Anda di halaman 1dari 94

MODUL PRAKTIKUM

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan
penelitian ilmu pengetahuan;
iii. penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan
pengajaran, kecuali pertunjukan dan fonogram yang telah dilakukan pengumuman
sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan
tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
MODUL PRAKTIKUM

dr. Ziske Maritska, M.Si., Med.


Sri Nita, S.Si., M.Si.
Dra. Lusia Hayati, M.Sc.
Drs. Joko Marwoto, M.S.
dr. Rachmat Hidayat, M.Sc.
Septi Purnamasari, S.S.T, M.Biomed.
Rara Inggarsih, S.S.T, M.Kes.
Dr. Triwani, M.Kes.
Dr. Nyayu Fauziah, M.Kes.
MODUL PRAKTIKUM BIOLOGI KEDOKTERAN

dr. Ziske Maritska, M.Si., Med., dkk.

Editor:
Tiya Arika Marlin

Desainer:
Mifta Ardila

Sumber Gambar Kover:


Freepik.com

Penata Letak:
Tiya Arika Marlin

Proofreader:
Tim ICM

Ukuran:
viii, 86 hlm., 15,5x23 cm

ISBN:

Cetakan Pertama:
Desember 2021

Hak Cipta 2021, dr. Ziske Maritska, M.Si., Med., dkk.


Isi di luar tanggung jawab penerbitan dan percetakan

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.

Anggota IKAPI: 020/SBA/20

PENERBIT INSAN CENDEKIA MANDIRI


(Grup Penerbitan PT INSAN CENDEKIA MANDIRI)

Perumahan Gardena Maisa, Blok F03, Nagari Koto Baru,


Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok
Provinsi Sumatra Barat – Indonesia 27361
HP/WA: 0813-7272-5118
Website: www.insancendekiamandiri.co.id
www.insancendekiamandiri.com
E-mail: insancendekiamandirigroup@gmail.com
Daftar Isi
Prakata # vii
Tata Tertib Praktikum # 1
Materi Praktikum # 3
Pengantar # 5
Alat dan Bahan Praktikum # 5
Pengenalan, Cara Penggunaan, dan Pemeliharaan
Mikroskop # 7

Praktikum 1: Pengamatan Mikroskopis Morfologi Sel # 15


Praktikum 2: Pengamatan Mikroskopis Mitosis Akar
Bawang # 23
Praktikum 3: Mikroskopis Embrio Ayam # 29
Praktikum 4: Mikroskopis Spermatogenesis # 37
Praktikum 5: Mikroskopis Oogenesis # 45
Praktikum 6: Pembuatan Pedigree # 51
Praktikum 7: Analisis Dermatogifli # 55
Praktikum 8: Penyusunan Kariotipe # 65
Praktikum 9: Analisis Seks Kromatin # 69

|v
Lampiran Format Laporan Praktikum # 75
Tentang Penulis # 85

vi | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Prakata
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas kemudahan dan keberkahan yang diberikan sehingga
tim penulis bisa menyelesaikan Modul Praktikum Biologi
Kedokteran untuk mahasiswa program studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penyusunan Modul
Praktikum Biologi Kedokteran ini bertujuan untuk membantu
para mahasiswa dalam memahami materi praktikum Biologi
Kedokteran pun dalam pelaksanaannya.
Tim penulis mengucapkan terima kasih terhadap banyak
pihak yang turut membantu dalam penulisan Modul Praktikum
Biologi Kedokteran. Tim penulis juga membuka diri terhadap
masukan untuk penyempurnaan Modul Praktikum Biologi
Kedokteran ini ke depannya. Akhir kata, tim penulis berharap
semoga Modul Praktikum Biologi Kedokteran ini dapat
menunjang aktivitas belajar-mengajar program studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, dan mem-
bantu mahasiswa dalam memahami secara holistik materi
pembelajaran Biologi Kedokteran.
Palembang, 2021

Tim Penulis

| vii
viii | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. TATA TERTIB PRAKTIKUM LUAR JARINGAN (LURING)


1. Sebelum menjalani praktikum, mahasiswa harus sudah
mempelajari materi yang akan dipraktikkan.
2. Sepuluh menit sebelum praktikum dimulai mahasiswa sudah
siap berada di laboratorium.
3. Selama praktikum mahasiswa harus memakai baju praktikum
lengkap dengan tanda pengenal.
4. Mahasiswa harus memperhatikan semua keterangan yang
diberikan pembimbing praktikum.
5. Sebelum dan sesudah selesai praktikum, mahasiswa harus
memperhatikan kelengkapan dan kebersihan semua peralatan
yang dipergunakan. Jika ada yang rusak atau hilang, supaya
segera dilaporkan dan mempertanggungjawabkannya.
6. Setiap kali praktikum diadakan, harus membawa peralatan
yang diperlukan seperti: Buku laporan, alat tulis, serta per-
lengkapan yang diinstruksikan.
7. Laporan dibuat di buku praktikum yang selama praktikum
disimpan di laboratorium.
8. Tidak diperkenankan membawa peralatan/buku selain yang
dipergunakan untuk kelengkapan praktikum.

|1
9. Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai, mahasiswa
diperkenankan mengikuti ujian praktikum.
10. Apabila terdapat tambahan berkaitan dengan tata tertib ini
akan diinstruksikan pada saat praktikum.
11. Bagi yang tidak mengikuti tata tertib ini tidak diperkenankan
mengikuti ujian praktikum, sekaligus tidak diberikan nilai.

B. TATA TERTIB PRAKTIKUM DALAM JARINGAN (DARING)


1. Sebelum menjalani praktikum, mahasiswa harus sudah
mempelajari materi yang akan dipraktikkan.
2. Sepuluh menit sebelum praktikum dimulai mahasiswa sudah
siap berada di zoom room.
3. Selama praktikum mahasiswa harus memakai baju
praktikum, menghidupkan kamera, dan mematikan mikrofon.
4. Mahasiswa harus memperhatikan semua keterangan yang
diberikan pembimbing praktikum.
5. Mahasiswa wajib membuat dan mengumpulkan laporan
maupun tugas praktikum sesuai instruksi pembimbing.
6. Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai, mahasiswa
diperkenankan mengikuti post-test praktikum.
7. Apabila terdapat tambahan berkaitan dengan tata tertib ini
akan diinstruksikan pada saat praktikum.
8. Bagi yang tidak mengikuti tata tertib ini tidak diperkenankan
mengikuti post-test, sekaligus tidak diberikan nilai.

2 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


MATERI PRAKTIKUM

1. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop.


2. Pengamatan Mikroskopis Morfologi Sel.
3. Pengamatan Mikroskopis Mitosis Akar Bawang.
4. Pengamatan Mikroskopis Embrio Ayam.
5. Pengamatan Mikroskopis Spermatogenesis.
6. Pengamatan Mikroskopis Oogenesis.
7. Pembuatan Pedigree.
8. Analisis Dermatoglifi.
9. Penyusunan Kariotipe.
10. Analisis Seks Kromatin.

|3
4 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
PENGANTAR

A. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan selama pelaksa-
naan Praktikum Biologi Kedokteran:
1. Mikroskop.
2. Tongue spatula.
3. Aquadest.
4. Alkohol 96% dan 70%.
5. Methanol.
6. Giemsa stain.
7. Gelas objek.
8. Preparat sel umbi lapis bawang, sel Mucosa buccalis, sel
Cuboid Ren Rana, sel Columner pada intestinum Rana, sel
Torak bersilia pada Oviduct Rana.
9. Preparat ujung akar bawang.
10. Preparat embrio ayam 24, 48 dan 72 jam.
11. Preparat testis rana dan rat.
12. Preparat ovarium rana dan rat.
13. Tinta stempel.
14. Bantalan stempel.
15. Lup.
16. Penggaris.

|5
17. Kalkulator.
18. Lembar foto sediaan kromosom.
19. Lem kertas.
20. Pensil bewarna (disediakan oleh mahasiswa).
21. Buku praktikum.

Beberapa peralatan tambahan yang sering dipergunakan


dalam praktikum:
1. Gelas benda (object glass)
Merupakan sepotong gelas bangun persegi panjang
yang umumnya berukuran 25 x 75, tempat menaruh sediaan.
2. Gelas penutup (deck glass)
Merupakan gelas tipis, berbentuk bujur sangkar, dengan
variasi ukuran 18, 20, 22 atau 24 mm. Berguna untuk menu-
tup sediaan di atas gelas benda, agar lensa objektif tidak
menyentuh sediaan.
3. Bak paraffin, dipergunakan untuk memfiksasi sediaan
(preparat rana, mencit atau rat), pada waktu mengadakan
seksio.

6 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


B. PENGENALAN, CARA PENGGUNAAN, DAN PEMELIHARAAN
MIKROSKOP
1. Pengenalan Mikroskop
Mikroskop merupakan alat yang paling sering diper-
gunakan dalam praktikum ini, merupakan alat optik yang
tersusun atas rangkaian lensa-lensa dan berguna untuk
memberikan bayangan terlihat besar. Berikut adalah bagian-
bagian mikroskop:
a. Statip
Berupa bagian pokok pendukung sistem yang terdiri
kaki, tiang, dan posisinya bisa digerakkan.
b. Meja Benda
Meja benda berfungsi untuk meletakkan sediaan
yang akan dilihat. Model meja benda sangat variatif, ada
yang bisa digerakkan ada yang statis. Lubang pada meja
benda berfungsi untuk meneruskan sinar dari bawah meja
benda.
c. Sekrup Penggerak Sediaan
Sekrup penggerak sediaan berjumlah 2 buah, terletak
di samping meja benda atau di bawahnya, berguna untuk
mengerakkan meja ke kanan-kiri atau ke depan belakang.
Pada saat menggerakkan meja untuk menempatkan
preparat pada posisi yang dikehendaki, perhatikan skala di

Pengantar | 7
bagian pinggir meja untuk menentukan koordinat lokasi
preparat.
d. Sekrup Pengatur Jarak Teropong
Sekrup pengatur jarak teropong berfungsi mengatur
jarak antara teropong dengan sediaan, berjumlah 2,
terletak pada tiang atau pada tangkai. Sekrup besar
(makrometer) untuk menggerakkan meja benda dengan
cepat dan sekrup kecil (mikrometer) untuk menggerakkan
meja benda dengan lambat. Mikrometer sering bermanfaat
pada pemakaian pembesaran 1000 x.
e. Teropong
Teropong memiliki beberapa susunan lensa yang
terdiri dari:
1) Lensa Objektif
Berupa susunan lensa yang terdapat di bagian
bawah teropong, menghadap sediaan. Jumlahnya antara
2-5 buah terpasang pada revolver yang bisa digerakkan
sehingga posisi lensa objektif dapat diganti sesuai
keperluan. Lensa objektif mempunyai berbesaran yang
berbeda biasanya terdiri dari perbesaran 4, 10, 40 dan
100 kali. Objektif 40 untuk pengamatan perbesaran
sedang dan objektif 100 untuk perbesaran kuat (1000
x).

8 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


2) Lensa Okuler
Terdapat di bagian atas teropong, menghadap
mata. Perbesaranya bervariasi antara 5-15x, tetapi yang
sering dipakai adalah perbesaran 10x. Lensa okuler
berada lepas pada tabung okuler, jadi pada saat mem-
bawa mikroskop harus hati-hati, jangan sampai lensa
ini terlepas. Jumlah lensa okuler ada yang satu atau dua
(binokuler).
3) Buluh Teropong
Bagian mikroskop yang mendukung sehingga
sistem hubungan antara lensa objektif dan okuler bisa
tersalur. Posisi buluh teropong bisa lurus atau siku
(dilengkapi dengan cermin), pada buluh teropong juga
menempel revolver pengatur lensa objektif.
f. Alat Penerangan
Alat penerangan terdiri dari:
1) Cermin
Cermin berfungsi untuk mengatur sinar pada
mikroskop non-elektrik, biasanya terdiri atas 2 macam
cermin, datar dan cekung. Cermin datar untuk keadaan
terang dan cermin cekung untuk cahaya kurang terang.
Sumber cahaya dapat berupa sinar matahari atau lampu
elektrik, namun tidak dianjurkan menggunakan lampu

Pengantar | 9
secara langsung. Cermin dapat diputar ke segala arah,
sehingga fokus sinar dapat masuk pada lensa objektif.
2) Kaca Filter
Kaca filter merupakan gelas yang berwarna biru
atau hijau di bawah kondensor atau di atas cermin.
Filter berfungsi untuk mengurangi cahaya yang difokus-
kan lensa, sehingga preparat tampak jelas sesuai dengan
keinginan. Di samping itu filter juga mengurangi panas
yang sampai ke objek, hal ini sangat membantu apabila
menggunakan preparat segar (basah) yang harus
diamati dalam waktu yang lama.
3) Diafragma
Diafragma merupakan bagian yang dapat menu-
tup dan membuka seperti pada tirai fotografi, berfungsi
mengatur cahaya yang masuk ke lensa. Tangkai menga-
tur diafragma biasanya terletak di dekat kondensor.
4) Kondensor
Kondensor adalah bagian yang terdiri dari sistem
lensa yang berfungsi untuk memfokuskan sinar. Tipe
kondensor ada yang bisa bergerak atau statis, posisinya
lurus di bawah lensa objektif.

10 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


2. Cara Penggunaan Mikroskop
Penggunaan mikroskop perlu memperhatikan beberapa
hal berikut:
a. Mencari bidang penglihatan, dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Mengarahkan buluh teropong pada pengamat.
2) Memilih lensa objektif dengan perbesaran lemah,
dengan memutar revolver, sehingga posisinya dapat
meneruskan sinar dari kondensor.
3) Membuka diafragma sesuai keperluan, biasanya dilebar-
kan terlebih dahulu.
4) Sambil damati, cermin kita gerak-gerakkan untuk
menangkap sinar yang masuk, sehingga diperoleh sinar
yang putih dan terang. Jika terdapat garis hitam di
bidang pandang, itu merupakan jarum penunjuk yang
diletakkan di lensa okuler, berfungsi untuk menunjuk-
kan objek pengamatan yang dikehendaki.
b. Mencari bayangan sediaan
1) Meja benda agak diturunkan (dengan memutar sekrup
penggerak).
2) Gelas objek dengan preparat ditaruh di atasnya dan
dijepit.
3) Sambil dilihat dari samping (langsung) objek diposisi-
kan di bawah lensa objektif.

Pengantar | 11
4) Meja benda dinaikkan perlahan-lahan, sehingga lensa
objektif dekat dengan sediaan (preparat). Jangan sampai
menggerakkan meja atau tabung tanpa memperhatikan
posisinya, sehingga kemungkinan pecahnya preparat
dapat dihindari.
5) Pengamatan melalui lensa dilakukan sambil mengatur
penggerak untuk mengatur posisi jarak bayangan yang
tepat, jika terlalu terang posisi kondensor bisa diturun-
kan atau memasang filter.
6) Jika bayangan sudah terlihat dengan jelas, kembali
mengatur posisi kondensor, filter, maupun diafragma,
sehingga bayangan yang kita kehendaki benar-benar
bersih dan terang. Sebagai catatan untuk setiap penga-
matan tertentu memerlukan posisi pengaturan sinar
yang bervariasi.
7) Jika ingin melakukan pengamatan dengan perbesaran
sampai 1000x (perbesaran kuat), perlu dilakukan
beberapa hal berikut:
a) Sambil dilihat di teropong, objek sediaan yang akan
dipebesar diposisikan di pusat bidang pandang.
b) Tanpa merubah sekrup penggerak objek, kita putar
revolver dan menggantikan lensa objektif dengan
ukuran yang lebih besar. Sampai di sini, disarankan
tidak lagi menggerakkan sekrup pengatur kasar

12 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


(cepat), hanya menggerakkan sekrup halus (lambat)
untuk memfokuskan bayangan.

3. Pemeliharaan Mikroskop
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pemeliharaan mikroskop, terutama setelah selesai penga-
matan antara lain:
a. Bersihkan kembali mikroskop, jangan membersihkan
bagian optik dengan kain karena dapat menyebabkan
adanya goresan yang merusak lensa. Bagian optik dibersih-
kan dengan “lens paper”.
b. Jika menggunakan lensa objektif 100x, maka sisa minyak
immersi yang menempel pada lensa dibersihkan dengan
kapas yang dibasahi xylol. Demikian pula sisa minyak
immersi pada preparat (awetan). Pembersihan lensa
jangan menggunakan alkohol, karena hal ini akan merusak
lensa.
c. Sebelum mikroskop dikembalikan ke tempat penyimpanan,
perlu diatur sebagai berikut:
1) Kondensor diturunkan maksimal.
2) Putar objektif lemah (10x) dalam posisi vertikal.
3) Turunkan tubus sampai objektif masuk ke dalam lubang
sediaan.

Pengantar | 13
4) Periksa kembali jangan sampai ada bagian mikroskop
yang tertinggal.

14 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


PRAKTIKUM 1
PENGAMATAN MIKROSKOPIS MORFOLOGI SEL

Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan sel menggunakan


mikroskop sekaligus untuk mengenal preparat atau sediaan
basah dan kering. Sediaan basah besifat sementara, dibuat dan
diamati secara langsung tanpa prosedur pengawetan sedangkan
sediaan kering dapat diamati berulang-ulang.

A. Sel pada Jaringan Epidermis Tumbuhan


Epidermis merupakan sebuah jaringan yang ada pada permu-
kaan luar tumbuhan, baik itu akar, batang, ataupun daun. Sel
pada jaringan epidermis ini memiliki bentuk yang pipih dan
berderet rapi sebanyak satu lapisan. Pada praktikum pengamat-
an mikroskopis morfologi sel epidermis tumbuhan, akan diguna-
kan sel epidermis umbi lapis bawang (Allium cepa).

Morfologi Sel Epidermis Umbi Lapis Bawang (Allium cepa)


Bahan yang diperlukan: Preparat sel epidermis umbi lapis
bawang (Allium cepa).
Sel umbi lapis bawang merupakan sel epidermis tumbuhan
yang mempunyai karateristik sesuai dengan sifat dan struktur sel

| 15
tumbuhan. Untuk dapat mengamati preparat dengan baik,
biasanya diberi zat warna, sehingga bagian penting akan terlihat
lebih jelas. Dinding sel, nukleus, dan organela akan menyerap zat
warna lebih kuat. Sehingga ini terlihat lebih gelap dibanding
sitoplasma. Dengan pembesaran lemah tampak deretan sel yang
tersusun rapi dengan bentuk polygonal atau persegi empat.
Sebenarnya setiap sel mempunyai bangunan tiga dimensi,
namun dilihat dengan mikroskop hanya tampak dua dimensi.
Matra tiga dimensi akan tampak jika mengamati sambil
menggerakkan mikrometer, akan terlihat bahwa saling
bergantian bagian-bagian yang tampak jelas dan yang lain kabur.
Hal ini sangat penting untuk memahami dan memfokuskan
objek pengamatan yang dikehendaki.
Dua bagian pokok yang terlihat jelas dalam setiap sel
adalah dinding sel serta nukleusnya. Namun jika diteliti lebih
lanjut akan tampak adanya bercak-bercak di sitoplasma, merupa-
kan organela sel. Salah satu organela yang penting adalah
kloroplas, tempat mensintesis karbohidrat. Bagian sel lain yan
spesifik pada sel tumbuhan adalah adanya vakuola yang
merupakan rongga yang terdapat di dalam sitoplasma, sering
bermanfaat untuk menyimpan hasil metabolit.

16 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


B. Sel pada Jaringan Epithelium Hewan
Epithelium adalah jaringan yang terdapat di bagian permukaan
dari suatu organ. Bentuk sel pada jaringan epithelium sangat
bervariasi, secara garis besar dapat dibedakan tiga bentuk dasar:
Pipih (squamosum), torak (columner), dan kubus (cuboid).
Berdasarkan struktur sel yang menyusun jaringan epithelium
dibedakan menjadi epithelium selapis (simplex), berlapis banyak
(complex), dan berlapis banyak semu (pseudocomplex). Beberapa
jenis epithelium menunjukan adanya spesifikasi, misalnya
dilengkapi dengan adanya cilia, atau dilengkapi dengan sel-sel
khusus yang dapat memproduksi mucin. Pada praktikum penga-
matan mikroskopis morfologi sel epithelium hewan, akan
digunakan sel epithelium selaput lendir pipi manusia (Mucosa
buccalis) dan sel epithelium ginjal dan oviduct katak/rana.

Morfologi Sel Epithelium Selaput Lendir Pipi (Mucosa


buccalis)
Bahan yang diperlukan: Preparat sel epithelium selaput
lendir pipi (Mucosa buccalis).
Jaringan paling permukaan dari lapisan dalam rongga
mulut berupa epithelium berlapis banyak pipih (epithelium
squamosum complex). Pengamatan sel ini akan terlihat adanya
bangunan sel yang bentuknya polygonal dengan lokasi inti
sentral. Membran tipis yang membatasi sel tidak sekuat (setebal)

Praktikum 1 | 17
sel tumbuhan, dalam pengamatan sering terlihat variasi bentuk
sel ini. Sitoplasma sel mengandung granula-granula, merupakan
organela sel. Jenis organela yang umum terdapat pada sel
hewan/manusia adalah adanya mitokondria sebagai alat
respirasi, atau tempat mengolah energi. Vakuola tidak menonjol
pada sel hewan, umumnya berukuran kecil. Jika kita memban-
dingkan sel tumbuhan dan sel hewan maka beberapa perbedaan
yang dapat dilihat antara lain: Dinding sel, lysosome. Organela
lainnya sebagian besar sama seperti retikulum endoplasma,
apparatus golgi, ribosom, dan komponen lainnya yang terdapat
di dalam nukleus.

Morfologi Sel Epithelium Kubus (Cuboid) pada Ren Rana


Bahan yang diperlukan: Preparat sel epithelium kubus
(Cuboid) pada Ren Rana.
Mengamati penampang melintang Ren akan terlihat
adanya bangunan bulat atau lonjong berwana bening, dengan
ukuran bervariasi. Jika diperhatikan dengan teliti akan terlihat
setiap banguan bulat tersebut dibatasi oleh sederatan sel-sel
epithelial yang berbentuk kubus (cuboid).
Bagian tersebut merupakan tubulus, pipa-pipa yang
menyalurkan urin. Karena banyaknya pipa-pipa tersebut,
sehingga dalam pengamatan sering menunjukkan variasi ukuran
maupun bentuk. Misalnya tubulus convulatus proximal di dekat

18 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


glomerulus, hanya disusun oleh 6-8 sel kubus, tapi pada tubulus
yang besar, jumlah sel kubid yang membatasinya bisa berjumlah
puluhan buah. Pada saat pengamatan jaringan ren, banyak
terlihat bangunan gelap pada batas antara bagian cortex dan
medulla, bangunan tersebut adalah glomerulus. Glomelurus
mempunyai banyak anyaman pembuluh darah dalam pewarnaan
tampak menyerap zat warna lebih kuat. Bangunan lain yang
terlihat dan dapat dipakai sebagai acuan untuk menemukan sel
kubus adalah lumen tubulus yang berwana bening, sebagai
saluran tempat disalurkannya material dari proses filtrasi.
Sel-sel yang menyusun epithelial tubulus berbentuk kubus
(trapezium dan membatasi ruang lumen. Inti sel terletak di
tengah dan membrana basialisnya terlihat sebagai dinding
bagian luar tubulus. Jika diamati sel-sel kubus mempunyai garis
permukaan yang lebih pendek daripada sel-sel yang terletak pada
lapisan basal, sehingga menyerupai trapezium (piramida) yang
ujungnya mengarah ke lumen.

Morfologi Sel Epithelium Torak (Columner) pada Ren Rana


Bahan yang diperlukan: Preparat sel epithelium torak
(Columner) pada Ren Rana.
Jaringan epithelium yang menyusun permukaan
intestinum disusun oleh sel-sel yang berbentuk torak selapis
(epithelium columner simplex). Karakteristik jaringan ini adalah

Praktikum 1 | 19
terdapatnya sel-sel kelenjar yang dapat menghasilkan lendir
(mucus). Bentuk sel yang menghasilkan mucus ini agak berbeda
dibandingkan sel lainnya. Sesuai dengan bentuknya sering
disebut sel piala (goblet cell). Pad saat pengamatan penampang
melintang intestinum perhatikan rumbai-rumbai (villi
intestinalis) di permukaan dalamnya yang berbatasan dengan
rongga (lumen). Pada vili intestinalis inilah sel-sel epihelium
berderet selapis di bagian permukaannya, mengikuti bentuk vili.
Nukleus sel posisinya ke arah basis, dekat membrana basalis. Sel
piala terlihat di antara sel torak dan dapat dibedakan dengan
jelas, karena mengikat zat warna basis lebih kuat (warna
keunguan).

Morfologi Sel Epithelium Torak bersilia pada Oviduct Rana


Bahan yang diperlukan: Preparat sel epithelium torak
bersilia pada Oviduct Rana.
Sel ephitelium torak bersilia dapat ditemukan pada oviduct
atau organ lain seperti trachea. Sebagai saluran reproduksi,
oviduct membantu keluarnya ovum dari ovarium menuju ke
uterus. Berkaitan dengan fungsi gerakan tersebut, lapisan
permukaan oviduct dilengkapi dengan rambut-rambut getar
(cilia). Pada preparat oviduct Rana tampak terdapat bangunan
seperti tonjolan-tonjolan pasa intestinum. Dalam setiap tonjolan
tersebut tersusun sel-sel epithelial sangat rapat, dan seolah

20 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


terdiri atas beberapa lapis sel. Di antara sel-sel epithelial juga
terdapat sel-sel kelenjar yang mengandung mucus. Bentuk
columner atau torak sel-sel epithelial oviduct tidak terlihat jelas,
karena sel-sel terlihat bertumpukkan seolah-olah terdiri atas
beberapa lapis. Sehingga sel-sel columner oviduct ini jika hanya
melihat pada nukleusnya akan tampak sebagai jaringan
epithelium dengan struktur kompleks. Namun jika kita perhati-
kan dengan perbesaran kuat akan terlihat bahwa deretan sel-sel
tersebut hanya selapis dan semua sel ephitelium bertumpu pada
membran basalis. Terlihat juga sel-sel kelenjar yang berbentuk
spesifik seperti pada intestinum.

Praktikum 1 | 21
22 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
PRAKTIKUM 2
PENGAMATAN MIKROSKOPIS
MITOSIS AKAR BAWANG

Bahan yang Diperlukan: Preparat Ujung Akar Bawang


Ujung akar bawang sering dipergunakan untuk mengamati
mitosis karena dapat menunjukkan perkembangan struktur
kromosom selama mitosis dengan jelas. Pada tumbuhan, selain
ujung akar bawang, juga dapat mengamati anthera dari serbuk
sari. Pada hewan, umumnya dipergunakan kelenjar ludah lalat
buah atau sumsum tulang untuk dapat mengamati struktur
kromosom.
Bagian ujung akar bawang sebagian besar sel-selnya dalam
tahapan perkembangan dan pertumbuhan awal sebelum di-
diferensiasikan menjadi jaringan-jaringan lain sehingga pada
bagian ujung akar sangat aktif membelah dan memperbanyak
diri melalui mitosis. Pada bagian tudung akar (calyptra) terdapat
meristem apical yang memacu pertumbuhan jaringan. Jika pada
bagian sekitar meristem apical ini diamati, maka kemungkinan
akan mendapatkan sel-sel yang sedang dalam tahap mitosis
cukup besar. Mitosis pada sel tumbuhan seperti pada sel pada
umumnya melalui beberapa tahapan, yaitu interfase, profase,

| 23
metafase, anafase dan telofase (Gambar 1 dan 2). Setiap fase
tahapan mitosis memperlihatkan perkembangan kromatik yang
spesifik sampai dengan dihasilkannya sel anakan yang baru.

Beberapa Karateristik Setiap Fase Reproduksi Sel Tersebut


Antara Lain Sebagai Berikut:
1. Interfase
Sering juga disebut fase istirahat, sebenarnya istilah
istirahat tidak terlalu tepat, karena dalam interfase berlang-
sung kegiatan sel yang cukup banyak, meliputi pertumbuhan
serta replikasi kromosom. Waktu interfase juga paling lama,
sehingga saat mengamati preparat, fase ini yang paling
banyak dijumpai. Sebagian besar sel dalam interfase merupa-
kan fase pertumbuhan atau persiapan pembelahan yang
banyak mengadakan aktivitas metabolik. Pada akhir interfase
(G2) dicirikan dengan bentuk kromatin yang ireguler, dengan
karyo-membran yang jelas.
2. Profase
Dapat dibedakan lagi menjadi profase awal dan profase
akhir. Pada stadium ini mulai terlihat kondensasi kromosom
dari bentuk anyaman ireguler menjadi bentuk-bentuk benang
yang disebut sebagai kromatid berasal dari butir-butir
kromatin. Pada saat yang bersamaan berlangsung penipisan
karyo-membran yang kemudian akan menghilang. Nukleolus

24 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


juga menghilang dan terbentuk dua sentriol dari sentrosom.
Selama berlangsungnya profase sentriol bergerak ke kutub
yang berlawanan.
3. Metafase
Pada tahap ini sentriol sudah terdapat di kutub, benang-
benang kromatid sudah berada di bidang equatorial. Dengan
benang spindel kromatid dihubungkan ke masing-masing
sentriol yang sudah berada di kutub. Jika diamati dari kutub
sel, bangunan konfigurasi kromatid akan terlihat seperti
bintang (meta), sehingga sering juga disebut sebagai fase
bintang. Dari aspektus lateralis, benang-benang kromatid
tampak seperti garis di bagian tengah sel.
4. Anafase
Merupakan fase gerakan (ana), masing-masing
kromatid dari equatorial ditarik ke kutub yang berlawanan
dengan benang spindle. Proses tertariknya kromatid ke kutub
juga dipengaruhi oleh aktivitas memendeknya benang spindle.
Fase ini merupakan fase yang paling singkat dibandingkan
dengan fase lainnya. Karena singkatnya waktu tersebut,
sehingga pada saat mengamati preparat mitosis, stadium ini
paling jarang ditemukan. Pada saat kromatid ditarik ke kutub
pada bagian sentrometernya, akan memperlihatkan bentuk-
bentuk kromatid yang khas sesuai dengan posisi sentromer
dalam kromatid. Sentromer yang posisinya metasentris (di

Praktikum 2 | 25
tengah), akan memperlihatkan bentuk kromatid seperti huruf
“V”, kromatid yang sentromernya di pinggir (submetasentris)
akan memperlihatkan bentuk seperti huruf “J” dan kromatid
yang sentromernya di ujung (akrosentris) akan memberikan
kenampakkan kromatid seperti huruf “I”.
5. Telofase
Merupakan fase akhir dari mitosis. Pada stadium awal
kromosom sudah terkumpul di masing-masing kutub, kemu-
dian dilanjutkan dengan terbentuknya cytokenesis, lekukan ke
dalam di daerah equatorial sel. Pada stadium akhir akan
terbentuk karyo-membran, disertai dengan pembentukkan
bidang pembelahan yang merupakan perkembangan lebih
lanjut cytokinesis. Selanjutnya sel akan terbelah menjadi dua
sel anakan, dalam tahapan ini kromatid kembali menjadi
butiran-butiran kromatin. Tahapan perkembangan sel anak
selanjutnya memasuki kembali interfase, meliputi fase
pertumbuhan awal (G1), fase replikasi kromosom (S), dan fase
pertumbuhan akhir (G2) sebagai fase persiapan untuk kembali
memasuki fase pembelahan melalui proses mitosis.

26 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Gambar 1. Skema Mitosis

Gambar 2. Pengamatan Mikroskopis Mitosis Akar Bawang

Praktikum 2 | 27
28 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
PRAKTIKUM 3
PENGAMATAN MIKROSKOPIS EMBRIO AYAM

Perkembangan dari telur menjadi individu melalui beberapa


tahapan. Pada ayam, mempunyai tipe discoidal, istilah lainnya
adalah meroblastik atau pembelahan parsial. Sel di bagian atas
padat dengan yolk. Tempat ini nantinya akan berkembang
menjadi blastoderm atau blastodisc. Pada tahap awal pem-
belahan, embryo ayam tampak seperti garis dan terpusat di polus
animalis. Setelah tahap pembelahan akan membentuk morulla,
yang sudah terdiri beberapa sel, kemudian akan menjadi blastula
(Discoblastula), di mana sudah tampak adanya rongga di antara
perkembangan sel-selnya. Tahap berikutnya adalah Gastrula,
pada tahap ini sudah ada tiga lapisan germinal terdiri, endoderm,
mesoderm, dan ectoderm. Tahap perkembangan selanjutnya
berupa tahap awal pembentukan organ (organogenesis). Pada
vertebrata, tahapan ini dimulai dengan stadium neurula, demi-
kian selanjutnya proses organogenesis itu berlangsung sampai
terbentuk embryo yang siap untuk menetas atau dilahirkan.

| 29
Preparat 1: Preparat Embryo Ayam 18 Jam
Setelah fase gastrulasi yang memiliki jaringan epidermal, neural,
notochordal, dan mesodermal, embryo ayam akan memasuki
tahap neurulasi. Lamina neuralis terlihat seperti garis vertikal di
bagian tengah area embryonal. Lapisan terluar embryonal adalah
area opaca dan di sebelah dalamnya adalah area pelusida. Pada
tahap awal, neurulasi ini terbentuk daerah primitif pit, yang
terdiri primitive groove, berupa alur di tengah dan primitive fold,
merupakan tonjolan di kanan kiri alur. Di bagian cranial
primitive pit terdapat Nodus Hensen’s, sebagai batas tempat
pertumbuhan posterior embryo. Di cranial Nodus Hensen adalah
daerah perkembangan embryo, yang diawali dengan bercak
panjang yang disebut sebagai head process. Sebagai catatan alur
primitive terbentuk dengan membelah daerah mesodermal
menjadi dua bagian, serta terbentuknya lipatan di lapisan
ektodermal, sedangkan lapisan endodermal belum mengalami
perubahan morfologis.

Preparat 2: Preparat Embryo Ayam 24 Jam


Dari embryo umur 19 sampai dengan 21 jam, terjadi perkem-
bangan di daerah kepala, berupa lipatan neural dan lipatan
kepala. Pada fase ini Nodus Hensen’s kurang lebih terdapat di
tengah dan di sekitarnya terdapat bercak mesodermal, yang
nantinya akan membentuk somit. Area di zona pellucida tampak

30 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


bening, namun area opaca sudah nampak adanya bercak-bercak
yolk sampai batas mesodermal. Lipatan di kepala terus tumbuh,
diikuti lapisan di bawahnya berupa fore gut sebagai garis yang
nantinya akan berkembang dari sini porta intestinal anterior.
Area tempat tumbuhnya lipatan kepala di daerah proamnion.
Lipatan neural juga semakin tebal, merupakan area embryonic
yang penting untuk pertumbuhan selanjutnya. Primitif streak
(primitive groove dan primitive fold) terus bergerak ke arah
posterior. Perhatikan pada saat mengamati apakah sudah terben-
tuk somit atau belum.

Gambar 3. Embrio Ayam 24 Jam

Preparat 3: Preparat Embryo Ayam 36 Jam


Somit terbentuk pada stadium antara 24-29 jam. Pada area
opaca semakin jelas bercak-bercak pembuluh darah sebagai

Praktikum 3 | 31
pulau-pulau. Karakteristik pada awal pembentukkan somit
adalah terdapatnya lubang di daerah anterior yang disebut
neuropore anterior. Pada stadium 36-38 jam somit sudah
tumbuh antara 10-12 buah. Otak sudah terbagi dalam tiga
wilayah, prosencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon.
Lubang neuropore di anterior masih tampak, sedang ujung
posterior bumbung neural tampak bagian yang masih terbuka
yang disebut sinus terminalis/sinus rhomboidalis. Di
prosencephalon tampak vesikula optik sebagai bakal mata,
sedangkan di area rhobencephalon terlihat adanya ostracoda otik
sebagai bakal telinga. Jantung tampak seperti tabung yang mem-
belok ke dexter dan vena juga sudah mulai terbentuk menyebar
mengarah ke area pelucida. Pada tahapan ini pulau-pulau darah
di area opaca semakin tebal dan kaya akan yolk, disebut area
vasculosa. Perhatikan jumlah somit dan apakah sudah ada torsi
(perputaran) somit, atau flexi (Pembengkokan) di daerah kepala.

Preparat 4: Preparat Embryo Ayam 48 Jam


Pada stadium 48-56 jam embryo ayam sudah berkembang
dengan karakteristik flexi (lekukan) dan torsi (putaran) tubuh-
nya. Flexi ke arah sinister, diawali di daerah kepala dan leher,
pada embryo yang sudah lebih tua putaran ini juga sudah sampai
di daerah dorsal (flexi dan torsi dorsalis). Di daerah kepala otak
sudah terbagi ke dalam beberapa wilayah antara lain:

32 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencenphalon,
dan mielencephalon. Mata menunjukkan adanya cawan optik dan
sudah terlihat bentuk lensa, bangunan telinga berupa vesikula
otik. Di dekat flexi cervical terdapat celah visceral yang berjumlah
1-3 pasang. Jantung sudah terbagi dalam bagian sinus venosus,
atrium dan ventrikel. Pembuluh darah utama truncus arteriosus,
tampak keluar dari jantung, demikian juga dengan vena vitelina.
Pembuluh-pembuluh darah semakin jelas, di somit terakhir
tampak sebaran pembuluh darah berupa arteri vitelina. Untuk
pengamatan lebih teliti dapat melihat torsi di daerah dorsal,
dengan memperhatikan somit, pada tahapan 20 somit, biasanya
torsi sudah diikuti oleh somot ke 5-7.

Gambar 4. Embrio Ayam 48 Jam

Preparat 5: Preparat Embryo Ayam 72 Jam


Pembungkukan (flexi) dan putaran (torsi pada stadium 72 jam
sudah sampai di daerah ekor (caudalis). Bakal sayap, bakal kaki,

Praktikum 3 | 33
dan bakal ekor membentuk tonjolan-tonjolan (buding). Hampir
seluruh bagian tubuh embryo sudah mengalami lipatan lateral
dan sudah terbungkus oleh selaput amnion kecuali pada daerah
kaki masih terbuka. Bakal hidung terlihat di telencephalon
sebagai lekuk olfactory. Pada batas antara metencephalon dan
mesencephalon di anterior terdapat lekukan disebut isthmus. Di
meylencephalon vesikula auditory sudah mempuyai ductus
endolymphaticus. Torsi sudah sampai ke somit 15-16, dan di
daerah somit ini vena vitelina tampak jelas, di bagian posterior-
nya arteri vitelina juga berkembang semakin besar. Merupakan
karateristik untuk tahapan ini juga dapat dilihat di sekitar ekor,
sudah terbentuk adanya lipatan amniotic ekor. Perhatikan jumlah
somit secara keseluruhan, untuk menentukan identifikasi umur
yang lebih akurat.

Gambar 5. Embrio Ayam 72 Jam

34 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Preparat 6: Preparat Embryo Ayam 96 Jam
Setelah berumur 4 hari (96 jam) embryo sudah memiliki 40
somit, pembengkokan dan perputaran embryo sudah lengkap.
Seluruh sisi sinister embryo bertumpu pada yolk. Pigmen mata
terlihat jelas, demikian juga olfactory pit di daerah
telencephalon. Di posterior mata juga tampak di daerah
hemispherium cerebri. Mesencephalon tampak penonjolan yang
semakin jelas dan dipisahkan dari metencephalon oleh isthmus
yang lebih dalam. Di daerah myelencephalon vesikula auditory
membesar dilengkapi ductus endolymphaticus seperti tonjolan.
Tonjolan anggota gerak atas di sekitar somit ke 18 dan tonjolan
anggota gerak bawah di sekitar somit ke 29. Perhatikan pada
stadium ini adanya kantung allantois, berupa gelembung di luar
embryo, dilengkapi dengan tangkai allantois.

Praktikum 3 | 35
36 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
PRAKTIKUM 4
PENGAMATAN MIKROSKOPIS SPERMATOGENESIS

Preparat 1: Preparat Testis Rana


Testis merupakan organ reproduksi masculinus yang berperan
memproduksi sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa. Testis
mammalia menempati suatu kantung disebut scrotum, merupa-
kan rongga yang terdapat di luar tubuh. Di dalam testis ber-
langsung proses pembelahan reduksi sehingga dihasilkan sel
anakan yang bersifat haploid. Selain sebagai tempat mempro-
duksi spermatozoa haploid, testis juga berperan dalam pem-
bentukan hormon, terutama testosteron. Hormon ini dapat
memberi pengaruh terhadap perkembangan tanda-tanda
kelamin sekunder.
Pengamatan terhadap penampang melintang testis, bagian
paling luar sebagai dinding testis berupa jaringan pengikat yang
disebut tunica albugenia. Di bagian dalam dari tunica albuginea
terdapat penampang dari tubuli seminiferi yang terlihat
memanjang, miring atau melintang. Testis berisi sistem tubuli
yang padat dan rumit, sehingga apabila dilihat penampang
melintangnya akan tampak tubuli dalam berbagai variasi

| 37
diameter. Dalam satu tubuli juga masih terdapat selaput tipis
yang terdiri dari sel-sel epithelial pipih seperti pada folikel.
Selaput ini membentuk semacam kantung-kantung dalam tubuli
seminiferi dan berfungsi sebagai tempat perkembangan sel-sel
kelamin jantan menuju pematangan. Pada testis Rana kantung-
kantung dalam tubulli seminiferi tersebut cukup jelas, disebut
sebagai sel sarang (nest cell).
Sel interstitial atau sel leydig terdapat di antara tubuli
seminiferi berikatan dengan jaringan pengikat serta pembuluh
darah. Sel-sel interstitial berperan memproduksi hormon
kelamin, yaitu testoteron. Selain membantu pertumbuhan dan
perkembangan alat-alat reproduksi, testoteron juga berperan
dalam mengatur perkembangan alat kelamin sekunder. Proses
perkembangan sel kelamin jantan dalam testis melalui tahapan-
tahapan pembelahan dan pertumbuhan yang dikenal sebagai
spermatogenesis serta spermiogenesis.

Sesuai dengan Setiap Tahap dalam Perkembangan Sel-Sel


Kelamin Antara Lain Adalah Sebagai Berikut:
1. Spermatogonium I, merupakan perkembangan awal dari
proses spermatogenesis pada tahapan ini dicirikan dengan
ukuran sel besar dan berbentuk lonjong. Inti sel juga lonjong
dan memiliki 2-4 nukleoli. Sel masih dekat membrana basalis
dan sering masih terlihat sel-sel folikel mengelilinginya.

38 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


2. Spermatogonium II, merupakan kelanjutan spermatogonium I
setelah melalui pembelahan mitosis. Inti sel biasanya berubah
menjadi bulat dan granuler, ukuran sel lebih kecil dibanding
spermatogonium I.
3. Spermatocyt I, Perkembangan lebih lanjut spermatogonium II,
dalam tahap ini berlangsung pembelahan reduksi atau
meiosis. Tahapan prophase selama pembelahan terdiri atas
beberapa stadium antara lain:
a. Leptoten, dicirikan dengan kromosom yang padat.
b. Zygoten, terjadi kondensasi kromosom lebih tebal.
c. Pachyten, mempunyai inti yang besar, kromosom menjadi
halus seperti jala dengan butir-butir yang jelas.
d. Diakinase, berlangsung kondensasi kromosom kembali
sehingga menjadi tebal dan kromosom terlihat di perifer
seperti bentuk cincin.
4. Spermatocyt II, hampir sama dengan tahap diakinase
spermatosit I namun ukurannya lebih kecil, kurang lebih
hanya setengahnya.
5. Spermatid, pada tahap ini mulai terjadi morphogenesis dari
bentuk bulat ke bentuk lonjong, ukuran inti sel juga
mereduksi hampir setengahnya.
6. Spermatozoa, merupakan tahapan akhir dari pematangan sel
kelamin. Ukuran kecil dan memanjang dilengkapi dengan
flagella. Posisi spermatozoa biasanya sudah mendekati lumen

Praktikum 4 | 39
tubuli seminiferi. Beberapa sel ada yang berbalik mendekati
Sel sertoli yang terdapat di antara sel nest. Sel sertoli
merupakan sel pendukung derivat sel folikel yang berkem-
bang berukuran besar dan terletak di dekat membrana
basalis. Fungsi sel sertoli memberi makan spermatozoa, di
samping itu juga memproduksi hormon testoteron seperti sel
leydig.

Preparat 2: Preparat Testis Rat


Seperti pada testis Rana, testit Rat dibatasi oleh dinding berupa
serabut fibrosa yang disebut tunica albugenea. Dalam testis
terdapat bangunan bulat bervariasi bentuk maupun ukurannya,
bangunan tersebut adalah tubuli seminiferi. Setiap tubulus
mempunyai lumen, tempat menyalurkan spermatozoa yang
sudah masak untuk bergerak keluar dari testis. Jaringan pengikat
mengisi ruang-ruang intertubuli, di antaranya juga terdapat
pembuluh darah sel-sel interstitial (sel Ieydig).
Jika diamati satu tubulus seminiferus akan terlihat di
dalamnya berisi sel-sel reproduksi yang sedang dalam proses
pematangan.

40 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Sesuai dengan Tahap Perkembangan, Sel Reproduksi Testis
Rat Antara Lain Terdiri dari:
1. Spermatogonia, merupakan sel primordial perkembangan
lanjut dari sel-sel pipih yang terdapat di membrana basalis.
Ukuran sel besar dengan inti sel yang besar pula. Dalam
perkembangannya spermatogonia dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu
a. Spermatogonium I, yang dicirikan dengan bentuk inti sel
lonjong.
b. Spermatogonium II, dicirikan dengan bentuk inti selnya
bulat. Posisi spermatogonia masih dekat membrana basalis
yang menjadi dinding tubulus seminiferus.
2. Spermatosit I, merupakan lanjutan spermatogonia, berinti
besar dan sering terlihat adanya tahap pembelahan seperti
profase, metafase, anafase maupun telofase.
3. Spermatosit II, berukuran lebih kecil dibanding spermatosit I,
posisinya terletak di tengah antara membrana basalis dan
lumen. Tahapan ini hanya sebentar, sehingga agak sulit
ditemukan dalam pengamatan.
4. Spermatid, tahapan setelah spermatosit II, kemudian nantinya
akan berkembang menjadi spermatozoa tanpa melalui proses
pembelahan. Spermatid dapat tersusun atas 4-5 baris dari
lumen, biasanya dicirikan dengan inti yang terang dan
berbentuk bulat.

Praktikum 4 | 41
5. Spermatozoa, tahapan metamorphosis dari spermatid menjadi
spermatozoa melalui beberapa stadium berikut:
a. Inti spermatid mulai memanjang dan menjadi padat, badan
sel berubah bentuk menjadi seperti botol.
b. Inti berbentuk seperti bulan sabit, badan sel mulai
melepaskan diri dan flagella terlihat.
c. Inti sangat padat dan berbentuk sabit, sebagian besar
plasma terlepas dan flagella terlihat jelas.

Spermatozoa yang telah masak banyak terlihat di lumen


tubulus atau kepalanya berbalik bergerombol pada sel sertoli
dengan ekor mengarah ke lumen. Sel sertoli menempati di
antara kelompok sel-sel reproduksi yang dalam perkembangan,
seperti di antara sel nest. Namun bentuk sel nest pada testis rat
tidak jelas seperti pada testis rana. Sel sertoli pada testis rat
mempunyai ukuran besar, sitoplasmanya mengisi dari
membrana basalis sampai mendekati lumen. Inti sel besar dan
berbentuk lonjong. Fungsi sel sertoli memberi makan
spermatozoa dan menghasilkan hormon testoteron.

42 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Gambar 6. Tubulus Seminiferus Tikus.
a= spermatogonium, b=spermatosit I,
c=spermatid, d=kumpulan spermatozoa

Gambar 7. Tubuli Seminiferi Tikus.


a= sel Leydig, b=lumen, c=membran basalis

Praktikum 4 | 43
44 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
PRAKTIKUM 5
PENGAMATAN MIKROSKOPIS OOGENESIS

Preparat 1: Preparat Ovarium Rana


Ovarium merupakan organ reproduksi tempat berkembangnya
sel telur (ovum). Pada Rana sp ovarium tergantung pada
mesovarium yang merupakan dua lapisan peritoneum. Dua
lapisan peritoneum membungkus ovarium dan disebut sebagai
theca externa dan theca interna. Di dalam ovariumnya sendiri
terdapat dua bagian pokok, yaitu bagian cortex di pinggir, pada
bagian ini banyak terdapat ovum dalam beberapa tingkat
perkembangan mulai dari oogonia sampai dengan oocyt I. Bagian
tengah ovarium berupa stroma, yang terdiri dari jaringan
pengikat serta di dalamnya banyak terdapat pembuluh darah
serta lymphe.
Epithelium germinativum merupakan selapis jaringan di
dinding ovarium, dan dari lapisan ini akan terbentuk tahap awal
perkembangan folikel. Dari masa embyonal calon folikel sudah
terdapat dalam epithelium ini, yang kemudian secara periodik
pada masa reproduksi akan mengalami perkembangan lebih
lanjut menjadi sel-sel telur. Di luar epithelium germinativum

| 45
terdapat lapisan jaringan pengikat berupa theca externa dan
theca interna, dan di antara kedua lapisan ini banyak terdapat
pembuluh darah maupun syaraf. Oogonia, sel-sel yang berasal
dari epithelium germinativum pada tahap awal perkembangan.
Letak oogonia sebagian besar masih dekat dengan dinding
ovarium, kemudian secara bertahap akan bergerak meninggal-
kan membran basal dan menuju ke stroma.
Oocyt primer, tahap perkembangan berikutnya dari
oogonia, sel terus tumbuh dan berkembang menjadi besar dan
berjalan ke arah bagian tengah ovarium. Pembelahan juga
berlangsung sehingga ovum dikelilingi oleh selapis sel yang
disebut sebagai folikel. Fungsi folikel adalah melindungi oocyt
sekaligus juga menghasilkan chorion sebagai lapisan pelindung.
Pigmen gelap kecoklatan mewarnai folikel, disamping itu juga
terlihat adanya pigmentasi di polus animalis telur. Selanjutnya
oocyt primer dikeluarkan dari tubuh dan berkembang sebagai
oocyt II di medium air. Pada saat oocyt primer dikeluarkan dari
tubuh sel-sel kelenjar oviduct memproduksi lendir (mucus)
sehingga saling berikatan satu dengan yang lain dalam kelompok
atau berderetan.

Preparat 2: Preparat Ovarium Rat


Tipe ovarium Rat (mammalia) adalah compactum, sedang pada
Rana tipenya adalah sacculair. Pada tipe compactum, medulla

46 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


atau stroma banyak berisi jaringan pengikat loggar, pembuluh
darah serta Iymphe yang berperan untuk suplai makanan.
Bagian cortex ovarium banyak terdapat folikel primordial,
sedangkan di bagian modullanya tidak terlihat adanya folikel.
Ovarium tergantung di mesovarium yang merupakan jaringan
pengikat yang akan berlanjut sebagai pembungkus ovarium yang
disebut theca externa dan theca interna.
Bagian permukaan dinding ovarium tersusun atas jaringan
epithelium kuboid yang disebut epithelium germinativum. Sel
telur berkembang dari proliferasi epithelium germinal yang
mengelilingi ovarium tersebut. Sel-sel epithelium germinativum
kemudian akan mengalami perkembangan dan menjadi oogonia.
Oogonia kemudian akan aktif membelah secara mitosis dan pada
dindingnya dikelilingi oleh sel-sel epithelium pipih yang berasal
dari epithelium germinativum juga perkembangan selanjutnya
dari oogonia akan menjadi Oocyt I yang mulai mengadakan
pembelahan secara meiosis.
Perkembangan selanjutnya dari oocyt yang dikelilingi sel-
sel epithelial pipih akan membesar dan membentuk satu lapis sel
kuboid sehingga disebut Folikel Primer. Sel-sel folikel dikelilingi
oocyt terus memperbanyak diri, sehingga terdiri atas beberapa
lapis sel, dan mulai memisahkan diri dari oosit. Ruang antara
oocyt dengan sel-sel folikuler berisi cairan mukopilisakarida.
Pada tahap ini sering disebut sebagai Folikel Sekunder atau

Praktikum 5 | 47
Folikel dalam perkembangan. Ruangan antara folikel dengan
oosit membesar yang disebut antrum folikuli dan berisi cairan
yang disebut liquor folliculi. Sel-sel folikuli di dekat oocyt masih
tetap utuh dan membentuk jaringan seperti tangkai yang
mendukung oocyt disebut cumulus oophorus. Folikel yang sudah
matang sering disebut Folikel de Graaf, oocyt dikelilingi oleh
jaringan epihelial yang disebut corona radiata pada bagian yang
menghadap antrum folikuli. Cairan di sekitar ovum berfungsi
sebagai pelindung disebut zona pellucida. Folikel yang telah
matang dikelilingi oleh jaringan pengikat yang terdiri theca
folikuli externa dan theca folikuli interna.

Gambar 8. Ovarium Mamalia

48 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Gambar 9. Folikel Primer

Gambar 10. Folikel Sekunder

Praktikum 5 | 49
Gambar 11. A=Folikel Tersier, B=Antrum

50 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


PRAKTIKUM 6
PEMBUATAN PEDIGREE

Pembuatan Pedigree (Peta Silsilah) dilakukan dengan mem-


pelajari terlebih dahulu cara penulisan simbol atau lambang
genetika keturunan (Gambar 12).

Gambar 12. Simbol-simbol dalam Pembuatan Pedigree

| 51
Penomoran pada Pedigree (Peta Silsilah):
1. Angka Romawi dipergunakan untuk menunjukkan generasi.
2. Angka Arabik dipergunakan untuk menunjukkan saudara satu
generasi.
3. Dalam membuat pedigree simbol laki-laki ditempatkan di
sebelah kiri, simbol perempuan di sebelah kanan.

Gambar 13. Contoh Pedigree dari Penderita Hemophilia


dari Keluarga Ratu Victoria

52 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


II

Gambar 14. Cara Penggunaan Simbol-simbol


dalam Pembuatan Pedigree

Praktikum 6 | 53
54 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
PRAKTIKUM 7
ANALISIS DERMATOGLIFI

Dermatoglifi adalah ilmu tentang bentuk atau pola sidik jari.


Penelitian tentang sidik jari telah dilakukan sejak 200 tahun yang
lalu. Sidik jari mempunyai bentuk yang tetap, tidak akan
mengalami perubahan dan berbeda antara individu yang satu
dengan yang lain. Sidik jari adalah gurat-gurat yang terdapat di
kulit ujung jari. Fungsinya adalah untuk memberi gaya gesek
lebih besar agar jari dapat memegang benda-benda lebih erat.
Sidik jari dapat digunakan untuk mengenali identitas orang
yang memilikinya karena bentuknya khas untuk setiap orang
tidak berubah seumur hidup dan sangat sulit membuat tiruan-
nya. Sidik jari sudah lama diyakini dapat digunakan sebagai alat
identifikasi yang handal. Keyakinan tersebut didasari pada
premis bahwa sidik jari yang dimiliki setiap orang adalah unik
dan tidak berubah. Sir William Herschel seorang pionir di bidang
penelitian sidik jari dari lnggris, pada tahun 1860 menyatakan
bahwa pola sidik jari manusia sudah terbentuk sejak masih janin
dalam kandungan dan tidak akan berubah seumur hidup kecuali
karena luka yang serius maupun karena deformasi ketika sudah
mati.

| 55
Gambaran salur-salur dermal ditentukan oleh banyak gen
yang saling berpengaruh dan mungkin beberapa di antaranya
bersifat dominan dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar sesudah
lahir, misalnya geografik, ekonomi, dan lain-lain. Sidik jari
merupakan objek yang menarik untuk diselidiki dan telah digu-
nakan baik untuk keperluan identifikasi, hubungan keturunan,
maupun membantu diagnosis.
Pola sidik jari atau dermatoglifi ditentukan oleh banyak gen
yang saling berinteraksi dan dibantu oleh faktor lingkungan. Pola
penurunan seperti ini disebut dengan multifaktor. Proses pem-
bentukan sidik jari akan terjadi pada fetus saat dalam kan-
dungan. Di mana pada kehamilan sebelum 12 minggu pem-
bentukan pola sidik jari sangat dipengaruhi oleh faktor genetis
dan lingkungan dari fetus, sehingga adanya kelainan kromosom
dapat juga ditunjukkan dengan bentuk pola sidik jari yang
berbeda dibandingkan dengan manusia normal.
Berdasarkan sistem Galton, pola sidik jari manusia dapat
dibedakan atas 3 jenis, yaitu
1. Bentuk lengkung atau arch. Pola ini ditandai dengan tidak
dipunyai triradius sehingga jumlah rigi tidak akan dapat
dihitung.
2. Bentuk lingkaran atau whorl, merupakan pola sidik jari yang
mempunyai 2 triradius.
3. Bentuk sosok atau loop. Pola ini ditandai dengan 1 triradius.

56 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Bentuk sosok ini dibedakan pula atas:
a. Sosok Radikal yaitu mempunyai bagian yang terbuka
menuju ke arah ujung jari.
b. Sosok Ulnar ditandai dengan adanya bagian yang terbuka
menuju pangkal jari.

a b c
Gambar 15. Gambar Pola Sidik Jari (a. Arch, b. Whorl, c. Loop)

Pola sidik jari untuk manusia normal memiliki frekuensi


pola arch kurang dari 5%, bahkan tidak setiap individu yang
memiliki pola arch, pola loop= 67-75%, pola whorl= 25-30%
(Suryo, 1997). Berbeda dengan penderita sindrom down,
Menurut Dalton (Dalam Suryo, 2003) bahwa lebih dari setengah
jumlah anak penderita sindrom down mempunyai semua sidik
jari bentuk whorl atau lingkaran.

Praktikum 7 | 57
Gambar 16. Contoh Pola Sidik Jari

58 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Gambar 17. Dermatogram Cara Walker

Praktikum 7 | 59
Gambar 18. Dermatogram Cara Uppsala

60 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Gambar 19. Dermatogram Cara Indiana University

Alat dan Bahan


1. Tinta stempel.
2. Bantalan stempel.
3. Lup.
4. Kalkulator.
5. Penggaris.
6. Pensil.
7. Gunting.

Cara Kerja
Jari-jari tangan terlebih dahulu dibersihkan dari debu atau
kotoran dengan alkohol atau air. Pada bantalan stempel diberi
tinta yang tipis dan merata. Tekan dengan perlahan ibu jari pada

Praktikum 7 | 61
bantalan tersebut dan selanjutnya tekankan kembali jari yang
telah bertinta tersebut pada kertas putih yang telah disediakan
sehingga terbentuk cap jari. Sidik jarinya ditentukan polanya dan
dihitung jumlah rigi-riginya dengan menggunakan lup. Lakukan
hal yang sama untuk semua jari baik pada tangan kanan maupun
tangan kiri. Catat semua data dari semua kelompok dan hitung
persentase masing-masing pola dan nilai rata-rata jumlah rigi.

62 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Praktikum 7 | 63
64 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
PRAKTIKUM 8
PENYUSUNAN KARIOTIPE

Penyusunan kariotipe dilakukan dengan melakukan analisis


kromosom. Analisis kromosom dilakukan secara tidak langsung,
yaitu dengan cara mengamati foto mikroskopis kromosom yang
disediakan.

Gambar 20. Foto Mikroskopis Kromosom

Untuk dapat menganalisis foto kromosom pada stadium


metafase perlu dipelajari terlebih dahulu klasifikasi yang dibuat
oleh Denver dan Patau (1960), yaitu dengan memperhatikan:

| 65
1. Golongan A–G.
2. Grup dan nomor kromosom.
3. Posisi sentromer: Median, sub-median dan sub terminal.
4. Morfologi kromosom: Metasentrik, submetasentrik,
akrosentrik dengan atau tanpa satelit.

Cara Pembuatan Kariotipe:


1. Pasangan kromosom homolog diatur mulai dari yang terbesar
sampai yang terkecil.
2. Perhatikan kedudukan sentromernya. Setiap pasangan
kromosom homolog kedudukan sentromernya sejajar.
3. Perhatikan tipe kromosom dengan mengamati posisi
sentromer dan ada tidaknya satelit.
4. Hitung jumlah kromosom (45–47/49).
5. Hitung jumlah kelompok C (dengan terlebih dahulu meng-
hitung kelompok A).
6. Hitung kelompok G, baru perhatikan lainnya.
7. Gunting kromosom tersebut dan kelompokkan sesuai dengan
klasifikasi denver.
8. Perhatikan terlebih dahulu jumlahnya, baru diteruskan
dengan pengamatan jika terdapat kelainan sruktur.
9. Tempelkan guntingan pada kertas laporan.

66 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Tabel 1. Pengelompokkan kromosom manusia menjadi
7 golongan dari A–G (Denver & Patau)
Patau Denver Pola Kromosom
Nomor
Gol Group Sentromer Morfologi
Kromosom
1-3 Median Metasentrik
A 1-3
2 Submedian Submetasentrik
B 4-5 4-5 Submedian Submetasentrik
X, 6 ,7, 9, 11 Submedian Agak metasentrik
C X, 6-12
8, 10,12 Submedian Submetasentrik
D 13-15 13, 14, 15 Submedian Akrosentrik
16 Median Metasentrik
E 16-18
17, 18 Submedian Submetasentrik
F 19-20 19, 20 Median Metasentrik
21,22 Subterminal Akrosentrik+satelit
G Y, 21-22
Y Subterminal Akrosentrik

Gambar 21. Hasil Analisis Kromosom/karyotype

Praktikum 8 | 67
Gambar 22. Chromosome Bands

Gambar 23. Nomenklatur Kariotipe

68 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


PRAKTIKUM 9
ANALISIS SEKS KROMATIN

Dalam Praktikum Analisis Seks Kromatin ini dipergunakan 2


macam pengamatan seks kromatin, yaitu
1. Pemeriksaan Barr Body pada sel epithelium Mucosa buccalis
(selaput lendir pipi bagian dalam rongga mulut).
2. Pemeriksaan Drum Stick sel leukosit polimorfonulear dari
apusan darah tepi.

Cara Membuat Sediaan Praktikum:


1. Meneteskan lendir mukosa pipi/darah ke permukaan gelas
objek.
2. Geserkan tetesan dengan ujung gelas objek yang lain dengan
kemiringan 45 derajat ke arah ujung yang lain. Keringkan
apusan di udara.
3. Fiksasi dengan meneteskan methanol selama 15 menit.
4. Bilas dengan aquadest dan keringkan di udara.
5. Tetesi dengan pewarna Giemsa (1:25) selama 15 menit.
6. Bilas dengan alkohol 96% sebentar kemudian bilas dengan air
yang mengalir, kemudian keringkan di udara.
7. Periksa di bawah mikroskop.

| 69
8. Untuk Barr Body, amati nukleus dari epitel mukosa pipi,
perhatikan adanya Barr Body, amati 100 sel, hitung persen-
tase dari sel yang ada Barr Body-nya.
9. Untuk Drum Stick, amati leukosit polimorfonuklear pada
ujung lobus dari nukleus leukosit. Perhatikan beda tonjolan
yang ada antara: Drum Stick, Sessile Nodule dan Small
Club. Amati leukosit polimorfonuklear, hitung jumlah dari
Drum Stick, Sessile Nodule dan Small Club.

Barr Body
Barr Body (X kromatin, Barr, 1964) dibentuk oleh kondensasi
bagian heterokromatin dua kromosom XX (Moore and Barr,
1954). Ukuran Barr Body 0,8-1,1 mikron. Menempel pada
membran nukleus. Kelainan jumlah dan perubahan ukuran Barr
Body dapat dipergunakan sebagai diagnosis kelainan sruktur
kromosom seks (X). Pada individu wanita (XX) maka akan
ditemukan 1 Barr Body, untuk individu dengan XXX maka akan
ditemukan 2 Barr Body, untuk pria XY dan penderita Turner
Syndrome (XO) tidak dijumpai adanya Barr Body dan disebut
seks kromatin negatif. Kriteria pemeriksaaan Barr Body
dinyatakan positif jika dijumpai 20% sel epitel mukosa pipi yang
diamati ditemukan adanya Barr Body, tetapi jika sudah didapat
2% saja sudah dapat diputuskan bahwa individu yang diperiksa
mempunyai seks kromatin positif.

70 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Gambar 24. Barr Body pada Nukleus Epitel Mukosa Pipi

Gambar 25. Drum Stick (DS)

Pada nukleus leukosit polimorfonuklear (netrofil atau


eosinofil) dijumpai adanya bentuk spesifik kondensasi kromatin
X yang disebut Drum Stick karena bentuknya seperti pemukul
genderang/drum. Drum Stick ada pada individu dengan seks
kromosom XX dan tidak dijumpai pada individu dengan 1 X
kromosom (XY dan XO). Ukuran Drum Stick 1,4-1,6 mikron.
Kriteria Seks kromatin positif jika ditemukan 1-2 % Drum Stick.
Pada pemeriksaan Drum Stick harus diperhatkan dengan
teliti karena ada beberapa tonjolan pada nukleus leukosit PMN

Praktikum 9 | 71
yang menyerupai Drum Stick, berupa tonjolan tanpa kepala.
Sessile Nodule (SN) mirip Drum Stick tetapi tidak mempunyai
tangkai. Tonjolan lain berupa seperti tangkai disebut Small Club
(SC).
Kriteria untuk diagnosis pemeriksaan Drum Stick akan
memberikan keputusan seks kromatin positif (wanita normal)
jika jumlah seks kromatin (DS + SN + SC) >20% atau dtemukan
Drum Stick >2% atau perhitungan SEX QUOTION (SQ) >0,5.
Rumus Sex Quotion:

DS + SN
SQ =
SC

Catatan:
Untuk kelainan kromosom tertentu akan didapat jumlah dan
struktur yang khusus. Misal pada wanita dengan seks kromosom
XXX akan didapat jumlah DS yang relatif lebih banyak dari
wanita normal. Untuk penderita Gonadal dysgenesis dengan seks
kromosom (XXqi) menunjukkan ukuran yang lebih besar pada
Barr Body maupun Drum Stick, demikian sebaliknya wanita
dengan seks kromosom Xx akan menunjukkan seks kromatin
yang lebih kecil.

72 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


Gambar 26. Drum Stick (DS) pada Sel Netrofil Darah Manusia

Praktikum 9 | 73
74 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
LAMPIRAN FORMAT
LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN


MIKROSKOPIS MORFOLOGI SEL
GAMBAR KETERANGAN

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

| 75
LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN
MIKROSKOPIS MITOSIS AKAR BAWANG
GAMBAR KETERANGAN

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

76 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN
MIKROSKOPIS EMBRIO AYAM
GAMBAR EMBRIO AYAM
KETERANGAN
24 JAM

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

Lampiran Format Laporan Praktikum | 77


LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN
MIKROSKOPIS EMBRIO AYAM
GAMBAR EMBRIO AYAM
KETERANGAN
48 JAM

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

78 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN
MIKROSKOPIS EMBRIO AYAM
GAMBAR EMBRIO AYAM
KETERANGAN
72 JAM

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

Lampiran Format Laporan Praktikum | 79


LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN
MIKROSKOPIS SPERMATOGENESIS PADA TIKUS
GAMBAR KETERANGAN

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

80 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN
MIKROSKOPIS OOGENESIS PADA TIKUS
GAMBAR KETERANGAN

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

Lampiran Format Laporan Praktikum | 81


LAPORAN PRAKTIKUM DETERMINASI SEKS KROMATIN
GAMBAR BARR BODY
KETERANGAN
EPITEL MUKOSA PIPI

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

82 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran


LAPORAN PRAKTIKUM DETERMINASI SEKS KROMATIN
GAMBAR DRUM STICK,
SESSILE NODULE, SMALL KETERANGAN
CLUB

Di Gambar pada Tanggal: ..............................


Catatan Pembimbing Praktikum:
1. Gambar Sesuai/Tidak Sesuai
2. .........................................................................................................

Pembimbing praktikum,

(......................................)

Lampiran Format Laporan Praktikum | 83


84 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran
Tentang Penulis
Tim penulis adalah para dosen bagian Biologi Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang digawangi oleh
Ketua Bagian Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 2020-2023, yaitu dr. Ziske
Maritska, M. Si., Med.

| 85
86 | Modul Praktikum Biologi Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai