Anda di halaman 1dari 61

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348606110

Modul Praktikum Rancang Bangun Alat Tangkap 2020

Book · January 2021

CITATIONS READS

0 510

1 author:

Muhammad Natsir Kholis


Muara Bungo University
17 PUBLICATIONS   11 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Natsir Kholis on 19 January 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1
MODUL PRAKTIKUM

RANCANG BANGUN ALAT TANGKAP IKAN

Disusun Oleh:
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Rancang Bangun Alat Tangkap Ikan (RBAT)

Kode Mata Kuliah : PSP 743

Diterbitkan Oleh

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2020
2
OLEH:

Muhammad Natsir Kholis, S.Pi, M.Si

3
LEMBARAN PENGESAHAN

MODUL PRAKTIKUM

RANCANG BANGUN ALAT TANGKAP IKAN

Edisi 1 Revisi 3

Disusun oleh :
Muhammad Natsir Kholis, S.Pi, M.Si

Telah diperiksa dan telah disetujui untuk memenuhi standar buku modul
praktikum serta telah memiliki kesesuaian antara kompetensi dasar
dengan materi praktikum

Disahkan Oleh,

Muara Bungo, Juli 2020


Dekan, Ketua Program Studi,

Rini Hertati, S.Pi, M.Si Muhammad Natsir Kholis, S.Pi, M.Si


NIDN. 10.070975.02 NIDN. 10.230493.01

4
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga Modul Praktikum Rancanga Bangun Alat
Penangkapan Ikan (RBAPI) dapat diselesaikan. Modul ini disusun sebagai
panduan bagi mahasiswa yang akan melakukan praktikum dan menyusun laporan
praktikum. Modul ini juga sebagai pegangan bagi dosen atau asisten praktikum
dalam membimbing dan memberikan arahan selama praktikum kepada
mahasiswa agar capaian pembelajaran terpenuhi.
Modul ini disusun sesuai dengan capaian pembelajaran yang diharapkan
yang disesuaikan dengan kurikulum di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan. Namun tidak menutup kemungkinan masih adanya beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari semua pihak selalu
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya.
Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi demi tersusunnya modul ini,
kami ucapkan terima kasih.

Muara Bungo, Juli 2020

Penyusun

5
DAFTAR ISI

Isi Halaman

Lembaran Pengesahan iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

Pendahuluan vii

Jadwal Praktikum viii

Tata Tertib dan Penilaian xi

Praktek 1. (Tata cara Identifikasi Alat Penangkapan Ikan) 11


Praktek II. (Menggambar Kontruksi Hasil Identifikasi) 37

Praktek III. (Analisis Alat Penangkapan Ikan) 43

Praktek VI. (Uji Coba Perakitan Alat Penangkapan Ikan) 56

Daftar Bacaan 58

Format Laporan 59

6
PENDAHULUAN

Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan (RBAPI) adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang teknik merancang kontruksi atau desain sebuah alat tangkap
ikan. Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan (RBAPI) menguraikan tentang
identifikasi alat tangkap, jenis bahan alat tangkap, teknik atau metode
penangkapan, tingkah laku ikan, rancang bangun kontruksi, menggambar alat
tangkap dan menganalisa dengan formulasi rumus setiap bagian rancangan alat
tangkap ikan.
Dalam mewujudkan harapan Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan melahirkan sarjana yang mampu mengelola sumber daya perairan dan
perikanan, sangat perlu bagi mahasiswa untuk memahami Rancang Bangun Alat
Penangkapan Ikan (RBAPI). Praktikum Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan
(RBAPI) untuk mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
ini difokuskan kepada beberapa pokok bahasan, yang mampu dipraktekkan di
laboratorium teknologi penangkapan ikan dan laboratorium terpadu Fakultas
Perikanan Universitas Muara Bungo, yakni tata cara identifikasi alat penangkapan
ikan (jaring insang, bubu dan pancing), menggambar kontruksi hasil identifikasi
(jaring insang, bubu dan pancing) serta rancang bangun alat tangkap (jaring
insang, bubu dan pancing). Pemahaman akan beberapa pokok bahasan ini
dimaksudkan agar mahasiswa memiliki kemampuan dalam menduga,
menganalisis, dan merancang sebuah alat penangkapan ikan. Sebaiknya, sebelum
mengambil mata kuliah ini mahasiswa harus terlebih dahulu mengambil mata
kuliah Metode dan Teknik Penangkapan Ikan dan Bahan Alat Penangkapan Ikan.
Pada praktek nantinya mahasiswa akan dilatih mengumpulkan data, mengolah,
dan menginterpre-tasikannya ke dalam sebuah laporan ilmiah.

7
JADWAL PRAKTIKUM
Kegiatan praktikum ini berlangsung selama 12 minggu dengan target 9
minggu aktif. Jadwal ini termasuk UTS dan UAS praktikum serta pengumpulan
laporan akhir.
Pertemuan
Materi/Kegiatan Tempat
ke-
Lab. Teknologi
1 SOP dan Perkenalan
Penangkapan Ikan
Tata cara Identifikasi Alat Lab. Teknologi
1, 2, 3
Penangkapan Ikan Penangkapan Ikan
Menggambar Kontruksi Hasil Lab. Teknologi
4, 5, 6
Identifikasi Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
7 UTS
Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
8 Analisis Alat Penangkapan Ikan
Penangkapan Ikan
Uji Coba Perakitan Alat Lab. Teknologi
9, 10
Penangkapan Ikan Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
11 Evaluasi
Penangkapan Ikan
Lab. Teknologi
12
UAS Penangkapan Ikan

8
TATA TERTIB DAN PENILAIAN
Selama mengikuti kegiatan praktikum, peserta praktikum wajib:
1. Mengikuti seluruh kegiatan praktikum dari awal sampai akhir.
2. Berpakaian rapi (baju kain, kaos bukan oblong, memakai jas lab, pakai
sepatu) pada saat praktikum berlangsung.
3. Membayar uang modul praktikum dan administarsi laboratorium
4. Menjaga kebersihan, ketenangan selama praktikum berlangsung.
5. Mencuci kembali alat yang digunakan, baik yang dibawa sendiri maupun
yang disediakan laboratorium
6. Mengerjakan laporan praktikum dan dikumpulkan pertemuan selanjutnya
7. Jika tidak mengumpulkan laporan, maka mahasiswa disuruh tidur siang
(pulang) tidak boleh mengikuti praktikum
8. Tidak membawa sampel atau bahan praktikum, nilai responsi dibawah 50 dan
terlambat masuk, mahasiswa juga akan disuruh tidur siang
9. Empat kali tidur siang, mahasiswa dianggap gagal pada mata kuliah
Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan dan wajib mengulang semester
ganjil berikutnya

Selama mengikuti praktikum, peserta praktikum akan memperoleh nilai dengan


ketentuan sebagai berikut:

1. Nilai praktikum sebesar 25% dari keseluruhan penilaian mata ajaran


Teknologi Penangkapan Ikan.
2. Nilai praktikum terdiri dari absen praktikum, kuis, laporan, keaktifan, dan
ujian praktikum.
3. Nilai laporan adalah nilai yang berasal dari laporan yang dikerjakan secara
perorangan, termasuk nilai ujian laporan.

9
KARTU IDENTITAS MAHASISWA
PRAKTIKUM RANCANG BANGUN ALAT PENANGKAPAN IKAN
2020/2021

Identitas Mahasiswa/Praktikan

Foto Nama : ................................................................


Berwarna
NRP : .........................................................

Program Studi : ..........................................................

(3x2) TTL : ..........................................................

Semester : ..........................................................

……….., …………. 2020

Koordinator Dosen Pengampu,


Matkul RBAPI

Muhammad Natsir Kholis, S.Pi, M.Si


NIDN. 10.23049301

10
PRAKTEK I
TATA CARA MENGIDENTIFIKASI ALAT TANGKAP IKAN
(Pertemuan ke-1, 2 dan 3)

LANGKAH 1
Identifikasi dan Pengukuran Alat Penangkapan Ikan

 Identifikasi alat tangkap dilakukan untuk mengetahui, ukuran dan jenis


bahan yang digunakan. Data yang diambil dengan mengukur secara
langsung alat tangkap mulai dari webbing, pelampung, pemberat,
peluntang dan tali temali serta ukuran dan jenis bahan.
 Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan sengaja (purpose sampling). Dalam metode ini juga digunakan
sampel yang mewakili alat secara keseluruhannya. Pengambilan data
secara mendetail untuk mengetahui kontruksi alat tangkap dilakukan pada
saat at tangkap tidak beroperasi.
 Sebagai contoh latihan kali ini yaitu menggunakan alat tangkap jarring
insang (Gill net)

Pengukuran Komponen Alat

1. Webbing
 Data yang diambil adalah data untuk jumlah mata jarring yang
dihitung secara ertal dan horizontal, untuk mengetahui besar mesh
size diukur jarak antara dua kaki mata jarring ditambah dengan
lebar satu simpul (Fauzi, Siregar dan Fachruddin 1988). Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
 Guna mengetahui jumlah mata jarring yang terdapat pada satu
lembaran jarring dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
(Hamidy, Syofyan dan Nofrizal, 2004)

{(a-1).b+(a.b)+(b-1)+1}

Keterangan:
a = Jumlah mata menurut panjnag jarring
b = Jumlah mata menurut dalam jarring

11
Sumber: (Martasuganda, 2015)

Gambar 1. Teknik Pengukuran Mesh Size

Tali Ris Atas, Tali Ris Bawah, Tali Pelampung, Tali Pemberat Dan Tali
Peluntang
 Panjang tali yang digunakan diukur dengan menggunakan meteran
gulung, sebelumnya tali direntang tegang. Tipe pintalan dan arah
pilinan tali diidentifikasi dengan cara pengamatan (Gambar 2),
bahan yang dipakai diidentifikasi dengan cara pengamatan dan uji
bakar (Tabel 1). Pengukuran diameter tali dengan menggunakan
jangka sorong (Hamidy, Bustari dan Syofyan 2001) dapat dilihat
pada (Gambar 3 ).

12
Gambar 2. Teknik Penentuan arah pintalan tali

Gambar 3. Teknik Pengukuran diameter tali dengan jangka sorong

13
 Struktur serat pada jenis tali-temali baik tali ris atas, tali ris bawah, tali
pelampung, tali pemberat dan tali peluntang akan dilakukan pengamatan
seperti pada gambar berikut (Gambar 4).

Gambar 4. Contoh kontruksi dari sebuah Tali

Pelampung, Pemberat dan Peluntang


 Pengambilan data dimulai dari perhitungan jumlah pelampung, pemberat
dan peluntang yang digunakan untuk satu piece jarring, kemudian
identifikasi jenis dan bahannya dilakukan dengan pengamatan. Panjang
pelampung, pemberat dan peluntangdiukur dengan menggunakan mistar
dan diameter diukur dengan jangka sorong (Schatmat).

14
Gambar 5. Teknik pengukuran dimensi pelampung yang memiliki lobang
(Rongga)

Seleksi Mata Jaring


 Dilakukan pengukuran terhadap 20 ekor ikan yang tertangkap. Data
diambil adalah panjang baku (SL), Panjang total (TL), tinggi badan
(BdH), panjnag kepala (HdL), lingkar tutup insang. Untuk lebih jelas
silahkan lihat (Gambar 6).

Gambar 6. Teknik Pengukuran Ikan

15
Tabel 2. Pengukuran Ikan

Lingkar
Panjang Panjang tutup
Panjang total baku (SL) Tinggi badan kepala (Hdl) insang
No (TL) (cm) (cm) (bdh) (cm) (cm) (cm)

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

16
SIFAT-SIFAT BAKAR DARI SERAT BUATAN (SINTETIS)
Kondisi PA 6,6 & PES PE PP PVC
PA 6
Dalam Meleleh Meleleh dan Menyusut, Menyusut, Menyusut
Nyala Api kemudian terbakar dengan mengeriting meleleh dan dengan
terbakar sedikit api. , meleleh terbakar cepat dan
dengan Berjelaga, asap dan terbakar dengan meleleh.
sedikit api. kehitaman.
dengan nyala kecil. Tidak
Asap Lelehan menetes
putih. jauh nyala api Lelehan terbakar.
Tetesan kecil. menetes Berjelaga.
dari Lelehan jauh Meleleh
lelehan menetes menjadi
kekuninga jatuh. ramah
n-kuningan (Crumbling)
menentes , benda
jatuh hitam
Setelah Berhenti Berhenti terbakar Terus- Tetap Lelehan
dikeluarka terbakar jika lelehan menerus terbakar yang panas
n api setelah jatuh. Pada ujung (tetap) dengan tidak dapat
terjatuh. terdapat manik terbakar lambat, direntangka
Manik kecil berwarna
dengan lelehan n
kecil pada hitam. Manik
ujung lelehan yang cepat. yang panas
sampel. panas dapat Lelehan dapat
Manik direntangkan yang panas direntangka
meleleh menjadi benang tidak dapat n menjadi
yang panas halus direntangka benang
dapat n yang halus
direntangk
an menajdi
benang
halus

Residu Keras, Keras kehitaman, Tidak ada Kears bulat, Keras,


(sisa) bulat, manik tidak manik- coklat kehitaman,
manik dapat manik yang kehitaman, remeh-
kekuninga dihancurkan meleleh, tidak dapat remeh
n-
seperti hancur (Crumbly)
kuningan.
Tidak prafin dapat tidak
dapat hancur membentuk
dihancurka manik
n
Busa asap Seperti Berminyak, Mirip prafin Mirip aspal Tajam
seledri berbau jelaga. yang yang /menusuk,
berbau Agak manis, terbakar terbakar manis
amis menyerupai lak, seperti lilin keasaman
samar- harum dan wangi
atau prafin
samar
seperti
pyridine
Sumber: (Fridman, 1985)

17
18
19
20
21
LANGKAH 2.

Pemindahan Data ke Dalam Tabel

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap kontruksi alat dimasukkan
kedalam tabel data hasil pengukuran alat tangkap jaring insang yang dijadikan
sampel. Bnetuk tabel seperti dibawah ini:
 Data webbing

Tabel Pengukuran Webbing

No Webbing Jaring insang


1 Jenis Simpul
2 Berat (gr) / 1 set
3 Mesh Size (mm)
4 Ho (m)
5 Lo (m)
6 Ø (mm)
7 ML (mata)
8 MD (mata)
9 Bahan
10 Jumlah Mata Jaring (mata)

Keterangan:

Ø = diameter benang;
Lo = Panjang jarring saat direntang;
Ho = Dalam webbing saat direntan;
PA = Polyamide;
MD = Mesh depth;
ML = Mesh length.
22
Pengukuran Tali

Jenis Panjang
No komponen tali Ø (mm) Pintalan Struktur
Bahan (m)
1 Tali Ris Atas
2 Tali Ris Bawah
3 Tali Pelampung
4 Tali Pemberat
5 Tali Peluntang
6 Tali Pemberat II

Pengukuran Dimensi Pelampung, Peluntang, Pemberat dan Pemberat II

Ø1 Ø2 Tebal Panjang Jenis Jumlah


No Nama Objek
(mm) (mm) (mm) (mm) Bahan (Buah)
1 Pelampung
2 Pemberat
3 Peluntang
4 Pemberat II

Identifikasi Metode Tertangkapnya Ikan


No Cara tertangkap Jumlah (ekor)
1 Terjerat
2 Terpuntal
3 Tersangkut pada insang (overculum)

Pengukuran Sampel Ikan

Lingkar
Tinggi Panjang tutup
No Panjang total Panjang baku badan (bdh) kepala (Hdl) insang
(TL) (cm) (SL) (cm) (cm) (cm) (cm)
1
2
3
4
5
6
Dst..
23
Data Jenis Ikan dan Jumlah Tangkapan

No Jenis Ikan Nama Latin Jumlah Tangkapan


1
2
3
4
5
Dst..

Identifikasi Kapal Perikanan

No Spesifikasi Keterangan Jumlah


1 Tonase perahu motor (GT) dimensi utama
a. panjang kapal LOA (m)
b. Lebar kapal B (m)
c. Tinggi lunas depan (m)
d. Draft d (m)
e. Muatan palka (ton)
2 Material kontruksi tahun perakitan/pembuatan
3 mesin utama
a. Merek
b. Kekuatan
c.tahun pembuatan
d.bahan bakar
4 alat bantu
a.
b.
c.
d.
5 Navigasi
a. Kemudi
b.
c.
d.

24
Contoh 1 :

Spesifikasi Alat Tangkap Jaring Kurau (Kholis, et al. 2017)


Unit Penangkapan Ikan Kurau

Nama Alat : Jaring Insang Kapal : Kapal Motor


Spesifik : Jaring Hanyut Dasar LOA : 8.5-12 m
Daerah operasi : Selat Malaka GT : 6-10 GT
Kondisi Perairan : Berpasir dan Berlumpur Mesin :4 PK Yanmar
Ikan Sasaran : Kurau BBM : Solar
Bahan Jaring : PA ABK : 3-5 orang
Mesh Size : 5 - 7 Inci

Hasil Identifikasi Alat Tangkap Jaring Kurau


Mesh/Ø Panjang Dalam Jumlah Berat
No Komponen Pintalan Jumlah Bahan
(mm) (m) (m) Mata (kg)
177,8 (7
1848 15 21560/60 - 35,5 - PA
1 Webbing inci)
2 Tali Ris Atas 12 2100 - - Z - - PE
3 Tali Ris Bawah 5 2100 - - Z - - PE
Tali
4 Pelampung 12 2100 - - Z - - PE

5 Tali Pemberat 5 2100 - - Z - - PE


Pelampung
6 Webbing 30 0,05 - - - - 70 PP
Pelampung
7 Tanda 1300 0,62 - - - - 28 PVC
Pemberat Pb
150 0,13 - - - - 12
8 Webbing (timah)
Batu
0,05 0,01 - - - 1 112 (semen
9 Pemberat Batu cor)

Gambar 7. Kontruksi Jaring Kurau (Kholis et al, 2017)

25
Contoh 2:

(Isnaniah, et al. 2013)

26
Gambar 8. Kontruksi Jaring Kurau (Isnaniah et al, 2013)

Contoh 3 :

Spesifikasi Alat Tangkap Rawai (Kholis et al, 2017)


Unit Penangkapan Ikan Kurau
Nama Alat : Mini Longline Kapal : Kapal Motor

Spesifik : Dasar Perairan LOA : 6-8 m

Daerah operasi : Selat Malaka GT : 3 GT

Kondisi Perairan : Berpasir dan Berlumpur Mesin : Domfeng

Ikan Sasaran : Kurau BBM : Solar

Umpan
:Parang-parang, tenggiri, layur,
udang dan lomek ABK : 2-3 orang

Ukuran Mata Pancing : No.6 dan 7

Bahan Tali Pancing


:Tali Utama (Natuna), Tali cabang
(Tangsi 110)

27
Identifikasi Alat Tangkap Rawai (Kholis et al, 2017)
Nomor Panjang Dalam Jumlah Berat
No Komponen Mata/Ø Pintalan Jumlah Bahan
(m) (m) Mata (kg)
(mm)
Tali utama Tali
7 600 20 200 - 10 -
1 (main line) Natuna
Tali Cabang
(Branch Tangsi
2 line) 12 - - - - - 110
Tali ris
3 bawah 5 2100 - - Z - - PE
Tali
4 pelampung 12 2100 - - Z - - PE
Tali
5 pemberat 5 2100 - - Z - - PE
Pelampung
6 webbing 300 0,05 - - - - 70 PP

Pelampung
7 tanda 1300 0,62 - - - - 28 PVC
Batu
Pemberat 150 0,13 - - - - 12 (semen
8 Webbing cor)
Pemberat Pb
0,05 0,01 - - - - 112
9 Batu (timah)

Gambar 9. Kontruksi Rawai (Kholis et al, 2017)

28
Contoh 4 :

Spesifikasi Alat Tangkap Pancing (Kholis et al, 2017)


Unit Penangkapan Ikan Kurau
Nama Alat : Pancing Kapal : Motor Tempel

Spesifik : Katrol dan Non Katrol LOA : 3-6 m

Daerah operasi : Selat Malaka GT : 3 GT

Kondisi Perairan : Berpasir dan Berlumpur Mesin : Domfeng

Ikan Sasaran : Kurau dan Senangin BBM : Solar

Umpan
: Parang-parang, tenggiri, layur,
udang dan lomek ABK : 2-3 orang

Ukuran Mata Pancing : No.6 dan 7

Bahan Tali Pancing : Tangsi

Identifikasi Alat Tangkap Pancing (Kholis et al, 2017)


Nomor
Panjang Dalam Jumlah Berat
No Komponen Mata/Ø Pintalan Jumlah Bahan
(m) (m) Mata (kg)
(mm)
Tali utama
(main line) / Tangsi
12 600 20 200 - 10 -
mata 110
1 pancing
Tali Cabang
(Branch Tangsi
2 line) 12 - - - - - - 110
Kili-kili
3 (swivel) u.60/0 - - - - 0,28 -
Kayu dan
4 Pelampung - 0,1524 - - - - 0-1 Strefoam

5 Pemberat 50 - - - - - 1
Fibber
dan
6 Joran - 1,5-2,1 - - - 2,1 - bamboo
Tipe
6000-
7 Katrol 10000 - - - - - - -
Mata
Pancing 7/8 - - - - - - -
8 (Hook)

29
Gambar 10. Kontruksi Pancing (Kholis et al, 2017)

Jenis Mata Pancing

Bagian Mata
Pancing

(a)
Beberapa Model
Mata Pancing

(b)

Model Eye dan


Point

(c )

31
Ukuran (Size) Mata
Pancing

(d)

Cara Mengikat Tali


Mata Pancing

(e)

Gambar 11. a. Kontruksi Mata Pancing b. Jenis Mata Pancing c. Model Eye dan
Poin Pancing d. Size Pancing e. Cara mengikat tali

32
Jenis-Jenis Umpan Buatan

(a)

(b)

(c)

33
(d)
Gambar 12. a. Umpan udang dari sedotan b. Umpan dari pepsodent c. Umpan
katak berbahan karet d. Umpan dari B-Oral

Identifikasi Bubu (Hehanussa et al, 2017)

Bubu buton yang digunakan mempunyai dimensi p x l x t (200 x 150 x 60


cm). Pintu masuk ikan berbentuk leher kuda dengan diameter mulut bubu bagian
luar sebesar 40 cm dan bagian dalam 15 cm. Jarak dari mulut bubu luar dengan
mulut bubu bagian dalam sebesar 70 cm. Ukuran dan konstruksi bubu buton yang
digunakan disajikan pada Gambar 11 dibawah ini.

Gambar 13. Kontruksi Bubu Buton (Hehanussa et al, 2017)


34
Bubu yang digunakan nelayan memiliki bentuk mata bubu yang berbeda
dari alat tangkap lainnya, yaitu berbentuk seperti persegi 6 yang memiliki sisi-sisi
yang sama ukurannya. Dengan begitu untuk menentukan mata bubu memiliki
perhitungan tersendiri dimana cara perhitungan ukuran mata bubu dapat dilihat
pada Gambar 12 dibawah ini.

Gambar 12. Cara Menentukan Ukiran Mesh Size Bubu (Hehanussa et al,
2017)

Bubu buton ini diberi Cover Net (Jaring penutup bubu) untuk meneliti
ikan yang mampu meloloskan diri dari celah pelolosan yang dibuat. Pada bagian
lubang pelolosan (mesh size) dipasang kantong tambahan yang disebut cover net.
Cover net terbuat dari bahan waring ukuran mata 3 mm dengan panjang
keseluruhan 75 meter. Pemasangan cover net dibuat pada samping kiri, kanan dan
atas badan bubu sehingga ikan yang meloloskan diri dapat tertahan di dalam cover
net. Konstruksi cover net pada samping kiri, kanan dan atas badan bubu
berdasarkan tingkah laku ikan saat berada dalam bubu. Ikan akan mencari jalan
keluar dengan cara menabrak dinding-dinding bubu baik ke samping maupun ke

35
atas sehingga peluang ikan saat meloloskan diri akan semakin besar. Konstruksi
cover net pada bubu disajikan pada Gambar dibawah ini.

Gambar 14. Kontruksi Cover Net Atau Jaring Penutup Bubu

Gambar 15. Bubu Tanpa Cover Net Dan Bubu Yang Dilengkapi Dengan
Cover Net

36
PRAKTEK II
MENGGAMBAR KONTRUKSI HASIL IDENTIFIKASI
(Pertemuan ke-4, 5 dan 6)

LANGKAH 3.

Penggambaran Kontruksi Alat Tangkap

Penggambaran kontruksi alat tangkap jaring insang yang dijadikan sampel dibuat
berdasarkan data tabel hasil pengukuran yang disesuaikan.

Menggambar menggunakan Microsoft Word 2010

1. Cari tool Insert kemudian tekan tombol shapes

2. Pilih gambar sesuai bentuk alat tangkap yang ingin digambar

37
3. Sebagai contoh menggambar jaring insang maka pilihlah bentuk persegi
panjang

4. Buat jaring dengan cara klik kanan pada gambar pesegi panjang dan klik
format shape

Contoh Hasilnya :

5. Untuk pembuatan tali, pelampung pemberat dan bagian alat yang lainnya
silahkan cari gambar sesuai bentuk yang diinginkan

38
6. Setelah itu rapikan gambar bagian-bagian alat tangkapnya
7. Untuk menyatukan gambar tekan secara bersamaan gambar yang mau
disatukan/ digabungkan kemudian tekan tombol Group

8. Beri keterangan-keterangan pada bagian gambar kontruksi


9. Untuk merapikan dan mempercantik hasil gambar alat tangkap, sebaiknya
menggunakan corel draw dan photoshop

39
LANGKAH 4.

Pemasukkan Data ke Data Sheet

DATA SHEET

Name of gear :
Type :
Country :
Locality :
Reference :
Main species caught :
Fishing condition :
Vessel :
LOA :
Gross Tonage :
Horse Power :
Crew :

WEBBING A
Material
Type of knot
Preservation
Colour
Twine size
Breaking streng
(kg)
Strected mesh mm
Upper edge
Lower edge
Depth (mata)
Baiting rate
Take up
Selvadge
Hanging ratio

LINES, ROPE B c d e f g
Material
Preservation
Circum referencom
Diameter mm
Breaking streng kg
Construction
Lay
Lenght m

40
FLOAT,
SINGKER h i j k
Number
Material
Shape
Diameter mm
Lenght m
Static buoyancy kgf Reference:
weight on air gf
weight submerged

Data sheet diisi berdasarkan tabel data hasil pengukuran dan gambar kontruksi
alat tangkap yang dijadikan sampel berdasarkan (Sadhori, 1985).
 Mulailah dengan mengisi komponen webbing. Beri inisial “ a “ untuk webbing
(sesuai dengan keterangan pada gambar kontruksi). Isikan ukuran (data)
dengan berpedoman pada tabel hasil pengukuran.
 Lanjutkan pada tali pelampung dengan inisial “ b “ (sesuai ukuran (data)
dengan berpedoman pada hasil pengukuran.
 Lanjutkan untuk komponen yang lain seperti diatas
 Untuk komponen terakhir tentunya “ peluntang “ dengan inisial “ k “

41
LANGKAH 5.

Pembuatan Desain Alat Tangkap

Berpedoman kepada data sheet dan tabel data hasil pengukuran alat
tangkap dibuat desain alat tangkapnya. Pembuatan desain langkahnya sama
dengan penggambaran kontruksi. Akan tetapi tampilannya berbeda. Perhatikan
gambar.

Gambar 16. Desain Jaring Insang (Isaniah et al, 2013)

 Pertama gambarlah komponen jarring / webbing


 Tempatkan symbol jarring, ukuran, jenis simpul (singkatan saja), jumlah
mata kesamping dan kebawah (ML dan MD)
 Gambarlah tali ris atas dan bawah, diatas dan bawah komponen jaring
 Tempatkan jenis bahan, symbol diameter dan symbol pilinan
 Gambarkan pemberat bantu (tambahan). Terakan datanya
 Jangan lupa menempatkan identitas gambar dan keterangan

42
PRAKTEK III
ANALISIS ALAT PENANGKAPAN IKAN
(Pertemuan ke 8)

LANGKAH 6.

Analisis dengan Formula

Setelah digambar desain alat tangkap yang dijadikan sampel kemudian dilakukan
pengujian dengan formula. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan
dan kelebihan alat tangkap yang telah dibuat/dipakai oleh nelayan.
Tahap pengujian dilalui sebagai berikut :

Rumus Perhitungan Analisis Dengan Formula :

 Panjang jaring saat direntang (Lo) dalam meter (m):


Lo = m1 x M
Dimana m1 : mesh size (mm)
M : jumlah mata menurut panjang jarring
Lo : Panjnag jarring saat direntang
Dalam jaring saat direntang (Ho) m1 x N
Diamana Ho : Dalam jaring saat direntang
N : Jumlah mata menurut dalam jaring

 Perhitungan terhadap hanging ratio primer (E1) dan hanging ratio sekunder
(E2) yang digunakan dengan rumus :

E1 =

E2 =
HR Primer = E1 + E2

Keterangan :

L : Panjang jaring tergantung/ ris atas (m)


L0 : Panjang jaring direntang tegang (m)
H :Tinggi jaring tergantung/ kedalaman (m)
H0 : tinggi jaring direntang tegang (m)

43
Dibandingkan HR Sekunder dengan rumus :
√ √ √ √

E1 = 0,00

E1 = 1,00
E2 = 0,00

E1 = 0,85

E2 = 1,00

E2 = 0,53

E1 = 0,33

E2 = 0,93 E1 = 0,71

E2 = 0,71

Gambar 17. Aneka bentuk jaring yang diakibatkan oleh rasio penggantungan
primer E1. (Puspito, 2009)

44
Berdasarkan Gambar 15, penentuan rasio penggantungan primer dan
sekunder (Puspito, 2009). didasarkan atas panjang atau tinggi total jaring.
Adapun pada Gambar 2-3, penentuan kedua rasio penggantungan dilakukan atas
satu mata jaring saja. Nilai yang harus diketahui sebelumnya adalah ukuran mata
jaring, lebar bukaan mata tergantung dan tinggi bukaan mata tergantung.
Hubungan antara rasio penggantungan primer E1 dan sekunder E2 dengan sudut
mata jaring  digambar dengan persamaan berikut.
⁄  ⁄ ⁄ ⁄
⁄  ⁄ ⁄ ⁄
Panjang sisi mata ms diukur antara 2 simpul, mw lebar mata tergantung
atau lebar bukaan mata tergantung, mh tinggi mata tergantung atau tinggi bukaan
mata tergantung, dan ml panjang mata. Hubungan kedua rasio penggantungan
dapat disederhanakan menggunakan persamaan berikut.

  .
Persamaan tersebut benar jika bentuk jaring datar dan rata, ukuran semua
mata sama dan susunan benangnya lurus. Selain rasio penggantungan, rasio
pengerutan S merupakan cara lain untuk membentuk jaring pada tali kerangka.
Rasio pengerutan dapat disederhakan dengan persamaan.

Nilai S sangat tergantung pada nilai E1. Jika nilai E1 besar, maka nilai S
berkurang dan begitu juga sebaliknya.

m
2
m

m
0
C
A

m
45
Gambar 18. Konstruksi Mata Jaring.
Panjang jaring terentang Lo dapat dihitung berdasarkan 1 mata jaring yang
tergantung. Untuk menghitungnya, nilai M atau jumlah mata ke arah horizontal
harus diketahui terlebih dahulu. Rumusnya adalah:
Lo = 2 ms M = ml M
Penentuan tinggi jaring terentang Ho juga dapat dilakukan dengan cara
yang sama, tetapi jumlah mata ke arah vertikal N harus diketahui lebih dahulu.
Perhitungannya memakai persamaan berikut.

Ho = 2 ms N = ml N
Untuk menghitung panjang tergantung L dan tinggi tergantung H, nilai
rasio penggantungan harus dimasukkan ke dalam persamaan penentuan Lo dan Ho.
Cara menghitungnya adalah:

L = 2 ms M E1 = ml M E1 dan
H = 2 ms N E2 = ml N E2
Untuk menentukan luas satu lembar jaring, maka ada 2 luas jaring yang
harus diketahui, yaitu luas semu Af dan luas kerja sebenarnya An. Luas semu
meliputi seluruh area yang tertutup panjang jaring terentang Lo dan tinggi jaring
terentang Ho. Rumusnya adalah:

Af = Lo Ho
Adapun luas kerja sebenarnya merupakan area yang tertutup oleh panjang
jaring tergantung L dan tinggi jaring tergantung H. Perhitungannya menggunakan
persamaan berikut.

An = L H
Dari seluruh persamaan di atas, koefisien penggunaan jaring Eu – yang
menjelaskan seberapa tepat penggunaan jaring pada pembuatan suatu alat
penangkap ikan – dapat dirancang. Persamaannya adalah:

⁄ ⁄
Koefisien pengunaan jaring sangat tergantung pada rasio penggantungan
primer E1. Datanya diberikan pada Tabel 2-1. Penggunaan jaring yang paling
ekonomis adalah jika rasio penggantungan primer E1 = 0,71. Nilai E1 ini akan
memberikan nilai rasio penggantungan sekunder yang sama.

46
Tabel 3. Nilai koefisien penggunaan jaring

Eu
E1
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09
0 0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060 0,070 0,080 0,090
0,1 0,099 0,109 0,119 0,129 0,139 0,148 0,158 0,168 0,177 0,187
0,2 0,196 0,205 0,215 0,224 0,233 0,242 0,251 0,260 0,269 0,278
0,3 0,286 0,295 0,303 0,312 0,320 0,328 0,336 0,344 0,351 0,359
0,4 0,367 0,374 0,381 0,388 0,395 0,402 0,408 0,415 0,421 0,427
0,5 0,433 0,439 0,444 0,449 0,454 0,459 0,464 0,468 0,472 0,476
0,6 0,480 0,483 0,486 0,489 0,492 0,494 0,496 0,497 0,499 0,499
0,7 0,500 0,500 0,500 0,499 0,498 0,496 0,494 0,491 0,488 0,484
0,8 0,480 0,475 0,469 0,463 0,456 0,448 0,439 0,429 0,418 0,406
0,9 0,392 0,377 0,361 0,342 0,321 0,297 0,269 0,236 0,195 0,140

 Shortening (Pemendekan) yang digunakan dibandingkan dengan teori

S (%) = (Sadhori, 1985)

Dimana S : Shortening (%)


L : Panjang jaring dalam tarikan tegang (m)
I : Panjang tali ris atas

 Arah pintalan tali temali yang digunakan dibandingkan dengan teori yang
berlaku (Sadhori, 1985). Arah pintalan pada tali ris atas dan bawah yang
digunakan pada sampel jarring insang adalah Z (pintalan kiri), begitu juga
pada tali pelampung dan tali pemberat menggunakan pintalan Z (pintalan
kiri). Hal ini tidak sesuai dengan (Sadhori, 1985) yang menyatakan arah
pintalan sebaiknya berlawanan yaiyu S-Z atau sebaliknya Z-S.

 Faktor seleksi mata jaring dianalisa dengan rumus :


Km =

Dimana Km : faktor seleksi mata jarring


L1 : Panjang ikan yang sering tertangkap (mm)
m1 : mesh size jaring (mm)

untuk menentukan ukuran mata jarring ideal digunakan rumus :


m0 : Kg x G = 0,4 x 75 = 30 mm

47
Dimana m0 : bukaan mata (mm)
Kg : nilai untuk bentuk tubuh ikan ikan 0,4 (Fridman, 1986)
G : lingkar tutup insang (mm)

Seleksi mata jarring dari mesh size ideal dicar dengan rumus :
Km =

Dimana Km : factor seleksi mata jarring


L1 : Panjang ikan yang sering tertangkap (mm)
M0 : bukaan mata (mm)

Penampang melintang badan ikan

Mata jaring

Gambar 19. Ilustrasi Posisi Ikan memasuki Mata Jaring

Mata jaring insang memerlukan beberapa persyaratan agar dapat menjerat


ikan. Beberapa diantaranya adalah kuat, lentur dan elastisitas. Syarat ini
diperlukan agar ikan yang telah terjerat tidak dapat meloloskan diri. Satu syarat
lain yang paling utama adalah ukuran dan bentuk mata jaring harus disesuaikan
dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Ukuran mata jaring yang terlalu besar
akan meloloskan ikan. Adapun ukuran mata jaring yang terlalu kecil akan
membuat ikan hanya menabrak dan selanjutnya meloloskan diri (Puspito, 2009).
Ukuran mata jaring yang ideal adalah jika mata jaring dapat menjerat
bagian keliling terbesar badan ikan. Posisi ini biasanya terdapat di depan sirip
punggung ikan. Untuk memudahkan perhitungan, maka keliling mata jaring sama
dengan keliling bagian terbesar penampang melintang badan ikan. Ini sebenarnya
bukan persyaratan mutlak, karena ukuran mata jaring yang kurang dari keliling
terbesar badan ikan juga dapat menjerat ikan. Penyebabnya, ikan memiliki insang
yang bergerak menutup dan membuka. Ketika ikan menerobos mata jaring, ikan
tidak dapat melepaskan diri dari jaring karena insangnya terjerat benang jaring.
Pada Gambar 2-1 diperlihatkan posisi ikan yang terjerat dan penampang
melintang badan ikan pada mata jaring (Puspito, 2009).

 Gaya-Gaya Pada Alat Penangkapan Ikan


Alat penangkapan ikan dipengaruhi oleh beberapa gaya baik gaya internal
maupun eksternal. Gaya internal merupakan gaya yang dihasilkan dari alat
tangkap itu sendiri, seperti gaya apung, gaya berat, serta komponennya. Gaya

48
eksternal yaitu gaya dari luar alat tangkap seperti: gaya gravitasi, gaya hidrostatik,
gaya hidrodinamik, gaya gesek, dan gaya yang disebabkan oleh ikan, tarikan atau
dorongan (Puspito, 2009).
Sebuah alat penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya tersebut,
salah satunyamenentukan performance dari alat penangkapan ikan. Apabila gaya-
gaya pada suatu alat penangkapan ikan tidak bekerja secara optimal dan maksimal
akan mengurangi tingkat keberhasilan suatu proses penangkapan ikan. Maka dari
itu dengan memperhitungkan gaya-gaya pada alat penangkapan ikan sangat
diperlukan untuk meningkatkan performance dari alat penangkapan ikan yang
baru atau pun modifikasi.Pengaruh gaya internal dan eksternal berlaku pada
semua alat penangkapan ikan. Salah satu alat tangkap yang akan dibahas pada
paper ini yaitu gillnet, sehingga dapat mempermudah pemahaman tentang gaya
internal dan eksternal.

Gaya Internal
Gaya internal merupakan gaya yang dihasilkan dari alat tangkap itu
sendiri, seperti gaya apung, gaya berat, serta komponennya.Gaya apung adalah
resultan gaya atau gaya total yang arahnya ke atas yang dikerjakkan oleh fluida
pada suatu benda ketika benda berada di dalam fluida tersebut. Fluida adalah zat
yang dapat mengalir, misalnya udara dan air.Rumus menghitung gaya apung :

Gaya apung (B) :

Gaya berat suatu benda adalah besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada
benda tersebut. Berat benda sangat dipengaruhi oleh kuat medan gravitasi dimana
benda itu berada. Satuan yang digunakan untuk menyatakan berat adalah Newton
(N). Orang terkadang tidak bisa membedakan antara massa dan berat padahal
kedua besaran itu tidaklah sama. Massa merupakan besaran skalar yang hanya
memiliki nilai, sedangkan berat adalah besaran vektor yang memiliki nilai dan
arah. Satuan untuk massa adalah kilogram (kg), sedangkan satuan untuk berat
adalah Newton (N). Rumus menghitung gaya tenggelam:

Gaya tenggelam (Sf) :

Rumus menghitung gaya berat jaring :

Berat Jaring (W) : W = H x L x Rtex / 1000 x K

Dimana: W= berat jaring (N), H= jumlah baris simpul pada tinggi jaring ( 2x
jumlah mata jaring ), L= panjang jaring dalam keadaan tegang ( m ), Rtex =
ukuran benang jaring dan K= faktor pembetulan/koreksi simpul sesuai dengan
berat simpulnya. (Dremiere, 1996).

49
Tabel 4. Daftar massa jenis beberapa bahan alat penangkapan ikan
No Jenis Bahan Massa Jenis Bahan (kgf.m3)
1 Polyamide 1140
2 Polyester 1380
3 Polyethylene 950
4 Bentuk Plastik 120 – 180
5 Cork (gabus) 250
6 Timah hitam 11300
7 Besi; Baja 7400
8 Batu 2700
9 Air Tawar 1000
10 Air Laut 2200
Sumber: (Najamudddin, 2012)

Gaya Eksternal
a. Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi merupakan gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua
partikel yang mempunyai massa di bumi. Pada alat penangkapan ikan berbahan
jaring yang sedang beroperasi, gaya ini dapat menyebar ke seluruh permukaan
jaring dan tali kerangka atau bisa juga terpusat pada titik-titik yang terletak sebuah
benda misalnya pelampung atau pemberat. Arah dari gaya ini selalu bekerja ke
bawah.Penghitungan gaya gravitasi yang bekerja pada alat penangkapan ikan
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : W= Gaya gratvitasi (kgf), ᵧ= Berat jenis benda (kgf/m3), V= Volume


Benda (m3), dan Untuk nilai ᵧ(Berat Jenis) tergantung dari berat jenis materi yang
digunakan.

b. Gaya Hidrostatik
Gaya hidrostatik adalah gaya yang terdapat pada fluida yang diam (tidak
mengalir). Gaya hidrostatik bekerja seperti gaya gravitasi yaitu menyebar ke
seluruh permukaan jaring dan tali kerangka atau terpusat pada titik-titik yang
terletak suatu benda namun arah kerja gaya ini berbeda dengan gravitasi yaitu
mempunyai arah gaya yang selalu ke atas. Adapun perhitungan gaya ini dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:B= Gaya hidrostatik (kgf), ᵧw = Berat jenis air (kgf/m3) dan V =


Volume Benda (m3).

50
Gaya hidrostatik saling berpengaruh dengan gaya gravitasi karena dapat
menyebabkan alat penangkapan ikan tenggelam atau terapung. Nilai gaya
hidrostatik bisa sama, lebih kecil atau lebih besar dari gaya gravitasi. Perbandingan nilai kedua
gaya tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut:
Q = W-B
Apabila Q bernilai positif (+) maka benda tersebut akan terbenam
namun jika Q bernilai negatif (-) maka benda akan terapung. Perhitungan berat
benda (terbenam atau terapung) akan menggunakan rumus lain apabila berat suatu benda di
udara telah diketahui yaitu dengan menggunakan:
Q = Eᵧ x W
Keterangan : Q = Berat dari suatu benda (kgf), W = Berat benda di udara (kgf), Eᵧ=
Koefisien gaya apung atau tenggelam suatu benda Nilai Eᵧ= ᵧw/ᵧ

c. Gaya Hidrodinamik
Gaya hidrodinamika pada suatu alat penangkap ikan timbul dari
pergerakan alat penangkap ikan di dalam air atau pergerakan air melalui alat
penangkap ikan. Gaya tersebut awalnya dari tekanan yang dibutuhkan untuk
mengalihkan air di sekitar komponen pada alat tangkap.

R = C x q x At
q = ρV2 / 2
Keterangan:
R =Gaya atau tahanan air yang diukur (kgf), C = Koefisien hidrodinamik, q =
tekanan hidrodinamik (kgf/m2), At = luas penampang frontal benang jarring =
panjang x diameter (m2), ρ = densitas air (100 kgf det2/m4 untuk air tawar; 105 kgf
det2/m4 untuk air laut) dan V = kecepatan alat dalam air atau kecepatan air
melewati alat (m/det).

Gambar 20. Gaya Hidrodinamika

51
 Gaya akibat arus
Kawakmi 1964 dalam Wheaton (1977) mengembangkan persamaan
untukmenjelaskan beban yang diterima oleh jaring akibat arus pada jaring sebagai
berikut :

Dimana :Fc = gaya yang bekerja pada jaring akibat arus (N), Cd = coeficient drag
dari mata jarring, ρ = densitas air laut (kg/m3), V = kecepatan arus (m/det), A =
luas proyeksi jaring = 2ad (m2), a = mesh size jaring (m), d = diamater benang
atau tali (m).
Coeficient drag akibat arus dapat dihitung (Milne, 1970) sebagai berikut :
Untuk jaring bersimpul :
Cd = 1 + 3,77 (d/a) + 9,37 (d/a)2
Untuk jaring tidak bersimpul :
Cd = 1 + 2,73 (d/a) + 3,12 (d/a)2
 Gaya akibat gelombang
Tomura dan Yamada (1963 dalam Milne, 1970) mengemukakan persamaan
hubungan antara gaya horizontal dan vertikal pada struktur jaring akibat
gelombang, sebagai berikut :

Dimana :Fh = gaya horizontal (N), Fv= gaya vertikal (N), Vh = maksimum
kecepatan horizontal partikel air pada gelombang (m/det), dan Vv = maksimum
kecepatan vertikal partikel air pada gelombang (m/det).
d. Gaya Gesek
Ada dua macam gesekan, pertama gesekan statis yaitu gesekan
menggeser bila benda berhenti atau bergerak dalam bersentuhan dengan
permukaan yang lain, contohnya yaitu pemberat yang ada di alat penangkapan
ikan dengan jaring.
Besarnya tahanan gesek akibat gaya gesekan alat penangkapan ikan
dengan dasar perairan sangat bergantung pada berat benda dan luasan permukaan
yang bersentuhan dengan dasar perairan. Untuk perhitungan tahanan gesek statis
atau menggeser dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :
Rg= tahanan karena pengaruh dasar (kgf), Kg = koefisien empiris pengaruh
dasardanWw = berat benda dalam air (kg).

52
Rumus besarnya tahanan gesek menggelinding (tahanan gelinding) adalah sebagai
berikut :

Dimana :
Rg= Tahanan gesek permukaan dasar jika bobin di tarik dan berputar, Er=
Koefisien gelinding dan Rb = Tahanan pemberat (kgf).
e. Gaya yang Disebabkan oleh Ikan (Dorongan atau Tarikan)
Ikan dapat menimbulkan berbagai gaya yang mempengaruhi penampilan
alat. Gaya eksternal lain yang bekerja pada alat penangkapan ikan adalah gaya
yang disebabkan oleh ikan yang tertangkap. Pada saat ikan tertangkap alat
penangkapan ikan, ikan tersebut akan berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan
alat penangkapan ikan, usaha tersebut dapat berupa gaya dorong maupun gaya
tarik tergantung dari alat penangkapan ikan yang digunakan. Misalkan pada alat
penangkapan ikan yang berupa jaring, ikan yang tertangkap akan mencoba
meloloskan diri dengan mendorong jaring, hal ini akan berbeda pada alat
penangkapan ikan pancing, ikan akan menarik tali pancing untuk meloloskan diri.
Baik gaya dorong maupun gaya tarik yang disebabkan ikan akan sangat
berpengaruh pada tampilan alat penangkapan ikan ketika beroperasi. Untuk
tekanan dorong ikan dapat di formulasikan sebagai berikut :

Ft =

Dimana :Ft = Tekanan dorong ikan, Kf= Koefisien empiris yang mempunyai
nilai 0.5 – 1.0, Wf= Berat ikan di dalam air (kgf) dan L= Panjang ikan (m)
Besarnya gaya dinamis yang dibutuhkan akibat energi kinetis ikan yang
meronta untuk melepaskan diri dari alat penangkapan ikan dirumuskan:

Fk =

Dimana :
Fk = Gaya dinamis, Wf= Berat ikan di dalam air (kgf), V= Kecepatan renang
maksimum ikan (m/det), g= Gravitasi (m/det) dan e= Tegangan maksimum elastis
alat penangkapan ikan.

53
Gambar 21. Gaya Dorongan dan Tarikan Ikan Saat Terjerat

Aplikasi Gaya-Gaya yang Bekerja Pada Alat Tangkap (ex.Gillnet)


Gaya internal yang terjadi pada alat tangkap gillnet yaitu gaya apung, gaya
tenggelam, gaya berat jaring dan gaya dari komponennya (webbing, tali-temali,
pelampung dan pemberat). Agar lebih jelas dapat dilihat bahan-bahan alat tangkap
gillnet pada desain dibawah ini:

Gambar 22. Desain Alat Tangkap Gillnet

54
Gaya eksternal yang bekerja pada alat tangkap gillnet yaitu gaya gravitasi,
gaya hidrostatik, gaya hidrodinamik, gaya gesek, dan gaya yang disebabkan oleh
ikan (tarikan atau dorongan). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:

Gambar 23. Gaya Eksternal yang Bekerja Pada Alat Tangkap Gillnet

55
PRAKTEK IV
UJI COBA PERAKITAN ALAT PENANGKAPAN IKAN
(Pertemuan ke 9 dan 10)

Pada pertemuan kali ini mahasiswa akan membuat atau merakit sebuah
kontruksi alat penangkapan ikan. Praktikum ini adalah penerapan dari
praktikum-praktikum sebelumnya, sehingga diharapkan mahasiswa mampu
merancang bangun sebuah alat penangkapan ikan.
Prosedur Kerja:

 Siapkan alat dan bahan pembuatan alat penangkapan ikan, yang telah
disiapkan seminggu sebelum praktek
 Buatlah alat penangkapan ikan dengan sebaik mungkin, sehingga
mendapatkan hasil tangkapan yang memuaskan.
Lihatlah beberapa contoh pembuatan alat penangkapan ikan dibawah ini :

Gambar 20. Perakitan Alat Tangkap Jaring Insang

Gambar 21. Perakitan Alat Tangkap Bubu Lipat

56
Gambar 22. Perakitan Alat Tangkap Rawai

Gambar 23. Perakitan Kantong Alat Tangkap Trawl

57
DAFTAR BACAAN :

Fridman, AAL. 1986. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan.


Diterjemahkan Oleh Team BPPI Semarang.Bagian Proyek
Pengembangan.Teknik Penangkapan Ikan. Balai Pengembangan Ikan,
Semarang. 304 hal.
Puspito, G. 2009. Gaya gaya eksternal pada alat penangkap ikan. Departemen
PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Hehanussa et al, 2017. Selektivitas dan Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat
Tangkap Bubu di Perairan Desa Wakal Kabupaten Maluku Tengah. [Thesis]
Departemen PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. 90 Hal.
Isnaniah et al, 2013.Identifikasi Dan Analisis Alat Tangkap Jarring Kurau Yang
Digunakan Nelayan Di Perairan Kabupaten Bengkalis. Jurnal Terubuk 41
(2): 32-39.
J.Prado P.Y Dremiere, 1996. Petunjuk Praktis untuk Nelayan “Fishermens work
Book”
Kholis, M.N., Wahju, R.I., & Mustaruddin. (2017a). Seleksi Unit Teknologi
Penangkapan Ikan Kurau (Eleutheronema tetradactylum) yang Unggulan
dan Berkelanjutan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 9(2): 521-
535.
Kholis, M.N., Wahju, R.I., & Mustaruddin. (2017b). Keragaan Aspek Teknis Unit
Teknologi Penangkapan Ikan Kurau di Pambang Pesisir Kabupaten
Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 8(1):
67-73.
Najamuddin, 2012. Buku Ajar Rancang Bangun Alat Penagkapan Ikan. Jurusan
PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin,
Makassar. 144 hal.
Nomura. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation
Agency.Tokyo
Sadhori, NS. 1985. Keterampilan Perikanan, Teknik Penangkapan Ikan, Cetakan
Ke-1. Angkasa Bandung. 176 Hal.
Syofyan I. et al, 2013. Penuntun Praktikum Rancangan Alat Penangkapan Ikan.
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Universitas Riau, 31 Hal.

58
Format Laporan

LAPORAN PRAKTIKUM
RANCANG BANGUN ALAT PENANGKAPAN IKAN

Judul: [Topik + buat judul sesuai tema praktikum]

Nama: [Nama Lengkap]


NPM:

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS MUARA BUNGO
2020
59
[Huruf: Times New Roman 12 pt]
[Spasi: 1.5, kecuali tabel dan judul tabel atau gambar dengan spasi: 1]

Judul:
[Topik + buat judul sesuai tema praktikum]

Pendahuluan
[Berisi tentang latar belakang praktikum (dilengkapi dengan pustaka yang
menunjang) dan tujuan dari praktikum]

Bahan dan Metode


[Berisi tentang waktu dan tempat pelaksanaan praktikum dan detail metode yang
serta analisis yang digunakan]

Hasil
[Hasil praktikum, meliputi (i) hasil kelompok dan (ii) hasil kompilasi dari
keseluruhan kelompok. Disebutkan nama-nama anggota kelompok. Lengkapi
dengan tabel dan gambar sesuai dengan petunjuk dalam praktikum. Bila
diperlukan juga bisa diberikan lampiran data mentah. Di dalam hasil, hanya
mendiskripsikan data hasil pengamatan, bukan melakukan pembahasan.]

Pembahasan
[Membahas hasil, meliputi hasil kelompok dan hasil kompilasi keseluruhan
kelompok. Bahas secara spesifik kemudian diperluas sesuai dengan topic dari
praktikum. Pembahasan harus disertai dengan pustaka yang menunjang.]

Daftar Pustaka
[Sesuai dengan format penulisan pustaka UMB]

Lampiran
[Wajib melampirkan foto-foto kegiatan praktikum]

60

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai