net/publication/348606110
CITATIONS READS
0 510
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muhammad Natsir Kholis on 19 January 2021.
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Rancang Bangun Alat Tangkap Ikan (RBAT)
Diterbitkan Oleh
3
LEMBARAN PENGESAHAN
MODUL PRAKTIKUM
Edisi 1 Revisi 3
Disusun oleh :
Muhammad Natsir Kholis, S.Pi, M.Si
Telah diperiksa dan telah disetujui untuk memenuhi standar buku modul
praktikum serta telah memiliki kesesuaian antara kompetensi dasar
dengan materi praktikum
Disahkan Oleh,
4
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga Modul Praktikum Rancanga Bangun Alat
Penangkapan Ikan (RBAPI) dapat diselesaikan. Modul ini disusun sebagai
panduan bagi mahasiswa yang akan melakukan praktikum dan menyusun laporan
praktikum. Modul ini juga sebagai pegangan bagi dosen atau asisten praktikum
dalam membimbing dan memberikan arahan selama praktikum kepada
mahasiswa agar capaian pembelajaran terpenuhi.
Modul ini disusun sesuai dengan capaian pembelajaran yang diharapkan
yang disesuaikan dengan kurikulum di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Namun tidak menutup kemungkinan masih adanya beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari semua pihak selalu
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya.
Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi tersusunnya modul ini,
kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
5
DAFTAR ISI
Isi Halaman
Lembaran Pengesahan iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Pendahuluan vii
Daftar Bacaan 58
Format Laporan 59
6
PENDAHULUAN
Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan (RBAPI) adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang teknik merancang kontruksi atau desain sebuah alat tangkap
ikan. Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan (RBAPI) menguraikan tentang
identifikasi alat tangkap, jenis bahan alat tangkap, teknik atau metode
penangkapan, tingkah laku ikan, rancang bangun kontruksi, menggambar alat
tangkap dan menganalisa dengan formulasi rumus setiap bagian rancangan alat
tangkap ikan.
Dalam mewujudkan harapan Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan melahirkan sarjana yang mampu mengelola sumber daya perairan dan
perikanan, sangat perlu bagi mahasiswa untuk memahami Rancang Bangun Alat
Penangkapan Ikan (RBAPI). Praktikum Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan
(RBAPI) untuk mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
ini difokuskan kepada beberapa pokok bahasan, yang mampu dipraktekkan di
laboratorium teknologi penangkapan ikan dan laboratorium terpadu Fakultas
Perikanan Universitas Muara Bungo, yakni tata cara identifikasi alat penangkapan
ikan (jaring insang, bubu dan pancing), menggambar kontruksi hasil identifikasi
(jaring insang, bubu dan pancing) serta rancang bangun alat tangkap (jaring
insang, bubu dan pancing). Pemahaman akan beberapa pokok bahasan ini
dimaksudkan agar mahasiswa memiliki kemampuan dalam menduga,
menganalisis, dan merancang sebuah alat penangkapan ikan. Sebaiknya, sebelum
mengambil mata kuliah ini mahasiswa harus terlebih dahulu mengambil mata
kuliah Metode dan Teknik Penangkapan Ikan dan Bahan Alat Penangkapan Ikan.
Pada praktek nantinya mahasiswa akan dilatih mengumpulkan data, mengolah,
dan menginterpre-tasikannya ke dalam sebuah laporan ilmiah.
7
JADWAL PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum ini berlangsung selama 12 minggu dengan target 9
minggu aktif. Jadwal ini termasuk UTS dan UAS praktikum serta pengumpulan
laporan akhir.
Pertemuan
Materi/Kegiatan Tempat
ke-
Lab. Teknologi
1 SOP dan Perkenalan
Penangkapan Ikan
Tata cara Identifikasi Alat Lab. Teknologi
1, 2, 3
Penangkapan Ikan Penangkapan Ikan
Menggambar Kontruksi Hasil Lab. Teknologi
4, 5, 6
Identifikasi Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
7 UTS
Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
8 Analisis Alat Penangkapan Ikan
Penangkapan Ikan
Uji Coba Perakitan Alat Lab. Teknologi
9, 10
Penangkapan Ikan Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
11 Evaluasi
Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
12
UAS Penangkapan Ikan
8
TATA TERTIB DAN PENILAIAN
Selama mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum wajib:
1. Mengikuti seluruh kegiatan praktikum dari awal sampai akhir.
2. Berpakaian rapi (baju kain, kaos bukan oblong, memakai jas lab, pakai
sepatu) pada saat praktikum berlangsung.
3. Membayar uang modul praktikum dan administarsi laboratorium
4. Menjaga kebersihan, ketenangan selama praktikum berlangsung.
5. Mencuci kembali alat yang digunakan, baik yang dibawa sendiri maupun
yang disediakan laboratorium
6. Mengerjakan laporan praktikum dan dikumpulkan pertemuan selanjutnya
7. Jika tidak mengumpulkan laporan, maka mahasiswa disuruh tidur siang
(pulang) tidak boleh mengikuti praktikum
8. Tidak membawa sampel atau bahan praktikum, nilai responsi dibawah 50 dan
terlambat masuk, mahasiswa juga akan disuruh tidur siang
9. Empat kali tidur siang, mahasiswa dianggap gagal pada mata kuliah
Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan dan wajib mengulang semester
ganjil berikutnya
9
KARTU IDENTITAS MAHASISWA
PRAKTIKUM RANCANG BANGUN ALAT PENANGKAPAN IKAN
2020/2021
Identitas Mahasiswa/Praktikan
Semester : ..........................................................
10
PRAKTEK I
TATA CARA MENGIDENTIFIKASI ALAT TANGKAP IKAN
(Pertemuan ke-1, 2 dan 3)
LANGKAH 1
Identifikasi dan Pengukuran Alat Penangkapan Ikan
1. Webbing
Data yang diambil adalah data untuk jumlah mata jarring yang
dihitung secara ertal dan horizontal, untuk mengetahui besar mesh
size diukur jarak antara dua kaki mata jarring ditambah dengan
lebar satu simpul (Fauzi, Siregar dan Fachruddin 1988). Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Guna mengetahui jumlah mata jarring yang terdapat pada satu
lembaran jarring dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
(Hamidy, Syofyan dan Nofrizal, 2004)
{(a-1).b+(a.b)+(b-1)+1}
Keterangan:
a = Jumlah mata menurut panjnag jarring
b = Jumlah mata menurut dalam jarring
11
Sumber: (Martasuganda, 2015)
Tali Ris Atas, Tali Ris Bawah, Tali Pelampung, Tali Pemberat Dan Tali
Peluntang
Panjang tali yang digunakan diukur dengan menggunakan meteran
gulung, sebelumnya tali direntang tegang. Tipe pintalan dan arah
pilinan tali diidentifikasi dengan cara pengamatan (Gambar 2),
bahan yang dipakai diidentifikasi dengan cara pengamatan dan uji
bakar (Tabel 1). Pengukuran diameter tali dengan menggunakan
jangka sorong (Hamidy, Bustari dan Syofyan 2001) dapat dilihat
pada (Gambar 3 ).
12
Gambar 2. Teknik Penentuan arah pintalan tali
13
Struktur serat pada jenis tali-temali baik tali ris atas, tali ris bawah, tali
pelampung, tali pemberat dan tali peluntang akan dilakukan pengamatan
seperti pada gambar berikut (Gambar 4).
14
Gambar 5. Teknik pengukuran dimensi pelampung yang memiliki lobang
(Rongga)
15
Tabel 2. Pengukuran Ikan
Lingkar
Panjang Panjang tutup
Panjang total baku (SL) Tinggi badan kepala (Hdl) insang
No (TL) (cm) (cm) (bdh) (cm) (cm) (cm)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
16
SIFAT-SIFAT BAKAR DARI SERAT BUATAN (SINTETIS)
Kondisi PA 6,6 & PES PE PP PVC
PA 6
Dalam Meleleh Meleleh dan Menyusut, Menyusut, Menyusut
Nyala Api kemudian terbakar dengan mengeriting meleleh dan dengan
terbakar sedikit api. , meleleh terbakar cepat dan
dengan Berjelaga, asap dan terbakar dengan meleleh.
sedikit api. kehitaman.
dengan nyala kecil. Tidak
Asap Lelehan menetes
putih. jauh nyala api Lelehan terbakar.
Tetesan kecil. menetes Berjelaga.
dari Lelehan jauh Meleleh
lelehan menetes menjadi
kekuninga jatuh. ramah
n-kuningan (Crumbling)
menentes , benda
jatuh hitam
Setelah Berhenti Berhenti terbakar Terus- Tetap Lelehan
dikeluarka terbakar jika lelehan menerus terbakar yang panas
n api setelah jatuh. Pada ujung (tetap) dengan tidak dapat
terjatuh. terdapat manik terbakar lambat, direntangka
Manik kecil berwarna
dengan lelehan n
kecil pada hitam. Manik
ujung lelehan yang cepat. yang panas
sampel. panas dapat Lelehan dapat
Manik direntangkan yang panas direntangka
meleleh menjadi benang tidak dapat n menjadi
yang panas halus direntangka benang
dapat n yang halus
direntangk
an menajdi
benang
halus
17
18
19
20
21
LANGKAH 2.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap kontruksi alat dimasukkan
kedalam tabel data hasil pengukuran alat tangkap jaring insang yang dijadikan
sampel. Bnetuk tabel seperti dibawah ini:
Data webbing
Keterangan:
Ø = diameter benang;
Lo = Panjang jarring saat direntang;
Ho = Dalam webbing saat direntan;
PA = Polyamide;
MD = Mesh depth;
ML = Mesh length.
22
Pengukuran Tali
Jenis Panjang
No komponen tali Ø (mm) Pintalan Struktur
Bahan (m)
1 Tali Ris Atas
2 Tali Ris Bawah
3 Tali Pelampung
4 Tali Pemberat
5 Tali Peluntang
6 Tali Pemberat II
Lingkar
Tinggi Panjang tutup
No Panjang total Panjang baku badan (bdh) kepala (Hdl) insang
(TL) (cm) (SL) (cm) (cm) (cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
Dst..
23
Data Jenis Ikan dan Jumlah Tangkapan
24
Contoh 1 :
25
Contoh 2:
26
Gambar 8. Kontruksi Jaring Kurau (Isnaniah et al, 2013)
Contoh 3 :
Umpan
:Parang-parang, tenggiri, layur,
udang dan lomek ABK : 2-3 orang
27
Identifikasi Alat Tangkap Rawai (Kholis et al, 2017)
Nomor Panjang Dalam Jumlah Berat
No Komponen Mata/Ø Pintalan Jumlah Bahan
(m) (m) Mata (kg)
(mm)
Tali utama Tali
7 600 20 200 - 10 -
1 (main line) Natuna
Tali Cabang
(Branch Tangsi
2 line) 12 - - - - - 110
Tali ris
3 bawah 5 2100 - - Z - - PE
Tali
4 pelampung 12 2100 - - Z - - PE
Tali
5 pemberat 5 2100 - - Z - - PE
Pelampung
6 webbing 300 0,05 - - - - 70 PP
Pelampung
7 tanda 1300 0,62 - - - - 28 PVC
Batu
Pemberat 150 0,13 - - - - 12 (semen
8 Webbing cor)
Pemberat Pb
0,05 0,01 - - - - 112
9 Batu (timah)
28
Contoh 4 :
Umpan
: Parang-parang, tenggiri, layur,
udang dan lomek ABK : 2-3 orang
5 Pemberat 50 - - - - - 1
Fibber
dan
6 Joran - 1,5-2,1 - - - 2,1 - bamboo
Tipe
6000-
7 Katrol 10000 - - - - - - -
Mata
Pancing 7/8 - - - - - - -
8 (Hook)
29
Gambar 10. Kontruksi Pancing (Kholis et al, 2017)
Bagian Mata
Pancing
(a)
Beberapa Model
Mata Pancing
(b)
(c )
31
Ukuran (Size) Mata
Pancing
(d)
(e)
Gambar 11. a. Kontruksi Mata Pancing b. Jenis Mata Pancing c. Model Eye dan
Poin Pancing d. Size Pancing e. Cara mengikat tali
32
Jenis-Jenis Umpan Buatan
(a)
(b)
(c)
33
(d)
Gambar 12. a. Umpan udang dari sedotan b. Umpan dari pepsodent c. Umpan
katak berbahan karet d. Umpan dari B-Oral
Gambar 12. Cara Menentukan Ukiran Mesh Size Bubu (Hehanussa et al,
2017)
Bubu buton ini diberi Cover Net (Jaring penutup bubu) untuk meneliti
ikan yang mampu meloloskan diri dari celah pelolosan yang dibuat. Pada bagian
lubang pelolosan (mesh size) dipasang kantong tambahan yang disebut cover net.
Cover net terbuat dari bahan waring ukuran mata 3 mm dengan panjang
keseluruhan 75 meter. Pemasangan cover net dibuat pada samping kiri, kanan dan
atas badan bubu sehingga ikan yang meloloskan diri dapat tertahan di dalam cover
net. Konstruksi cover net pada samping kiri, kanan dan atas badan bubu
berdasarkan tingkah laku ikan saat berada dalam bubu. Ikan akan mencari jalan
keluar dengan cara menabrak dinding-dinding bubu baik ke samping maupun ke
35
atas sehingga peluang ikan saat meloloskan diri akan semakin besar. Konstruksi
cover net pada bubu disajikan pada Gambar dibawah ini.
Gambar 15. Bubu Tanpa Cover Net Dan Bubu Yang Dilengkapi Dengan
Cover Net
36
PRAKTEK II
MENGGAMBAR KONTRUKSI HASIL IDENTIFIKASI
(Pertemuan ke-4, 5 dan 6)
LANGKAH 3.
Penggambaran kontruksi alat tangkap jaring insang yang dijadikan sampel dibuat
berdasarkan data tabel hasil pengukuran yang disesuaikan.
37
3. Sebagai contoh menggambar jaring insang maka pilihlah bentuk persegi
panjang
4. Buat jaring dengan cara klik kanan pada gambar pesegi panjang dan klik
format shape
Contoh Hasilnya :
5. Untuk pembuatan tali, pelampung pemberat dan bagian alat yang lainnya
silahkan cari gambar sesuai bentuk yang diinginkan
38
6. Setelah itu rapikan gambar bagian-bagian alat tangkapnya
7. Untuk menyatukan gambar tekan secara bersamaan gambar yang mau
disatukan/ digabungkan kemudian tekan tombol Group
39
LANGKAH 4.
DATA SHEET
Name of gear :
Type :
Country :
Locality :
Reference :
Main species caught :
Fishing condition :
Vessel :
LOA :
Gross Tonage :
Horse Power :
Crew :
WEBBING A
Material
Type of knot
Preservation
Colour
Twine size
Breaking streng
(kg)
Strected mesh mm
Upper edge
Lower edge
Depth (mata)
Baiting rate
Take up
Selvadge
Hanging ratio
LINES, ROPE B c d e f g
Material
Preservation
Circum referencom
Diameter mm
Breaking streng kg
Construction
Lay
Lenght m
40
FLOAT,
SINGKER h i j k
Number
Material
Shape
Diameter mm
Lenght m
Static buoyancy kgf Reference:
weight on air gf
weight submerged
Data sheet diisi berdasarkan tabel data hasil pengukuran dan gambar kontruksi
alat tangkap yang dijadikan sampel berdasarkan (Sadhori, 1985).
Mulailah dengan mengisi komponen webbing. Beri inisial “ a “ untuk webbing
(sesuai dengan keterangan pada gambar kontruksi). Isikan ukuran (data)
dengan berpedoman pada tabel hasil pengukuran.
Lanjutkan pada tali pelampung dengan inisial “ b “ (sesuai ukuran (data)
dengan berpedoman pada hasil pengukuran.
Lanjutkan untuk komponen yang lain seperti diatas
Untuk komponen terakhir tentunya “ peluntang “ dengan inisial “ k “
41
LANGKAH 5.
Berpedoman kepada data sheet dan tabel data hasil pengukuran alat
tangkap dibuat desain alat tangkapnya. Pembuatan desain langkahnya sama
dengan penggambaran kontruksi. Akan tetapi tampilannya berbeda. Perhatikan
gambar.
42
PRAKTEK III
ANALISIS ALAT PENANGKAPAN IKAN
(Pertemuan ke 8)
LANGKAH 6.
Setelah digambar desain alat tangkap yang dijadikan sampel kemudian dilakukan
pengujian dengan formula. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan
dan kelebihan alat tangkap yang telah dibuat/dipakai oleh nelayan.
Tahap pengujian dilalui sebagai berikut :
Perhitungan terhadap hanging ratio primer (E1) dan hanging ratio sekunder
(E2) yang digunakan dengan rumus :
E1 =
E2 =
HR Primer = E1 + E2
Keterangan :
43
Dibandingkan HR Sekunder dengan rumus :
√ √ √ √
E1 = 0,00
E1 = 1,00
E2 = 0,00
E1 = 0,85
E2 = 1,00
E2 = 0,53
E1 = 0,33
E2 = 0,93 E1 = 0,71
E2 = 0,71
Gambar 17. Aneka bentuk jaring yang diakibatkan oleh rasio penggantungan
primer E1. (Puspito, 2009)
44
Berdasarkan Gambar 15, penentuan rasio penggantungan primer dan
sekunder (Puspito, 2009). didasarkan atas panjang atau tinggi total jaring.
Adapun pada Gambar 2-3, penentuan kedua rasio penggantungan dilakukan atas
satu mata jaring saja. Nilai yang harus diketahui sebelumnya adalah ukuran mata
jaring, lebar bukaan mata tergantung dan tinggi bukaan mata tergantung.
Hubungan antara rasio penggantungan primer E1 dan sekunder E2 dengan sudut
mata jaring digambar dengan persamaan berikut.
⁄ ⁄ ⁄ ⁄
⁄ ⁄ ⁄ ⁄
Panjang sisi mata ms diukur antara 2 simpul, mw lebar mata tergantung
atau lebar bukaan mata tergantung, mh tinggi mata tergantung atau tinggi bukaan
mata tergantung, dan ml panjang mata. Hubungan kedua rasio penggantungan
dapat disederhanakan menggunakan persamaan berikut.
.
Persamaan tersebut benar jika bentuk jaring datar dan rata, ukuran semua
mata sama dan susunan benangnya lurus. Selain rasio penggantungan, rasio
pengerutan S merupakan cara lain untuk membentuk jaring pada tali kerangka.
Rasio pengerutan dapat disederhakan dengan persamaan.
⁄
Nilai S sangat tergantung pada nilai E1. Jika nilai E1 besar, maka nilai S
berkurang dan begitu juga sebaliknya.
m
2
m
m
0
C
A
m
45
Gambar 18. Konstruksi Mata Jaring.
Panjang jaring terentang Lo dapat dihitung berdasarkan 1 mata jaring yang
tergantung. Untuk menghitungnya, nilai M atau jumlah mata ke arah horizontal
harus diketahui terlebih dahulu. Rumusnya adalah:
Lo = 2 ms M = ml M
Penentuan tinggi jaring terentang Ho juga dapat dilakukan dengan cara
yang sama, tetapi jumlah mata ke arah vertikal N harus diketahui lebih dahulu.
Perhitungannya memakai persamaan berikut.
Ho = 2 ms N = ml N
Untuk menghitung panjang tergantung L dan tinggi tergantung H, nilai
rasio penggantungan harus dimasukkan ke dalam persamaan penentuan Lo dan Ho.
Cara menghitungnya adalah:
L = 2 ms M E1 = ml M E1 dan
H = 2 ms N E2 = ml N E2
Untuk menentukan luas satu lembar jaring, maka ada 2 luas jaring yang
harus diketahui, yaitu luas semu Af dan luas kerja sebenarnya An. Luas semu
meliputi seluruh area yang tertutup panjang jaring terentang Lo dan tinggi jaring
terentang Ho. Rumusnya adalah:
Af = Lo Ho
Adapun luas kerja sebenarnya merupakan area yang tertutup oleh panjang
jaring tergantung L dan tinggi jaring tergantung H. Perhitungannya menggunakan
persamaan berikut.
An = L H
Dari seluruh persamaan di atas, koefisien penggunaan jaring Eu – yang
menjelaskan seberapa tepat penggunaan jaring pada pembuatan suatu alat
penangkap ikan – dapat dirancang. Persamaannya adalah:
⁄ ⁄
Koefisien pengunaan jaring sangat tergantung pada rasio penggantungan
primer E1. Datanya diberikan pada Tabel 2-1. Penggunaan jaring yang paling
ekonomis adalah jika rasio penggantungan primer E1 = 0,71. Nilai E1 ini akan
memberikan nilai rasio penggantungan sekunder yang sama.
46
Tabel 3. Nilai koefisien penggunaan jaring
Eu
E1
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09
0 0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060 0,070 0,080 0,090
0,1 0,099 0,109 0,119 0,129 0,139 0,148 0,158 0,168 0,177 0,187
0,2 0,196 0,205 0,215 0,224 0,233 0,242 0,251 0,260 0,269 0,278
0,3 0,286 0,295 0,303 0,312 0,320 0,328 0,336 0,344 0,351 0,359
0,4 0,367 0,374 0,381 0,388 0,395 0,402 0,408 0,415 0,421 0,427
0,5 0,433 0,439 0,444 0,449 0,454 0,459 0,464 0,468 0,472 0,476
0,6 0,480 0,483 0,486 0,489 0,492 0,494 0,496 0,497 0,499 0,499
0,7 0,500 0,500 0,500 0,499 0,498 0,496 0,494 0,491 0,488 0,484
0,8 0,480 0,475 0,469 0,463 0,456 0,448 0,439 0,429 0,418 0,406
0,9 0,392 0,377 0,361 0,342 0,321 0,297 0,269 0,236 0,195 0,140
Arah pintalan tali temali yang digunakan dibandingkan dengan teori yang
berlaku (Sadhori, 1985). Arah pintalan pada tali ris atas dan bawah yang
digunakan pada sampel jarring insang adalah Z (pintalan kiri), begitu juga
pada tali pelampung dan tali pemberat menggunakan pintalan Z (pintalan
kiri). Hal ini tidak sesuai dengan (Sadhori, 1985) yang menyatakan arah
pintalan sebaiknya berlawanan yaiyu S-Z atau sebaliknya Z-S.
47
Dimana m0 : bukaan mata (mm)
Kg : nilai untuk bentuk tubuh ikan ikan 0,4 (Fridman, 1986)
G : lingkar tutup insang (mm)
Seleksi mata jarring dari mesh size ideal dicar dengan rumus :
Km =
Mata jaring
48
eksternal yaitu gaya dari luar alat tangkap seperti: gaya gravitasi, gaya hidrostatik,
gaya hidrodinamik, gaya gesek, dan gaya yang disebabkan oleh ikan, tarikan atau
dorongan (Puspito, 2009).
Sebuah alat penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya tersebut,
salah satunyamenentukan performance dari alat penangkapan ikan. Apabila gaya-
gaya pada suatu alat penangkapan ikan tidak bekerja secara optimal dan maksimal
akan mengurangi tingkat keberhasilan suatu proses penangkapan ikan. Maka dari
itu dengan memperhitungkan gaya-gaya pada alat penangkapan ikan sangat
diperlukan untuk meningkatkan performance dari alat penangkapan ikan yang
baru atau pun modifikasi.Pengaruh gaya internal dan eksternal berlaku pada
semua alat penangkapan ikan. Salah satu alat tangkap yang akan dibahas pada
paper ini yaitu gillnet, sehingga dapat mempermudah pemahaman tentang gaya
internal dan eksternal.
Gaya Internal
Gaya internal merupakan gaya yang dihasilkan dari alat tangkap itu
sendiri, seperti gaya apung, gaya berat, serta komponennya.Gaya apung adalah
resultan gaya atau gaya total yang arahnya ke atas yang dikerjakkan oleh fluida
pada suatu benda ketika benda berada di dalam fluida tersebut. Fluida adalah zat
yang dapat mengalir, misalnya udara dan air.Rumus menghitung gaya apung :
Gaya berat suatu benda adalah besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada
benda tersebut. Berat benda sangat dipengaruhi oleh kuat medan gravitasi dimana
benda itu berada. Satuan yang digunakan untuk menyatakan berat adalah Newton
(N). Orang terkadang tidak bisa membedakan antara massa dan berat padahal
kedua besaran itu tidaklah sama. Massa merupakan besaran skalar yang hanya
memiliki nilai, sedangkan berat adalah besaran vektor yang memiliki nilai dan
arah. Satuan untuk massa adalah kilogram (kg), sedangkan satuan untuk berat
adalah Newton (N). Rumus menghitung gaya tenggelam:
Dimana: W= berat jaring (N), H= jumlah baris simpul pada tinggi jaring ( 2x
jumlah mata jaring ), L= panjang jaring dalam keadaan tegang ( m ), Rtex =
ukuran benang jaring dan K= faktor pembetulan/koreksi simpul sesuai dengan
berat simpulnya. (Dremiere, 1996).
49
Tabel 4. Daftar massa jenis beberapa bahan alat penangkapan ikan
No Jenis Bahan Massa Jenis Bahan (kgf.m3)
1 Polyamide 1140
2 Polyester 1380
3 Polyethylene 950
4 Bentuk Plastik 120 – 180
5 Cork (gabus) 250
6 Timah hitam 11300
7 Besi; Baja 7400
8 Batu 2700
9 Air Tawar 1000
10 Air Laut 2200
Sumber: (Najamudddin, 2012)
Gaya Eksternal
a. Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi merupakan gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua
partikel yang mempunyai massa di bumi. Pada alat penangkapan ikan berbahan
jaring yang sedang beroperasi, gaya ini dapat menyebar ke seluruh permukaan
jaring dan tali kerangka atau bisa juga terpusat pada titik-titik yang terletak sebuah
benda misalnya pelampung atau pemberat. Arah dari gaya ini selalu bekerja ke
bawah.Penghitungan gaya gravitasi yang bekerja pada alat penangkapan ikan
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
b. Gaya Hidrostatik
Gaya hidrostatik adalah gaya yang terdapat pada fluida yang diam (tidak
mengalir). Gaya hidrostatik bekerja seperti gaya gravitasi yaitu menyebar ke
seluruh permukaan jaring dan tali kerangka atau terpusat pada titik-titik yang
terletak suatu benda namun arah kerja gaya ini berbeda dengan gravitasi yaitu
mempunyai arah gaya yang selalu ke atas. Adapun perhitungan gaya ini dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
50
Gaya hidrostatik saling berpengaruh dengan gaya gravitasi karena dapat
menyebabkan alat penangkapan ikan tenggelam atau terapung. Nilai gaya
hidrostatik bisa sama, lebih kecil atau lebih besar dari gaya gravitasi. Perbandingan nilai kedua
gaya tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut:
Q = W-B
Apabila Q bernilai positif (+) maka benda tersebut akan terbenam
namun jika Q bernilai negatif (-) maka benda akan terapung. Perhitungan berat
benda (terbenam atau terapung) akan menggunakan rumus lain apabila berat suatu benda di
udara telah diketahui yaitu dengan menggunakan:
Q = Eᵧ x W
Keterangan : Q = Berat dari suatu benda (kgf), W = Berat benda di udara (kgf), Eᵧ=
Koefisien gaya apung atau tenggelam suatu benda Nilai Eᵧ= ᵧw/ᵧ
c. Gaya Hidrodinamik
Gaya hidrodinamika pada suatu alat penangkap ikan timbul dari
pergerakan alat penangkap ikan di dalam air atau pergerakan air melalui alat
penangkap ikan. Gaya tersebut awalnya dari tekanan yang dibutuhkan untuk
mengalihkan air di sekitar komponen pada alat tangkap.
R = C x q x At
q = ρV2 / 2
Keterangan:
R =Gaya atau tahanan air yang diukur (kgf), C = Koefisien hidrodinamik, q =
tekanan hidrodinamik (kgf/m2), At = luas penampang frontal benang jarring =
panjang x diameter (m2), ρ = densitas air (100 kgf det2/m4 untuk air tawar; 105 kgf
det2/m4 untuk air laut) dan V = kecepatan alat dalam air atau kecepatan air
melewati alat (m/det).
51
Gaya akibat arus
Kawakmi 1964 dalam Wheaton (1977) mengembangkan persamaan
untukmenjelaskan beban yang diterima oleh jaring akibat arus pada jaring sebagai
berikut :
Dimana :Fc = gaya yang bekerja pada jaring akibat arus (N), Cd = coeficient drag
dari mata jarring, ρ = densitas air laut (kg/m3), V = kecepatan arus (m/det), A =
luas proyeksi jaring = 2ad (m2), a = mesh size jaring (m), d = diamater benang
atau tali (m).
Coeficient drag akibat arus dapat dihitung (Milne, 1970) sebagai berikut :
Untuk jaring bersimpul :
Cd = 1 + 3,77 (d/a) + 9,37 (d/a)2
Untuk jaring tidak bersimpul :
Cd = 1 + 2,73 (d/a) + 3,12 (d/a)2
Gaya akibat gelombang
Tomura dan Yamada (1963 dalam Milne, 1970) mengemukakan persamaan
hubungan antara gaya horizontal dan vertikal pada struktur jaring akibat
gelombang, sebagai berikut :
Dimana :Fh = gaya horizontal (N), Fv= gaya vertikal (N), Vh = maksimum
kecepatan horizontal partikel air pada gelombang (m/det), dan Vv = maksimum
kecepatan vertikal partikel air pada gelombang (m/det).
d. Gaya Gesek
Ada dua macam gesekan, pertama gesekan statis yaitu gesekan
menggeser bila benda berhenti atau bergerak dalam bersentuhan dengan
permukaan yang lain, contohnya yaitu pemberat yang ada di alat penangkapan
ikan dengan jaring.
Besarnya tahanan gesek akibat gaya gesekan alat penangkapan ikan
dengan dasar perairan sangat bergantung pada berat benda dan luasan permukaan
yang bersentuhan dengan dasar perairan. Untuk perhitungan tahanan gesek statis
atau menggeser dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
Rg= tahanan karena pengaruh dasar (kgf), Kg = koefisien empiris pengaruh
dasardanWw = berat benda dalam air (kg).
52
Rumus besarnya tahanan gesek menggelinding (tahanan gelinding) adalah sebagai
berikut :
Dimana :
Rg= Tahanan gesek permukaan dasar jika bobin di tarik dan berputar, Er=
Koefisien gelinding dan Rb = Tahanan pemberat (kgf).
e. Gaya yang Disebabkan oleh Ikan (Dorongan atau Tarikan)
Ikan dapat menimbulkan berbagai gaya yang mempengaruhi penampilan
alat. Gaya eksternal lain yang bekerja pada alat penangkapan ikan adalah gaya
yang disebabkan oleh ikan yang tertangkap. Pada saat ikan tertangkap alat
penangkapan ikan, ikan tersebut akan berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan
alat penangkapan ikan, usaha tersebut dapat berupa gaya dorong maupun gaya
tarik tergantung dari alat penangkapan ikan yang digunakan. Misalkan pada alat
penangkapan ikan yang berupa jaring, ikan yang tertangkap akan mencoba
meloloskan diri dengan mendorong jaring, hal ini akan berbeda pada alat
penangkapan ikan pancing, ikan akan menarik tali pancing untuk meloloskan diri.
Baik gaya dorong maupun gaya tarik yang disebabkan ikan akan sangat
berpengaruh pada tampilan alat penangkapan ikan ketika beroperasi. Untuk
tekanan dorong ikan dapat di formulasikan sebagai berikut :
Ft =
√
Dimana :Ft = Tekanan dorong ikan, Kf= Koefisien empiris yang mempunyai
nilai 0.5 – 1.0, Wf= Berat ikan di dalam air (kgf) dan L= Panjang ikan (m)
Besarnya gaya dinamis yang dibutuhkan akibat energi kinetis ikan yang
meronta untuk melepaskan diri dari alat penangkapan ikan dirumuskan:
Fk =
Dimana :
Fk = Gaya dinamis, Wf= Berat ikan di dalam air (kgf), V= Kecepatan renang
maksimum ikan (m/det), g= Gravitasi (m/det) dan e= Tegangan maksimum elastis
alat penangkapan ikan.
53
Gambar 21. Gaya Dorongan dan Tarikan Ikan Saat Terjerat
54
Gaya eksternal yang bekerja pada alat tangkap gillnet yaitu gaya gravitasi,
gaya hidrostatik, gaya hidrodinamik, gaya gesek, dan gaya yang disebabkan oleh
ikan (tarikan atau dorongan). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
Gambar 23. Gaya Eksternal yang Bekerja Pada Alat Tangkap Gillnet
55
PRAKTEK IV
UJI COBA PERAKITAN ALAT PENANGKAPAN IKAN
(Pertemuan ke 9 dan 10)
Pada pertemuan kali ini mahasiswa akan membuat atau merakit sebuah
kontruksi alat penangkapan ikan. Praktikum ini adalah penerapan dari
praktikum-praktikum sebelumnya, sehingga diharapkan mahasiswa mampu
merancang bangun sebuah alat penangkapan ikan.
Prosedur Kerja:
Siapkan alat dan bahan pembuatan alat penangkapan ikan, yang telah
disiapkan seminggu sebelum praktek
Buatlah alat penangkapan ikan dengan sebaik mungkin, sehingga
mendapatkan hasil tangkapan yang memuaskan.
Lihatlah beberapa contoh pembuatan alat penangkapan ikan dibawah ini :
56
Gambar 22. Perakitan Alat Tangkap Rawai
57
DAFTAR BACAAN :
58
Format Laporan
LAPORAN PRAKTIKUM
RANCANG BANGUN ALAT PENANGKAPAN IKAN
Judul:
[Topik + buat judul sesuai tema praktikum]
Pendahuluan
[Berisi tentang latar belakang praktikum (dilengkapi dengan pustaka yang
menunjang) dan tujuan dari praktikum]
Hasil
[Hasil praktikum, meliputi (i) hasil kelompok dan (ii) hasil kompilasi dari
keseluruhan kelompok. Disebutkan nama-nama anggota kelompok. Lengkapi
dengan tabel dan gambar sesuai dengan petunjuk dalam praktikum. Bila
diperlukan juga bisa diberikan lampiran data mentah. Di dalam hasil, hanya
mendiskripsikan data hasil pengamatan, bukan melakukan pembahasan.]
Pembahasan
[Membahas hasil, meliputi hasil kelompok dan hasil kompilasi keseluruhan
kelompok. Bahas secara spesifik kemudian diperluas sesuai dengan topic dari
praktikum. Pembahasan harus disertai dengan pustaka yang menunjang.]
Daftar Pustaka
[Sesuai dengan format penulisan pustaka UMB]
Lampiran
[Wajib melampirkan foto-foto kegiatan praktikum]
60