SKRIPSI
Oleh :
ABDUL ROHIM
NIM. 201410420311118
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang
Oleh :
ABDUL ROHIM
NIM. 201410420311118
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
ANAK USIA SEKOLAH”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan,
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis
1. Faqih Ruhyanuddin, M.Kep., Sp. KMB selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
2. Nur Lailatul Masruroh, S.Kep., Ns., MNS selaku ketua Program Studi Ilmu
3. Faqih Ruhyanuddin, M.Kep., Sp. KMB selaku dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, doa, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Risa Herlianita, S.Kep., Ns., MSN selaku dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, doa, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Teman-teman : Miftachul Jannah, Ali Syafiqi, Mustika Deni, Sabilla Dian, dan
v
7. Panitia pelaksana khitan masal di Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda
8. Dr. Fajar Nazri, MMRS yang telah membantu memberikan ijin mengambil sampel
9. Dr. Jaka Singosari, Malang yang telah mengijinkan saya melakukan studi
pendahuluan.
10. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa terbaik, serta
11. Teman-teman PSIK angkatan 2014 terutama teman-teman kelas PSIK C, serta
semua pihak yang telah memberikan semangat dan membantu penyelesaian skripsi
ini.
Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikannya mendapatkan imbalan dan
diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT. Penulis menyadari terdapat banyak
dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
Background: Surgical action will cause injury and stimulate the sensation of pain. Pain
after the circumcision is a major problem in children and can cause distress. When
children feel post-circumcision pain, will affect the sensitivity of pain, attitude changes,
discomfort, and disrupt the activity. Methods that can be used to reduce post-
circumcision pain in children can use a combination of Benson relaxation techniques
and murottal of the Qur'an.
Aims: To determined the effect of combination of Benson relaxation technique and
murottal of the Qur'an to the decreasing of post-circumcision pain in school-aged
children.
Method: The research design used quasi experiment using pre-test and post-test design with
control group. the sampling technique used the technique of accidental sampling with sample
of 20 school-aged children (6-12 years) after circumcision, 10 children in the
intervention group and 10 children in the control group. data analysis used wilcoxon test
with significance α = 0,05.
Result: The results of this study showed a difference in average pain in both groups.
In the control group, the mean pain score pre-test of 4.10 means that the pain felt is
very disturbing and the average pain post-test value of 2.60 means that pain is felt rather
disturbing. In the intervention group, the mean pain score pre-test of 4.00 meant that
the pain felt is very disturbing and the average pain post-test value of 0.60 meant there
is no pain. While p value equal to 0,02 with significance value (p <0,005).
Conclusion : There is an effect of combination of Benson relaxation techniques and
murottal of the Qur'an on the reduction of post-circumcision pain in school-aged
children.
Suggestion: Recommendations for nurses and other medical personnel to use a
combination of Benson relaxation techniques and murottal of the Qur'an as non-
pharmacological techniques to reduce post-circumcision pain in school-aged children.
Keywords: Post Circumcision Pain, Benson Relaxation Techniques and murottal of
the Qur'an, School-aged children.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.3 Relaksasi Benson ................................................................................................. 24
2.3.1 Definisi Relaksasi Benson .................................................................... 24
2.3.2 Pengaruh Relaksasi Benson ................................................................. 24
2.3.3 Langkah-Langkah Melakukan Relaksasi Benson .............................. 26
2.4 Terapi Murottal Al-Qur’an ................................................................................ 27
2.4.1 Definisi Al-Qur’an ................................................................................. 27
2.4.1.1 Definisi Murottal Al-Qur’an .................................................. 28
2.4.1.2 Pengaruh Murottal Al-Qur’an ............................................... 28
2.4.1.3 Langkah-Langkah ..................................................................... 30
2.5 Sirkumsisi ............................................................................................................. 30
2.5.1 Definisi Sirkumsisi ................................................................................ 30
2.5.2 Teknik Insisi Operasi Sirkumsisi ......................................................... 31
2.6 Efek Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an (RBMA) Terhadap
Penurunan Nyeri ................................................................................................. 32
x
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................. 60
6.1 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Sebelum
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
............................................................................................................................. 60
6.2 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Setelah
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
............................................................................................................................. 62
6.3 Pengaruh Kombinasi Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah .. 65
6.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 67
6.5 Implikasi Untuk Keperawatan ....................................................................... 68
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala Nyeri (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) .............................. 18
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................... 37
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi
Benson Dan Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Anak Pasca Sirkumsisi ........................................................................... 41
Gambar 4.2 Penentuan Sampel Dengan Rumus Slovin ............................................ 44
Gambar 4.3 Skala Nyeri (Wong – Baker FACES Pain Rating Scale) .......................... 47
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirkumsisi atau khitan dikenal oleh masyrakat awam adalah tradisi yang
dilakukan umat muslim sebagai salah satu syariat yang diajarkan Nabi Muhammad
SAW dalam ajaran agama islam, namun pada era yang modern ini tidak hanya menjadi
tradisi dan dilakukan oleh umat muslim saja tetapi sudah banyak orang non-muslim
yang melakukan sirkumsisi atas dasar kesehatan. Data WHO and UNAIDS (2007)
dari total penduduk 84,98 juta penduduk. Pada 2 tahun berikutnya jumlah tersebut
berubah menjadi 85% atau sekitar 87 juta penduduk (WHO, 2009). Secara medis
preputium penis untuk membersihkan penis dari berbagai kotoran yang melekat pada
ujung penis yang mungkin menjadi penyebab berbagai penyakit (Khasanah, 2014).
bahwa sirkumsisi dapat mencegah dari berbagai penyakit infeksi menular seksual
(Fitria, 2014). Sirkumsisi merupakan suatu tindakan bedah minor yang dilakukan untuk
membuang kulup yang menutupi Glans Penis (Sorono, Ridha, & Abrori, 2016).
putus, dan terkoyaknya jaringan tubuh, baik jaringan saraf, jaringan kulit, jaringan otot,
pada tahun 2007 (Sorono, B, et.all. 2016). Sementara data dari WHO (2009)
menyebutkan bahwa di Indonesia yang paling sering melakukan sirkumsisi adalah anak
1
2
laki-laki dan rata-rata berusia 5-12 tahun. Data lain menunjukkan di Indonesia yang
paling sering melakukan sirkumsisi diantara adalah anak usia 1 sampai 11 tahun atau
usia anak sekolah dan merupakan salah satu negara dengan prevalensi sirkumsisi yang
tinggi dibandingkan dengan negara lain yaitu mencapai >80% (WHO & UNAIDS,
2010).
Di Jawa Timur khususnya daerah Malang masih belum ada data yang valid
jumlah orang yang melakukan sirkumsisi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
salah satu rumah sunat di Kabupaten Malang, didapatkan hasil bahwa sirkumsisi
merupakan tradisi musiman dimana setiap rumah sunat atau tempat sirkumsisi akan
ramai dikunjungi masyarakat ketika liburan sekolah tiba yaitu pada bulan Juni-Juli dan
pada bulan Desember. Menurut pimpinan rumah sunat tersebut biasanya anak yang
sebanyak 50-70 anak di setiap tempat sirkumsisi atau rumah sunat. Di rumah sunat Dr.
Jaka rata-rata perbulan bisa mencapai 10 anak lebih yang melakukan sirkumsisi.
jaringan atau luka dan merangsang timbulnya sensasi rasa nyeri pada seseorang.
Hasil observasi yang dilakukan oleh pimpinan rumah sunat Dr. Jaka,
didapatkan bahwa nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan anak-anak akan dimulai pada
hari pertama pasca operasi atau ketika pengaruh obat anastesi hilang yaitu 4-8 jam
setelah pemberian obat anastesi. Nyeri juga akan dirasakan pada hari kedua pasca
sirkumsisi dan pada hari ketiga biasanya secara fisiologis nyeri akan hilang atau tidak
akan dirasakan oleh anak-anak. Meskipun mendapatkan obat analgesik ketika sudah
melakukan sirkumsisi, obat tersebut tidak sepenuhnya mengurangi rasa nyeri yang
nyaman biasanya berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan baik aktual
maupun potensial (Muttaqin, 2008). Nyeri apabila tidak segera ditangani dengan segera
akan berdampak kepada respon fisik, dan respon tingkah laku pada anak. Bila tidak
ditangani dengan benar, nyeri akan menimbulkan efek yang membahayakan dan
mempengaruhi ketegangan otot, denyut jantung dan tekanan darah, suplai darah
diperifer, penurunan pernapasan cepat dan tidak teratur. Selain itu apabila tidak
ditangani segera nyeri akan menyebabkan komplikasi seperti tromboli paru atau bisa
pneumoni (Kurniawan, Wakhid & Aini, 2016). Komplikasi lain dari nyeri pada anak
gangguan perilaku, gangguan fisiologis, dan juga anak akan mengalami kecemasan.
Walco & Goldshneider (2008), dalam Sembiring, Novayelinda & Nauli (2015)
mengemukakan anak yang mengalami nyeri akan mengalami distress, distress yang
dialami anak usia balita lebih tinggi dibandingkan anak usia sekolah dengan persentase
83% dibanding 51%. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menyimpulkan bahwa
stress atau kecemasan pada anak pasca sirkumsisi akan berdampak pada proses
penyembuhan luka (Nugroho, 2014), sehingga nyeri pada anak khususnya anak dengan
Cara mengatasi nyeri dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan juga non-
dikarenakan jarang sekali menimbulkan efek samping. Salah satu cara mengatasi nyeri
penambahan kata-kata yang sesuai dengan keyakinan atau religius seseorang (Rasubala,
Kumaat, & Mulyadi, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit Dr. Soegiri
nyeri pada 19 pasien penderita glaucoma yang dilakukan pada satu kelompok
perlakuan, dimana didapatkan hasil sebelum dan sesudah tindakan nyeri berkurang
dengan nilai 3,4211 dan 2,5789 dengan nilai (a<0,05) dan (p=0,000) (Ainurrohman,
Pratiko, & Zahroh, 2013). Terapi murottal Al-Qur’an adalah teknik distraksi dengan
dilakukan selama beberapa menit atau jam sehingga akan memberikan dampak positif
bagi tubuh seseorang (Muhidin, et.al. 2016). Hasil penelitian yang dilakukan di rumah
test post-test dapat menurunkan nyeri pada ibu yang melahirkan kala I fase aktif
didapatkan hasil pre-test dan post-test tindakan nyeri berkurang dengan nilai (p = 0,074)
dan (p = 0,139) dengan tingkat perbedaan (p < 0,01) dan nilai p value (0,000) (Wahida,
Nooryanto, & Andarini, 2015). Penelitian serupa yang yang dilakukan di RSUD. Prof.
Dr. Margono Soekardjo Purwokerto yang diujikan kepada ibu bersalin dengan tujuan
mengurangi nyeri dan kecamasan paba ibu bersalin primigravida kala I fase aktif,
menggunakan metode pre-exsperimental dengan pendekatan one group pre-test dan post-test
design didapatkan hasil rata-rata nyeri sebelum tidakan 6,57 berkurang menjadi 4,93
tindakan 26,67 berubah menjadi 20,52 dengan nilai p value < a (0,000 < 0,005)
Dari beberapa penelitian tersebut nyeri yang dirasakan oleh sampel rata-rata
berada pada skala nyeri sedang. Penelitian lain tentang sirkumsisi didapatkan hasil nyeri
yang dirasakan anak pasca sirkumsisi juga berada pada nyeri sedang (Kurniawan, 2016).
rasa nyeri yang dirasakan, sehingga perlu adanya tindakan untuk mengatasi nyeri
tersebut.
sampel yang sedikit menyebakan nilai signifikansi tidak terlalu besar. Kekurangan
kedua dari beberapa penelitian sebelumnya juga belum ada kelompok kontrol sehingga
tidak bisa sepenuhnya membuktikan penurunan nyeri disebabkan oleh terapi atau
faktor lain. Penelitian sebelumnya dalam pemberian intervensi masih dalam satu
variabel contohnya variabel teknik relaksasi Benson sendiri, dan terapi murottal Al-
(Pratiwi, Hasneli, & Ernawaty, 2015). Sehingga pada penilitian ini peniliti bermaksud
exsperimental dengan pendekatan pre-test and post-test design with control group. Peniliti juga
bermaksud untuk mengambil sampel atau target penelitian yang berbeda yaitu pada
nyeri yang disebabkan oleh tindakan invasif seperti nyeri pasca sirkumsisi pada anak
usia sekolah, karena belum ada populasi penelitian pada anak usia sekolah terutama di
daerah malang. Anak usia sekolah dipilih menjadi sampel penelitian mengacu kepada
data prevalensi sirkumsisi di Indonesia dan hasil studi pendahuluan disalah satu rumah
mengenai pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan terapi murottal Al-Qur’an
terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah. Dalam pemberian
terapi murottal Al-Qur’an yaitu intervensi akan diberikan dalam satu sesi kepada satu
sampel dan penulis juga bermaksud untuk melibatkan peran serta dari keluarga guna
bagaimana pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan terapi murottal Al-Qur’an
murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.
terbaru mengenai menjemen nyeri pada anak dengan menggunakan terapi non-
farmakologis yaitu dengan teknik relaksasi Benson dan terapi murottal Al-Qur’an.
Terhadap Penurunan Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif” dengan metode quasi
experiment pre and post test group dan pengambilan sample dengan menggunakan metode
non probability sampling yaitu purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Skala nyeri
dinilai dengan menggunakan Numeric Rating Scale. Penilitian ini bertujuan untuk melihat
efektifitas murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pada ibu bersalin fase I dan
didapatkan hasil dimana ada perbedaan sebelum dan sesudah pemberian terapi
murottal Al-Qur’an dalam penurunan nyeri. Nyeri menurun yaitu dari nilai skala nyeri
5,22 menjadi 2,47. Hasil rata-rata sebesar 2,45 dengan standar deviasi sebesar 1,100.
8
Berdasar uji statistik di peroleh nilai p value 0,001 (p<α). Sehingga dapat disimpulkan
terapi murottal Al-Qur’an efektif dalam menurunkan nyeri ibu bersalin pada fase I.
Benson Dan Murottal Al-Qur’an Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Primer” dengan reponden penderita hipertensi primer. Sample yang didapat berjumlah
kontrol dan 15 orang menjadi kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah
tindakan pemberian intervensi yaitu terapi relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an.
nilai rata-rata tekanan diastol 91,60 dan sistol 165, 53 mmHg, saat pengukuran post-test
nilai rata-rata tekanan diastol menjadi 87, 27 mmHg dan sistol menjadi 147, 93 mmHg
dengan nilai p value mencapai 0,000 (a<0,05). Dari hasil tersebut peniliti
Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala
I Fase Aktif” dengan metode pre-exsperimen dengan metode pendekatan one group pretest
and posttest design. Sample yang didapat sebanyak 42 ibu bersalin dengan menggunakan
teknik sampling consecutive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya
pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri dan cemas yang
dirasakan pada ibu yang melahirkan kala I. Didapatkan hasil ada perbedaan rata-rata
dalam penurunan nyeri sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan nilai p value
<α (0,000<0,05). Sementara nilai rata-rata kecemasan sebelum intervensi adalah 26,67,
berubah setelah intervensi menjadi rata-rata 20,52. Dari hasil tersebut dapat
9
static group comparison. Jumlah populasi sebanyak 30 anak. Sampel penelitian yang
didapat sebanyak 28 anak dengan rata-rata usia 6-10 tahu yang kemudian dibagi
yaitu 13 anak (92,2,1%) dan sebagian kecil responden mengalami penyembuhan luka
abnormal 1 anak (7,1%) serta hampir seluruh responden tanpa perlakuan mengalami
pada kelompok perlakuan 7-10 hari sementara kelompok kontrol >10 hari. Setelah
sensori yang tidak menyenangkan dan dirasakan secara subjektif biasanya berkaitan
dengan adanya kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau dirasakan saat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial dan bersifat subjektif biasanya
diekspresikan dengan verbal atau non verbal (Muttaqin, 2008). Dari penjelasan diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang akibat adanya kerusakan suatu
jaringan, nyeri juga dapat dirasakan seseorang bukan dari akibat kerusakan jaringan
tetapi digambarkan seolah-olah ada kerusakan jaringan. Nyeri hanya dapat dirasakan
dan digambarkan secara akurat oleh orang yang mengalami nyeri (Zakiyah, 2015).
Teori Pengontrolan Nyeri (Theory Gate Control) dikemukakan oleh Melzack dan
Well menyatakan impuls nyeri dapat diatur serta dihambat oleh adanya mekanisme
pertahanan yang terdapat disepanjang sistem saraf pusat. Terdapat semacam “pintu
gerbang” yang bisa memperlambat atau menghambat transmisi impuls nyeri yang
dirasakan oleh seseorang. Secara umum didalam tubuh terdapat dua macam
transmitrer impuls nyeri. Serabut delta A dan C atau reseptor berdiameter kecil yang
berfungi untuk menghantarkan impuls nyeri yang bersifat kasar. Reseptor ini
merupakan ujung saraf bebas yang biasanya terdapat pada seluruh permukaan kulit
10
11
serta pada struktur dalam seperti fasia, tulang, tendon, dan organ-organ dalam.
Sementara serabut beta A atau reseptor berdiameter besar berfungsi sebagai inhibitor
yaitu mentransmisikan sensasi lain seperti sentuhan, tekanan halus, dingin dan hangat.
Serabut ini tersebar diseluruh permukaan tubuh (Joyce & Hawk, 2009 dalam Zakiyah,
2015). Teori ini menyatakan impuls nyeri dihantarkan ke otak saat gerbang terbuka dan
impuls nyeri dapat dihambat saat gerbang tertutup. Upaya saat menutup pertahanan
tersebut yang kemudian menjadi dasar teori dalam menghilangkan atau menurunkan
tingkat nyeri. Ketika ada rangsangan nyeri yang dirasakan seseorang, kedua serabut
akan membawa rangsangan ke dalam kornus dorsalis yang terdapat pada medulla
spinalis posterior. Ketika rangsangan sampai di medulla spinalis akan terjadi interaksi
antara kedua serabut di area khsusus yang disebut SG (Substansia Gelatinosa). Didalam
SG akan terjadi modifikasi dan perubahan pada rangsangan yang akan mempengaruhi
sensasi nyeri yang diterima medulla spinalis dapat diteruskan ke otak atau dihambat
(Andarmoyo, 2013).
Sebelum rangsangan atau impuls nyeri diteruskan ke otak, kedua serabut baik
serabut berdiameter besar maupun serabut berdiameter kecil akan berinteraksi di area
SG. Apabila tidak terdapat impuls yang adekuat dari serabut berdiameter besar maka
rangsangan atau impuls nyeri dari serabut kecil yang akan dihantarkan ke sel pemicu
(Sel T/Trigger Cell) yang kemudian diteruskan ke otak dan akhirnya akan menimbulkan
sensasi nyeri pada seseorang. Saat impuls nyeri diteruskan ke otak, inilah yang disebut
dengan istilah “Pintu Gerbang Terbuka”. Sebaliknya apabila tidak terdapat impuls yang
adekuat dari serabut berdiameter kecil, rangsangan atau impuls nyeri dari serabut besar
yang akan dihantarkan ke sel pemicu (Sel T/Trigger Cell) yang kemudian diteruskan ke
otak dan akhirnya sensari nyeri tidak dirasakan oleh seseorang karena adanya stimulasi
sentuhan kulit, getaran, hangat dan dingin yang menghambat rangsangan atau impuls
12
nyeri dari serabut berdiameter kecil. Kondisi seperti inilah yang disebut dengan istilah
neurotransmiter yang utama impuls nyeri. Terdapat paling sedikit enam jalur asenden
untuk impuls nosiseptif yang terletak pada belahan ventral medulla spinalis dan yang
paling utama adalah jalur spinotalamikus (spinothalamic sract) dan jalur spinoretikuler
(spinoreticular tract). Impuls yang dibawa oleh jalur spinotalamikus (spinothalamic sract)
dibawa oleh jalur spinoretikuler (spinoreticular tract) akan dibawa ke daerah talamus dan
akan diteruskan ke otak yang kemudian akan diproses dalam otak dalam tiga tingkatan
yang berbeda yakni pada talamus, otak tengah (mid brain), dan pada korteks otak.
Talamus akan berfungsi sebagai penerima rangsangan atau impuls dari jalur
spinotalamikus yang kemudian akan diteruskan ke korteks otak. Otak tengah memiliki
fungsi untuk meningkatkan kewaspadaan dari korteks akan datangnya rangsangan atau
rangsangan atau impuls sesuai dengan lokasi terjadinya nyeri (Andarmoyo, 2013).
Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang memiliki peranan atau fungsi
terhadap penerimaan rangsangan nyeri yang dirasakan. Organ tubuh yang memiliki
fungsi sebagai reseptor atau penerima rangsangan nyeri adalah ujung saraf bebas yang
13
terdapat didalam kulit. Reseptor nyeri juga disebut dengan istilah nosiseptor yang
secara anatomis ada yang memiliki mielin dan ada yang tidak memiliki mielin.
yaitu pada kutaneus (kulit), somatik, dan daerah visceral. Dikarenakan letaknya yang
berbeda inilah dalam respon sensasi nyeri yang dirasakan pada seseorang akan berbeda
pula. Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit juga subkutan. Nyeri yang dirasakan pada
a. Serabut A delta
Serabut ini merupakan serabut dengan kecepatan transmisi cepat yaitu 6-30
meter/detik yang dapat memungkinkan nyeri yang dirasakan tajam dan akan dengan
b. Serabut C
Serabut ini merupakan serabut dengan kecepatan transmisi lambat yaitu 0,5-2
meter/detik biasanya terdapat pada daerah yang lebih dalam dan nyeri yang
Sementara nosiseptor somatik dapat meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
beberapa bagian tubuh yaitu saraf, tulang, otot, pembuluh darah, dan jaringan
penyangga lainnya. Strukturnya yang kompleks inilah yang menyebabkan nyeri somatik
biasanya akan dirasakan tumpul dan susah untuk dilokalisasi. Nosiseptor terkahir yaitu
nosiseptor viseral yang meliputi reseptor pada organ-organ visceral seperti hati, usus,
jantung, ginjal dll. Nyeri yang ditimbulkan biasanya tidak sensitif terhadap adanya
pemotongan organ akan tetapi akan sensitif apabila terhadap adanya penekanan,
inflamasi, serta juga iskemik. Nyeri visceral juga akan menyebabkan reffered pain atau
nyeri yang muncul akan dirasakan oleh seseorang pada daerah yang berbeda atau
14
berada jauh dari asal maupun lokasi stimulus terjadinya nyeri. Nyeri tersebut dapat
berpindah dikarenakan adanya sinaps jaringan visceral yang terdapat pada medulla
beberapa jenis nosiseptor yaitu : nosiseptor termal, elektrik, kimia, dan nosiseptor
mekanik. Adanya berbagai macam nosiseptor ini akan memungkinkan terjadinya nyeri
karena pengaruh perubahan suhu atau panas, listrik, kimia, dan mekanis. Serabut nyeri
jenis A delta akan lebih banyak dipengaruhi oleh rangsangan mekanik daripada kimia
dan panas. Sementara serabut nyeri C lebih banyak dipengaruhi oleh rangsangan kimia,
waktu kejadian atau lama keluhan, berdasarkan lokasi terjadinya nyeri, dan berdasakan
Nyeri akut merupakan nyeri yang diartikan sebagai nyeri yang beronset baru
dan durasi nyeri yang dirasakan cepat (Ferdinand, Basuki, & Isngadi, 2014). Nyeri
akut umumnya akan dirasakan dan dapat diantisipasi atau diprediksi kurang dari
setangah tahun atau enam bulan biasanya kurang dari satu bulan (Ambarwati, 2013).
Nyeri akut juga dedefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan dalam beberapa detik
hingga kurang dari enam bulan (Brunner & Suddart, 2016 dalam Anggriana, 2017).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik ialah nyeri yang didefinisikan sebagai nyeri yang bersifat konstan
(tetap) atau intermiten dan akan menetap dalam periode waktu tertentu
15
(Andarmoyo, 2013). Nyeri kronik biasanya akan berlangsung lama dengan intensitas
yang bervariasi dengan kurun waktu lebih dari enam bulan bahkan bisa bertahan
Nyeri viseral adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan oleh
adanya rangsangan pada organ atau struktur didalam perut atau nyeri yang dirasakan
akibat kerusakan organ internal (Zakiyah, 2015). Nyeri ini biasanya akan berdurasi
cukup lama dan bersifat difus serta sensasi yang dirasakan akan bersifat tumpul
(Tamsuri, 2007).
Nyeri somatik adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan
oleh adanya rangsangan nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan pada organ
soma seperti kulit, otot, tendon, tulang, atau ligamen. Gejala nyeri ini biasanya
bersifat tajam dan lokalisasinya jelas, sehingga saat kita menyentuh atau
menggerakkan bagian yang mengalami cidera biasanya nyeri akan dirasakan semakin
Nyeri pantom adalah nyeri yang dirasakan secara khusus oleh seseorang yang
Nyeri menjalar atau nyeri radiasi adalah sensasi nyeri yang dirasakan oleh
seseorang akan meluas dari tempat awal terjadinya nyeri atau cidera ke bagian tubuh
yang lain. Sifat dari nyeri radiasi adalah nyeri terasa menyebar ke bagian tubuh
16
bagian bawah atau sepanjang bagian tubuh dan nyeri ini akan menjadi konstan atau
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan oleh
adanya nyeri viseral yang menjalar ke bagian tubuh atau organ lain sehingga sensasi
nyeri yang dirasakan akan berbeda dan berada pada beberapa tempat. Hal ini
dikarenakan adanya neuron sensori yang masuk ke medulla spinalis dan mengalami
sinapsis dengan neuron yang berada pada organ atau bagian tubuh lain (Tamsuri,
2007).
Nyeri fisiologi atau nyeri organik adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang
yang diakibatkan oleh adanya kerusakan pada organ tubuh. Nyeri ini akan sangat
mudah dikenali penyebabnya sebagai penyakit, cidera, dan pembedahan pada organ
b. Nyeri Neurogenik
Nyeri neurogenik adalah nyeri yang dirasakan oleh seseorang yang diakibatkan
oleh adanya kerusakan atau gangguan pada neuron dan bisa bersifat akut ataupun
c. Nyeri Psikogenik
psikologis seperti cemas atau takut yang dirasakan oleh klien (Zakiyah, 2015).
Jika dilihat dari penjelasan diatas, nyeri pasca sirkumsisi apabila dilihat dari
waktu kejadian atau lama keluhan termasuk nyeri akut karena bersifat sementara.
Apabila dilihat berdasarkan lokasinya nyeri pasca sirkumsisi termasuk nyeri somatik
17
karena nyeri yang dirasakan diakibatkan oleh adanya kerusakan pada jaringan kulit.
Apabila dilihat berdasarkan etiologinya nyeri pasca sirkumsisi termasuk ke dalam nyeri
fisiologis karena nyeri yang dirasakan disebabkan oleh adanya proses pembedahan.
besar tidaknya nyeri yang dirasakan (Sulvi, 2011). Penilaian nyeri bisa dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya menggunakan Wong-Baker FACES Pain Rating Scale. Skala
ini digambarkan dengan beberapa gambar wajah kartun dengan ekspresi wajah dari
tersenyum hingga menangis dari kiri ke kanan yang digunakan untuk mewakili
intensitas nyeri anak-anak (Lin, Lin, Lee, & Hsieh, 2015). Skala ini cocok digunakan
pada dewasa atau pada anak-anak usia >3 tahun yang belum bisa mendeskripsikan
Sumber : Lin, et.al. How Children Perceive And Understand The Facial Expression Of Face
Jelaskan pada anak untuk pengertian dari setiap gambar wajah. Bagi individu
yang senang karena tidak mengalami nyeri atau sedih karena mengalami nyeri baik
sedikit atau banyak. Wajah 0 artinya sangat senang dan tidak terdapat nyeri. wajah 1
artinya nyeri yang dirasakan sangat sedikit. Wajah 2 artinya nyeri yang dirasakan sedikit
lebih banyak dibandingkan wajah 1. Wajah 3 artinya nyeri yang dirasakan lebih banyak
dibandingkan pada wajah 2. Wajah 4 artinya nyeri yang dirasakan sangat nyeri.
Sementara pada wajah 5 artinya nyeri yang dirasakan sebanyak yang individu bayangkan
meskipun tidak harus menangis untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan. Minta
agar anak memilih salah satu gambar wajah yang menggambarkan nyeri yang dirasakan
dan tandai dibawah wajah yang dipilih dan catat pada lembar pengkajian nyeri. Contoh
instruksi singkat saat menggunakan skala wajah. “Seberapa sakit atau hebat nyeri yang
kamu rasakan sekarang?” bila anak tidak merespon dan tampak bingung, tunjuk wajah
0 dan katakan pada anak “Wajah ini tidak ada nyeri sama sekali”. Pindahkan jari pada
gambar wajah 5 dan katakan pada anak “Wajah ini artinya nyeri yang dirasakan sangat
nyeri sebanyak yang dapat kamu bayangkan, meskipun kamu tidak harus menangis
Usia memiliki peranan penting dalam mempersepsikan rasa nyeri. Usia akan
Perkembangan usia baik anak-anak, dewasa, dan lansia akan sangat berpengaruh
terhadap nyeri yang dirasakan. Usia anak-anak akan sulit menginterpretasikan dan
melokalisasikan nyeri yang dirasakan karena belum dapat mengucapkan kata-kata dan
nyeri yang dirasakan biasanya akan diinterpretasikan kepada orang tua atau tenaga
kesehatan. Pada usia lansia, juga akan mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan
nyeri akibat penurunan fungsi tubuh dan menganggap nyeri sebagai suatu yang harus
mereka terima. Berbeda dengan anak-anak dan lansia, respon orang dewasa terhadap
nyeri akan menganggap nyeri sebagai suatu kelemahan dan kegagalan sehingga nyeri
berpengaruh dalam merespon nyeri seperti budaya yang mengaharuskan seorang laki-
laki tidak diperkenankan menangis dan harus berani sedangkan seorang perempuan
diperbolehkan menangis dalam situasi dan kodisi yang sama (Potter & Perry, 2006
2.1.6.3 Kebudayaan
dalam merespon nyeri. Seseorang akan mempelajari apa yang diterima dan diharapkan
sesuai dengan budaya mereka termasuk dalam merespon nyeri (Andarmoyo, 2013).
yang dirasakan. Seseorang dengan lokus kendali internal akan mepersepsikan diri
sebagai seseorang yang bisa mengendalikan sesuatu seperti nyeri. Sebaliknya seseorang
dengan lokus kendali eskternal akan susah dalam mengatasi sensasi nyeri yang
Relaksasi adalah teknik yang dilakukan untuk mengatasi stres dimana akan
terjadi peningkatan aliran darah sehingga perasaan cemas dan khawatir akan berkurang
mengalami ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar tercapai
kondisi yang nyaman atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus, 2014).
pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan (Tsitsi et.al, 2017). Manfaat yang
sama juga dijelaskan oleh peneliti lain bahwasannya relaksasi dapat mengurangi tingkat
memiliki efek yang positif bagi ibu hamil bahkan bisa mencegah bayi lahir dengan berat
badan rendah serta mengurangi kelahiran dengan cara sesar (Muller, Hammil, &
Herman, 2016). Manfaat lain adalah dapat mengurangi nyeri pada seseorang (Christaki
& Yfandopoulou, 2014). Manfaat relaksasi secara umum menurut Utami (2001) dalam
akibat stres.
2. Masalah-masalah yang timbul akibat stres seperti, sakit kepala, tekanan darah
yang positif.
Jika kita simpulkan dari beberapa penjelasan diatas manfaat relaksasi sendiri
tubuh.
menjadi empat macam yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi
exercises), dan relaksasi perilaku (behavioural relaxation training) dan lain sebagainya.
2016). Relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang bisa kita gunakan
untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan otot serta untuk mencapai rasa
nyaman tanpa tergantung pada hal ataupun subjek yang berada diluar dirinya. Dengan
seseorang sehingga dapat mengurangi kontraksi otot (Resti, 2014). Relaksasi otot`
dan fisik yang lebih baik serta dapat meningkatkan kualitas hidup pada penederita
diabetes tipe dua (Bravo, et.al. 2017). Manfaat lain adalah dengan melakukan relaksasi
Relaksasi Meditasi (Attention Focussing Exercises) adalah salah satu metode latihan
yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mengkoordinasi tubuh dan pikirannya
menjadi lebih efektif, dan melatih perhatian untuk meningkatkan kesadaran sehingga
ketenangan yang selanjutnya akan membuat proses mental lebih dapat dikontrol secara
sadar. Efek dari meditasi sendiri adalah meningkatkan gelombang otak yang terdapat
saat seseorang dalam keadaan rileks yaitu gelombang alpha (Kamiliyah & Ervina, 2015).
Manfaat dari relaksasi meditasi sendiri meliputi dapat mencegah berbagai penyakit,
baik pikiran maupun fisik, meningkatkan pengendalian diri, dan meningkatkan kualitas
hidup pada lansia yang menderita hipertensi (Widodo & Purwaningsih, 2013). Manfaat
lain adalah dapat mengurangi stres yang dialami seseorang serta dapat memberikan
kondisi-kondisi yang dapat menentukan tingkah laku mereka dalam artian dengan
teknik relaksasi tingkah laku diharapkan dapat memperbai tingkah laku yang lebih
positif (Sutarjo, 2014). Terapi perilaku akan berdampak terhadap terciptanya kondisi
rileks dan santai. Anggota badan akan mengalami santai meliputi kepala, mata, mulut,
bahu, badan, kaki, tangan, dan pernapasan (Lundervold, Pahwa, Lyons, 2013). Manfaat
dari relaksasi perilaku adalah memperbaiki perilaku buruk pada siswa (Sutarjo, 2014),
dapat mengurangi nyeri atau sakit kepala (Salman & Berk, 2017), mengatasi insomnia
23
(Horsch, et.al. 2017), dan bermanfaat dalam mengatasi kecemasan sosial yang dialami
secara pelan, dalam keadaan sadar, dan melibatkan kerja dari oto-otot perut atau
diafragma dengan frekuensi waktu tertentu (Koban, Yuniarlina, & Susilo, 2014).
Relaksasi pernapasan merupakan bentuk latihan tubuh dan pikiran integratif yang
efisien dalam mengatasi kondisi stres dan masalah psikosomatik. Pernapasan diafragma
melibatkan kinerja kontraksi dari otot diafragma dan pengembangan perut saat proses
memaksimalkan jumlah gas dalam darah (Ma, et.al. 2017). Manfaat dari relaksasi
tidak terlalu keras dalam bekerja (Alapharti, Augustine, Anand, & Mahale, 2016). Salah
satu teknik relaksasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah relaksasi pernapasan
penambahan kata-kata atau frase-frase yang sesuai dengan keyakinan atau religiunitas
seseorang (Rasubala, Kumaat, & Mulyadi, 2017). Relaksasi Benson akan melibatkan
kesehatan yang lebih baik. Kelebihan teknik ini dibandingkan dengan teknik lain adalah
24
mudah dilakukan dalam kondisi apapun dan tidak ada efek samping yang ditimbulkan
Tujuan utama dalam kegiatan relaksasi adalah tercapainya kondisi rileks pada
seseorang secara menyeluruh yang meliputi fisiologis, kognitif, dan behavioral. Secara
fisiologis keadaan rileks pada seseorang akan ditandai dengan adanya penurunan kadar
epinefrin maupun non epinefrin dalam darah, adanya penurunan frekuensi denyut
jantung yang dapat mencapai 24 kali/menit, adanya penurunan tekanan darah dan
frekuensi napas sampai mencapai 4-6 kali/menit, adanya penurunan metabolisme dan
ketegangan otot, serta akan meningkatkan vasodilatasi dan peningkatan suhu pada
daerah ekstremitas (Hidayat & Ekaputri, 2015). Saat terjadi proses pelepasan mediator
kimia seperti bradikinin, prostaglandin, dan substansi P akan merangsang saraf simpatis
yang akan meyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga tonus otot meningkat
dan impuls nyeri akan diteruskan ke otak dari medulla spinalis kemudian dipersepsikan
Relaksasi dapat mengurangi nyeri melalui mekanisme yaitu saat relaksasi otot-
otot skeletal yang mengalami spasme akan rileks dan mengalami vasodilatasi sehingga
akan memperbaiki supalai aliran darah yang mengalami spasme atau iskemik. Relaksasi
juga dapat merangsang pengeluaran hormon opioid endogen yaitu endorfin dan
enkefalin. Relaksasi juga tidak membutuhkan alat mapun biaya yang banyak sehingga
bisa dilakukan oleh siapapun dan dimanapun (Utami, 2014). Saat endorfin dikeluarkan
oleh otak, nyeri yang dirasakan seseorang akan berkurang dan seseorang akan
memberikan kontrol seseorang terhadap stres fisik, emosi, dan rasa tidak nyaman.
lingkungan internal seseorang sehingga seseorang dapat mecapai kondisi kesehtan yang
lebih baik. Relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut oleh seseorang seperti
relaksasi Benson, akan melipat gandakan keyakinan seseorang dan juga melipat
gandakan manfaat yang didapat dari relaksasi tersebut. Relaksasi Benson yang dalam
akan bermanfaat sebagai fokus keyakinan dan dengan frase tersebut akan mendorong
efek yang menyehatkan. Semakin kuat keyakinan pada seseorang yang bercampur
dengan respon relaksasi, maka akan semakin besar pula efek atau hasil relaksasi yang
(1975) meliputi :
1. Memilih satu kata yang sesuai dengan keyakinan pasien. Mengajurkan pasien
untuk memilih kata yang memiliki arti khusus bagi pasien yang terkait dengan
keyakinannya seperti Oh God, Yesus, dll. Karena dalam penelitian ini target
4. Melemaskan seluruh otot dimulai dari anggota tubuh bagian bawah, dengan
atau mengendurkan otot-otot kepala dan leher serta pundak pasien dengan cara
dan pundak bisa kemudian merilekskan kedua tangan dengan cara ulurkan
dipangkuan pasien.
5. Melakukan napas dalam sesuai ritme dan hitungan dengan berfokus pada kata
atau keyakinan pasien. Meminta pasien untuk bernapas melalui hidung sambil
melalui mulut, minta pasien untuk mengucapkan kata atau ungkapan yang
sudah dipilih kemudian diulang dalam hati saat periode mengeluarkan napas
tersebut.
6. Mempertahankan sikap pasif atau konsentrasi pasien dari berbagai macam hal
yang mengganggu konsentrasi. Oleh karena itu perlu adanya lingkungan yng
Benson, (1977) menyebutkan ada empat elemen yang menunjang agar tercipta
kondisi yang rileks meliputi adanya frase atau kata yang diucapkan secara berulang,
27
sikap yang tenang dan pasif, mengendurkan atau mengistirahatkan tonus otot-otot,
Al-Qur’an secara etimologi berasal dari kata qira’ah yang merupakan akar kata
dari qara’a, qira’atan wa qur’anan yang berarti bacaan. Al-Qur’an merupakan kalam atau
firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan bagi siapa yang
firman Allah yang diturunkan kepada Rosulnya yaitu Nabi Muhammad SAW 15 abad
yang lalu yang digunakan sebagai pedoman hidup manusia (Ilmi, 2008).
Al-Qur’an selain sebagai petunjuk bagi umat islam, juga berfungsi sebagai
cahaya rahmat dari Allah SWT dalam artian Al-Qur’an selalu memberikan kebaikan
kepada para pembacanya. Fungsi yang kedua adalah sebagai obat penawar, artinya isi
Al-Qur’an secara maknawi, surat-suratnya, ayat-ayatnya, bahkan setiap huruf dalam Al-
Qur’an berpotensi sebagai obat atau penyembuhan. Seperti yang sudah difirmankan
oleh Allah SWT dalam surah Yunus ayat 57 yang artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu suatu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh segala penyakit yang ada di
dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Yunus:57). Dari
ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwasannya wahyu Allah memiliki fungsi
dalam menyembuhkan penyakit rohani seperti rasa ragu-ragu, takabbur, iri dan dengki
dan Al-Qur’an mampu memberikan kecintaan dan ketenangan bagi pembacanya (Latif,
2014).
terapi dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam
sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi tubuh seseorang (Muhidin,
desenden sehingga impuls nyeri yang diteruskan ke otak akan sedikit dengan demikian
nyeri tidak akan dirasakan oleh seseorang (Utami, 2016). Karakteristik jenis audio yang
dapat dijadikan sebagai terapi adalah memiliki tempo 61-80 beat permenit dengan
frekuensi 40-60 Hz, dan didengarkan dalam sehari minimal satu kali (Perdana, (2016)
dalam Khodriyati, 2016). Hal tersebut sesuai dengan jurnal yang meyebutkan
gelombang delta sebanyak 50%, sementara apabila otak berada pada gelombang delta
tubuh akan merasa rileks dan merasakan ketenangan jiwa. Lantunan ayat suci Al-
delta. Semakin tinggi gelombang delta seseorang maka akan semakin tinggi pula
Audio murottal yang didengarkan oleh seseorang akan dikirim melalui akson-
akson serabut sensorik asenden ke RAS (Reticular Activating System) yang memiliki fungsi
mengkoordinir stimulus dari luar dan fokus perhatian seseorang. Stimulus yang masuk
ke RAS akan diteruskan dan ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus yang
melewati area-area pada korteks serebral, sistem limbik dan korpus collosum, dan juga
melewati saraf otonom dan sistem saraf neuroendokrin. Sebagaimana kita tahu sistem
saraf terdiri dari saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Audiro murottal Al-Qur’an akan
tekanan darah yang stabil, frekuensi nadi turun, dan meningkatkan oksigen dalam darah
(Khodriyati, 2016). Audio murottal Al-Qur’an juga dapat mengaktifkan sel-sel tubuh
yaitu dengan mengubah getaran suara yang kita dengar menjadi suatu gelombang yang
akan ditangkap dan dipersepsikan oleh otak. Otak akan memproduksi atau
mengeluarkan hormon opioid untuk memblokade impuls nyeri (Rilla, Ropi, & Sriati,
2014).
Audio murottal Al-Qur’an dalam penelitian ini, peneliti memilih surah Ar-
Rahman dengan qori’ bernama Muhammad Taha Al-Junayd versi umur 14 tahun.
2.4.4 Langkah-Langkah
1. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan yaitu headset dan handphone atau tape
2.5 Sirkumsisi
2.5.1 Definisi Sirkumsisi
dengan membuang preputium penis untuk membersihkan penis dari berbagai kotoran
yang melekat pada ujung penis yang mungkin menjadi penyebab berbagai penyakit
(Khasanah, 2014). Khitan disebut juga dengan istilah sirkumsisi yang artinya sayatan
terhadap prepusium yang menutupi glans penis. Sirkumsisi dilakukan dengan berbagai
30
sirkumsisi, fimosis atau keadaan prepusium tidak dapat ditarik kearah belakang
melewati glans penis, parafimosisi atau keadaan prepusium dapat ditarik kearah
belakang melewati glans penis namun tidak dapat kembali ke posisi semula, pecegahan
terhadap tumor ganas, dan untuk membuang condyloma accuminta (veneral warst)
(Hermana, 2000).
Teknik dengan metode klasik merupakan teknik yang dilakukan dengan cara
menjepit bagian penis yaitu pada bagian prepusium secara melintang dengan sumbu
panjang penis, kemudian memotong bagian kulup atau prepusium penis yang dijepit.
Pemotongan bisa dilakukan dibagian proksimal atau dibagian distal dari klem. Teknik
klasik merupakan teknik yang harus dilakukan oleh orang yang mahir karena dengan
teknik ini biasanya perdarahan akan lebih banyak akibat dari insisi pada bagian
prepusium penis (Karakata, & Bachsinar, 1995). Disebut klasik karena merupakan
teknik yang paling lama yang diterapkan dan digunakan oleh dokter maupun ahli sunat.
(Hermana, 2000). Kelebihan dari teknik ini adalah hasil insisi akan lebih rata, tekniknya
sederhana, dan waktu pelaksanaan relatif lebih cepat. Kekurangan dari teknik ini
meliputi kemungkinan akan melukai glans penis dan perdarahan akan lebih banyak
dengan teknik klasik yaitu dengan menginsisi bagian prepusium yang berpatokan
kepada sayatan mukosa dan kulit yang memanjang pada dorsum atau searah jam 12.
Teknik dorsumsisi dilakukan dengan cara memotong prepusium penis pada bagian
31
dorsal pada arah jam 12 sejajar sumbu panjang penis kearah proksimal, kemudian
pemotongan dilakukan secara sirkuler kekanan dan kekiri sejajar dengan sulcus
coronaries (Hermana, 2000). Keuntungan dari teknik ini adalah kelebihan mukosa kulit
dapat kita atur, kemungkinan melukai glans penis lebih kecil dibandingkan dengan
metode klasik, dan perdarahan mudah diatasi karena dilakukan secara bertahap
Teknik plestiblle dilakukan dengan bantuan klem yang berbentuk corong disebut
dengan klem pestiblle yang memiliki fungsi melindungi glans penis dan juga sebagai
tumpuan atau landasan insisi. Keuntungannya adalah resiko glans penis terluka atau
ikut tergores oleh pisau sangat kecil karena terlindungi klem yang menutupinya
(Hermana, 2000).
Teknik insisi dengan laser merupakan teknik insisi pada dasarnya sama dengan
teknik yang lain yaitu memakai bantuan klem baik itu circum clamp atau plestiblle klem
akan tetapi proses insisi atau pemotongan prepusium tidak dilakukan menggunakan
pisau melainkan oleh laser. Sehingga keuntungan dari teknik ini adalah perdarah yang
Teknik insisi yang digunakan di rumah sunat Dr. Jaka Singosari, Malang adalah
teknik laser dan teknik klem atau insisi pletiblle. Akan tetapi yang paling sering
mengurangi ketegangan pada seseorang dengan cara melemaskan otot-otot pada tubuh
sehingga meregangkan otot-otot yang mengalami ketegangan menjadi rileks atau dapat
otot (Varvogli & Darvivi, (2011) dalam Sulistyarini, 2013). Didalam tubuh manusia
terdapat dua sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan juga sistem saraf otonom. Sistem
saraf pusat mengendalikan gerakan-gerakan yang kita sadari seperti gerakan kaki,
tangan, leher, dan lain sebagainya. Sedangkan saraf otonom bekerja dibawah kesadaran
kita atau diluar dari kehendak kita seperti gerakan otomatis kardiovaskuler dan lain
sebagainya (Sulistyarini, 2013). Saraf otonom sendiri terdiri dari dua sistem saraf yang
bekerja secara berlawanan yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis
(Sulistyarini, 2013). Sistem saraf simpatis merupakan sistem saraf yang bekerja untuk
proses seksual dan digestif. Sedangkan sistem saraf parasimpatis merupakan sistem
saraf yang bekerja berlawanan dengan sistem saraf simpatis (Wahyuni, 2012). Saat
seseorang mengalami ketegangan yang akan bekerja adalah sistem saraf simpatis dan
sebaliknya saat seseorang dalam keadaan rileks yang akan bekerja adalah sistem saraf
Benson. Teknik relaksasi Benson adalah teknik relaksasi napas dalam dengan
(Rasubala, et.al. 2017). Teknik relaksasi pernapasan memiliki tujuan agar melatih
33
pernapasan dengan mengatur irama bernapas dengan teratur dan benar sehingga
penghayatan dan juga pemusatan pikiran akan berfokus kepada mempercepat proses
kesehatan fisik maupun mental. Dengan mengolah pernapasan akan terjadi pemusatan
sirkulasi dan aliran darah menjadi lancar akibatnya akan tercapai kondisi yang hangat
dan rileks. Kerja jantung kan lebih ringan yang akan mempengaruhi kinerja dari organ-
organ tubuh lain (Handoyo, (2002) dalam Ekawaldi, 2014). Relaksasi Benson akan
melibatkan faktor keyakinan atau religius seseorang yang dapat membantu seseorang
kesejahteraan dan kesehatan yang lebih baik dan mempermudah seseorang mencapai
kondisi rileks (Aryana & Novitasari, 2013). Dikatan seseorang dalam keadaan rileks
apabila seseorang dalam keadaan emosi yang tenang, dan tidak mengalami ketegangan
lantunan ayat suci Al-Qur’an (Suyanto, 2013). Distraksi adalah untuk mengalihkan
fokus perhatian seseorang terhadap sesuatu hal yang lain selain nyeri (Sari, 2014). Salah
satu contoh distraksi adalah distraksi pendengaran (audio) murottal Al-Qur’an. Murottal
Al-Qur’an secara fisik adalah rekaman suara bacaan Al-Qur’an yang dibaca oleh
seseorang yang disebut dengan qori’ (Khoiriyah, 2016). Saat seorang qori’ membacakan
Al-Qur’an akan mengeluarkan suara yang akan mengaktifkan hormon alami pembawa
menurunkan hormon pembawa stres. Sehingga akan memperbaiki sistem kimia tubuh,
memperlambat pernapasan, detak jantung, tekanan darah, nadi, dan juga aktifitas
gelombang otak. Dengan laju pernapasan yang lebih teratur atau lebih lambat akan
34
menimbulkan ketenangan, pemikiran yang lebih dalam, serta kendali emosi, dan
retikuler ini aktif akan terjadi penghambatan pada stimulus nyeri sehingga akan
menurunkan stimulus nyeri (Potter & Perry, (2006) dalam Asmadi, 2008). Fungsi lain
dari hormon endorfin yang dikeluarkan tubuh saat kita mendengarkan Al-Qur’an
yang menjadi neurotransmiter impuls nyeri ke otak. Sehingga saat impuls nyeri dikirim
melalui neuron nyeri perifer ke sinaps, akan terjadi sinapsis antara neuron perifer
dengan neuron yang akan menuju ke otak tempat substansi P melepaskan impuls nyeri.
Pada saat seperti inilah hormon endorfin akan bekerja dengan memblokir pelepasan
substansi P sehingga nyeri yang dirasakan seseorang akan berkurang (Laila, (2011)
dalam Lestari, Machmudah, & Elisa, 2014). Teknik distraksi maupun relaksasi
mengendalikan sensasi nyeri yang dirasakan dengan melakukan aktifitas tertentu. Hal
maupun relaksasi juga dapat menghilangkan hal yang merugikan seperti rasa sakit,
cemas, dan perilaku menyimpang yang dirasakan oleh seseorang (Vindora, 2014).
BAB III
KERANGKA KONSEP
menggambarkan dan akan membuat suatu teori yang bisa menjelaskan hubungan
antara variabel baik yang diteliti atau yang tidak diteliti. Kerangka konsep
melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep akan berguna untuk
35
36
Kerusakan sel/jaringan
dan juga substansi P oleh jaringan yang rusak untuk menstimulasi adanya sensasi
nyeri. Jaringan yang rusak juga akan mengalami anoksia sehingga akan
menimbulkan persepsi nyeri (Utami, 2016). Sensasi nyeri kemudian diterima oleh
reseptor nyeri atau dikenal dengan istilah nosiseptor yang tersebar di dalam kulit
(Tamsuri, 2007). Pada kulit terdapat dua reseptor nyeri yaitu serabut delta A dan
Kedua serabut akan membawa impuls nyeri ke kornu dorsalis yang terdapat
dalam medulla spinalis. Di medulla spinalis kedua serabut akan berinteraksi atau
(Andarmoyo, 2013).
yang adekuat dari serabut besar maka impuls dari serabut kecil yang akan
diteruskan ke sel pemicu atau sel T yang kemudian gerbang akan terbuka
(Andarmoyo, 2013). Nyeri bisa diatasi dengan cara menajemen nyeri salah
seseorang akan membuat pola atau ritme pernapasan sehingga napas akan lebih
darah inilah yang akan memperbaiki aliran darah atau sirkulasi darah akan
menjadi lancar akibatnya pasokan oksigen dalam tubuh akan meningkat dan akan
berdampak pada proses metabolisme yang lebih baik sehingga seseorang akan
seorang qori’ akan menstimulasi saraf yang ada ditelinga yang kemudian akan
diteruskan ke sistem limbik yang akan mempengaruhi sistem saraf otonom baik
(Handayani, et.al. 2014). Fungsi lain dari hormon endorfin adalah dapat
Lestari, et.al. 2014). Dalam keadaan seperti inilah baik relaksasi atau murottal
akan menekan gerbang untuk tertutup sehingga nyeri yang dirasakan seseorang
akan berkurang.
3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
and post-test design with control group yaitu pada sampel penelitian akan diobservasi terlebih
dahulu sebelum dan sesudah pemberian perlakuan kemudian dibandingkan dengan kelompok
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penurunan atau perubahan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah.
yang akan dilakukan guna mengumpulkan data yang akan diteliti demi mencapai
tujuan atau target dari penelitian. Kerangka kerja penelitian ini disajikan pada
gambar berikut :
39
40
Populasi :
Sampel :
Anak post sirkumsisi dari acara khitan masal di Hotel Swiss-Belin, Malang, Perumahan baru
Probolinggo, Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda, Singosari, Malang dan Sunat secara mandiri
di Probolinggo
Analisa Data :
Uji Wilcoxon
Kesimpulan
Gambar 4.1 : Kerangka kerja penelitian pengaruh pemberian teknik relaksasi Benson
dan murottal Al-Qur’an terhadap penurunan nyeri pada anak pasca sirkumsisi.
41
yang memiliki dan memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan atau dibuat oleh
peneliti (Nursalam 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah anak pasca
Kriteria Inklusi :
1. Anak pasca sirkumsisi pada hari pertama atau saat obat anastesi hilang
2. Anak pasca sirkumsisi pada hari kedua pasca sirkumsisi sebelum anak
3. Anak dengan usia sekolah (6-12 tahun) atau anak yang sudah dapat
berinteraksi.
Kriteria Ekslusi :
yang akan digunakan dalam sebuah penelitian yang diambil dari populasi yang
ada sehingga didapat sampel dari populasi tersebut. Pemilihan responden dalam
cara memilih siapa saja yang dijumpai untuk dijadikan sampel penelitian. Artinya
responden dipilih saat bertemu secara kebetulan oleh peneliti dan dijadikan
2012). Dalam hal ini sampel yang dipilih oleh peneliti adalah anak pasca
sirkumsisi yang didapat melalui acara khitan masal di hotel Swiss-Belin, Malang,
yang bisa digunakan sebagai subjek atau sampel dari sebuah penelitian melalui
teknik sampling (Nursalam. 2017). Sampel pada penelitian ini ialah anak pasca
mandiri, Probolinggo yang telah dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan data pengunjung atau anak
yang melakukan sirkumsisi rata-rata perbulan kurang lebih 10 anak, jadi peneliti
N
n=
(N.d2 )+1
20
n=
(20.0,0025)+1
20
n=
0,05+1
20
n=
1,05
n=19,4
randomisasi yaitu random assigned yang bertujuan agar setiap subyek penelitian
perlakuan dengan kata lain, random assigned ini berfungsi untuk menyetarakan atau
diberi intevensi tertentu dan untuk menghindari adanya bias (Rahman, 2013).
44
Variabel merupakan atribut atau nilai atau sifat dari beberapa objek yang
memiliki variasi yang ditentukan dan ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari serta
ditentukan oleh variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel lain (Sugiyono,
Scale) dan untuk perekrutan peserta dilakukan dengan wawancara dan lembar
persetujuan menjadi responden yang diberikan kepada dan disetujui oleh orang
tua responden.
Gambar 4.3 : Skala Nyeri (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) from Lin, et.al.
“How Children Perceive And Understand The Facial Expression Of Face Pain Rating
Scale” (2015)
tentang nyeri yang dirasakan. Jelaskan pada anak untuk pengertian dari setiap
gambar wajah bagi individu yang senang karena tidak mengalami nyeri atau sedih
karena mengalami nyeri baik sedikit atau banyak. Minta agar anak memilih salah
satu gambar wajah yang menggambarkan nyeri yang dirasakan kemudian tandai
dibawah wajah yang dipilih dan catat pada lembar pengkajian nyeri. Contoh
instruksi singkat saat menggunakan skala wajah bisa kita tanyakan kepada anak
“Seberapa sakit atau hebat nyeri yang kamu rasakan sekarang?” bila anak tidak
47
merespon dan tampak bingung, tunjuk wajah 0 dan katakana pada anak “Wajah
ini menggambarkan kamu tidak sedang mengalami nyeri sama sekali”. Pindahkan
jari pada gambar wajah 5 dan katakan pada anak “Wajah ini artinya nyeri yang
dirasakan sangat nyeri sebanyak yang dapat kamu bayangkan, meskipun kamu
tidak harus menangis untuk merasakan nyeri ini atau bisa diartikan kalau nyeri
yang kamu rasakan tidak tertahankan” (Wong, 2004). Interpretasi dari setiap
gambar meliputi gambar 0 artinya tidak terdapat nyeri, gambar 1 artinya nyeri
4.7.1 Validitas
dengan apa yang kita ukur. Valid apabila terdapat kesamaan antara data yang
telah terkumpul dengan apa yang sebenarnya terjadi. Didalam penelitian validitas
meliputi validitas konstruk, validitas isi, dan validitas kriteria (Hamid, 2008).
Scale (Wong-Baker FACES Pain Rating Scale) yang mengacu pada penelitian dari
Wong & Baker (1988) dalam Ramadhanie (2013) dengan judul penelitian
Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena Di RSU Dr. Slamet
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale. Didapatkan hasil 1,21, df = 5 dan r = 0,63
48
4.7.2 Reliabilitas
suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau bisa diandalkan atau dapat diartikan
sejauh mana hasil pengukuran yang kita lakukan agar tetap konsisten apabila
dilakukan pengukuran beberapa kali terhadap hal yang sama dan dengan
menggunakan alat ukur yang sama pula (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang
telah baku memiliki nilai koefesien korelasi yang diterima sebesar 0.80 (Sugiyono,
2016).
FACES Pain Rating Scale yang mengacu pada penelitian dari Wong & Baker
Penggunaan Emla dan Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia
Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena Di RSU Dr. Slamet Garut”. Hasil uji
0,79. Hal ini menunjukan bahwa instrument penilaian intensitas nyeri Wong-Baker
FACES Pain Rating Scale adalah reliabel dan dalam indeks koefesien reliabilitas
perlakuan.
pertama atau saat hilangnya pengaruh obat anastesi ± 4-8 jam pasca
pengukuran post-test.
50
kontrol, maka peneliti akan mengunjungi rumah responden hari itu juga
dilakukan pada hari pertama atau saat hilangnya pengaruh obat anastesi
11. Pemberian intervensi akan dilakukan oleh peneliti dibantu oleh asisten
12. Pemberian intervensi akan dilakukan dihari pertama dan hari kedua pasca
diobservasi rasa nyeri anak pasca sirkumsisi pada hari pertama dan hari
pengobatan biasa.
akan tergantung pada jenis data yang diapakai. Variabel yang merupakan data
numerik menggunakan nilai yang meliputi mean, median, serta standar deviasi.
51
dan presentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Data numerik didalam
Analisa bivariat akan membandingkan antar hasil atau nilai pre-test dan
post-test pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol guna mengetahui
anak usia sekolah dengan menggunakan uji Paired t Test dengan SPSS. Apabila
data tidak berdistribusi normal, maka dianjurkan untuk menggunakan uji non-
parametrik yaitu uji Wilcoxon. Uji normalitas disini menggunakan uji normalitas
anak usia sekolah. Perhitungan dilakukan dengan software SPSS versi 16.0.
meliputi prinsip resiko (benefits ratio), prinsip manfaat yaitu bebas dari exploitasi,
dan bebas dari penderitaan. Prinsip mengahargai hak asasi manusi yaitu hak
untuk mau atau menolak menjadi sampel penelitian, hak untuk mendapat
jaminan dari tindakan yang akan diberikan, dan informed consent. Prinsip keadilan
yaitu hak untuk mendapat pengobatan yang adil, dan hak terjaga kerahasiaanya.
Hal yang perlu dituliskan pada penelitian meliputi, surat persetujuan (informed
mandiri dengan membawa surat ijin dan pengantar dari Fakultas Kesehatan
menekankan pada etika dalam penelitian menurut Hidayat (2008) yang meliputi:
1. Informed Consent
tua responden dengan tujuan agar orang tua responden mengetahui dan
mengerti tujuan serta maksud dari penelitian. Lembar informed consent diberikan
kepada orang tua responden karena sampel penelitian ini anak usia sekolah yang
masih dalam pengawasan orang tua, dan anak usia sekolah masih belum bisa
membuat keputusan secara mandiri. Apabila orang tua responden bersedia maka
keputusan tersebut.
mencantumkan nama asli responden atau tidak menulis nama asli pada lembar
kuesioner ataupun alat ukur yang diapakai. Peneliti hanya boleh mencantumkan
3. Kerahasiaan (Confidentially)
hanya beberapa kelompok data tertentu yang bisa dilaporkan dalam hasil
penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh peneliti darai hasil pengumpulan data. Proses pengambilan data
dimulai pada tanggal 6 April-19 Mei 2018. Untuk mempercepat proses pengambilan
data, peneliti berkeliling mencari tempat sirkumsisi yang berada didaerah Malang
pada tanggal 1 Mei 2018 pada acara khitan masal yang diadakan oleh salah satu hotel
di kota Malang. Sampel selanjutnya yang didapat oleh peneliti adalah sebanyak 4
orang pada tanggal 5 Mei 2018 dalam acara khitan masal perumahan baru di kota
tanggal 12 Mei 2018 dalam acara khitan masal yang didakan oleh salah satu pondok
pada tanggal 19 Mei 2018 di kota Probolinggo. Hasil penelitian ini meliputi data
sirkumsisi pada anak usia sekolah yang melibatkan 20 anak pasca sirkumsisi.
Adapun variabel dalam penelitian ini antara lain variabel independent yaitu
pemberian kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an (X) dan
variabel dependent yaitu nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah (Y). Hasil
yang didapat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Penyajian hasil penelitian
54
55
nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah. Adapun hasil penelitian tersebut
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang responden, yang
meliputi umur anak pasca sirkumsisi pada bulan Mei 2018. Responden yang diambil
dalam subjek penelitian ini adalah anak pasca sirkumsisi yang akan diberi perlakuan
kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an maupun yang tidak
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Anak Pasca Sirkumsisi Berdasar Usia Pada
Bulan Mei 2018
Berdasarkan tabel 5.1, dari hasil data penelitian diketahui karakteristik usia
responden dari kedua kelompok. Pada kelompok intervensi diperoleh rata-rata usia
responden 10,50 tahun dengan standart deviasi sebesar 0,97. Usia minimum
responden pada kelompok intervensi adalah 9 tahun dan usia maksimum adalah 12
tahun. Pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata usia responden 8,50 tahun
dengan standart deviasi sebesar 1,35. Usia minimum responden pada kelompok
Data hasil penelitian yang didapatkan dari responden ditinjau dari respon
nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan anak usia sekolah baik pada kelompok
intervensi yang diberi perlakuan kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal
Al-Qur’an maupun kelompok pada kelompok kontrol. Data nyeri pasca sirkumsisi
pada anak usia sekolah disajikan pada tabel 5.2 dan tabel 5.3.
Tabel 5.2 Nyeri Pasca Sirkumsisi (Pre-Test) Kelompok Intervensi Dan Kelompok
Kontrol Berdasar Skor Instrumen Pengukur Nyeri Menggunakan Wong-Baker
FACES Pain Rating Scale
Kelompok
Skor Nyeri Intervensi (n = 10 ) Kontrol (n = 10)
f % f %
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
3 2 20 3 30
4 6 60 3 30
5 2 20 4 40
Mean ± SD 4,00 ± 0,67 4,10 ± 0,88
Min-Max 3-5 3-5
Berdasarkan tabel 5.2, pada kelompok intervensi nyeri pasca sirkumsisi yang
dirasakan anak-anak saat pre-test berada pada skor minimum 3 dan maksimum pada
skor 5 dengan rata-rata 4,00 dan standar deviasi sebesar 0,67. Sementara pada
kelompok kontrol nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan oleh anak-anak saat pre-test
berada pada skor minimum 3 dan maksimum 5 dengan rata-rata 4,10 dan standar
deviasi sebesar 0,88. Pengambilan data pre-test dilakukan dihari pertama pasca
Tabel 5.3 Nyeri Pasca Sirkumsisi (Post-Test) Kelompok Intervensi Dan Kelompok
Kontrol Berdasar Skor Instrumen Pengukur Nyeri Menggunakan Wong-Baker
FACES Pain Rating Scale
Kelompok
Skor Nyeri Intervensi (n = 10) Kontrol (n = 10)
f Persentase f Persentase
0 5 50 % 0 0%
1 4 40 % 1 10 %
2 1 10 % 4 40 %
3 0 0% 3 30 %
4 0 0% 2 20 %
5 0 0% 0 0%
Mean ± SD 0,60 ± 0,70 2,60 ± 0,97
Min-Max 0-2 1-4
setelah diberikan perlakuan kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-
Qur’an post-test berada pada skor minimum 0 dan maksimum pada skor 2 dengan
rata-rata 0,60 dan standar deviasi sebesar 0,70. Sementara pada kelompok kontrol
nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan oleh anak-anak pada saat post-test berada pada
skor minimum 1 dan maksimum 4 dengan rata-rata 2,60 dan standar deviasi sebesar
perawatan biasa. Pengambilan data post-test dilakukan dihari kedua pasca sirkumsisi
Tabel 5.4 Analisa Pengaruh Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson dan
Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia
Sekolah Pada Bulan Mei 2018.
Nyeri pasca sirkumsisi
Kelompok P
Statistik Deskriptif
Intervensi (n = 10) Kontrol (n = 10) value
Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test
Minimum 3 0 3 1 0,02
Maksimum 5 2 5 4
Mean 4,00 0,60 4,10 2,60
SD 0,67 0,70 0,88 0,97
Berdasarkan tabel 5.4 dari hasil data penelitian diketahui nyeri pasca
nyeri yang dirasakan anak pada saat pre-test sebesar 4,00 dan pada saat post-test
mengalami penurunan nyeri yaitu sebesar 0,60 sedangkan hasil pada kelompok
kontrol pada saat pre-test didapatkan rata-rata nyeri sebesar 4,10 dan pada saat post-
test didapatkan nilai rata-rata 2,60. Pada kedua kelompok sama-sama mengalami
penurunan nyeri namun pada kelompok intervensi penurunan nyeri yang dialami
dengan menggunakan uji Wilcoxon, dikarenakan data tidak berdistribusi normal. Uji
Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 5.5 dan hasil uji Wilcoxon disajikan pada
tabel 5.6.
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah.
Test Of Normality
Kalmogorov – Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nyeri
0,23 20 0,004 0,87 20 0,01
59
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil p value sebesar 0,02 yang berarti p
value lebih kecil dari a (p≤0,05) yang artinya H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an
dilakukan terkait pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-
Qur’an terhadap penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada pada bulan Mei 2018.
Interpretasi dan diskusi hasil pada penelitian ini disesuaikan dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut :
6.1 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Sebelum
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson dan Murottal Al-
Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rasa
nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan reponden sebelum perlakuan (pre-test) pada
kelompok kontrol terbanyak berada pada skor 5 sebesar 40%. Sementara pada
berada pada skor 4 sebesar 60%. Penilaian nyeri pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dilakukan pada hari pertama pasca sirkumssisi, dan pada
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan kombinasi teknik relaksasi Benson dan
murottal Al-Qur’an oleh peneliti. Nyeri yang dirasakan responden rata-rata berada
pada skor 4 dan 5 artinya nyeri yang dirasakan oleh anak-anak pasca sirkumsisi
adalah nyeri yang dapat mengganggu aktifitas bahkan nyeri yang dirasakan adalah
nyeri yang tidak tertahankan hal tersebut bisa disebabkan karena anak-anak masih
belum sepenuhnya dapat mengontrol nyeri yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Tufekci, et.al. 2017) yang menyatakan bahwa anak-
60
61
anak tidak dapat mengontrol nyeri yang dirasakan, sehingga perlu segera diatasi
untuk mencegah adanya masalah yang timbul akibat nyeri tersebut seperti gangguan
pengalaman nyeri sebelumnya juga akan mempengaruhi reaksi anak terhadap nyeri
yang dirasakan (Azari, Safri, & Woferst, 2015). Nyeri yang dirasakan oleh anak-anak
pasca sirkumsisi merupakan nyeri yang dirasakan pertama kali karena belum pernah
pertama yang tidak bisa sepenuhnya ditolerir sehingga nyeri yang dirasakan akan
sangat terasa seperti pada hasil penelitian yang menunjukkan skor nyeri yang didapat
berkisar antara 4-5. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan
(2016) yang mejelaskan bahwa nyeri yang dirasakan oleh anak-anak pasca sirkumsisi
adalah nyeri sedang sampai ke nyeri berat atau berada pada skor 4-5. Besarnya skor
nyeri yang dirasakan juga diakibatkan oleh tidak adekuatnya mekanisme koping oleh
repsonden hal itu bisa dilihat dari tingkah laku responden yang terlihat gelisah dan
tampak ingin menangis dan tidak merasa nyaman saat kunjungan rumah oleh
peneliti. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sukoati & Astarini,
2012) yang menjelaskan bahwa mekanisme koping yang positif atau adaptif pada
anak akan ditandai dengan sikap patuh, dan optimis sementara mekanisme koping
yang maladaptif pada anak ditandai dengan sikap mudah tersinggung, menarik diri,
dirasakan pada 48 jam pertama pasca pembedahan (Nurhafizah & Erniyati, 2012).
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa nyeri yang sangat berat akan dirasakan hari
kedua pasca pembedahan oleh seseorang (Pasaribu, 2011). Hasil penelitian ini juga
menunjukkan usia anak yang melakukan sirkumsisi rata-rata berada pada usia
sekolah dimana data usia yang didapat sebanyak 5 anak berusia 10 tahun dan 5 anak
berusia 11 dan sisanya berada dalam rentan usia 6-12 tahun hal ini sejalan dengan
data dari (WHO & UNAIDS, 2010) yang menyebutkan rata-rata di Indonesia yang
melakukan sirkumsisi adalah anak laki-laki dalam rentan usia 5-12 tahun.
6.2 Gambaran Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah Setelah
Pemberian Kombinasi Teknik Relaksasi Benson dan Murottal Al-
Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pengukuran post-test nyeri yang dirasakan pada kelompok kontrol terbanyak berada
pada skor 2 sebesar 40%. Sementara pada kelompok intervensi terjadi penurunan
yang signifikan yaitu skor nyeri yang dirasakan berada pada skor 0 sebesar 50%
artinya tidak terdapat nyeri. Penilaian nyeri post-test pada kelompok kontrol maupun
Nyeri pada anak apabila tidak segera ditangani akan akan berdampak kepada
respon fisik dan respon tingkah laku pada anak. Apabila tidak ditangani dengan
otot, denyut jantung dan tekanan darah, suplai darah diperifer, serta penurunan
pernapasan cepat dan tidak teratur (Kurniawan, Wahid, & Aini, 2016). Penanganan
nyeri dapat dilakukan dengan cara non farmakologis yaitu dengan managemen nyeri
dan salah satu managemen nyeri yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
63
sirkumsisi adalah distraksi maupun relaksasi, dalam hal ini peneliti memilih
Benson yaitu mengurangi nyeri yang dirasakan pada seseorang (Christaki &
murottal Al-Qur’an nyeri pada responden berkurang dan megetahui cara untuk
mengatasi nyeri tersebut. Sejalan dengan penelitian lain yang meyebutkan dengan
melakukan relaksasi nyeri pada seseorang akan berkurang dengan mekanisme saat
relaksasi otot-otot skeletal yang mengalami spasme akan relaks dan mengalami
vasodilatasi sehingga akan memperbaiki supalai aliran darah yang megalami spasme
atau iskemik. Relaksasi juga dapat merangsan pengeluaran hormon opioid endogen
yaitu endorphin dan enkefalin. Saat endorphin dikeluarkan oleh otak nyeri yang
(Utami, 2016). Dalam proses relaksasi juga dibantu dengan distraksi audio murottal
sehingga impuls nyeri yang diteruskan ke otak akan sedikit dengan demikian nyeri
tidak akan dirasakan oleh seseorang (Utami, 2016). Audio murottal Al-Qur’an dapat
berada pada gelombang delta tubuh akan merasa rileks dan merasakan ketenangan
jiwa. Semakin tinggi gelombang delta seseorang maka akan semakin tinggi pula
Pada hasil penelitian ini ada responden yang penurunan nyerinya berada
pada skor 2 dari skor awal yaitu 4 artinya menurun 2 skor dari penelaian pre-test
mempengaruhi nyeri. Menurut Perry & Potter, (2005) dalam Indri, Karim, & Elita
Dalam hal ini peneliti berpendapat tidak terlalu besarnya penurunan nyeri pada
responden dikarena responden terlalu cemas dan trauma terhadap tindakan medis
responden sempat menangis dan takut karena mengira akan dilakukan tindakan
yang menyakitkan lagi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Salah satu faktor yang mempengaruhi sensasi nyeri pada seseorang adalah
usia. Respon seseorang terhadap nyeri yang dirasakan akan berbeda sesuai tingkatan
usianya. Menurut James & Ashwill (2014) menjelaskan pada tingkatan usia neonatus
dan bayi dalam merespon nyeri dengan menunjukkan perubahan ekspresi wajah,
menangis keras, dan terjadi peningkatan tekanan darah. Pada tingkatan usia toddler
akan menunjukkan dengan cara merespon secara verbal, gelisah, dan menghindari
lokasi dan intensitas nyeri. Pada kelompok usia sekolah akan menunjukkan postur
tubuh yang kaku, penolakan terhadap tindakan, gelisah dan cemas, menunda agar
tidak diberikan tindakan medis. Sementara pada tingkatan usia remaja dalam
merespon nyeri biasanya akan mengerti dan mengetahui sebab dan akibatnya,
Pada penelitian ini responden yang menjadi sampel penelitian berusia 6-12
tahun atau termasuk dalam tingkatan usia sekolah. Pada saat kunjungan rumah oleh
peneliti, sesuai dengan yang sudah dijelaskan oleh James & Ashwill (2014) bahwa
65
responden cenderung terlihat takut, gelisah, dan menghindar karena mengira akan
Benson dan murottal Al-Qur’an selama 2 hari memberikan hasil adanya penurunan
nyeri pada anak usia sekolah pasca srikumsisi, berdasarkan hasil analisis
menggunakan uji Wilcoxon dengan kesimpulan nilai probabilitas sebesar 0,02 artinya
ada pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap
penurunan nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Asadi, et.al. 2016) yang dilakukan kepada 46
pasien dengan IBS (Irritable bowel syndrome) di rumah sakit Imam Khomeini, Iran.
Benson 20 menit setiap hari selama tiga bulan dapat menurunkan rasa sakit yang
dialami responden serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan IBS. Hasil
penelitiaan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Diana, 2016) yang
dilakukan kepada 5 orang ibu inpartu kala 1 fase aktif di rumah bersalin Mattiro
Baji, Sulawesi. Dimana didapatkan hasil terdapat penurunan atau pengurangan nyeri
persalinan saat didengarkan audio murottal selama 10-15 menit selama proses
melahirkan.
satu teknik relaksasi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain yaitu
mudah dilakukan oleh siapapun dan dimanapun, tidak membutuhkan biaya serta
kontrol seseorang terhadap stress fisik, emosi, dan rasa tidak nyaman akibat nyeri.
yang lebih baik. Relaksasi Benson akan melipat gandakan keyakinan seseorang dan
juga melipat gandakan manfaat yang didapat dari relaksasi tersebut. Relaksasi
sesuai keyakinannya, akan bermanfaat sebagai fokus keyakinan dan dengan frase
tersebut akan mendorong efek yang menyehatkan. Semakin kuat keyakinan pada
seseorang yang bercampur dengan respon relaksasi, maka akan semakin besar pula
efek atau hasil relaksasi yang akan didapat artinya semakin besar keyakinan dan
kepasrahan seseorang maka relaksasi yang akan dirasakan akan semakin besar
(Sahar, 2016).
membantu dalam mencapai kondisi kesejahteraan dan kesehatan yang lebih baik
dan mempermudah seseorang mencapai kondisi rileks (Aryana & Novitasari, 2013).
Dengan laju pernapasan yang lebih teratur atau lebih lambat akan menimbulkan
ketenangan, pemikiran yang lebih dalam, serta kendali emosi, dan memperbaiki
menghambat stimulasi rasa nyeri dari luar sehingga nyeri akan menurun atau nyeri
tidak dirasakan (Potter & Perry, 2006 dalam Asmadi, 2008). Dengan melakukan
otak, dengan adanya hormon endorphin akan bekerja dengan memblokir pelepasan
substansi P sehingga nyeri yang dirasakan seseorang akan berkurang (Laila, 2011
kontrak awal hanya dengan satu orang dan ketika bertemu dengan orang
sibuk.
menjadi responden diwakilkan oleh orang tua responden dan orang tua yang
dirumah.
dilapangan anak-anak justru takut dan trauma sehingga tidak mau ditemui
68
dan dirasakan secara subjektif biasanya berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan
baik aktual maupun potensial atau dirasakan saat terjadi suatu kerusakan
(International Association For The Study Of Pain (IASP)) dalam Andarmoyo, S (2013).
Nyeri merupakan hal yang paling umum yang dialami oleh seseorang yang
mengatasi atau metolerir nyeri tersebut maka nyeri tidak akan dirasakan dan
akan membantu seseorang dalam mengatasi sensasi nyeri yang dirasakan, salah
satunya adalah mengajarkan kombinasi teknik relaksai Benson dan murottal Al-
relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an dalam menurunkan nyeri menjadi salah
satu bentuk terapi yang menarik karena sifatnya yang sederhana, tidak
membutuhkan biaya, serta mudah untuk dilakukan. Dengan demikian penelitian ini
dapat menjadi salah satu upaya khususnya dalam praktik keperawatan untuk
masukan, referensi, serta intervensi yang dapat diterapkan pada praktik keperawatan
klinis. Perawat dapat memberikan kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal
nyeri. Selain itu sebagai profesi yang mempunyai salah satu peran sebagai educator
dan promotor atau sebagai pemberi edukasi dan promosi kesehatan kepada
masayrakat atau klien mengenai dampak dari nyeri apabila tidak diatasi dan untuk
69
mengatasi hal tersebut dapat diaplikasikan kombinasi teknik relaksasi Benson dan
murottal Al-Qur’an.
BAB VII
PENUTUP
Bab ini memaparkan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
dengan judul pengaruh kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an
7.1 Kesimpulan
nyeri pasca sirkumsisi pada anak usia sekolah, maka dari itu, kesimpulan dari
1. Pada kelompok kontrol nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan saat dilakukan
penilaian pre-test rata-rata sebesar 4,10 artinya nyeri yang dirasakan adalah nyeri yang
sangat mengganggu sama seperti pada kelompok intervensi nyeri yang dirasakan
saat penilaian pre-test rata-rata sebesar 4,0 artinya nyeri yang dirasakan oleh
2. Pada kelompok kontrol nyeri pasca sirkumsisi yang dirasakan saat dilakukan
penilaian pos-test rata-rata sebesar 2,60 artinya nyeri yang dirasakan adalah nyeri agak
dilakukan penilaian post-test rata-rata sebesar 0,60 artinya tidak terdapat nyeri yang
70
71
7.2 Saran
1. Bagi Masyarakat.
pengetahuan dalam menagemen nyeri terutama dalam mengatasi nyeri pada anak-
anak. Masyarakat dapat mengaplikasikan peneilitian ini karena sifatnya yang mudah
dan tidak membutuhkan biaya khususnya ketika sedang mengalami nyeri yang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan masukan bagi
managemen nyeri pada anak baik di rumah sakit atau di puskesmas. Dalam perannya
edukasi untuk mengajarkan kepada klien sehingga bisa dipraktekkan secara mandiri
oleh klien. Kombinasi teknik relaksasi Benson dan murottal Al-Qur’an dapat
dijadikan alternatif perawat dalam mengurangi nyeri pada anak khususnya diruangan
sampel yang lebih besar, menggunakan teknik sampling yang berbeda yang lebih
dapat diaplikasikan pada semua kalangan usia, dan peneliti berharap pada peneliti
selanjutnya untuk menindaklanjuti atau observasi kondisi luka pasca sirkumsisi dan
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Arsyawina. Perbandingan Skala Critical-Care Pain Observation Tool (Cpot) Dan Wong-
Baker Faces Pain Rating Scale Dalam Menilai Derajat Nyeri Pada Pasien Dengan
Ventilasi Mekanik Di Ruang Icu Rsud Tugurejo Semarang. Universitas
Diponegoro Semarang. 2014.
Asmadi. (2008). Teknik Procedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta. Salemba Medika.
Abdurrahmat, A, S. (2014). Luka, Peradangan Dan Pemulihan. Jurnal Entropi. 9 (1), 1-11.
Ainurrohman., Prattiko, M., Zahroh, R. (2013). Teknik Relaksasi Pernafasan (Benson)
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Penderita Glaucoma. Journals of Ners Community. 4
(1). 1-7.
Ambarwati, L. Upaya Penurunan Nyeri Akut Pada Pasien Congestive Heart Failure.
Program Studi D III Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta. 2013.
Anggriana, G. Upaya Penurunan Nyeri Akut Pada Pasien Congestive Heart Failure.
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2017.
Abbasi, et.al. (2018). The Effect Of Relaxation Techniques On Edema, Anxiety And
Depression In Post-Mastectomy Lymphedema Patients Undergoing
Comprehensive Decongestive Therapy: A Clinical Trial. Journal Plos One. 1-12.
Aryani, F. (2016). Stres Belajar Suatu Pendekatan Dan Intervensi Konseling. Sulawesi Tengah.
Edukasi Mitra Grafika.
Avianti, N., Desmaniarti., Rumahorbo, H. (2016). Progressive Muscle Relaxation
Effectiveness Of The Blood Sugar Patients With Type 2 Diabetes. Journal of
Nursing. 1-7.
Asrori, A. (2015). Terapi Kognitif Perilaku Untuk Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial.
Jurnal ISSN. 3 (1). 1-19.
73
Chunaeni, S., Lusiana, A., Handayani, E. (2016). Efektifitas Terapi Murottal Terhadap
Penurunan Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Akti. Jurnal rakernas aipkem. 1-6.
Diana, U. Gambaran Pemberian Auditory Murottal Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Ibu
Inpartu Kala I Fase Aktif Di Rumah Bersalin Mattiro Baji Kabupaten Gowa
Sulawesi Selatan Tahun 2016. Jurusan Kebidanan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2016.
Fitria. (2014). Peran Sirkumsisi Dalam Infeksi Menular Seksual. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala. 14 (1). 1-7.
74
Ferdinand, T., Basuki, D, R., Isngadi. (2014). Comparison Of Continuous And Intermitten
Epidural Analgesia For Post-Operative Acute Pain. Jurnal Anestesiologi Indonesia. 6
(2). 1-11.
Hamid, A, Y, S. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan Kosep, Etika, & Instrumentasi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Handayani, R., Fajarsasri, D., Asih, D, R, T., Rohmah, D, N. (2014). Pengaruh Terapi
Murottal Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu
Bersalin Kala I Fase Aktif. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 5 (2), 1-15.
Hidayat, A, A, A. (2008). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, A, Y., Ekaputri, Y, S. (2015). Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien
Diagnosis Keperawatan Ansietas Dengan Diabetes Mellitus Serta Tuberculosis
Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor. Jurnal Keperawatan 3 (2), 1-8.
Hermana, A. (2000). Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, Dan Praktis. Jakarta.
Widya Medika.
Handayani, R., Fajarsasri, D., Asih, D, R, T., Rohmah, D, N. (2016). Pegaruh Terapi
Murottal Al-Qur’an Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Dan
Kecemasaan Dalam Persalinan Primigravida Kala I Fase Aktif Di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekardjo Tahun 2014. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 7 (1). 119-129.
Hijriyan, M, A. Konsep Meditasi Anand Krishna (Studi Atas Manajemen Stres Di Anand
Krishna Center Yogyakarta). Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin
Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014.
Horsch, C, H, G., et.al. (2017). Mobile Phone-Delivered Cognitive Behavioral Therapy
For Insomnia : A Randomized Waitlist Controlled Trial. Journal Of Medical Internet
Research. 9 (4). 1-21.
Hidayat, A, Y., Ekaputri, Y, S. (2015). Penerapan Teknik Napas Dalam Pada Pasien
Diagnosis Keperawatan Ansietas Dengan Diabetes Mellitus Serta Tubercolosis
Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. 3 (2). 1-8.
Ilmi, B. (2008). Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Menegah Kejuruan Kelas X. Bandung.
Grafindo Media Pratama.Bandung.
Indri, U, V., Karim, D., Elita, V. (2014). Hubungan Antara Nyeri, Kecemasan Dan
Lingkungan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi Apendisitis. JOM
PSIK. 1 (2). 1-8.
75
James, S, R., Ashwill, J, W. (2014). Nursing Care Of Children Principles & Practice Fourth
Edition. St.Louis: Saunders Elsevier.
Lin, F, S., Lin, C,Y., Hsieh, C, P. (2015). How Children Perceive And Understand The
Facial Expression Of Face Pain Rating Scale. Journal of International Scientific
Publications. 13 (-). 1-27.
Latif, U. (2014). Al-Qur’an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat Penawar (Syifa’) Bagi
Manusia. Jurnal Al-Bayan. 21 (30). 1-12.
Lundervold, D, A., Pahwa, R., Lyons, K, E. (2013). Behavioral Relaxation Training for
Parkinson’s Disease Related Dyskinesia and Comorbid Social Anxiety. International
Journal Of Behavioral Consultation And Therapy. 7 (4). 1-5.
76
Lestari, P., Machmudah., Elisa. (2014). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri
Pada Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal.
Jurnal. 1-8.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Degan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta
: Salemba Medika.
Muhidin., Saputra, F, A., Novitasari, D, A., Utomo, A, P. (2016). Pengaruh Murottal Ar-
Rahman Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja. Jurnal Keperawatan Madiun. 3 (1).
1-6.
Muller, A., Hammil, H, V., Herman, C. (2016). The Effects of Pilates and Progressive
Muscle Relaxation Therapy on Maternal Stress and Anxiety: a Literature Review.
International Journal of Humanities and Social Science. 6 (6). 1-9.
Ma, X., et.al. (2017). The Effect Of Diaphragmatic Breathing On Attention, Negative
Affect And Stress In Healthy Adults. Journal Of Psycology. 8 (-). 1-12.
Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, S, H, P. (2014). Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Terhadap
Penyembuhan Luka Post Sirkumsisi Dibalai Pengobatan Lamongan. Jurnal, 01 (8).
1-9.
Nugraha, L, N., Sugianto. (2017). Hipnoterapi Pada Pasien Nyeri Kronik. Jurnal Berkala
Ilmiah Kedokteran Duta Wacana. 2 (2). 1-8.
Nurdiana, N. (2014). Teknik Sampling Snowball Dalam Penelitian Lapangan. Jurnal
ComTech. 5 (2). 1-9).
Nurhafizah., Erniyati. (2012). Strategi Koping Dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi
Di Ruang Rindu B2a Rsup H. Adam Malik Medan. Jurnal. 1-6.
Pasaribu, I, S. Intensitas Nyeri Dan Perilaku Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah ORIF Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. 2011.
Putra, S, R. (2012). Panduan Riset Keperawatan Dan Penulisan Ilmiah. Jogjakarta : D-Medika.
77
Pratiwi, L., Hasneli, Y., Ernawaty, J. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Dan
Murottal Al-Qur’an Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer.
Jurnal JOM. 2 (2). 1-9.
Rahman, A. (2013). Pengacakan Random Sampling Dengan Pendekatan Inverse-
Transform Random Variate Generator Berbasis Distribusi Hipergeometrik. Jurnal.
4. 1-6.
Ramdhanie, G, G. Perbedaan Dampak Penggunaan Emla Dan Kompres Dingin Terhadap
Tingkat Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena Di RSUD Dr.
Slamet Garut. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan
Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Depok. 2013.
Rampengan, S, F, y., Rondonuwu, R, R., Onibala, F. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi
Dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Di Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal. 1-
8.
Rilla, E, V., Ropi, H., Sriati, A. (2014). Terapi Murottal Efektif Menurunkan Tingkat Nyeri
Dibandingkan Terapi Music Pada Pasien Pascabedah. Jurnal Keperawatan Indonesia.
17 (2). 1-7.
Rasubala, G, F., Kumaat, L, T., Mulyadi. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di Rsup. Prof. Dr. R.D.Kandou
Dan Rs Tk.Iii R.W. Mongisidi Teling Manado. E-Journal Keperawatan (E-Kp). 5 (1).
1-10.
Resti, I, B. (2014). Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres Pada
Penderita Asma. Jurnal ISSN. 02 (01). 1-20.
Salman, I, B., Berk, H, O, S. (2017). Kronik Gerilim Tipi Baş Ağrısında Kognitif
Davranışçı Terapi: Olgu Sunumu Cognitive Behavioral Therapy For Tension-Type
Headache: A Case Report. Journal Olgusunumu / Case Report. 29 (4). 1-8.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta CV.
Sahar, R. Efektifitas Relaksasi Benson Dan Nafas Dalam Terhadap Perubahan Tingkat
Kecemasan Lansia Di PSTW Gau Mabaji Gowa. 2016.
Sorono, B., Ridha, A., Abrori. (2016). Analisis Prilaku Sirkumsisi Pada Pria Etnis Dayak
Kanayatn Di Desa Punggur Kapuas Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu
Raya Tahun 2016. Jurnal, 1-8.
Sembiring, S, U., Novayelinda, R., Nauli, F, A. (2015). Perbandingan Respon Nyeri Anak
Usia Toddler Dan Prasekolah Yang Dilakukan Prosedur Invasif. JOM, 2 (2), 1-9.
78
Sulvi, E. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Penderita Sirosis Hepatis. Universitas Muhammadiyah Malang. 2011.
Sutarjo, I, E., Arum, D., Suarni, N, K. (2014). Efektivitas Teori Behavioral Teknik
Relaksasi Dan Brain Gym Untuk Menurunkan Burnout Belajar Pada Siswa Kelas Viii
Smp Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. e-journal
Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling. 2 (1). 1-11.
Sari, R,A,P. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Sectio Caesarea Di Bangsal Kenanga RSUD Karanganyar. Program Studi S1
Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2014.
Tamsuri, A. (2007). Konsep Dan Penatalaksaan Nyeri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Utami, S. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Post Operasi Apendiktomi Di Ruangan
Kanthil RSUD Karanganyar. 2014.
Vidora M., Ayu, S, A., Pribadi, T. (2014). Perbandingan Efektifitas Teknik Distraksi Dan
Relaksasi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Hernia Di
RSUD Menggala Tahun 2013. Jurnal Keperawatan.Manggala. 8 (3). 1-6.
Wahida, S., Nooryanto, M., Andarini, S. (2015). Al Qur'an Surah Arrahman Recital
Therapy Increase β-Endorphin Levels and Reduce Childbirth Pain Intensity on
Active Phase in First Stage. Jurnal kedokteran brawijaya. 28 (3). 1-4.
World Health Organization, Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2007).
Male Circumcision Global Trends And Determinants Of Prevalence, Safety And Acceptability.
World Health Organization. (2009). Circumcision Among Young People A Public Health
Perspective In The Context Of HIV Prevention.
Wong, D, L., Whaley’s. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Wibowo, G, A. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Intensitas Nyeri Pada Penderita
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Di Poli Saraf Rsud Banyumas. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta 2014.
Widodo, G, G., Purwaningsih, P. (2013). Pengaruh Meditasi Terhadap Kualitas Hidup
Lansia Yang Menderita Hipertensi Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah. 1 (2). 1-8.
Wahyuni, S. (2012). Mengurangi Kecemasan Konseli Mengikuti Ujian Nasional Melalui
Konseling Kelompok Dengan Strategi Relaksasi. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan
Bimbingan. 13 (1). 1-19.
Yunus, M. (2014). Mindset Revolution Optimalisasi Potensi Otak Tanpa Batas. Yogyakarta.
Percetakan Galangpress.
Zanzabiela, H., Alphianti, L, T. (2015). Differences Of Anxiety Level In Murottal Al-
Qur’an Giving Towards Minor Dental Patients. Jurnal. 1-7.
Zakiyah, A. (2015). Nyeri Konsep Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
Berbasis Bukti. Jakarta. Salemba Medika.
80
Lampiran 1
“INFORMED CONSENT”
Nomor Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
No.Hp :
Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat
penelitian yang berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Dan Murottal Al-Qur’an
Terhadap Penurunan Nyeri Pasca Sirkumsisi Pada Anak Usia Sekolah”. Saya mengerti
bahwa saya selaku orang tua dari responden akan menyetujui penelitian ini dan saya
bersedia anak saya menjadi responden serta mengikuti proses penelitian ini.
Malang, 2018
Responden
( )
81
Lampiran 2
82
Lampiran 3
DILAKUKAN
NO TINDAKAN
YA TIDAK
PERSIAPAN
PERSIAPAN ALAT :
1 Membaca basmallah.
Mulai bernapas yang lambat dan wajar sesuai ritme dan hitungan
dengan berfokus kepada kata atau frase yang dipilih oleh
responden. Minta responden untuk bernapas melalui hidung
sambil memusatkan perhatian pasien kepada pengembangan
8
perut kemudian keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan.
Saat mengeluarkan napas melalui mulut minta responden untuk
mengucapkan kata atau frase yang sudah dipilih kemudian diulang
dalam hati saat periode mengelurkan napas tersebut.
EVALUASI
Lampiran 4
86
Lampiran 5
87
Lampiran 6
88
Lampiran 7
89
Lampiran 8
90
Lampiran 9
91
Lampiran 10
92
Lampiran 11
93
Lampiran 12
94
Lampiran 13
95
Lampiran 14
96
Lampiran 15
97
Lampiran 16
98
Lampiran 17
99
Lampiran 18
Kelompok
No Intervensi Kontrol
Nama Umur Alamat Pre Post Nama Umur Alamat Pre Post
1 MI 9 Malang 4 1 R 7 Probolinggo 5 4
3 MR 11 Malang 3 0 RW 10 Probolinggo 4 2
5 IA 11 Lawang 4 1 B 6 Malang 3 2
6 MA 11 Lawang 3 1 MJ 10 Malang 3 1
7 AR 9 Probolinggo 4 2 L 10 Malang 4 3
8 R 10 Lawang 4 0 F 8 Malang 5 3
10 AZ 12 Malang 4 0 FA 9 Lawang 3 2
100
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Gambar : Pemberian Intervensi Kombinasi Teknik Relaksasi Benson & Murottal Al-
Qur’an.
103
Lampiran 22
CURICULUM VITAE
PERSONAL DETAIL
Sex : Male
Phone : 0895366345428
Email : muhammadrohim690@gmail.com
Weight : 55 kg
Height : 165 cm