PENANGANAN HASIL
PERIKANAN
Disusun oleh:
Dr. Ir. Yahya, MP
Ir. Sri Dayuti, MS
Eko Waluyo, S.Pi, M.Sc
Hefti Salis Yufidasari, S.Pi, MP
Bayu Kusuma, S.Pi, M.Sc Angga
Wira Perdana, S.Pi, MP Retno
Tri Astuti, S.Si, M.Si
Praktikan:
1. Setiap individu wajib mengumpulkan resume jurnal yang telah disediakan dan
dibagikan oleh asisten laboratorium sebagai tiket masuk praktikum di laboratorium
(jurnal dapat didownload pada www.forumdosenmuda.blogspot.com). Waktu
pengumpulan tiket masuk adalah 3 hari sebelum pelaksanaan praktikum di
laboratorium.
Sistim Penilaian
1. Nilai dari praktikum terdiri atas: ujian lisan dengan asisten 10%, laporan 40%, ujian tulis
akhir praktikum 40% dan ujian dengan dosen 10%.
2. Setelah kegiatan laboratorium selesai, praktikan wajib mengisi buku panduan
praktikum, sesuai dengan arahan asisten laboratorium.
3. Praktikan akan dipersilahkan mengisi buku panduan praktikum dalam waktu 1 minggu
untuk penilaian awal dan kemudian praktikan diberikan waktu 5 minggu untuk
perbaikan dan selanjutnya dikumpulkan untuk penilaian final dalam bentuk pdf.
4. Praktikan dapat mengikuti ujian tulis akhir praktikum dan ujian lisan dengan dosen
apabila telah mendapatkan nilai ujian lisan dengan asisten laboratorium dan nilai
laporan.
5. Nilai akhir praktikum mengacu pada SK Rektor Universitas Brawijaya no 093/SK/1997.
KATA PENGANTAR
i
Daftar Isi
vii
LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN
9 MATERI 1
2
a. Waktu dan Tempat 2
b. Alat dan Bahan 2
1.2.1 Skema Kerja 3
1.3 Analisa Prosedur
5 LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN
8 MATERI 2 9
a. Waktu dan Tempat 9
b. Alat dan Bahan 9
2.2.1 Skema Kerja 10
Skema preparasi sample uji TMA dan TVBN 11
Skema uji TMA 12
Skema uji TVBN 13
2.3 Analisa Prosedur Ikan Kembung
14 LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN
15
Daftar Gambar
iii
Daftar Tabel
Daftar Grafik
Daftar Lampiran
Daftar Istilah
Black spot bintik hitam yang terdapat pada tubuh udang (dari luar
cangkang menembus pada daging) akibat respon sistim imun
(menunjukkan penurunan kualitas).
Broken kerusakan (patah, memar, dsb.) yang terjadi pada tubuh ikan,
udang dan komoditas perikanan lainnya (menunjukkan
penurunan kualitas).
Candling proses pemeriksaan adanya kontaminan (parasit/kotoran) pada
daging ikan menggunakan cahaya.
Deveining proses pembuangan saluran pencernaan (punggung) udang.
Drawn bentuk ikan dimana saluran pencernaan ikan dibuang.
Dressed bentuk ikan dimana ekor, kepala, saluran pencernaan dan sirip
dibuang.
Evisceration/Gutted proses pembuangan saluran pencernaan pada ikan.
Fillet bentuk ikan dimana daging ikan dipotong menyamping tanpa
meninggalkan sisa duri.
Flaking rusaknya sruktur daging ikan ketika dimasak (pecah-pecah).
Grading proses memisahkan ikan berdasarkan kriteria kualitas
yang diminta (berat, kualitas, dsb.).
Heading/Headless proses pemisahan kepala ikan dan udang.
Molting proses pengelupasan cangkang pada crustacean.
Peeling proses pengupasan cangkang udang dan kepala udang.
Picking proses pengambilan daging ikan (kepiting, heading dan peeling
udang).
Red perubahan warna pada tubuh udang menjadi merah
akibat dekomposisi bakteri (menunjukkan penurunan
kualitas).
Scaling proses pengupasan sisik ikan.
Soft shell lembeknya daging dan cangkang udang akibat proses moulting.
Shucking proses pemisahan antara daging dengan cangkang (tiram,
kerang,
dsb.).
Skinning proses pengupasan kulit pada ikan (biasanya digunakan
untuk istilah pada ikan tanpa sisik, seperti ikan kembung).
Sorting proses memisahkan dan mengumpulkan ikan dengan kriteria
yang sama (spesies, undersize, dsb.).
Steaks bentuk ikan dimana hasil fillet dipotong-potong menjadi
beberapa bagian dengan bentuk dan berat yang hampir sama.
Stick bentuk ikan dimana fillet dipotong-potong menjadi
beberapa bagian dengan bentuk dan berat yang sama.
Stunning proses mematikan ikan secara cepat yang
dapat dilakukan dengan memukul bagian
kepala.
Undersize ikan yang ukurannya dibawah ukuran konsumsi.
Washing proses membersihkan tubuh ikan dari berbagai kotoran
yang menempel pada permukaan tubuh ikan.
White spot bintik putih yang terdapat pada tubuh udang (dari luar
cangkang menembus pada daging) akibat serangan virus
pada komoditas udang (menunjukkan penurunan kualitas).
Whole bentuk ikan secara utuh setelah ditangkap/dipanen.
Yield merupakan istilah lain dari rendemen guna
menunjukkan efisiensi berat suatu proses.
vii
i
LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN
HASIL PERIKANAN
MATERI 1
Crustacean Handling
2020
MATERI 1
Crustacean Handling
2
1.2 Skema kerja crustacean handling
Udang 1/2 kg
Dihitung waktu
Dibuat EZ peel
1.6 Penutup
1.6.1 Kesimpulan
1. Dari praktikum penanganan hasil perikanan dilakukan
praktikum 4 bentukan udang ada headless, peeled, deveined dan tail
off.
Headless adalah bentukan udang dengan proses pemisahan kepala dan
udang.
.peeled adalah bentukan udang dengan proses pengupasan cagkang
udang
deveined adalah bentukan udang dengan proses pembuangan saluran
pencernaan (punggung)
Tail off adalah bentukan udang dengan proses memisahkan ekor
dengan badannya.
2. Hasil rendemen Pada analisa data hasil rendemen udang bentukan
headless pada kelompokk 4 , 9, 14,19 dan 24 didapatkan beberapa
perolehan data . Rendemen udang bentukan headless tertinggi
diperoleh oleh kelompok 4 dengan sampe A sebesar 78,05 %.
Sedagkan hasil rendemen headless terendah diperoleh oleh kelompok
9 sample B dengan hasi rendemen sebesar 48,76%. Pada
bentukan peeled diperoleh rendemen tertnggi 70,16 % peeled yang
terendah yaitu dari keompok 2 sampe B 42,64%.Pada bentukan
uang devained rendemen tertinggi diperoleh oleh kelompok 4
sampel A sebesar 67,81%, rendemen terendah diperoleh dari
kelompok 9 sampel B sebesar 41,76%. Pada bentukan udang tail
off rendemen tertinggi diperoleh oleh elompk 4 sampel A sebesar
62,50 %, renemen terendah dpeoleh oleh kelompok 4 sampel B
sebesar 39,24%
1.6.2 Saran
Untuk Praktikum selanjutnya praktikan harus lebih memahami
prosedur agar tidak terjadi kesalahan pada saat proses handing,
karena kesalahan pada saat proses bisa saja mempegaruhi jumlah
rendemen yang didapat , karena bayaknya komponen penting yang
berpengaruh dala berat pada udang menajadi terbuang. Untuk
praktikum selanjutya praktikan lebih diawasi agar tidak terjadi
kesalahan, dikarenakan praktikan juga maih awal daa memulai
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Udang LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Bentukan Udang Headless, Peeling, Deveined , dan tail off
pada Udang
A Teknik Headless Udang
A
Gambar 1 : Udang sampel
Gambar 2 : Udang sampel
dicuci dengan air
ditimbang dengan timbangan
mengalir
digital
Gambar 5 . Penimbangan
devained
bentuk
LAMPIRAN
MATERI 2
Seawater Finfish
Icing
UNIVERSITASBRAWIJYA
MALANG
2020
MATERI 2
21
proses reaksi
- Air, untuk membersihkan alat praktikum dan mencuci ikan
Dimatikan
Ditimbang
Di-icing ikan : es = 1 : 4
Pengujian 5 hari
5 gram sampel
Dihaluskan
Daging diambil 5 gr
Ditambahkan 10 ml TCA 4%
Disaring
Cawan Conway
1 ml larutan
1 ml larutan
Ditutup
Cawan Conway
1 ml larutan
1 ml larutan sample
innering 1 ml K2CO3
jenuh
Ditutup
Total N = A x (B-C) x
14 Total TVBN = total N x
100
A adalah molaritas HCl; B adalah volume titrasi HCl (mL); C adalah volume titrasi HCl blanko
(mL)
26
2.3 Analisa Prosedur Ikan
kembung
a. Filum : Chordata
b. Subfilum : Vertebrata
c. Kelas : Pisces
d. Subkelas : Teleostei
e. Ordo : Percomorphi
f. Subordo : Scombroidea
g. Famili : Scombridae
h. Genus : Rastrelliger
i. Spesies : Rastrelliger kanagurta
27
plastik berisi es. Tujuannya agar suhu dingin menyebar secara merata. Kemudian
diukur suhu, sebagai suhu sebelum icing. Setelah itu, tutup rapat plastiknya
dengan cara dipress dan diberi label menggunakan kertas label
28
bertuliskan nama kelompok agar tidak tertukar dengan kelompok lain. Masukkan
ikan kembung tersebut ke dalam sterofoam untuk di icing selama 24 jam agar
hasilnya maksimal. Alat-alat yang digunakan dalam melakukan preparasi whole
ikan kembung diantaranya pisau, nampan, talenan, timbangan digital, beaker glass,
cawan conway, aluminium voil, corong, spatula, kertas saring whatman no.1, botol
kaca, tissue, mortal dan alu. Kemudian, ambil sampel daging ikan kembung
sebanyak 5 gram yang telah di icing tujuannya agar praktikum TMA dan TVBN
dapat diketahui lebih jelas. Selanjutnya, sampel daging dihaluskan dengan
mortal alu. Sampel diletakkan dalam beaker glass dan tambahkan sebanyak 10 ml
TCA 4%, dan homogenkan hingga tercampur rata. TCA 4% berfungsi untuk
mengikat senyawa amin dan turunannya. Setelah itu, sampel yang telah homogen
di tutup dengan aluminium foil dan dilakukan inkubasi selama 30 menit, pada
baskom yang berisi es batu. Proses nkubasi dilakukan dengan tujuan untuk
menjaga kesegaran ikan serta mengoptinmalisasikan reaksi dari TCA 4% dan
sampel. Setelah dilakukan proses inkubasi, larutan dimasukkan ke dalam
botol kaca serta disaring dengan menggunakan corong yang di bagian atas
telah diberi kertas saring yang biasa disebut dengan kertas whatman no.1.
Tujuan penyaringan menggunakan kertas saring whatman no.1 karena tingkat
kerapatannya paling tinggi, sehingga residu atau cemaran tidak mudah lolos.
Filtrat atau hasil filtrasi yang sudah ditempatkan didalam botol ditambahkan lagi
dengan TCA 4% hingga mencapai 3x volume sampel hingga TCA yang digunakan
menjadi sebnayak 15 ml. Larutan TCA yang sudah selesai digunakan selanjutkan
di taruh didalam lemari pendingan dengan tujuan agar TCA yang dipakai tidak
menguap dikarenakan TCA 4 % ini mudah sekali menguap. Uji TMA dilakukan
setelah proses inkubasi sampel selama 2 jam. Sebelum dilakukan pengujian TCA
cawan conway dibersihkan dimulai dari bagian dalam yang berbentuk lingkaran
lalu dilanjutkan ke bagian luar menggunakan tissue yang dibasahi larutan etanol
95% untuk mensterilkan dan menguragi kontamininasi oleh mikroba yang dapat
mengganggu dalam proses reaksi dalam uji TMA, pembersihan cawan conway
dilakukan secara searah. Selanjutnya, bagian cover dan mulut body bagian yang
buram dari cawan conway diolesi dengan vaselin untuk merapatkan antara cover
dan body agar larutan yang ada didalamnya tidak tumpah saat diberi perlakuan.
Cawan ditempatkan pada kemiringan 10° dengan posisi yang bersekat berada
dibawah agar larutan K2CO3 tidak tercampur dengan larutan sampel. langkah
pertama, masukkan larutan sampel ke dalam cawan conway sebelah kiri.
Kemudian tambahkan 1 ml larutan formaldehyde yang berfungsi sebagai pengikat
senyawa amin dan turunannya kecuali TMA (Trymetylamin) di bagian kiri sekat
juga. Lalu, tambahkan 1 ml K 2CO3 dibagian kanan sekat yang berfungsi
menguapkkan senyawa amin dan turunannya. Selanjutnya, tambahkan 1
ml larutan innering ke dalam cawan conway. Larutan innering ini berfungsi untuk
menangkap senyawa amin dan turunannya. Setelah itu, tutup cawan conway dan
homogenkan dengan membentuk angka 8 secara perlahan-lahan. dilanjutkan
inkubasi kembali selama 2 jam pada suhu ruang. Setelah proses penghomogenan
selanjutnya diinkubasi titrasinb menggunakan larutan HCL 0,02 M yang berfungsi
untuk menetralkan larutan basa, yang disebabkan karena larutan K2CO3
yang bersifat asam bercampur dengan larutan HCl yang sifatnya basa. Proses
pengujian TVBN tidak jauh berbeda dengan uji TMA. Pada proses uji TVBN tidak
ditambahkan dengan larutan formaldehyde. Hal tersebut karena uji TVBN dapat
digunakan untuk menguji dua ikan sekaligus yaitu untuk ikan laut daan ikan
tawar. Sementara uji TMA hanya dapat digunakan untuk menguji tingkat
kesegaran dari ikan air laut.
Menurut Susanto, et al., (2011), Uji TVBN dilakukan berdasarkan SNI-01-4495-
1998. Sampel ikan kembung yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram.
Kemudian sampel dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan denagn 75 ml
larutan TCA 7% dan dihaluskan kembali selama 1 menit, Selanjutnya sampel
disaring dan diuji kadar TVB nya. 1 ml asam aborat dimasukkan ke dalam inner
chamber cawan conway. Selanjutnya filtrat sampel dimasukkan ke bagian luar
cawan conway. Setelah itu cawan conway ditutup , lalu ditambahkan 1 ml larutan
K2CO3 pada bagian luar blanko. Filtrat diganti larutan TCA 5%. Diinkubasi sampel
dengan suhu 35 derajat selama 2 jam . Setelah diinkubasi bagian dalam cawan
conway, baik bagian blanko maupun sampel, ditittrasi dengan HCL 0,02 n. Sampai
larutan berwarna merrah muda seperti pada blanko.
Menurut Nurhayati, et al., (2019), Kadar TMA secara umum digunakan
untuk menentukmikroba pembusuk yang dapat menbyebabkan kwbusukan pada
ikan. Trimetil amine (TMA) terbentuk dasri reduksi TMAO oleh bakteri pembusuk.
TMA juga merupakan bagian dari TVB, oleh sebab itu kandungan TMA selalu lebih
rendah. Trimethylamine (TMA) akan terbentuk apabila yang bekerja untuk
pemecahan TMAO hanya bakteri saja tanpa adanya aktivitas enzim,.Oemecahan
oleh bakteri lebih dominan dibandingkan pemecahan karena aktifitas enzim bila
penyipanan ikan dilakukan pada suhu ruang. Penyimpanan ikan pada suhu dingin
menyebabkan aktifitas baktri sedikit terhambat dan aktivitas enzim untuk
memecah TMAO menjadi lebih tinggi menjadikan nilai YMA tetap meningkat
selama penyimpnan karena meskipun aktivitas bakteri untuk mmecah bakteri
terhambat, tapi pemecahan bakteri secara TMAO paling bnayak dibandingkan
pada jenis ikan air laut.
- Tabel TMA
2.6 Penutup
2.6.1Kesimpulan
Pada Pratikum Penanganan Hasil Perikanan dilakukan dua tahap yaitu penelitian
untuk mengetahui kualitas ikan yaitu TMA dan TVBN, Pada jam ke dan jam ke 24
pengujian dilakukan pada whole dan steak dengan pengujian TMA jam ke 0 hingga
dilakukan untuk bentuk
2.6.2Saran
Untuk Praktikum selanjutnya praktikan harus lebih memahami prosedur agar
tidak terjadi kesalahan pada saat proses handing, karena kesalahan pada saat
proses bisa saja mempegaruhi jumlah hasil dari data TVBN dan TMA yang
didapatan, sehingga jika hasil TVBN ataupun TMA yang didapat
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Uji TMA dan TVBN Ikan Kembung
a. Icing Whole
Skema preparasi sampel uji TMA dan TVBN jam ke-0 (Icing) Whole
Gambar 1. Persiapan sampel Gambar 2. Penimbangan Es
ikan kembung whole
terputus)
PENANGANAN HASIl
PERIKANAN
MATERI 3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
38