Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Jum’at : Agar Tidak Terus Mencari Kreditan

Khutbah Pertama

ْ ‫ق لِي‬
ِ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ِدي ِْن ُكلِّ ِه َو َكفَى بِاهلل‬ ِّ ‫ال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذي أَرْ َس َل َرس ُْولَهُ بِالهُ َدى َو ِدي ِْن ال َح‬
‫َش ِه ْيدًا‬
َ ‫َوأَ ْشهَ ُد أَن الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬
ُ‫ك لَه‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن َسا َر َعلَى‬ َ ُ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
‫اط ال ُم ْستَقِي ِْم إِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬
ِ ‫نَه ِْج ِه القَ ِوي ِْم َو َد َعا إِلَى الصِّ َر‬
َّ ‫ َوأَ َرنَا ال َح‬،ً‫ َو ِز ْدنَا ِع ْلما‬،‫ َوا ْنفَ َعنَا ِب َما َعلَّ ْمتَنَا‬،‫اللّهُ َّم َعلِّ ْمنَا َما يَ ْنفَ ُعنَا‬
‫ق َحقّا ً َوارْ ُز ْقنَا‬
ُ‫اطالً َوارْ ُز ْقنَا اجْ تِنَابَه‬ ِ َ‫ َوأَ َرنَا الب‬،ُ‫اتِّبَا َعه‬
ِ َ‫اط َل ب‬
Amma ba’du:

Para jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah …

Kita diperintahkan untuk senantiasa bersyukur pada Allah atas nikmat yang telah diberikan
kepada kita sekalian. Moga dengan banyak bersyukur, kita akan terus ditambahkan nikmat
lainnya dan bersyukur itu dimulai dari yang sedikit.

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫َم ْن لَ ْم يَ ْش ُك ِر ْالقَلِي َل لَ ْم يَ ْش ُك ِر ْال َكثِي َر‬


“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri
sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667).

Allah Ta’ala berfirman,

‫لَئِ ْن َش َكرْ تُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم‬


“Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS.
Ibrahim: 7)

Syukur inilah yang mesti kita buktikan dengan takwa sebagaimana yang Allah perintahkan,

َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬


‫ون‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ين آَ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS.
Ali Imran: 102)

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan
mukjizat paling besar dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf
tersebut dengan baik hingga akhir zaman.

Hari Jum’at ini diperintahkan banyak bershalawat pada Nabi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ى فِى ُكلِّ يَ ْو ِم‬َّ َ‫صالَةَ أُ َّمتِى تُ ْع َرضُ َعل‬ َ ‫صالَ ِة فِى ُكلِّ يَ ْو ِم ُج ُم َع ٍة فَإِ َّن‬ َّ ‫ى ِم َن ال‬ َّ َ‫أَ ْكثِرُوا َعل‬
ً‫ان أَ ْق َربَهُ ْم ِمنِّى َم ْن ِزلَة‬
َ ‫صالَةً َك‬
َ ‫ى‬ َّ َ‫ان أَ ْكثَ َرهُ ْم َعل‬
َ ‫ فَ َم ْن َك‬، ‫ُج ُم َع ٍة‬
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan
diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku,
dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al
Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)

Para jama’ah shalat Jum’at yang semoga terus mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah

Gencarnya media dalam menampilkan kehidupan yang serba mewah telah memacu
masyarakat untuk hidup konsumsif. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar,
namun sudah merambah ke pelosok-pelosok desa.

Seiring dengan menjamurnya lembaga-lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan


syarat yang sangat mudah, masyarakat yang konsumtif merasa dimudahkan dalam membeli
segala sesuatu untuk memenuhi hasratnya. Tinggal mengisi formulir pengajuan kredit dan
menandatanganinya, barang pun akan terbeli. Cara pelunasan jadi urusan belakang.

Yang penting, nikmati dulu barangnya, nikmati rasa gengsi yang timbul karena membeli
barang mahal. Manfaat barang yang dibeli justru seringkali sekadar menjadi pertimbangan
kedua.

Masalah mulai timbul ketika tagihan kredit datang pada kemudian hari. Ternyata jumlahnya
membengkak akibat sistem “bunga berbunga” yang diterapkan.

Intinya, masyarakat pada zaman penuh “wah” saat ini mau-mau saja terjun ke dalam praktik
riba asalkan bisa mendapat barang mewah impiannya. Benarlah sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,

‫ أَ ِم ْن َحالَ ٍل أَ ْم ِم ْن َح َر ٍام‬، ‫ان الَ يُبَالِى ْال َمرْ ُء بِ َما أَ َخ َذ ْال َما َل‬ ْ
ِ َّ‫لَيَأتِيَ َّن َعلَى الن‬
ٌ ‫اس َز َم‬
“Akan datang suatu zaman ketika manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan
harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari, no. 2083, dari Abu
Hurairah)

Tentu Allah tidak meridhai hal ini, bahkan Allah memurkainya. Lalu bagaimana agar kita
tidak mudah terjerumus dalam praktik riba?

Ada beberapa saran yang dapat digunakan dalam khutbah Jumat kali ini, diantaranya :

1-  Berilmu dulu

Dalam bertindak, Islam selalu mengajarkan agar umatnya berilmu terlebih dahulu. Dalam
masalah ibadah, Islam mengajarkan hal ini agar amalan seseorang tidak sia-sia. Dalam
masalah muamalah pun demikian. Jika tidak diindahkan, seorang muslim bisa terjerumus ke
dalam sesuatu yang diharamkan. Misalnya seorang pedagang hendaklah paham seputar
hukum jual beli. Jika ia tidak memahaminya, bisa jadi ia memakan riba atau menikmati
rezeki dengan cara yang tidak halal. ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

‫َم ْن اتَّ َج َر قَ ْب َل أَ ْن يَتَفَقَّهَ ارْ تَطَ َم فِي الرِّ بَا ثُ َّم ارْ تَطَ َم ثُ َّم ارْ تَطَ َم‬
“Barang siapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama maka dia pasti akan
terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus
terjerumus.” (Lihat Mughni Al-Muhtaj, 6:310.)

Hal di atas bukan hanya berlaku bagi penjual atau pedagang, namun berlaku juga untuk
pembeli. Pembeli pun harus tahu seluk beluk jual beli sebelum bertindak.

Kalau kita bahas masalah utang, utang itu harus dikembalikan dengan yang semisal, tidak
boleh ada tambahan. Jika tidak, maka terjerumus dalam riba.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan,

‫القَرْ ضُ ُم ْو ِجبُهُ َر ُّد ال ِم ْث ِل‬


“Utang wajib dikembalikan oleh si peminjam dengan yang semisal.” (Majmu’ah Al-Fatawa,
29:52 dan 30:84)

2- Semakin takut kepada riba dengan mengetahui bahayanya

a- Semua yang terlibat di dalam transaksi riba terkena laknat

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu; beliau berkata,

‫ هُ ْم‬:‫ َوقَا َل‬،‫لَ َع َن َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم آ ِك َل الرِّ بَا َو ُمو ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َد ْي ِه‬
.‫َس َوا ٌء‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), orang yang
menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba (sekretaris), dan dua orang saksinya.” Beliau
mengatakan, “Mereka semua itu sama (dalam melakukan hal yang haram).” (HR. Muslim,
no. 1598)

b- Pada hari kiamat diancam dengan perut yang besar seperti rumah dan dipenuhi
dengan ular-ular

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

،‫ج بُطُونِ ِه ْم‬ ُ ‫ت فِيهَا ْال َحي‬ ِ ‫ى بِى َعلَى قَ ْو ٍم بُطُونُهُ ْم َك ْالبُيُو‬ ُ ُ ‫أَتَي‬
ِ ‫َّات تُ َرى ِم ْن َخ‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫ْت لَ ْيلَةَ أس‬
َ ‫ْر‬
.‫ هَ ُؤالَ ِء أَ َكلَةُ الرِّ بَا‬:‫ َم ْن هَ ُؤالَ ِء يَا ِج ْب َرائِيلُ؟ قَا َل‬:‫ت‬ ُ ‫فَقُ ْل‬
“Pada malam Isra’, aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah dan dipenuhi
dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Aku pun bertanya, ‘Siapakah mereka, wahai
Jibril?’ ‘Mereka adalah para pemakan riba,’ jawab beliau.” (HR. Ibnu Majah, no. 2273;
Ahmad, 2:353 dan 2:363. Sanad hadits ini dha’if sebagaimana kata Al-Hafizh Abu Thahir. Di
dalam sanadnya terdapat Abu Ash-Shalet yang majhul.)

c- Dosa riba yang paling ringan seperti menzinai ibu kandung sendiri

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ُون حُوبًا أَ ْي َس ُرهَا أَ ْن يَ ْن ِك َح ال َّر ُج ُل أُ َّمه‬


َ ‫الرِّ بَا َس ْبع‬
“Riba terdiri atas tujuh puluh dosa. Yang paling ringan adalah seperti seseorang menzinai ibu
kandungnya sendiri.” (HR. Ibnu Majah, no. 2274. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
hadits ini hasan.)

Walaupun kita beralasan, “Aah tidak masalah, kami berutang riba tetap bayar tepat waktu
kok.”

Riba tetaplah riba, itu bukanlah jalan yang diridhai dan tidak diberkahi.

3- Tidak bermudah-mudahan dalam berutang

Ingat saja hadits Nabi berikut supaya kita takut untuk berutang, bukan senang menambah
utang.

Dari Shuhaib Al-Khair radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫أَيُّ َما َرج ٍُل يَ َدي َُّن َد ْينًا َوهُ َو ُمجْ ِم ٌع أَ ْن الَ يُ َوفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِ َى هَّللا َ َس‬
‫ارقًا‬
“Siapa saja yang berutang lalu berniat tidak mau melunasinya, dia akan bertemu dengan
Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah, no. 2410. Al-
Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan.)

Al-Munawi mengatakan, “Orang seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan
akan diberi balasan sebagaimana mereka.” (Faidh Al-Qadir, 3:181)

4- Memiliki sifat qana’ah (nrimo ing pandum)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ِ ‫ َولَ ِك َّن ْال ِغنَى ِغنَى النَّ ْف‬، ‫ض‬


‫س‬ ِ ‫ْس ْال ِغنَى َع ْن َك ْث َر ِة ْال َع َر‬
َ ‫لَي‬
“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah
hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari, no. 6446 dan Muslim, no. 1051).

Kata para ulama, “Kaya hati adalah merasa cukup kepada segala hal yang engkau butuhkan.
Jika lebih dari itu dan terus engkau cari maka itu berarti bukanlah ghina’ (kaya hati), namun
malah fakir (hati yang miskin).” (Lihat Fath Al-Bari, 11:272.)

Bila seseorang memiliki sifat qana’ah, ia akan menjadikan kebutuhan hidupnya sesuai standar
kemampuan, tak perlu lagi baginya menambah utangan.

Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjatkan doa untuk meminta sifat
qana’ah (selalu merasa cukup), seperti dalam doa berikut,

َ ُ‫اللَّهُ َّم إنِّي أسْأل‬


َ َ‫ وال َعف‬، ‫ والتُّقَى‬، ‫ك الهُ َدى‬
‫ وال ِغنَى‬، ‫اف‬
ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKAL HUDAA WAT TUQOO WAL ‘AFAAFA WAL
GHINAA

“Ya Allah, aku meminta kepada-Mu petunjuk (dalam ilmu dan amal), ketakwaan, sifat ‘afaf
(menjaga diri dari hal yang haram), dan sifat ghina’ (hati yang selalu merasa cukup atau
qana’ah).” (HR. Muslim, no. 2721; dari ‘Abdullah)

‘Afaf artinya menjaga iffah (harga diri dan kehormatan), menjaga diri dari hal-hal yang tidak
baik, serta menjauhkan diri dari syubhat (hal yang masih samar). Imam Nawawi rahimahullah
menyatakan, “’Afaf adalah menahan diri dari hal yang haram serta menjauhkan diri dari hal-
hal yang menjatuhkan kehormatan. Ulama lain mengungkapkan ‘iffah (sama dengan ‘afaf)
adalah menahan diri dari yang tidak halal.” (Syarh Shahih Muslim, 12:94)

 
5- Berada dalam majelis ilmu dan komunitas anti-riba

Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk memiliki teman yang baik sehingga bisa
mendukung kita melakukan kebaikan dan meninggalkan kebaikan, termasuk meninggalkan
riba.

Carilah teman yang seperti pemilik minyak wangi. Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu
‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ك‬َ ‫ الَ يَ ْع َد ُم‬، ‫ير ْال َح َّدا ِد‬


ِ ‫ْك َو ِك‬ ِ ‫ب ْال ِمس‬ ِ ‫اح‬ ِ ‫ص‬ ِ ِ‫ح َو ْال َجل‬
َ ‫يس الس َّْو ِء َك َمثَ ِل‬ ِ ِ‫َمثَ ُل ْال َجل‬
ِ ِ‫يس الصَّال‬
‫ك أَ ْو‬
َ َ‫ك أَ ْو ثَ ْوب‬َ َ‫ق بَ َدن‬ ُ ‫ َو ِكي ُر ْال َح َّدا ِد يُحْ ِر‬، ُ‫ْك إِ َّما تَ ْشتَ ِري ِه أَ ْو تَ ِج ُد ِري َحه‬
ِ ‫ب ْال ِمس‬ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ِم ْن‬
ً‫تَ ِج ُد ِم ْنهُ ِريحًا َخبِيثَة‬
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan
berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan
merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat
baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau
pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR.
Bukhari, no. 2101)

Ahli hikmah juga menuturkan,

‫يُظَ ُّن بِالمرْ ِء َما يُظَ ُّن بِقَ ِر ْينِ ِه‬


“Seseorang itu bisa dinilai dari orang yang menjadi teman dekatnya.”

Semoga Allah memberikan kita jalan keluar dalam utang kita.

ِ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا أَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ال ُم ْسلِ ِمي َْن َوال ُم ْسلِ َما‬
‫ت فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُ إِنَّهُ هُ َو‬
ِ ‫ال َغفُ ْو ُر الر‬
‫َّح ْي ُم‬
Khutbah Kedua

‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن نَبِيَّنَا‬،ُ‫ك لَه‬


َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬، ُ‫أَحْ َم ُد َربِّي َوأَ ْش ُك ُره‬
ُ‫ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
ٍ ‫صلِّ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم ِبإِحْ َس‬
Amma ba’du

Ma’asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …

Ada beberapa solusi agar kita tidak terjerumus dalam berutang dengan cara riba.
‫‪1.‬‬ ‫‪Berilmu lebih dulu dengan rajin hadir dalam majelis ilmu.‬‬
‫‪2.‬‬ ‫‪Semakin takut kepada riba dan riba tidak pernah diridhai Allah, serta jauh dari berkah.‬‬
‫‪3.‬‬ ‫‪Tidak bermudah-mudahan dalam berutang.‬‬
‫‪4.‬‬ ‫‪Milikilah sifat nerimo atau qana’ah, merasa cukup dengan segala yang Allah beri.‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪Berteman dengan orang-orang yang bisa menjauhkan kita dari riba. ‬‬

‫‪Demikian khutbah kami untuk Jumat kali ini. Semoga kita diberikan kemudahan dalam hal‬‬
‫‪rezeki dan diangkat dari kesulitan utang, serta dijauhkan memakan riba.‬‬

‫‪Shalawat sangat dianjurkan sekali di setiap Jumat dan kita pun dianjurkan untuk berdoa di‬‬
‫‪hari Jumat karena termasuk di antara doa yang mustajab. Moga doa-doa kita terus‬‬
‫‪diperkenankan oleh Allah.‬‬

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما ً‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫صلُّ َ‬
‫إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ يُ َ‬

‫ْت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬


‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‪،‬‬ ‫صلَّي َ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ‬
‫ت َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫إِنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫ِ‬
‫ك‬ ‫ت األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا ِ‬
‫ت إِنَّ َ‬ ‫المؤ ِمنَا ِ‬‫المؤ ِمنِي َْن َو ْ‬
‫ت َو ْ‬ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َو ِة‬
‫ات بَ ْينِنَا‪َ ،‬وا ْه ِدنَا ُسبُ َل ال َّساَل ِم‪َ ،‬ونَجِّ نَا ِم َن ُّ‬
‫الظلُ َما ِ‬
‫ت إِلَى‬ ‫ف بَي َْن قُلُوبِنَا‪َ ،‬وأَصْ لِحْ َذ َ‬ ‫اللَّهُ َّم أَلِّ ْ‬
‫ارنَا‪،‬‬
‫ص ِ‬ ‫ار ْك لَنَا فِي أَ ْس َما ِعنَا‪َ ،‬وأَ ْب َ‬ ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫اح َ‬ ‫ور‪َ ،‬و َجنِّ ْبنَا ْالفَ َو ِ‬ ‫النُّ ِ‬
‫َّحي ُم‪َ ،‬واجْ َع ْلنَا َشا ِك ِر َ‬
‫ين‬ ‫ت التَّ َّوابُ الر ِ‬ ‫ك أَ ْن َ‬
‫اجنَا‪َ ،‬و ُذرِّ يَّاتِنَا‪َ ،‬وتُبْ َعلَ ْينَا إِنَّ َ‬ ‫َوقُلُوبِنَا‪َ ،‬وأَ ْز َو ِ‬
‫ين لَهَا‪َ ،‬وأَتِ ِم ْمهَا َعلَ ْينَا‬ ‫ك‪ ،‬قَابِلِ َ‬ ‫ك ُم ْثنِ َ‬
‫ين بِهَا َعلَ ْي َ‬ ‫لِنِ َع ِم َ‬
‫اللَّهُ َّم إنَّا نَسْأَلُ َ‬
‫ك الهُ َدى ‪ ،‬والتُّقَى ‪ ،‬وال َعفَ َ‬
‫اف ‪ ،‬وال ِغنَى‬
‫ك َوأَ ْغنِنَا بِفَضْ لِ َ‬
‫ك َع َّم ْن ِس َوا َ‬
‫ك‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْكفِنا بِ َحالَلِ َ‬
‫ك َع ْن َح َرا ِم َ‬

‫ور ُكلِّهَا َوأَ ِجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز ِ‬ ‫ُ‬


‫اآلخ َر ِة‬
‫ب ِ‬ ‫ى ال ُّد ْنيَا َو َع َذا ِ‬ ‫اللَّهُ َّم أَحْ ِس ْن َعاقِبَتَنَا فِى األ ُم ِ‬
‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‪.‬‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫صحْ بِ ِه و َ َم ْن تَبِ َعهُ ْم ِبإِحْ َس ٍ‬ ‫َو َ‬
‫آخ ُر َد ْع َوانَا أَ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬
‫َو ِ‬

Anda mungkin juga menyukai