, 2010) yang menyebutkan rata-rata di Indonesia yang

melakukan sirkumsisi adalah anak laki-laki dalam rentan usia 5-12 tahun.

6.2 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Setelah
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson dan Murottal Al-
Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

terjadi penurunan nyeri responden pada kelompok kontrol. Setelah dilakukan

pengukuran post-test nyeri yang dirasakan pada kelompok kontrol terbanyak berada

pada skor 2 sebesar 40%. Sementara pada kelompok intervensi terjadi penurunan

yang signifikan yaitu skor nyeri yang dirasakan berada pada skor 0 sebesar 50%

artinya tidak terdapat nyeri. Penilaian nyeri post-test pada kelompok kontrol maupun

kelompok intervensi dilakukan pada hari kedua pasca sirkumsisi.

Nyeri pada anak apabila tidak segera ditangani akan akan berdampak kepada

respon fisik dan respon tingkah laku pada anak. Apabila tidak ditangani dengan

benar akan menimbulkan efek yang membahayaka dan mempengaruhi ketegangan

otot, denyut jantung dan tekanan darah, suplai darah diperifer, serta penurunan

pernapasan cepat dan tidak teratur (Kurniawan, Wahid, & Aini, 2016). Penanganan

nyeri dapat dilakukan dengan cara non farmakologis yaitu dengan managemen nyeri

dan salah satu managemen nyeri yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
63

sirkumsisi adalah distraksi maupun relaksasi, dalam hal ini peneliti memilih

mengkombinasikan antara teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an sebagai

distraksi atau pengalihan agar proses relaksasi lebih maksimal.

Berkurangnya nyeri pada responden sesuai dengan manfaat dari relaksasi

Benson yaitu mengurangi nyeri yang dirasakan pada seseorang (Christaki &

Yfandopoulou, 2014) setelah dilakukan pemberian kombinasi relaksasi Benson dan

murottal Al-Qur’an nyeri pada responden berkurang dan megetahui cara untuk

mengatasi nyeri tersebut. Sejalan dengan penelitian lain yang meyebutkan dengan

melakukan relaksasi nyeri pada seseorang akan berkurang dengan mekanisme saat

relaksasi otot-otot skeletal yang mengalami spasme akan relaks dan mengalami

vasodilatasi sehingga akan memperbaiki supalai aliran darah yang megalami spasme

atau iskemik. Relaksasi juga dapat merangsan pengeluaran hormon opioid endogen

yaitu endorphin dan enkefalin. Saat endorphin dikeluarkan oleh otak nyeri yang

dirasakan seseorang akan berkurang dan seseorang akan mengalami relaksasi

(Utami, 2016). Dalam proses relaksasi juga dibantu dengan distraksi audio murottal

Al-Qur’an dimana audio murottal akan menstimulasi sistem kontrol desenden

sehingga impuls nyeri yang diteruskan ke otak akan sedikit dengan demikian nyeri

tidak akan dirasakan oleh seseorang (Utami, 2016). Audio murottal Al-Qur’an dapat

meningkatkan produksi gelombang delta sebanyak 50%, sementara apabila otak

berada pada gelombang delta tubuh akan merasa rileks dan merasakan ketenangan

jiwa. Semakin tinggi gelombang delta seseorang maka akan semakin tinggi pula

relaksasi yang akan dicapai seseorang (Zanzabiela & Alphianti, 2015).

Pada hasil penelitian ini ada responden yang penurunan nyerinya berada

pada skor 2 dari skor awal yaitu 4 artinya menurun 2 skor dari penelaian pre-test

peneliti berpendapat bahwa hal tersebut disebabkan beberapa faktor yang


64

mempengaruhi nyeri. Menurut Perry & Potter, (2005) dalam Indri, Karim, & Elita

(2014) faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri meliputi usia, jenis kelamin,

kebudayaan, kecemasan, perhatian, pengalaman sebelumnya, dan gaya koping.

Dalam hal ini peneliti berpendapat tidak terlalu besarnya penurunan nyeri pada

responden dikarena responden terlalu cemas dan trauma terhadap tindakan medis

atau petugas kesehatan karena saat peneliti mengunjungi rumah responden,

responden sempat menangis dan takut karena mengira akan dilakukan tindakan

yang menyakitkan lagi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kaplan, Sadock & Grebb, (2010) dalam (Wibowo, 2012).

Salah satu faktor yang mempengaruhi sensasi nyeri pada seseorang adalah

usia. Respon seseorang terhadap nyeri yang dirasakan akan berbeda sesuai tingkatan

usianya. Menurut James & Ashwill (2014) menjelaskan pada tingkatan usia neonatus

dan bayi dalam merespon nyeri dengan menunjukkan perubahan ekspresi wajah,

menangis keras, dan terjadi peningkatan tekanan darah. Pada tingkatan usia toddler

akan menunjukkan dengan cara merespon secara verbal, gelisah, dan menghindari

petugas medis. Tingkatan usia pra-sekolah dalam merespon nyeri akan

menunjukkan dengan sikap yang cenderung menangis, dapat menggambarkan

lokasi dan intensitas nyeri. Pada kelompok usia sekolah akan menunjukkan postur

tubuh yang kaku, penolakan terhadap tindakan, gelisah dan cemas, menunda agar

tidak diberikan tindakan medis. Sementara pada tingkatan usia remaja dalam

merespon nyeri biasanya akan mengerti dan mengetahui sebab dan akibatnya,

menunjukkan penurunan aktifitas motorik, dan meningkatkan ketegangan otot.

Pada penelitian ini responden yang menjadi sampel penelitian berusia 6-12

tahun atau termasuk dalam tingkatan usia sekolah. Pada saat kunjungan rumah oleh

peneliti, sesuai dengan yang sudah dijelaskan oleh James & Ashwill (2014) bahwa
65

responden cenderung terlihat takut, gelisah, dan menghindar karena mengira akan

dilakukan tindakan medis kembali.

6.3 Pengaruh Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-


Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia
Sekolah
Peneliti mendapatkan hasil bahwa pemberian kombinasi teknik relaksai

Benson dan murottal Al-Qur’an selama 2 hari memberikan hasil adanya penurunan

nyeri pada anak usia sekolah pasca srikumsisi, berdasarkan hasil analisis

menggunakan uji Wilcoxon dengan kesimpulan nilai probabilitas sebesar 0,02 artinya

ada pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap

penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Asadi, et.al. 2016) yang dilakukan kepada 46

pasien dengan IBS (Irritable bowel syndrome) di rumah sakit Imam Khomeini, Iran.

Dimana pada kelompok perlakuan sebanyak 23 orang diberikan perlakuan relaksasi

Benson 20 menit setiap hari selama tiga bulan dapat menurunkan rasa sakit yang

dialami responden serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan IBS. Hasil

penelitiaan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Diana, 2016) yang

dilakukan kepada 5 orang ibu inpartu kala 1 fase aktif di rumah bersalin Mattiro

Baji, Sulawesi. Dimana didapatkan hasil terdapat penurunan atau pengurangan nyeri

persalinan saat didengarkan audio murottal selama 10-15 menit selama proses

melahirkan.

Menurut (Aryana & Novitasari, 2013), relaksasi Benson merupakan salah

satu teknik relaksasi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain yaitu

mudah dilakukan oleh siapapun dan dimanapun, tidak membutuhkan biaya serta

tidak menimbulkan efek samping yang merugikan. Relaksasi akan memberikan


66

kontrol seseorang terhadap stress fisik, emosi, dan rasa tidak nyaman akibat nyeri.

Relaksasi Benson yang melibatkan faktor keyakinan pasien akan menciptakan

lingkungan internal seseorang sehingga seseorang dapat mecapai kondisi kesehtan

yang lebih baik. Relaksasi Benson akan melipat gandakan keyakinan seseorang dan

juga melipat gandakan manfaat yang didapat dari relaksasi tersebut. Relaksasi

Benson yang dalam pelaksanaanya menuntut seseorang untuk mengucapkan frase

sesuai keyakinannya, akan bermanfaat sebagai fokus keyakinan dan dengan frase

tersebut akan mendorong efek yang menyehatkan. Semakin kuat keyakinan pada

seseorang yang bercampur dengan respon relaksasi, maka akan semakin besar pula

efek atau hasil relaksasi yang akan didapat artinya semakin besar keyakinan dan

kepasrahan seseorang maka relaksasi yang akan dirasakan akan semakin besar

(Sahar, 2016).

Relaksasi Benson akan melibatkan faktor keyakinan atau religius seseorang

sehingga dapat membantu seseorang menciptakan lingkungan internal yang

membantu dalam mencapai kondisi kesejahteraan dan kesehatan yang lebih baik

dan mempermudah seseorang mencapai kondisi rileks (Aryana & Novitasari, 2013).

Dengan laju pernapasan yang lebih teratur atau lebih lambat akan menimbulkan

ketenangan, pemikiran yang lebih dalam, serta kendali emosi, dan memperbaiki

proses metabolisme (Handayani, Fajarsari, Asih, & Rohmah, 2014).

Munculnya respon relaksasi dikombinasikan dengan distraksi audio

murottal Al-Qura’an akan menstimulasi pengaktifan sistem retikuler yang berfungsi

menghambat stimulasi rasa nyeri dari luar sehingga nyeri akan menurun atau nyeri

tidak dirasakan (Potter & Perry, 2006 dalam Asmadi, 2008). Dengan melakukan

relaksasi Benson dikombinasikan dengan murottal Al-Qur’an ini juga akan

menstimulasi pengeluaran hormon endorphin yang berfungsi sebagai inhibitor


67

subtansi P. Substansi P sendiri memiliki fungsi sebagai penghantar impuls nyeri ke

otak, dengan adanya hormon endorphin akan bekerja dengan memblokir pelepasan

substansi P sehingga nyeri yang dirasakan seseorang akan berkurang (Laila, 2011

dalam Lestari, Machmudah, & Elisa, 2014).

Sehingga berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an berpengaruh dalam

menurunkan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.

6.4 Keterbatasan Penelitian

1. Perekrutan sampel menggunakan snowball kurang efektif dikarenakan

kontrak awal hanya dengan satu orang dan ketika bertemu dengan orang

lain yang bersangkutan untuk menjadi responden penelitian, banyak yang

menolak untuk menjadi responden dikarenakan anaknya rewel ataupun

sibuk.

2. Keterbatasan yang dialami peneliti selama penelitian adalah dalam hal

kesediaan responden untuk menjadi sampel penelitian, karena persetujuan

menjadi responden diwakilkan oleh orang tua responden dan orang tua yang

bersangkutan banyak yang menolak dengan alasan sibuk dan jarang

dirumah.

3. Peneliti tidak bisa mengontrol sepenuhnya responden dalam meminum obat

analgesic pasca sikrumsisi baik pada kelompok kontrol maupun intervensi.

4. Sirkumsisi merupakan kegiatan musimam sehingga apabila tidak sesuai

dengan musimnya akan susah untuk mencari anak yang melakukan

sirkumsisi. Selain itu karena respondennya adalah anak-anak banyak ditemui

dilapangan anak-anak justru takut dan trauma sehingga tidak mau ditemui
68

saat melakukan kunjungan rumah. Dari hal tersebut memungkinkan

terjadinya kekurangan sampel yang didapat oleh peneliti.

6.5 Implikasi Untuk Keperawatan

Nyeri merupakan pengalaman emosional sensori yang tidak menyenangkan

dan dirasakan secara subjektif biasanya berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan

baik aktual maupun potensial atau dirasakan saat terjadi suatu kerusakan

(International Association For The Study Of Pain (IASP)) dalam Andarmoyo, S (2013).

Nyeri merupakan hal yang paling umum yang dialami oleh seseorang yang

mengalami kerusakan jaringan seperti sirkumsisi, apabila seseorang mampu

mengatasi atau metolerir nyeri tersebut maka nyeri tidak akan dirasakan dan

mengganggu. Pemberian tindakan ataupun penanganan keperawatan yang tepat

akan membantu seseorang dalam mengatasi sensasi nyeri yang dirasakan, salah

satunya adalah mengajarkan kombinasi teknik relaksai Benson dan murottal Al-

Qur’an dalam menurunkan nyeri pasca sirkumsisi. Pengaplikasian kombinasi teknik

relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an dalam menurunkan nyeri menjadi salah

satu bentuk terapi yang menarik karena sifatnya yang sederhana, tidak

membutuhkan biaya, serta mudah untuk dilakukan. Dengan demikian penelitian ini

dapat menjadi salah satu upaya khususnya dalam praktik keperawatan untuk

masukan, referensi, serta intervensi yang dapat diterapkan pada praktik keperawatan

klinis. Perawat dapat memberikan kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal

Al-Qur’an untuk mengatasi kecemasan, penurunan tekanan darah, dan menurunkan

nyeri. Selain itu sebagai profesi yang mempunyai salah satu peran sebagai educator

dan promotor atau sebagai pemberi edukasi dan promosi kesehatan kepada

masayrakat atau klien mengenai dampak dari nyeri apabila tidak diatasi dan untuk
69

mengatasi hal tersebut dapat diaplikasikan kombinasi teknik relaksasi Benson dan

murottal Al-Qur’an.
BAB VII
PENUTUP

Bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

dengan judul pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an

terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan terkait pengaruh

kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap penurunan

nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah, maka dari itu, kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada kelompok kontrol nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan saat dilakukan

penilaian pre-test rata-rata sebesar 4,10 artinya nyeri yang dirasakan adalah nyeri yang

sangat mengganggu sama seperti pada kelompok intervensi nyeri yang dirasakan

saat penilaian pre-test rata-rata sebesar 4,0 artinya nyeri yang dirasakan oleh

responden adalah nyeri yang sangat mengganggu.

2. Pada kelompok kontrol nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan saat dilakukan

penilaian pos-test rata-rata sebesar 2,60 artinya nyeri yang dirasakan adalah nyeri agak

mengganggu sementara pada kelompok intervensi nyeri yang dirasakan saat

dilakukan penilaian post-test rata-rata sebesar 0,60 artinya tidak terdapat nyeri yang

dirasakan oleh responden.

3. Kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an dapat menurunkan

nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.

70
71

7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan dari penilitian, maka didapatkan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat.

Masyarakat diharapkan mampu menjadikan penelitian ini sebagai salah satu

pengetahuan dalam menagemen nyeri terutama dalam mengatasi nyeri pada anak-

anak. Masyarakat dapat mengaplikasikan peneilitian ini karena sifatnya yang mudah

dan tidak membutuhkan biaya khususnya ketika sedang mengalami nyeri yang

diakibatkan oleh adanya luka atau karena suatu penyakit.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan masukan bagi

petugas kesehatan dalam bidang keperawatan anak khususnya dalam hal

managemen nyeri pada anak baik di rumah sakit atau di puskesmas. Dalam perannya

sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat diharapkan mampu memberikan

edukasi untuk mengajarkan kepada klien sehingga bisa dipraktekkan secara mandiri

oleh klien. Kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an dapat

dijadikan alternatif perawat dalam mengurangi nyeri pada anak khususnya diruangan

perawatan pasca pembedahan sirkumsisi ataupun pelayanan lain.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Peneliti berharap pada peneliti selanjutnya bisa menggunakan populasi dan

sampel yang lebih besar, menggunakan teknik sampling yang berbeda yang lebih

efektif dalam perekrutan responden, mengkombinasikan dengan metode lain yang

dapat diaplikasikan pada semua kalangan usia, dan peneliti berharap pada peneliti

selanjutnya untuk menindaklanjuti atau observasi kondisi luka pasca sirkumsisi dan

mengontrol inflamasi atau proses penyembuhan luka pasca sirkumsisi.


72

DAFTAR PUSTAKA

Alfianika, N. (2016). Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta : CV Budi


Utama.

Abubakar, F. Efektivitas Teknik Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery) Dalam Upaya


Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Cesaria Di Ruang Brawijaya
Rsud Kanjuruhan Kepanjen. Fakulta Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Malang. 2012.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Arsyawina. Perbandingan Skala Critical-Care Pain Observation Tool (Cpot) Dan Wong-
Baker Faces Pain Rating Scale Dalam Menilai Derajat Nyeri Pada Pasien Dengan
Ventilasi Mekanik Di Ruang Icu Rsud Tugurejo Semarang. Universitas
Diponegoro Semarang. 2014.
Asmadi. (2008). Teknik Procedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta. Salemba Medika.
Abdurrahmat, A, S. (2014). Luka, Peradangan Dan Pemulihan. Jurnal Entropi. 9 (1), 1-11.
Ainurrohman., Prattiko, M., Zahroh, R. (2013). Teknik Relaksasi Pernafasan (Benson)
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Penderita Glaucoma. Journals of Ners Community. 4
(1). 1-7.
Ambarwati, L. Upaya Penurunan Nyeri Akut Pada Pasien Congestive Heart Failure.
Program Studi D III Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta. 2013.
Anggriana, G. Upaya Penurunan Nyeri Akut Pada Pasien Congestive Heart Failure.
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2017.
Abbasi, et.al. (2018). The Effect Of Relaxation Techniques On Edema, Anxiety And
Depression In Post-Mastectomy Lymphedema Patients Undergoing
Comprehensive Decongestive Therapy: A Clinical Trial. Journal Plos One. 1-12.
Aryani, F. (2016). Stres Belajar Suatu Pendekatan Dan Intervensi Konseling. Sulawesi Tengah.
Edukasi Mitra Grafika.
Avianti, N., Desmaniarti., Rumahorbo, H. (2016). Progressive Muscle Relaxation
Effectiveness Of The Blood Sugar Patients With Type 2 Diabetes. Journal of
Nursing. 1-7.
Asrori, A. (2015). Terapi Kognitif Perilaku Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial.
Jurnal ISSN. 3 (1). 1-19.
73

Alapharti, G, K, Augustine, A,J., Anand, R., Mahale, A. (2016). Comparison Of


Diaphragmatic Breathing Exercise, Volume And Flow Incentive
Spirometry, On Diaphragm Excursion And Pulmonary Function In Patients
Undergoing Laparoscopic Surgery: A Randomized Controlled Trial. Journal
Minimally Invasive Surgery. 1-13.
Aryana, K, O., Novitasari, D. (2013). Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Tingkat Stres Lansia Di Unit Rehabilitas Sosial Wening Wardoyo
Ungaran. Jurnal Keperawatan Jiwa. 1 (2). 1-10.
Asadi, M., et.al. (2016). The Effect Of Benson Relaxation On Quality Of Life Of Patients
With Irritable Bowel Syndrome. Journal Of Jundishapur J Chronic Dis Care. 5 (4). 1-9.
Abdullah, M, F, M. (2014). Psikologi Dalam Pendidikan Al-Qur’an. Psympathic, Jurnal
Ilmiah Psikologi. 1 (1). 1-10.
Azari, M., Safri., Woferst, R. (2015). Gambaran Skala Nyeri Pada Anak Dengan
Menggunakan Skala Nyeri Flacc Scale Saat Tindakan Invasif. Jurnal Keperawatan.
2 (2). 1-10.
Bravo, P, P., et.al. (2017). The Impact Of Muscle Relaxation Techniques On The Quality
Of Life Of Cancer Patients, As Measured By The FACT-G Questionnaire.
Journal.Plos One. 1-13.
Benson, H. (1975). The Relaxation Response. New York : Morrow.
Benson, H. (1977). Systemic Hypertension And The Relaxation Response. The New
England Journal Of Medicine. 1152-1156.

Chunaeni, S., Lusiana, A., Handayani, E. (2016). Efektifitas Terapi Murottal Terhadap
Penurunan Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Akti. Jurnal rakernas aipkem. 1-6.

Christaki, M., Yfandopoulou, P. (2014). Progressive Muscle Relaxation as treatment


option for Children/Adolescents with Functional Gastrointestinal Disorders.
Health Science Journal. 8 (2). 1-6.

Diana, U. Gambaran Pemberian Auditory Murottal Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Ibu
Inpartu Kala I Fase Aktif Di Rumah Bersalin Mattiro Baji Kabupaten Gowa
Sulawesi Selatan Tahun 2016. Jurusan Kebidanan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2016.

Ekawaldi, I, Z. Efektifitas Teknik Relaksasi Pernafasan Untuk Mengurangi Kecemasan


Atlet Futsal Yang Hendak Bertanding. Semarang. 2014.

Fitria. (2014). Peran Sirkumsisi Dalam Infeksi Menular Seksual. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. 14 (1). 1-7.
74

Ferdinand, T., Basuki, D, R., Isngadi. (2014). Comparison Of Continuous And Intermitten
Epidural Analgesia For Post-Operative Acute Pain. Jurnal Anestesiologi Indonesia. 6
(2). 1-11.

Hamid, A, Y, S. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan Kosep, Etika, & Instrumentasi Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Handayani, R., Fajarsasri, D., Asih, D, R, T., Rohmah, D, N. (2014). Pengaruh Terapi
Murottal Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu
Bersalin Kala I Fase Aktif. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 5 (2), 1-15.

Hidayat, A, A, A. (2008). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A, Y., Ekaputri, Y, S. (2015). Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien
Diagnosis Keperawatan Ansietas Dengan Diabetes Mellitus Serta Tuberculosis
Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor. Jurnal Keperawatan 3 (2), 1-8.
Hermana, A. (2000). Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, Dan Praktis. Jakarta.
Widya Medika.
Handayani, R., Fajarsasri, D., Asih, D, R, T., Rohmah, D, N. (2016). Pegaruh Terapi
Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Dan
Kecemasaan Dalam Persalinan Primigravida Kala I Fase Aktif Di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekardjo Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 7 (1). 119-129.
Hijriyan, M, A. Konsep Meditasi Anand Krishna (Studi Atas Manajemen Stres Di Anand
Krishna Center Yogyakarta). Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin
Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014.
Horsch, C, H, G., et.al. (2017). Mobile Phone-Delivered Cognitive Behavioral Therapy
For Insomnia : A Randomized Waitlist Controlled Trial. Journal Of Medical Internet
Research. 9 (4). 1-21.
Hidayat, A, Y., Ekaputri, Y, S. (2015). Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien
Diagnosis Keperawatan Ansietas Dengan Diabetes Mellitus Serta Tubercolosis
Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. 3 (2). 1-8.

Indriani, F. Pengaruh Pendamping Persalinan Dan Paritas Terhadap Pengurangan


Rasa Nyeri Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin Normal. Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2014.

Ilmi, B. (2008). Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Menegah Kejuruan Kelas X. Bandung.
Grafindo Media Pratama.Bandung.

Indri, U, V., Karim, D., Elita, V. (2014). Hubungan Antara Nyeri, Kecemasan Dan
Lingkungan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi Apendisitis. JOM
PSIK. 1 (2). 1-8.
75

James, S, R., Ashwill, J, W. (2014). Nursing Care Of Children Principles & Practice Fourth
Edition. St.Louis: Saunders Elsevier.

Kamiliyah, H., Ervina, I. (2015). Perbedaan Kemandirian Remaja Yang Tinggal Di


Pesantren Dengan Remaja Yang Tinggal Di Rumah. Jurnal ISSN. 11 (1). 1-102.

Khasanah, N. Pengaruh Pemberian Informasi Terhadap Tingkat Kecemasan Padaanak


Sebelum Khitan Di Pondok Khitan R. Isnanta Wonosidi Lor Wates. Yogyakarta.
2014.
Khodriyati, N, S. Efektifitas Kombinasi Terapi Music Dan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Kateterisasi Jantung Di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2016.
Karakata, S., Bachsinar, B. (1995). Sirkumsisi. Jakarta. Hipokrates.
Khoiriyah, N. Pemberian Terapi Murottal Al-Qura’an Terhadap Waktu Pulih Sadar Pada
Asuhan Keperawatan Ny E Dengan Tumor Mammae Dextra Dengan Anastesi
General Di Ruangan Mawar A 12 RSUD Dr Soediran Mangun Soemarso
Wonogiri. 2016.
Kurniawan, A, F., Wakhid, A., Aini, F. (2016). Perbedaan Skala Nyeri Post Sirkumsisi
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Relaksasi Genggam Jari Pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal, 1-10.
Kumutha., Aruna, S., Poongodi, R. (2014). Effectiveness Of Progressive Muscle
Relaxation Technique On Stress And Blood Pressure Among Elderly With
Hypertension. Journal of Nursing and Health Science. 3 (4). 1-6.
Koban, V, B., Yuniarlina, R., Susilo, W, H. Efektivitas Teknik Pernapasan Diafragma Dan
Nostril Alternatif Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di
Puskesmas Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, 2013. Program Studi S1
Keperawatan – A Stik Sint Carolus, Jakarta. 2014.
Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Prenada Jakarta.

Lin, F, S., Lin, C,Y., Hsieh, C, P. (2015). How Children Perceive And Understand The
Facial Expression Of Face Pain Rating Scale. Journal of International Scientific
Publications. 13 (-). 1-27.
Latif, U. (2014). Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat Penawar (Syifa’) Bagi
Manusia. Jurnal Al-Bayan. 21 (30). 1-12.

Lundervold, D, A., Pahwa, R., Lyons, K, E. (2013). Behavioral Relaxation Training for
Parkinson’s Disease Related Dyskinesia and Comorbid Social Anxiety. International
Journal Of Behavioral Consultation And Therapy. 7 (4). 1-5.
76

Lestari, P., Machmudah., Elisa. (2014). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri
Pada Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal.
Jurnal. 1-8.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Degan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta
: Salemba Medika.

Muhidin., Saputra, F, A., Novitasari, D, A., Utomo, A, P. (2016). Pengaruh Murottal Ar-
Rahman Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja. Jurnal Keperawatan Madiun. 3 (1).
1-6.

Moeliono, M, A. (2008). Physical Modalities In The Mnagement Of Pain. Jurnal


Simposium Nyeri Dalam rangka PIT IDI. 1-5.

Muller, A., Hammil, H, V., Herman, C. (2016). The Effects of Pilates and Progressive
Muscle Relaxation Therapy on Maternal Stress and Anxiety: a Literature Review.
International Journal of Humanities and Social Science. 6 (6). 1-9.

Ma, X., et.al. (2017). The Effect Of Diaphragmatic Breathing On Attention, Negative
Affect And Stress In Healthy Adults. Journal Of Psycology. 8 (-). 1-12.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, S, H, P. (2014). Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Terhadap
Penyembuhan Luka Post Sirkumsisi Dibalai Pengobatan Lamongan. Jurnal, 01 (8).
1-9.
Nugraha, L, N., Sugianto. (2017). Hipnoterapi Pada Pasien Nyeri Kronik. Jurnal Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana. 2 (2). 1-8.
Nurdiana, N. (2014). Teknik Sampling Snowball Dalam Penelitian Lapangan. Jurnal
ComTech. 5 (2). 1-9).
Nurhafizah., Erniyati. (2012). Strategi Koping Dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi
Di Ruang Rindu B2a Rsup H. Adam Malik Medan. Jurnal. 1-6.
Pasaribu, I, S. Intensitas Nyeri Dan Perilaku Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah ORIF Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. 2011.

Putra, S, R. (2012). Panduan Riset Keperawatan Dan Penulisan Ilmiah. Jogjakarta : D-Medika.
77

Pratiwi, L., Hasneli, Y., Ernawaty, J. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Dan
Murottal Al-Qur’an Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer.
Jurnal JOM. 2 (2). 1-9.
Rahman, A. (2013). Pengacakan Random Sampling Dengan Pendekatan Inverse-
Transform Random Variate Generator Berbasis Distribusi Hipergeometrik. Jurnal.
4. 1-6.
Ramdhanie, G, G. Perbedaan Dampak Penggunaan Emla Dan Kompres Dingin Terhadap
Tingkat Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena Di RSUD Dr.
Slamet Garut. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan
Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Depok. 2013.
Rampengan, S, F, y., Rondonuwu, R, R., Onibala, F. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi
Dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Di Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal. 1-
8.
Rilla, E, V., Ropi, H., Sriati, A. (2014). Terapi Murottal Efektif Menurunkan Tingkat Nyeri
Dibandingkan Terapi Music Pada Pasien Pascabedah. Jurnal Keperawatan Indonesia.
17 (2). 1-7.
Rasubala, G, F., Kumaat, L, T., Mulyadi. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di Rsup. Prof. Dr. R.D.Kandou
Dan Rs Tk.Iii R.W. Mongisidi Teling Manado. E-Journal Keperawatan (E-Kp). 5 (1).
1-10.
Resti, I, B. (2014). Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres Pada
Penderita Asma. Jurnal ISSN. 02 (01). 1-20.

Salman, I, B., Berk, H, O, S. (2017). Kronik Gerilim Tipi Baş Ağrısında Kognitif
Davranışçı Terapi: Olgu Sunumu Cognitive Behavioral Therapy For Tension-Type
Headache: A Case Report. Journal Olgusunumu / Case Report. 29 (4). 1-8.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta CV.

Sugiyono. (2016). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta CV.

Sahar, R. Efektifitas Relaksasi Benson Dan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tingkat
Kecemasan Lansia Di PSTW Gau Mabaji Gowa. 2016.

Sorono, B., Ridha, A., Abrori. (2016). Analisis Prilaku Sirkumsisi Pada Pria Etnis Dayak
Kanayatn Di Desa Punggur Kapuas Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu
Raya Tahun 2016. Jurnal, 1-8.

Sembiring, S, U., Novayelinda, R., Nauli, F, A. (2015). Perbandingan Respon Nyeri Anak
Usia Toddler Dan Prasekolah Yang Dilakukan Prosedur Invasif. JOM, 2 (2), 1-9.
78

Suyanto., Bangsawan, M. (2013). Efek Kombinasi Bacaan Al Quran Dan Terapi


Farmakologis Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur
Ekstremitas. Jurnal Keperawatan, 9 (1). 1-6.

Sulvi, E. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Penderita Sirosis Hepatis. Universitas Muhammadiyah Malang. 2011.

Sutarjo, I, E., Arum, D., Suarni, N, K. (2014). Efektivitas Teori Behavioral Teknik
Relaksasi Dan Brain Gym Untuk Menurunkan Burnout Belajar Pada Siswa Kelas Viii
Smp Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. e-journal
Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling. 2 (1). 1-11.

Saputro, W, D. Efektifitas Tekhnik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Intensitas


Nyeri Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rsud Kanjuruhan Kepanjen
Kabupaten Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. 2014.

Sulistyarini, I. (2013). Terapi Relaksasi Untuk Menurunkan Tekanan Darah Dan


Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal Psikologi. 40 (1). 1-11.

Sari, R,A,P. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Sectio Caesarea Di Bangsal Kenanga RSUD Karanganyar. Program Studi S1
Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2014.

Sukoati, S., Astarani, K. (2012). Coloring Activities On Children To Increase Adaptive


Coping Mechanism When Dealing With Hospitalization. Jurnal STIKES. 5 (2). 1-
13.

Tamsuri, A. (2007). Konsep Dan Penatalaksaan Nyeri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Tsitsi, T., Charalambous, A., Papastavrou, E., Raftopoulos, V. (2017). Effectiveness Of A


Relaxation Intervention (Progressive Muscle Relaxation And Guided Imagery
Techniques) To Reduce Anxiety And Improve Mood Of Parents Of Hospitalized
Children With Malignancies: A Randomized Controlled Trial In Republic Of
Cyprus And Greece. European Journal of Oncology Nursing. 1-10.

Tufekci, F, G, T., Et.Al (2017). A New Distraction Intervention To Reduce Venipuncture


Pain In School-Age Children: Different Colored Flashlights; An Experimental
Study With Control Group. International Journal Of Caring Sciences. 10 (1), 354, 1-12.
Utami, S. (2016). Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Dan Distraksi Dengan Latihan 5 Jari
Terhadap Nyeri Post Laparatomi.Jurnal Keperawatan Jiwa . 4 (1), 1-13.
Utami, S. Perbedaan Tingkat Nyeri Ibu Post Partumyang Mengalami Episitomi Dengan
Ruptur Spontan Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta. 2015.
79

Utami, S. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Post Operasi Apendiktomi Di Ruangan
Kanthil RSUD Karanganyar. 2014.
Vidora M., Ayu, S, A., Pribadi, T. (2014). Perbandingan Efektifitas Teknik Distraksi Dan
Relaksasi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Hernia Di
RSUD Menggala Tahun 2013. Jurnal Keperawatan.Manggala. 8 (3). 1-6.

Wahida, S., Nooryanto, M., Andarini, S. (2015). Al Qur'an Surah Arrahman Recital
Therapy Increase β-Endorphin Levels and Reduce Childbirth Pain Intensity on
Active Phase in First Stage. Jurnal kedokteran brawijaya. 28 (3). 1-4.
World Health Organization, Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2007).
Male Circumcision Global Trends And Determinants Of Prevalence, Safety And Acceptability.
World Health Organization. (2009). Circumcision Among Young People A Public Health
Perspective In The Context Of HIV Prevention.
Wong, D, L., Whaley’s. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Wibowo, G, A. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Intensitas Nyeri Pada Penderita
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Di Poli Saraf Rsud Banyumas. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta 2014.
Widodo, G, G., Purwaningsih, P. (2013). Pengaruh Meditasi Terhadap Kualitas Hidup
Lansia Yang Menderita Hipertensi Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah. 1 (2). 1-8.
Wahyuni, S. (2012). Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui
Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan
Bimbingan. 13 (1). 1-19.

Yudiyanta., Khorunnisa, N., Novitasari, R, W. (2015). Assessment Nyeri. Journal. CDK-226.


42 (3). 1-21.

Yunus, M. (2014). Mindset Revolution Optimalisasi Potensi Otak Tanpa Batas. Yogyakarta.
Percetakan Galangpress.
Zanzabiela, H., Alphianti, L, T. (2015). Differences Of Anxiety Level In Murottal Al-
Qur’an Giving Towards Minor Dental Patients. Jurnal. 1-7.
Zakiyah, A. (2015). Nyeri Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Jakarta. Salemba Medika.
80

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

“INFORMED CONSENT”

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nomor Responden :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

No.Hp :

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat
penelitian yang berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah”. Saya mengerti
bahwa saya selaku orang tua dari responden akan menyetujui penelitian ini dan saya
bersedia anak saya menjadi responden serta mengikuti proses penelitian ini.

Malang, 2018
Responden

( )
81

Lampiran 2
82

Lampiran 3

PROSEDUR PELAKSANAAN DENGAN STANDART OPERATING PROCEDUR


(SOP) TEKNIK RELAKSASI BENSON DAN MUROTTAL AL-QUR’AN

DILAKUKAN
NO TINDAKAN
YA TIDAK

PERSIAPAN

PERSIAPAN ALAT :

1. Handphone atau Ipod atau recorder yang berisi MP3 murottal


1
Al-Qur’an.
2. Earphone atau headset.
3. Kursi atau kasur.
PERSIAPAN LINGKUNGAN :
2 1. Usahakan ruangan terhindar dari kebisingan dan realtif tenang.
2. Ruangan yang nyaman.
PERSIAPAN PERAWAT :
3
1. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan bila perlu.
PELAKSANAAN

1 Membaca basmallah.

Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik


2
relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an (RBMA).

Minta ibu atau ayah untuk mendampingi agar komunikasi berjalan


3
dengan lancar.

Memilih satu kata yang sesuai dengan keinginan responden dan


menganjurkan untuk memilih kata yang memiliki arti khusus yang
4
berkaitan dengan keyakinannya. Seperti : yaa Allah,
Asstaghfirullah, tenang, dll (menyesuaikan).
83

Ambil posisi duduk atau setengah duduk atau duduk setengah


5 berbaring atau berbaring pada kursi atau kasur yang dirasakan
paling nyaman bagi responden.

Minta responden untuk memejamkan mata dengan pelan tidak


6 perlu dipaksakan sehingga tidak ada keteganagan otot disekitar
mata.

Melemaskan seluruh otot dimulai dari anggota tubuh bagian


bawah, dengan cara mengendurkan otot-otot kaki, betis, paha,
dan perut. Kemudian melemaskan atau mengendurkan otot-otot
kepala dan leher serta pundak dengan cara memutar atau
7 mengangkat kepala secara perlahan-lahan. Setelah kepala, leher,
dan pundak bisa kemudian merilekskan kedua tangan dengan cara
ulurkan kemudian kendurkan kembali dan biarkan tangan terkulai
sendirinya disamping badan atau diatas pangkuan. Usahakan tetap
dalam keadaan rileks.

Mulai bernapas yang lambat dan wajar sesuai ritme dan hitungan
dengan berfokus kepada kata atau frase yang dipilih oleh
responden. Minta responden untuk bernapas melalui hidung
sambil memusatkan perhatian pasien kepada pengembangan
8
perut kemudian keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan.
Saat mengeluarkan napas melalui mulut minta responden untuk
mengucapkan kata atau frase yang sudah dipilih kemudian diulang
dalam hati saat periode mengelurkan napas tersebut.

Sambil terus melakukan tindakan nomer 8 lemaskan kembali otot-


9
otot tubuh dan minta responden untuk pasrah terhadap Allah.

Pasangkan headset ditelinga responden dan putar MP3 murottal


Al-Qur’an surah Ar-Rahman yang sudah disediakan dan minta
10 responden untuk tetap mempertahankan sikap pasif atau tetap
konsentrasi dari berbagai macam hal yang dapat mengganggu
aktifitas.
84

Tetap bernapas ssesuai ritme dan tetap mempertahankan sikap


11
pasrah kepada Allah SWT.

Lanjutkan kegiatan sampai jangka waktu kurang lebih 10-20


12
menit.

13 Ualngi kegiatan bila diperlukan.

EVALUASI

1 Tanyakan kepada responden perasaannya.

2 Kaji kembali nyeri yang dirasakan responden.


85

Lampiran 4
86

Lampiran 5
87

Lampiran 6
88

Lampiran 7
89

Lampiran 8
90

Lampiran 9
91

Lampiran 10
92

Lampiran 11
93

Lampiran 12
94

Lampiran 13
95

Lampiran 14
96

Lampiran 15
97

Lampiran 16
98

Lampiran 17
99

Lampiran 18

Kelompok

No Intervensi Kontrol

Nama Umur Alamat Pre Post Nama Umur Alamat Pre Post

1 MI 9 Malang 4 1 R 7 Probolinggo 5 4

2 FNM 11 Malang 5 0 K 9 Probolinggo 5 3

3 MR 11 Malang 3 0 RW 10 Probolinggo 4 2

4 NRH 10 Malang 4 1 OP 8 Probolinggo 4 2

5 IA 11 Lawang 4 1 B 6 Malang 3 2

6 MA 11 Lawang 3 1 MJ 10 Malang 3 1

7 AR 9 Probolinggo 4 2 L 10 Malang 4 3

8 R 10 Lawang 4 0 F 8 Malang 5 3

9 BAM 11 Lawang 5 0 MR 8 Lawang 5 4

10 AZ 12 Malang 4 0 FA 9 Lawang 3 2
100

Lampiran 19

Gambar : Informed Concent Orang Tua Responden.


101

Lampiran 20

Gambar : Penilaian Nyeri (Pre-Test)


102

Lampiran 21

Gambar : Pemberian Intervensi Kombinasi Teknik Relaksasi Benson & Murottal Al-
Qur’an.
103

Lampiran 22

Gambar : Penilaian Nyeri (Post-Test)


104

CURICULUM VITAE

PERSONAL DETAIL

Name : Abdul Rohim

Place & Date of Birth : Sampang, April 23th 1995

Sex : Male

Phone : 0895366345428

Email : muhammadrohim690@gmail.com

Weight : 55 kg

Height : 165 cm

FORMAL EDUCATION BACKGROUND

Year Level Institution

2001-2007 Elementary School SDN Mayangan IV Probolinggo

2008-2011 Junior High School MTsN Probolinggo

2011-2014 Senior High School SMAN 2 Probolinggo

2014-2018 Nursing (S1) Majoring In Nursing Science Program,


Health Science Faculty, University Of
Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai

  • FORM Sebelum Kontrak Habis
    FORM Sebelum Kontrak Habis
    Dokumen1 halaman
    FORM Sebelum Kontrak Habis
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Ketentuan Lomba Theater
    Ketentuan Lomba Theater
    Dokumen4 halaman
    Ketentuan Lomba Theater
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Analisa Swot
    Analisa Swot
    Dokumen19 halaman
    Analisa Swot
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • FORMAT PENGKAJIAN Psikiatri
    FORMAT PENGKAJIAN Psikiatri
    Dokumen21 halaman
    FORMAT PENGKAJIAN Psikiatri
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • PGB UMM SEMU
    PGB UMM SEMU
    Dokumen2 halaman
    PGB UMM SEMU
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Laporan Harian Akbar
    Laporan Harian Akbar
    Dokumen4 halaman
    Laporan Harian Akbar
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Tata Tertib Kongres 2019-2020
    Tata Tertib Kongres 2019-2020
    Dokumen6 halaman
    Tata Tertib Kongres 2019-2020
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Ketentuan Lomba Theater
    Ketentuan Lomba Theater
    Dokumen4 halaman
    Ketentuan Lomba Theater
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Panji
    Presentasi Panji
    Dokumen1 halaman
    Presentasi Panji
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Panji
    Presentasi Panji
    Dokumen1 halaman
    Presentasi Panji
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • RESUME KEPERAWATAN GPP
    RESUME KEPERAWATAN GPP
    Dokumen3 halaman
    RESUME KEPERAWATAN GPP
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • PATOFISIOLOGI HIPERTENSI KEHAMILAN
    PATOFISIOLOGI HIPERTENSI KEHAMILAN
    Dokumen5 halaman
    PATOFISIOLOGI HIPERTENSI KEHAMILAN
    Iknuur
    100% (2)
  • Pedoman Ppi
    Pedoman Ppi
    Dokumen167 halaman
    Pedoman Ppi
    Nurul zakiah
    Belum ada peringkat
  • Memori Lansia
    Memori Lansia
    Dokumen6 halaman
    Memori Lansia
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Api Riry
    Api Riry
    Dokumen10 halaman
    Api Riry
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Api Riry
    Api Riry
    Dokumen10 halaman
    Api Riry
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Pathway GEA
    Pathway GEA
    Dokumen1 halaman
    Pathway GEA
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • KSM
    KSM
    Dokumen1 halaman
    KSM
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Free Qadd
    Free Qadd
    Dokumen2 halaman
    Free Qadd
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Ganjil 2017-2018
    Ganjil 2017-2018
    Dokumen7 halaman
    Ganjil 2017-2018
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • SAP KUU Cuci Tangan-1
    SAP KUU Cuci Tangan-1
    Dokumen10 halaman
    SAP KUU Cuci Tangan-1
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Panduan SL Matrikulasi Gel 19 DEP - KMB
    Panduan SL Matrikulasi Gel 19 DEP - KMB
    Dokumen66 halaman
    Panduan SL Matrikulasi Gel 19 DEP - KMB
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Sediaan Obat
    Sediaan Obat
    Dokumen2 halaman
    Sediaan Obat
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Askep Jiwa RPK
    Laporan Kasus Askep Jiwa RPK
    Dokumen24 halaman
    Laporan Kasus Askep Jiwa RPK
    Wahyu Purnomo Adhi
    Belum ada peringkat
  • Assssssssssssssssssssss
    Assssssssssssssssssssss
    Dokumen19 halaman
    Assssssssssssssssssssss
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • LP Mekonium Aspirasi Sindrome
    LP Mekonium Aspirasi Sindrome
    Dokumen18 halaman
    LP Mekonium Aspirasi Sindrome
    Ingga Rahasti
    0% (1)
  • SAP KUU Cuci Tangan-1
    SAP KUU Cuci Tangan-1
    Dokumen10 halaman
    SAP KUU Cuci Tangan-1
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Rahmad
    Pengkajian Rahmad
    Dokumen12 halaman
    Pengkajian Rahmad
    Frànk Syáìfí Øûtsìdér III
    Belum ada peringkat
  • Pathway Fraktur Femur
    Pathway Fraktur Femur
    Dokumen1 halaman
    Pathway Fraktur Femur
    hilman
    100% (1)