Anda di halaman 1dari 85

II

2020
SEKAPUR SIRIH

Assamua’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita sampaikan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala semoga kita dalam
menjalankan amanah masing-masing senantiasa mendapat rahmat dan ridhonya, sholawat dan salam
kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Solallahualaihi wassalam.
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur memiliki Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi,
Fakultas Sains Tekhnologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora serta Fakultas Pendidikan. Dalam
memenuhi kebutuhan pembelajaran UMKT mempunyai Laboratorium Terpadu untuk menunjang
pelaksanaan tridama perguruan tinggi, yang khususnya memfasilitasi pembelajaran keahlian
mahasiswa melalui praktikum, penelitian dan pengabdian masyarakat. Laboratorium terpadu
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur senantiasa mengikuti perkembangan issue terkini/up
date tentang ilmu pengetahuan yang dipelajari dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran praktikum
sebaik mungkin melalui upaya menyiapkan laboran, alat-alat dan bahan serta panduan praktikum
sesuai dengan kebutuhan pada setiap kelompok keilmuan.
Pembelajaran praktikum membutuhkan Panduan Praktikum / modul agar praktikum dapat
dilakukan dengan tepat, efektif dan efisien. Modul ini secara prinsip berisi tentang acuan baku bagi
Dosen dan Mahasiswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium Univeristas Muhammadiyah
Kalimantan Timur. Dengan adanya Panduan Praktikum di Laboratorium Univeristas Muhammadiyah
Kalimantan Timur ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktikum dengan baik dan
benar.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Panduan Praktikum / modul di Laboratorium Univeristas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kepala Laboratorium UMKT

Rini Ernawati .,S.Pd M.Kes


NIDN. 1102096902

2
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id

TATA TERTIB PRAKTIK LABORATORIUM

A. KEWAJIBAN
1. Mahasiswa wajib mengontrak laboratorium dan mengisi silarium untuk peminjaman
alat yang akan digunakan ketika praktikum
2. Mengisi Silarium dilakukan maksimal 3 hari sebelum kegiatan praktikum dimulai
3. Setiap mahasiswa yang akan praktik harus memasuki laboratorium 15 menit
sebelum praktik.
4. Mahasiswa selama praktik harus menggunakan APD sesuai dengan per-
Laboratorium yang berlaku.
5. Mahasiswa wajib mengisi absensi ( daftar hadir )
6. Mahasiswa memperhatikan materi simulasi / praktek yang diberikan oleh dosen
pembimbing
7. Mahasiswa wajib mengisi log book pada saat sebelum dan sesudah menggunakan
alat ketika praktikum
8. Menjaga keamanan, kebersihan dan ketenangan selama dan sesudah praktik di
laboratorium
9. Wajib membersihkan dan merapikan alat kembali saat selesai praktikum.

B. HAK
1. Mahasiswa melakukan praktik laboratorium sesuai jadwal yang ditentukan
2. Jika diluar jadwal mahasiswa harus melapor kepada petugas laboratorium 1 hari
sebelum praktik dan mengisi peminjaman lab serta alat.
3. Mahasiswa berhak mendapatkan materi dari dosen pembimbing
4. Mahasiswa berhak meminjam dan memakai alat laboratorium untuk kepentingan
praktek belajar lapangan / magang sesuai ketentuan yang ada.

C. LARANGAN
1. Menggunakan sepatu didalam ruangan laboratorium
2. Makan, minum dan merokok selama kegiatan praktikum berlangsung
3. Duduk / berbaring di laboratorium
4. Membuat keributan dan membuang sampah sembarangan
5. Melanggar tata tertib laboratorium yang ada
6. Menggunakan Handphone saat praktik berlangsung

D. SANKSI
1. Mahasiswa/i yang melanggar kewajiban dan larangan diatas berhak dikeluarkan dari
laboratorium oleh dosen pembimbing
2. Apabila alat yang digunakan /dipinjam rusak, pecah, hilang maka mahasiswa/i yang
bersangkutan harus mengganti dengan jenis alat dan jumlah yang sama sesuai batas
waktu yang ditentukan
3. Keterlambatan dalam pengembalian alat yang dipinjam akan kena denda SBB:
Instrument alat Rp.10.000/ alat/hari
Baju/tenun Rp.5000/baju/tenun/hari

3
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id

Kode : PROSEDUR Revisi :


LU/PM/LAB.01 00
PENCAPAIAN STANDAR PENGGUNAAN
Tgl Berlaku: Halaman :
26 Desember 2017 LABORATORIUM

BAGAN ALUR PENGGUNAAN LABORATORIUM

MULAI KONTRAK DOSEN MATA KULIAH


Ketua Prodi / Koordinator mata kuliah/ koord Lab membuat
perencanaan penggunaan jadwal praktikum Laboratorium
persemester dan mengajukan kepada UPT Laboratorium

Ka. UPT Laboratorium


PROSES 1. UPT Laboratorium menerima jadwal laboratorium yang telah
diajukan serta berkoordinasi dengan Laboran untuk
penggunaan Laboratorium.
2. UPT Laboratorium menyusun jadwal praktik sesuai jenis
laboratorium yang dibutuhkan, dan jadwal yang telah disusun
diserahkan kepada ka prodi/ Koord lab/ koord mata kuliah

PROSES Ka Prodi
Ketua prodi menyampaikan jadwal pembelajaran praktikum Lab
kepada masing-masing dosen dan mahasiswa

PELAKSANAAN Laboran, Dosen dan Mahasiswa


1. Laboran menyusun jadwal praktik disetiap ruang
labortorium sesuai dengan jenis praktikum
2. Laboran memberikan pelayanan untuk pembelajaran
praktikum sesuai jadwal
3. Mahasiswa dan Dosen Melakukan Praktikum Di
Laboratorium Sesuai dengan jadwal praktik

SELESAI Laboran
Laboran mengecek kondisi alat dan ruangan setelah praktikum
selesai

4
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda No.15 Samarinda, Kampus 1 UMKT
Telp. (0541) 748511, Kode Wilayah 75124 Website : www.umkt.ac.id

Kode : PROSEDUR Revisi :


LU/PM/LAB.02 00
PENCAPAIAN STANDAR KINERJA
Tgl Berlaku: PEMINJAMAN DAN PENGGUNAAN ALAT Halaman :
26 Desember 2017
LABORATORIUM

BAGAN ALUR PEMINJAMAN DAN PENGGUNAAN ALAT DI LABORATORIUM

MULAI MAHASISWA
Mengajukan peminjaman peralatan yang akan digunakan
menggunakan silarium

LABORAN
1. Menyetujui pengajuan peminjaman alat yang diajukan
PROSES oleh mahasiswa
2. laboran mengecek kesiapan kelayakan alat kemudian
Laboran menyerahkan alat kepada ketua /kelompok
mahasiswa Dosen penanggung jawab mengisi berita
acara praktikum

PELAKSANAAN DOSEN dan MAHASISWA


1. Dosen dan Mahasiswa menggunakan alat untuk kegiatan
praktikum
2. Mahasiswa membersihkan alat yang sudah digunakan
dan mengembalikan kepada laboran

SELESAI LABORAN
Laboran mengecek kelengkapan dan kondisi alat yang sudah
selesai digunakan

5
DAFTAR ISI

BAB I: PRAKTIKUM SISTEM ENDOKRIN

Prosedur Tindakan Pemeriksaan Gula Darah Kapiler..............................................................12

Prosedur Tindakan Perawatan Luka Diabetes Melitus (DM).................................................... 17

Prosedur Tindakan Pemberian Insulin................................................................................ 23

BAB II: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM PERKEMIHAN

Prosedur Tindakan Irigasi Kandung Kemih......................................................................... 31

Prosedur Tindakan Melatih Bladder Training...................................................................... 35

BAB III: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM MUSKULOSKELETAL

Prosedur Tindakan Range Of Motion (ROM)...................................................................... 43

BAB IV: KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM PERSYARAFAN

Prosedur Tindakan Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)......................................... 52

Prosedur Tindakan Pemeriksaan Saraf Kranial............................................................. 56

BAB V : KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM INTEGUMEN

Prosedur Tindakan Perawatan umum................................................................................. 72

Prosedur Tindakan Perawatan Luka Bakar........................................................................ 76

Prosedur Tindakan Perawatan Luka dengan Drain............................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB I
PRAKTIKUM SISTEM SISTEM ENDOKRIN
Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin pada tubuh.
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan hormon yang merupakan
sinyal kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah.
Faktor Risiko Gangguan Sistem Endokrin
Ada banyak faktor risiko yang membuat seseorang mengalami gangguan endokrin, yaitu:
1. Meningkatnya kadar kolesterol.
2. Riwayat keluarga dengan gangguan endokrin.
3. Inaktivitas.
4. Riwayat penyakit terhadap gangguan autoimun.
5. Pola makan yang tidak baik.
6. Kehamilan (pada kasus seperti hipotiroidisme).
7. Operasi, trauma, infeksi, atau cedera serius yang baru saja terjadi.
Penyebab Gangguan Sistem Endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan dalam dua kategori, meliputi:
1. Kelenjar menghasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin yang
disebut ketidakseimbangan hormon.
2. Pembentukan luka (seperti bintil atau tumor) pada sistem endokrin yang dapat atau
tidak memengaruhi kadar hormon.

Gejala Gangguan Sistem Endokrin

1. Diabetes
Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus yang terjadi
ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal. Gejala diabetes dapat meliputi:
1. Haus atau lapar yang berlebih.
2. Kelelahan.
3. Sering buang air kecil.
4. Mual dan muntah.
5. Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak disertai alasan.
6. Perubahan pada penglihatan.

2. Akromegali
Akromegali adalah gangguan ketika kelenjar pituitari menghasilkan hormon
pertumbuhan yang berlebih. Ini menyebabkan pertumbuhan yang berlebih, terutama
pada tangan dan kaki. Gejala akromegali biasanya meliputi:
1. Ukuran bibir, hidung, atau lidah yang terlalu besar.
2. Tangan atau kaki yang terlalu besar atau bengkak.

7
3. Perubahan struktur tulang muka.
4. Nyeri pada tubuh dan sendi.
5. Suara yang dalam.
6. Kelelahan dan kelemahan.
7. Sakit kepala.
8. Pertumbuhan tulang dan kartilago yang berlebih serta penebalan kulit.
9. Disfungsi seksual, termasuk penurunan libido.
10. Sleep apnea.
11. Gangguan pada penglihatan.

3. Penyakit Addison
Penyakit Addison ditandai dengan penurunan produksi kortisol dan
aldosteron akibat kerusakan kelenjar adrenal. Gejala penyakit Addison biasanya
meliputi:
1. Depresi.
2. Diare.
3. Kelelahan.
4. Sakit kepala.
5. Hiperpigmentasi pada kulit.
6. Hipoglikemia.
7. Nafsu makan rendah.
8. Tekanan darah rendah.
9. Periode menstruasi yang terlewat.
10. Mual dengan atau tanpa muntah.
11. Ingin mengonsumsi garam.
12. Penurunan berat badan.
13. Kelemahan.

4. Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh kelebihan kortisol yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal. Gejala dari sindrom cushing biasanya, meliputi:
1. Buffalo hump (lemak di antara bahu, seperti punuk).
2. Diskolorasi kulit seperti memar.
3. Kelelahan.
4. Merasa sangat haus.
5. Penipisan dan melemahnya tulang (osteoporosis).
6. Sering buang air kecil.
7. Gula darah tinggi (hiperglikemia).
8. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
9. Mudah marah dan perubahan mood.
10. Obesitas pada bagian atas tubuh.

8
11. Wajah bundar.
12. Kelemahan.

5. Penyakit Graves
Penyakit graves merupakan salah satu jenis hipertiroidisme yang
mengakibatkan produksi hormon tiroid. Gejala penyakit graves biasanya meliputi:
1. Mata menonjol.
2. Diare.
3. Kesulitan tidur.
4. Kelelahan dan kelemahan.
5. Goiter (pembesaran kelenjar tiroid).
6. Intoleransi terhadap panas.
7. Detak jantung yang tidak teratur.
8. Mudah marah dan perubahan mood.
9. Detak jantung berdebar cepat (takikardia).
10. Kulit yang tebal atau merah pada betis.
11. Tremor.
12. Penurunan berat badan.

6. Hashimoto’s Thyroiditis
Hashimoto’s thyroiditis adalah suatu kondisi ketika tiroid diserang oleh sistem
imun yang menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah.
Gejalanya meliputi:
1. Intoleransi terhadap dingin.
2. Konstipasi.
3. Rambut kering dan rontok.
4. Kelelahan.
5. Goiter (pembesaran kelenjar tiroid).
6. Nyeri sendi dan otot.
7. Periode menstruasi yang terlewat.
8. Detak jantung yang melambat.
9. Pertambahan berat badan.

7. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang
overaktif. Gejala umum dari hipertiroidisme meliputi:
1. Diare.
2. Kesulitan tidur.
3. Kelelahan.
4. Goiter.
5. Intoleransi terhadap panas.

9
6. Mudah marah dan perubahan mood.
7. Detak jantung yang cepat (takikardia).
8. Tremor.
9. Penurunan berat badan tanpa penyebab.
10. Kelemahan.

8. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme merupakan kondisi ketika tiroid underaktif dan menghasilkan
terlalu sedikit hormon tiroid. Gejala umum dari hipotiroidisme meliputi:
1. Intoleransi terhadap dingin.
2. Sembelit.
3. Menurunnya produksi keringat.
4. Rambut kering.
5. Kelelahan.
6. Goiter.
7. Nyeri pada sendi dan otot.
8. Periode menstruasi yang terlewat.
9. Detak jantung yang melambat.
10. Muka membengkak.
11. Kenaikan berat badan.

9. Prolaktinoma
Prolaktinoma muncul apabila kelenjar pituitari yang disfungsional menghasilkan hormon
prolaktin berlebih yang berguna dalam produksi ASI. Prolaktin berlebih dapat menyebabkan berbagai
gejala, seperti:
1. Disfungsi ereksi.
2. Kemandulan.
3. Kehilangan libido.
4. Periode menstruasi yang terlewat.
5. Produksi ASI tanpa penyebab.
Diagnosis Gangguan Sistem Endokrin
Tes darah dan urine untuk memeriksa kadar hormon dapat membantu dokter untuk
menentukan apakah seseorang memiliki gangguan endokrin. Tes imaging juga dapat
dilakukan untuk membantu menunjukkan lokasi bintil atau tumor.

Komplikasi Gangguan Sistem Endokrin


Terdapat beberapa komplikasi gangguan endokrin tertentu, meliputi:
1. Kegelisahan atau insomnia (pada banyak kondisi tiroid)
2. Koma (pada hipotiroidisme)
3. Depresi (pada banyak kondisi tiroid)
4. Penyakit jantung

10
5. Kerusakan saraf
6. Kerusakan atau gagal pada organ
7. Kualitas hidup yang tidak baik.

Pengobatan dan Efek Samping Gangguan Sistem Endokrin


Apabila gejala gangguan sistem endokrin mulai mengganggu, gejala tersebut
umumnya dapat diatasi dengan memperbaiki ketidakseimbangan hormon. Ini sering
dilakukan melalui pemberian hormon sintesis. Pada kasus prolaktinoma (ketika tumor non-
kanker menyebabkan gejala) operasi atau terapi radiasi dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Tidak jarang diagnosis dan perawatan penyebab gangguan endokrin dapat mengatasi gejala.

Pencegahan Gangguan Sistem Endokrin


Beberapa cara untuk mencegah munculnya gangguan sistem endokrin:
1. Tetap menjaga berat badan yang sehat, mengonsumsi makanan sehat, dan banyak
berolahraga.
2. Sertakan yodium dalam diet. Ini dapat membantu mencegah masalah tiroid.

11
SOP TINDAKAN PEMERIKSAAN GULA DARAH KAPILER

Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gula darah kapiler dengan benar

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan pemeriksaan gula darah kapiler
2. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan gula darah kapiler
3. Menerapkan pemeriksaan gula darah kapiler secara benar

Pengertian

Merupakan tindakan untuk proses pemeriksaan gula darah klien yang diambil pada bagian
pembuluh darah kapiler

Tujuan Pemeriksaan Gula Darah Kapiler

1. Memberikan informasi mengenai kemampuan metabolisme tubuh klien


2. Untuk evaluasi diagnosa dan manajemen klien dengan DM
3. Sebagai data penunjang berbagai diagnosa medis
4. Untuk mengevaluasi keadekuatan terapi

Nama Mahasiswa:

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji hasil dan respons klien terhadap pemeriksaan sebelumnya

2 Kaji pengetahuan klien mengenai prosedur dan perawatan diri


terkain dengan diabetes

3 Kaji program dari dokter mengenai frekuensi dan jenis


pemeriksaan glukosa

4 Kaji kesiapan klien

12
5 Kaji kesiapan perawat

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

Ketidakstabilan Gula Darah

Resiko syok (Hiperglikemia)


Fase pre interaksi

7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

 Monitor glukosa darah


 2 Kapas alkohol 70%
 Sarung tangan non steril
 Strip tes untuk monitor glukosa darah
 Lanset
 Penyuntik autoclix/ lancet
 Bola kapas
 Jam tangan / stopwatch
 Wadah penampung benda –benda tajam berbahaya
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

14 Mendekatkan alat-alat

15 Menanyakan tentang pilihan jari yang akan digunakan dan


penggunaan injektor lanset

Fase Kerja

16 Mengucapkan basmalah

17 Kalibrasikan mesin glukosa:

a. Nyalakan mesin
b. Bandingkan jumlah/kode pada mesin dengan jumlah
pada botol strip tes
c. Persiapkan mesin untuk digunakan; lihat buku petunjuk
penggunaan untuk mengetahui langkah-langkah dan
kesiapan indikator
d. Validasikan keakuratan mesin setiap hari atau sesuai
dengan kebijakan institusi dengan menggunakan
contoh larutan glukosa yang rendah dan tinggi

13
18 Ambil strip kimia dari wadah dan letakkan di dalam mesin
pemeriksa glukosa (sesuai dengan instruksi pabrik)

19 Pasang lanset ke dalam injector, jika digunakan, dan atur


pemicunya

20 Pasang sarung tangan

21 Pegang jari yang telah dipilih dan tekan kuat dari arah bawah
sampai ujung jari, atau bungkus jari dalam kain basah yang
hangat selama 30 detik atau lebih, (jika menggunakan alat
lenset lengan, juntaikan lengan selama 1 menit)

22 Bersihkan tempat tusukan jarum menggunakan kapas


beralkohol

23 Letakkan injektor berlawanan dengan jari (tempat ujung saraf


berjumlah lebih sedikit) dan lepaskan pemicunya, atau tusuk sisi
jari dengan lanset atau jarum dengan melakukan gerakan cepat.
(Jika menggunakan alat lanset lengan, tusuk area dengan alat
lanset)

24 Pegang strip kimia di bawah tempat pungsi/tusukan jari dan


remas kuat sampai tetesan darah cukup banyak sehinggga jatuh
ke strip dan menutupi kotak indikator. Jika menggunakan alat
lanset lengan, pegang strip di di dekat tetesan darah setelah
sejumlah darah yang tepat (sesuai denga intruksi pabrik)
didapatkan

25 Jika perlu, tekan tombol waktu di mesin segera setelah darah


menutupi kotak indikator atau area pada test strip. Sebagian
besar mesin secara otomatis akan memulai perhitungan waktu
dan tidak memerlukan tindakan untuk memulai penghitungan
waktu setelah darah bersentuhan dengan strip

26 Berikan tekanan ke tempat pungsi sampai perdarahan berhenti


(atau minta klien untuk melakukannya secara mandiri) dan
buang lanset ke dalam wadah penampung benda tajam yang
memiliki bahaya biologis

27 Saat waktu menunjukkan bahwa beberapa detik telah dilalui,


baca nilai glukosa pada layar bacaan digital

28 Buang bahan dan sarung tangan yang telah kotor ke dalam


wadah yang tepat

Fase Terminasi

29 Membaca hamdalah

30 Catat hasil pada lembar pencatatan glukosa dan berikan insulin


jika diindikasikan

14
31 Mengevaluasi respon klien

32 Memberi reinforcement positif

33 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

34 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

35 Merapikan alat

36 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

Evaluasi

37 Evaluasi Keperawatan yang sesuai


 Kadar Glukosa klien normal
 Klien terbebas dari cedera akibat dari efek kadar glukosa
yang tidak terkendali
Dokumentasi

38 Catat pada status klien:


 Metode pemeriksaan glukosa
 Kadar glukosa
 Ada atau tidak adanya tanda-tanda hipo atau
hiperglikemia
Keterangan :

Tidak = 0 Ya = 1

Jumlah nilai yang didapat


Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

15
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

16
SOP TINDAKAN PERAWATAN LUKA DIABETES MELITUS

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka DM dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan tujuan perawatan luka diabetes mellitus


2. Menjelaskan tahapan prosedur perawatan luka diabetes mellitus
3. Menerapkan perawatan luka diabetes mellitus secara benar.

Pengertian

suatu teknik aseptik yang bertujuan membersihkan luka dari jaringan nekrotik, slough untuk
mencegah terjadinya infeksi dan untuk mempercepat proses penyembuhan luka DM

Tujuan Perawatan luka DM


1. Mencegah infeksi
2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka/insisi
3. Membantu penyembuhan luka

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji kondisi balutan luka klien

2 Kaji kesiapan klien

3 Kaji kesiapan perawat

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Kerusakan integritas kulit/jaringan


 Risiko infeksi

Fase pre interaksi

17
5 Mencuci tangan

6 Mempersiapkan alat

 Plester/hipafik
 NaCl
 Bak instrument berisi (gunting debridement steril dan
2 pingset anatomis)
 Kasa steril
 Gunting
 Handscoon (bersih dan steril)
 Bengkok
 Perlak
 Kantong plastic
 baskom
 Penggaris
 Lidi kapas
 Penggaris
 Kom yang sudah berisi Nacl (clensing setelah
debridement)
 kassa gulung
Fase Orientasi

7 Memberi salam dan menyapa nama klien

8 Memperkenalkan diri

9 Melakukan kontrak

10 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

11 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

12 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

13 Membaca basmalah

14 Berikan privasi pada klien : tutup pintu kamar dan pasang tirai

15 Bantu klien pada posisi yang nyaman dan memudahkan untuk


melakukan pembersihan luka.

(ambil pengalas/perlak taruh bawah kaki yang terkena DM, kaki

18
diganjal, perlak dihubungkan dengan baskom

16 Lindungi atas tempat tidur dengan alas anti air

17 Pasang sarung tangan bersih

18 Buka balutan lama/kotor dengan alat bersih dan buang pada


tempat yang telah disediakan.

(Irigasi dengan air NaCl pada balutan untuk mempermudah


pelepasan)

19 Bersihkan sekeliling luka dari luar ke dalam

(tujuan agar tidak ada maserasi)

20 Bersihkan area luka dengan Nacl sambil digosok perlahan


dengan lembut.

(Kalau perlu dicuci dengan sabun)

Cleansing

21 Mengkaji luas luka, panjang luka, serta kedalaman luka (lidi


kapas). Menentukan gradenya. Dengan grade wagner:

0: tidak ada lesi yang terbuka, biasa terdapat deformitas atau


selulitis (kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki karena
neuropati).
1: luka superficial terbatas pada kulit (epidermisnya)
2: luka dalam sampai dengan tendon atau tulang tp belum ada
terbentuknya abses.
3: luka dalam dengan abses, osteomielitis atau sepsis
persendian.
4: Gangrene setempat setempat, ditelapak kaki, jari ataupun
tumit
5: Gangren pada seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
22 Buka bak instrument yang berisi (pingset steril, Gunting
debridement)

NB: jika Handscoon steril masih dalam bungkus segera dibuka

NB: posisi tutup bak instrument menghadap keatas.

19
23 Memakai handscoon steril

24 Melakukan debridement dengan membersihkan slough, bio film


atau jaringan nekrotik.

NB: Taruh kasa steril ditempat didaerah dekat luka (untuk


tempat slough/nekrotik) & antisipasi terjadi bledding)

Debridement

25 Irigasi dengan Nacl

- Bila ada asisten perawat minta bantuan untuk


mempertahankan tehnik steril)

- Bila Mandiri: salah satu tangan di non sterilkan untuk


melakukan irigasi/siapkan Nacl pada kom terlebih
dahulu

26 Keringkan luka dengan kasa steril

27 Beri dressing yang bisa menyerap eksudat banyak

(contoh cutimed alginate)

28 Tutup dengan dengan pet/ kassa steril

29 Balut/tutup dengan kassa gulung

30 Lepas handscoon

31 Fiksasi balutan dengan plester

32 Rapikan alat

33 Kembalikan klien ke posisi semula atau berikan posisi senyaman


mungkin

Fase Terminasi

34 Membaca hamdalah

35 Mengevaluasi respon klien

36 Memberi reinforcement positif

20
37 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

38 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

39 Mencuci tangan

Evaluasi

40 Evaluasi perasaan klien

41 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

42 Evaluasi respon klien

43 Evaluasi diri perawat

Dokumentasi

44 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, catat pula data


hasil pengkajian dan respons klien

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................

21
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

22
SOP TINDAKAN PEMBERIAN INSULIN

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemberian insulin SC dengan benar

Tujuan Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


4. Menjelaskan tujuan pemberian insulin SC
5. Menjelaskan tahapan prosedur pemberian insulin SC
6. Menerapkan pemberian insulin SC secara benar

Pengertian
Pemberian obat melalui parenteral (pemberian obat melalui jaringan tubuh) yang disuntikan
ke lapisan lemak melalui jaringan antara otot dan kulit.

Tujuan Pemberian Insulin SC

Memasukkan sejumlah obat yang disimpan di bawah kulit untuk diabsorbsi

Nama Mahasiswa:
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji kondisi kulit klien ( mis ; adanya kemerahan, hematoma,


jaringan parut,pembengkakan, robek, abrasi,lesi,
ekskoriasi,rambut yang berlebihan)

2 Kaji catatan program pengobatan selengkapnya

3 Kaji kesiapan klien

4 Kaji kesiapan perawat

5 Kaji adanya alergi pada klien

6 Sterilitas jarum pada spuit

7 Jenis insulin ( gunakan hanya insulin kerja cepat atau insulin


kerja singkat)

8 Kaji pengetahuan klien dan kemampuan untuk melaksanakan


terapi insulin

23
9 Tanggal kadaluarsa obat

10 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Ketidakstabilan kadar glukosa darah


 Risiko infeksi
 Kurang pengetahuan

Fase pre interaksi

11 Mencuci tangan

12 Mempersiapkan alat

 Catatan pemberian obat manual/ elektronik


 2 Kapas alkohol 70%
 Sarung tangan nonsteril
 Plester perekat
 Obat yang akan diberikan
 Spuit 2-3 ml dengan jarum ½ -7/8 inci
 Nampan / troli obat
 Lokasi Injeksi : lengan bawah bagian dalam, abdomen,
dada bagian atas, punggung dibawah scapula)
Fase Orientasi

13 Memberi salam dan menyapa nama klien

14 Memperkenalkan diri

15 Melakukan kontrak

16 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

17 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

18 Mempersiapkan obat dengan prinsip benar pemberian obat

Fase Kerja

19 Membaca basmalah

20 Menjaga privasi klien

21 Gunakan sarung tangan (Handscoon)

22 Pilih area injeksi di lengan atas atau abdomen dan jauh dari
area injeksi sebelumnya.

Rotasikan area injeksi

23 Posisikan klien untuk menampilkan area injeksi yg dipilih

24 Bersihkan area injeksi dengan alkohol dan biarkan mengering

24
25 Buka kap penutup jarum

26 Pegang kira- kira 2,5 cm kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari
dan jari

27 Ajak klien bicara, dan peringatkan bahwa Anda akan


menusukkan jarum

28 Dengan tangan dominan, tusukkan jarum pada sudut 45˚


dengan cepat dan lancar ; untuk klien dengan jaringan lemak
yang lebih tebal, tusukkan jarum dengan sudut 90˚

29 Segera lepas lipatan kulit pada tangan nondominan

30 Aspirasi dengan menarik plunger dan perhatikan tabung spuit


untuk melihat adanya aliran balik darah

31 Jika darah tidak mengalir, injeksikan obat dengan perlahan dan


lancar

32 Jika ada liaran darah yang keluar :

Tarik jarum dari kulit

Beri tekanan pada area injeksi tersebut sekitar 2 menit

Amati adanya hematoma dan memar

Beri plester berperekat jika perlu

Siapkan obat baru, mulai dari langkah 1, dan pilih area injeksi
yang baru

33 Setelah obat diinjeksikan, tarik jarum dengan sudut yang sama


dengan sudut penusukan jarum

34 Bersihkan area injeksi dengan kapas alcohol yang baru dan pijat
ringan

35 Beri plester berperekat jika perlu

36 Kaji klien dan area injeksi setelah 5 menit, setelah 15 menit,


kemudian secara periodik selama klien masih di lingkungan
klinik

37 Buang semua alat yang sudah terpakai ke tempat yang sesuai

38 Dokumentasikan prosedur pemberian obat ke dalam catatan


pemberian obat

Fase Terminasi

39 Membaca hamdalah

40 Mengevaluasi respon klien

25
41 Memberi reinforcement positif

42 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

43 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

44 Merapikan alat

45 Mencuci tangan

Evaluasi

46 Evaluasi respon klien

47 Evaluasi diri perawat

Dokumentasi

48 Nama obat

49 Tanggal dan waktu obat yang diberikan

50 Dosis yang diberikan

51 Penyuluhan tentang obat atau teknik injeksi

26
Keterangan :

Tidak = 0 Ya = 1

Jumlah nilai yang didapat


Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

27
BAB II
PRAKTIKUM SISTEM SISTEM PERKEMIHAN

Sistem urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan juga
uretra (saluran kencing). Setiap bagian dalam sistem urinaria memiliki fungsi dan
peranannya masing-masing. Melalui saluran kemih, urine yang membawa limbah dan racun
akan dikeluarkan dari dalam tubuh
Bagian dari Sistem Urinaria dan Fungsinya
Urine adalah limbah cair yang terdiri dari air, garam, dan zat sisa metabolisme tubuh,
seperti urea dan asam urat. Agar proses berkemih atau buang air kecil berlangsung normal,
semua bagian dalam sistem urinaria perlu bekerja dengan baik.
Berikut ini adalah organ-organ yang tergolong dalam sistem urinaria beserta
fungsinya:
1. Ginjal
Tubuh manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di area punggung kiri dan kanan,
tepat di bawah tulang rusuk bagian belakang. Masing-masing ginjal memiliki ukuran
sebesar kepalan tangan orang dewasa dan berbentuk menyerupai kacang.

Fungsi utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah, menyaring zat limbah
atau sisa metabolisme tubuh, menghasilkan hormon yang berfungsi untuk
mengendalikan tekanan darah dan produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau
tingkat keasaman darah.
2. Ureter
Ureter adalah bagian dari sistem urinaria yang berbentuk menyerupai saluran pipa atau
tabung. Ureter berfungsi untuk mengalirkan urine dari masing-masing ginjal untuk
ditampung di kandung kemih.
3. Kandung kemih
Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini bertugas menyimpan urine.
Jika kandung kemih sudah terisi penuh oleh urine, akan timbul dorongan untuk buang
air kecil. Kandung kemih orang dewasa mampung menampung urine hingga 300–500
ml.
4. Uretra
Uretra atau saluran kencing adalah saluran yang menghubungkan antara kandung
kemih ke lubang saluran kemih pada ujung penis atau vagina.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm, sedangkan uretra pada wanita
hanya sekitar 4 cm saja. Pada bagian antara kandung kemih dan uretra terdapat cincin
otot atau sfingter yang bertugas menjaga urine agar tidak bocor.

28
Berbagai Penyakit pada Sistem Urinaria ,
Gangguan pada sistem urinaria dapat terdeteksi dari perubahan warna urine. Urine yang
sehat dan normal umumya berwarna jernih, kekuningan, hingga kuning keemasan. Warna
urine tersebut berasal dari zat yang disebut urokrom. Namun, konsumsi makanan dan obat
tertentu terkadang juga dapat mengubah warna urine. Adanya masalah pada sistem urinaria
atau saluran kemih tidak hanya ditandai dengan perubahan warna urine. Berikut ini adalah
beberapa masalah atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem urinaria:
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di bagian mana pun dari sistem
urinaria, mulai dari ginjal hingga saluran kemih. Wanita berisiko lebih besar terkena ISK
dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan jarak antara lubang saluran kemih dan anus
pada wanita lebih dekat.
2. Batu saluran kemih
Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah kondisi ketika terbentuk batu di sistem urinaria,
seperti batu ginjal, batu ureter, atau batu kandung kemih. Ukuran batu umumnya
bervariasi. Semakin besar ukuran batu yang terbentuk, semakin besar pula risiko batu
tersebut menyumbat aliran urine dan menimbulkan penyakit.
3. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika fungsi otot atau saraf pada kandung dan
saluran kemih mengalami gangguan, sehingga tidak dapat mengendalikan proses
buang air kecil.
Penyakit ini bisa membuat Anda tiba-tiba mengompol, terlebih saat batuk atau
bersin. Inkontinensia urine sering terjadi pada lansia, namun tidak menutup
kemungkinan orang yang lebih muda juga mengalaminya.
4. Uretritis
Uretritis adalah peradangan pada uretra. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh infeksi
bakteri di saluran kemih. Uretritis dapat menyebabkan rasa nyeri dan dorongan untuk
lebih sering buang air kecil.
5. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam urine
meningkat. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah kecil
di ginjal yang berfungsi untuk menyaring limbah dan kelebihan air dari darah. Sindrom
nefrotik dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya riwayat infeksi dan peradangan.
Sindrom nefrotik dapat menyebabkan gejala seperti urine berbusa, kelelahan,
tidak nafsu makan, serta pembengkakan di kaki, wajah, dan berbagai bagian tubuh,
seperti wajah dan sekitar mata.

29
6. Sindrom nefritik
Sindrom nefritik adalah pembengkakan atau peradangan pada ginjal. Kondisi ini dapat
menyebabkan nyeri panggul, buang air kecil lebih sering dan terasa nyeri, urine tampak
keruh atau kemerahan, sakit pinggang atau perut, serta pembengkakan di wajah dan
kaki. Jika tidak segera diobati, sindrom nefritik dapat menyebabkan gagal ginjal.
7. Gagal ginjal
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu menyaring darah dan membuang cairan
serta zat limbah tubuh.
Kerusakan ginjal yang menyebabkan gagal ginjal dapat disebabkan oleh berbagai hal,
mulai dari efek samping obat-obatan, cedera berat pada ginjal, dehidrasi, hingga penyakit
tertentu, seperti hipertensi dan diabetes menahun yang tidak ditangani dengan baik.
Ketika mengalami gagal ginjal, seseorang akan mengalami beberapa gejala seperti
berkurangnya jumlah urine, tidak buang air kecil sama sekali selama berhari-hari,
pembengkakan di kaki, sesak napas, lemas, hingga pucat.
Jika Anda mengalami masalah pada sistem urinaria, terlebih jika disertai keluhan seperti
demam, nyeri pinggang atau punggung yang sangat berat, nyeri saat berkemih, dan
terdapat darah atau nanah pada urine, segera konsultasikan ke dokter urologi untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
Diagnosis dan penanganan yang tepat akan mencegah kerusakan sistem urinaria,
sehingga kondisi tersebut dapat diobati dengan baik. Hal ini penting dilakukan guna
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut akibat kerusakan berat pada sistem urinaria
berat.

30
SOP TINDAKAN IRIGASI KANDUNG KEMIH

Tujuan umum
Mahasiswa mampu irigasi kandung kemih dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

4. Menjelaskan tujuan irigasi kandung kemih


5. Menjelaskan tahapan prosedur irigasi kandung kemih
6. Menerapkan irigasi kandung kemih secara benar.

Pengertian

Memberikan cairan dalam bledder untuk membersihkan bledder.

Tujuan Irigasi kandung kemih


1. Membersihkan bledder

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji bledder

2 Kaji kesiapan klien

3 Kaji kesiapan perawat

4 Kaji kebutuhan klien terhadap prosedur

5 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Nyeri akut
 Gangguan rasa nyaman

Fase pre interaksi

31
6 Mencuci tangan

7 Mempersiapkan alat

 Larutan irigasi steril


 Selang irigasi dengan klem
 Pole IV
 Kapas antiseptic
 Wadah metric
 Konektro Y
 Selimut mandi k/p
 Sarung tangan
Fase Orientasi

8 Memberi salam dan menyapa nama klien

9 Memperkenalkan diri

10 Melakukan kontrak

11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

Fase Kerja

13 Membaca basmalah

14 Menjaga privasi klien

15 Atur posisi klien agar nyaman dan tidak menghambat aliran


selang

16 Kaji abdomen bawah terhadap tanda distensi kandung kemih

17 Menggunakan antiseptic, masukkan ujung selang irigasi dalam


kantong yang berisi larutan irigasi

18 Tutup klem pada selang dan gunting larutan pada pole IV

19 Buka klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang


pertahankan akir selang steril

32
20 Usap por irigasi dari cateter berlumen tripel atau hubungkan
konektor Y ke kateter lumen ganda (pastikan terhubung kuat)

21 Untuk aliran intermiten, klem selang pada system drainase dan


buka klem pada system irigasi dan alirkan sejumleh cairan yang
diharuskan masuk

22 Untuk irigasi kontinyu, hitung tetesan dan sesuaikan klem pada


selang, pastikan selang pada drainase terbuka dan control
volume cairan yang masuk

23 Buang alat yang terkontaminasi, lepas sarung tangan dan cuci


tangan

24 Catat jumlah cairan yang digunakan sebagai irigasi, jumlah yang


keluar dan konsistensi drainase

Terminasi

25 Membaca hamdalah

26 Mengevaluasi respon klien

27 Memberi reinforcement positif

28 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

29 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

33
Evaluasi

30 Evaluasi perasaan klien

31 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

32 Evaluasi respon klien

33 Evaluasi diri perawat

Dokumentasi

34 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, catat pula data


hasil pengkajian dan respons klien

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

34
SOP TINDAKAN BLADDER TRAINING

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melatih bladder training dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

7. Menjelaskan tujuan melatih bladder training


8. Menjelaskan tahapan prosedur melatih bladder training
9. Menerapkan melatih bladder training secara benar.

Pengertian

Latihan yang dilakukan untuk mengembalikan tonus otot kandung kemih agar fungsinya kembali
normal dengan cara menstimulasi atau menghambat penegluaran air kemih.

Tujuan Melatih bladder training


1. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri
2. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama
3. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena
pemasangan kateter

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji pesanan medis untuk prosedur

2 Kaji durasi pemasangan dower kateter

3 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai prosedur


yang akan dilakukan

4 Kaji kebutuhan klien terhadap prosedur

5 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Inkontinensia urin
 Kurang perawatan diri : toileting

35
Fase pre interaksi

6 Mencuci tangan

7 Mempersiapkan alat

 Klem
 Sarung tangan bersih jika perlu
 Catatan keperawatan
Fase Orientasi

8 Memberi salam dan menyapa nama klien

9 Memperkenalkan diri

10 Melakukan kontrak

11 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

12 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

Fase Kerja

13 Membaca basmalah

14 Menjaga privasi klien

15 Mengatur pencahayaan, penerangan, dan suasana lingkungan


ruangan yang kondusif

Dengan Kateter : Prosedur 1 jam

16 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
sampai dengan jam 19.00.

17 Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem

18 Setiap 1 jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00


sampai dengan jam 20.00 dengan cara klem kateter dibuka

19 Pantau kondisi urin setiap kali kandung kemih dikosongkan.


Catat produksi urin.

36
20 Pada malam hari setelah jam 20.00 klem kateter dibiarkan
terbuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan yang berlaku

21 Prosedur diulang untuk hari berikutnya sampai program


tersebut berjalan lancar dan berhasil

Dengan Kateter : Prosedur 2 jam

22 Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
sampai dengan jam 19.00.

23 Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem

24 Setiap 2 jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00


sampai dengan jam 21.00 dengan cara klem kateter dibuka

25 Pantau kondisi urin setiap kali kandung kemih dikosongkan.


Catat produksi urin.

26 Pada malam hari setelah jam 21.00 klem kateter dibiarkan


terbuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan yang berlaku

27 Prosedur diulang untuk hari berikutnya sampai program


tersebut berjalan lancar dan berhasil

Bebas Kateter

Prosedur dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah berjalan lancer selama 3-7 hari

28 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
hingga jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan

29 Melepas kateter

30 Atur posisi yang nyaman untuk klien.

Bantu klien untuk konsentrasi BAK kemudian lakukan


penekanan pada area kandung kemih

31 Lakukan pengosongan kandung kemih setiap jam dengan


menggunakan urinal

32
Berikan minum terakhir jam 19.00, tidak boleh diberi minum

37
sampai jam 07.00 pagi untuk menghindarkan klien dari
basahnya urin pada malam hari

33 Memberitahu klien bahwa pengosongan kandung kemih


selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali. Bila ada rangsangan
BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya

Terminasi

34 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

35 Mengumpulkan dan membersihkan alat

36 Melepaskan sarung tangan

37 Membaca hamdalah

38 Mengevaluasi respon klien

39 Memberi reinforcement positif

40 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

41 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

42 Mencuci tangan

Evaluasi

43 Respon klien terhadap prosedur (adanya rangsangan/stimulasi

38
untuk berkemih)

44 Keberhasilan prosedur

Dokumentasi

45 Catat hari dan waktu pelaksanaan prosedur tindakan

46 Catat kondisi haluaran urin

47 Catat dan laporkan adanya temuan abnormal

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

39
BAB III
PRAKTIKUM SISTEM SISTEM MUSKULOSKELETAL

Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi pada ligamen,


otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. Sistem muskuloskeletal tubuh sendiri
adalah struktur yang mendukung anggota badan, leher, dan punggung.
Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal terjadi ketika kamu terlalu sering menggunakan atau
menyalahgunakan sekelompok otot atau tulang untuk waktu yang lama tanpa istirahat.
Risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Paksaan: Menggunakan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan, seperti
mengangkat, mendorong, menarik, ataupun membawa benda-benda berat.
2. Pengulangan: Melakukan tindakan sama berulang kali dengan otot atau sendi yang
sama.
3. Postur: Membungkuk atau memutar tubuh kamu untuk waktu yang lama.
4. Getaran: Mengoperasikan mesin dan peralatan yang bergetar.
Penyebab Gangguan Muskuloskeletal
Penyebab nyeri muskuloskeletal bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat tergantung dari:
1. Usia: Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel tubuh yang
rusak.
2. Pekerjaan: Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau
menyebabkan sikap tubuh yang buruk, sehingga membuat kamu berisiko mengalami
gangguan muskuloskeletal.
3. Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak
aktif, seperti duduk sepanjang hari dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal.
4. Gaya hidup: Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal.
Jaringan otot bisa rusak akibat kelelahan dengan kegiatan sehari-hari. Cedera atau trauma
di suatu bagian yang disebabkan oleh gerakan tiba-tiba, kecelakaan mobil, dan jatuh juga
dapat menyebabkan nyeri muskuloskeletal. Penyebab lain nyeri termasuk salahnya posisi
tulang belakang dari postur tubuh yang buruk atau pendeknya otot dari kurangnya aktivitas.
Gejala Gangguan Muskuloskeletal
Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum, termasuk:
1. Nyeri/ngilu.
2. Kelelahan.
3. Gangguan tidur.
4. Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan.
5. Penurunan rentang gerak.

40
6. Hilangnya fungsi.
7. Kesemutan.
8. Mati rasa atau kekakuan.
9. Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun.
Diagnosis Gangguan Muskuloskeletal
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis secara menyeluruh untuk
mengetahui penyebab pasti dari rasa sakit. Kemudian, dokter mungkin menguji otot dan
sendi untuk mengetahui:
1. Kelemahan atau degenerasi
2. Setiap kedutan yang dapat menunjukkan kerusakan saraf
3. Pembengkakan atau kemerahan
Maka dokter mungkin melakukan tes pencitraan untuk mengonfirmasi diagnosis jika terdapat
gangguan tertentu. Lalu, melakukan rontgen untuk melihat tulang atau tes darah
mengetahui penyakit rematik.
Pengobatan Gangguan Muskuloskeletal
Untuk nyeri ringan atau sesekali, kamu bisa mendapatkan obat pereda nyeri yang
dijual bebas. Sementara untuk sakit yang lebih parah, kamu mungkin perlu penghilang rasa
sakit yang lebih kuat yang akan memerlukan resep dari dokter. Untuk nyeri yang
berhubungan dengan pekerjaan, maka terapi fisik dapat membantu kamu menghindari
kerusakan lebih lanjut dan mengontrol rasa sakit. Terapi manual atau mobilisasi dapat
digunakan untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang belakang.
Pengobatan lain mungkin termasuk:
1. teknik relaksasi
2. terapi pijat
3. suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi
4. penguatan otot dan latihan peregangan
Jika tidak ditangani dengan baik, komplikasi, atau efek gangguan muskuloskeletal bisa
menyebabkan nyeri yang berkepanjangan.
Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal
Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu mencegah:
1. Letakkan benda yang sering digunakan dekat dengan kamu dan mudah diraih untuk
menghindari peregangan berlebih pada lengan.
2. Gunakan mesin pembantu sebisa mungkin, seperti menggunakan troli dan bukan
menjinjing tas belanja jika memang belanjaan kamu banyak atau menggunakan alat-
alat listrik bukan alat-alat tangan.
3. Jika kamu perlu duduk untuk waktu yang lama, sebaiknya gunakan kursi yang
empuk.

41
4. Mengatur meja kerja kamu secara efektif, seperti menempatkan pulpen dan telepon
di sebelah kiri atau kanan tergantung dari posisi tangan.
5. Pertimbangkan menggunakan headset untuk ponsel jika kamu sering membuat
panggilan telepon.
6. Batasi mengangkat beban yang berat.
7. Menggunakan desain alat yang berbeda yang menurunkan kekuatan dan mudah
digenggam.
8. Beristirahat singkat saat melakukan kegiatan yang berulang atau dalam jangka
panjang.

42
SOP TINDAKAN RANGE OF MOTION (ROM)

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan range of motion (ROM) dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

10. Menjelaskan tujuan range of motion (ROM)


11. Menjelaskan tahapan prosedur range of motion (ROM)
12. Menerapkan range of motion (ROM) secara benar.

Pengertian

Latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena
penyakit, disabilitas, atau trauma, di mana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif maupun pasif

Tujuan Range of motion (ROM)


1. Untuk mempertahankan mobilisasi sendi dan kekuatan pada otot
2. Mencegah terjadinya kontraktur

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji kemampuan mobilisasi klien

2 Kaji adanya pembatasan aktivitas

3 Kaji adanya nyeri pada daerah persendian

4 Diagnosa keperawatan yang sesuai:


Fase pre interaksi

5 Mencuci tangan

Fase Orientasi

6 Memberi salam dan menyapa nama klien

43
7 Memperkenalkan diri

8 Melakukan kontrak

9 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

10 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

11 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

12 Menjaga privasi klien

13 Membaca “basmalah”

14 Mengatur ketinggian tempat tidur

15 Membantu klien dalam posisi tidur terlentang

16 Melatih pergerakan otot dan persendian dimulai dari kepala dan


leher

a. Fleksi dan ekstensi


 Letakkan salah satu telapak di bawah kepala klien dan
telapak tangan lainnya di bawah dagu
 Tekuk kepala ke depan hingga dagu menempel di dada,
kemudian kembali ke posisi tegak
b. Fleksi lateral
 Letakkan kedua tangan pada pipi kanan dan kiri klien
 Tekuk kepala ke arah samping (ke arah bahu) kanan dan
kiri bergantian
17 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah bahu

a. Rotasi lateral
 Letakkan kedua telapak tangan pada pipi kanan dan kiri
klien
 Palingkan muka ke arah samping kanan dan kiri bergantian
b. Fleksi ekstensi
 Pegang tangan klien di bawah siku dengan satu tangan,
sementara tangan lain memegang pergelangan tangan
 Angkat tangan ke atas hingga mencapai bagian kepala
tempat tidur, kembalikan ke posisi semula
c. Abduksi
 Angkat tangan klien ke samping hingga mencapai kepala
bagian tempat tidur
d. Adduksi anterior dan posterior
 Gerakkan tangan klien melewati tubuh hingga mencapai
tangan klien yang lain, kembalikan ke posisi semula
e. Rotasi internal dan eksternal bahu
 Gerakkan tangan ke samping setinggi bahu hingga
membentuk sudut 900 dengan tubuh. Tekuk sendi siku
sehingga jari-jari menghadap ke atas
 Gerakkan tangan ke arah bawah sehingga telapak tangan

44
menyentuh tempat tidur. Naikkan tangan hingga
punggung telapak tangan menyentuh tempat tidur
18 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah siku

a. Fleksi eksternal
 Tekuk siku hingga jari-jari menyentuh dagu dan kemudian
luruskan
b. Supinasi-pronasi
 Putar lengan bawah ke arah luar sehingga telapak tangan
menghadap ke atas
 Putar lengan bawah ke arah sebaliknya sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah
19 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah
pergelangan tangan

Untuk memberikan latihan pada pergelangan tangan, tekuk


tangan klien pada siku. Pegang pergelangan tangan klien dengan
satu tangan dan tangan lainnya digunakan untuk memberikan
latihan

a. Fleksi-ekstensi
 Tekuk telapak tangan ke arah bagian dalam lengan bawah
dan kemudian luruskan telapak tangan sehingga sebidang
dengan lengan bawah
b. Abduksi/fleksi radial/deviasi radial
 Bengkokkan telapak tangan ke samping ke arah ibu jari
dan luruskan kembali
c. Adduksi/fleksi/deviasi ulnar
 Bengkokkan telapak tangan ke samping ke arah kelingking
dan luruskan kembali
d. Sirkumduksi
 Putar telapak tangan dengan pergelangan tangan sebagai
poros
20 Melatih pergerakan otot dan persendian pada daerah jari-jari
tangan dan ibu jari

Cara memegang tangan klien sama dengan pada saat


menggerakkan pergelangan tangan

a. Fleksi-ekstensi
 Kepalkan jari-jari tangan klien dna kemudian luruskan
kembali
b. Hiperekstensi
 Bengkokkan jari-jari ke belakang sejauh mungkin
c. Abduksi-adduksi
 Kembangkan jari-jari tangan dan kemudian rapatkan
kembali
d. Oposisi
 Sentuhkan ujung ibu jari dengan jari-jari lainnya secara
bergantian
e. Sirkumduksi
 Putar ibu jari klien dengan sumbu sendi metakarpal

45
f. Abduksi-adduksi
 Rentangkan ibu jari ke samping. Dekatkan kembali dengan
jari lain
21 Melatih pergerakan otot dan persendian pada panggul

Latihan pasif panggul dan lutut dapat dilakukan bersamaan.


Untuk memberikan latihan pada panggul dan lutut, letakkan satu
tangan di bawah lutut klien dna tangan lainnya di bawah tumit

a. Fleksi-ekstensi
 Angkat kaki dan tekuk lutut
 Gerakkan lutut ke arah dada sejauh mungkin
 Turunkan kaki, luruskan, dan kembalikan ke posisi semula
b. Abduksi-adduksi
 Gerakkan kaki ke samping menjauhi sumbu tubuh dan ke
arah sebaliknya hingga menyilang kaki lainnya di depan
c. Rotasi internal
 Putar kaki ke arah dalam
d. Rotasi eksternal
 Putar kaki ke arah samping tubuh
22 Melatih pergerakan otot dan persendian pada lutut

a. Fleksi-ekstensi
 Dilakukan bersamaan dengan fleksi-ekstensi panggul
23 Melatih pergerakan otot dan persendian pada pergelangan kaki

Tempatkan satu tangan di bawah tumit dan tangan lainnya di


bagian atas telapak kaki

a. Dorso fleksi
 Dorong telapak kaki ke arah kaki dan kembalikan ke posisi
semula
b. Plantar fleksi
 Dorong telapak kaki ke arah bawah dan kembalikan ke
posisi semula
c. Eversi
 Putar telapak kaki ke arah luar
d. Inversi
 Putar telapak kaki ke arah dalam
e. Sirkumduksi
 Putar telapak kaki dengan poros pada sendi tumit
24 Melatih pergerakan otot dan persendian pada jari-jari kaki

a. Fleksi-ekstensi
 Letakkan jari-jair tangan perawat di bawah jari-jari klien
 Dorong jari-jari ke arah atas dan kemudian ke arah bawah
b. Abduksi-adduksi
 Lebarkan jari-jari kaki bersama-sama
 Dekatkan jari kaki bersama-sama
Fase Terminasi

25 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

46
26 Mengumpulkan dan membersihkan alat

27 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

28 Membaca hamdalah

29 Mengevaluasi respon klien

30 Memberi reinforcement positif

31 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

32 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan
sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada
pasien.

33 Mencuci tangan

Evaluasi

Kenyamanan klien selama latihan


34

Kemampuan rentang pergerakan klien


35

Kekuatan otot klien


36

Temuan-temuan mengenai kondisi persendian


37

Dokumentasi

38 Catat sendi yang dilatih, adanya edema, nyeri yang timbul saat
latihan, adanya batasan ROM, dan toleransi klien terhadap latihan

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

47
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

48
BAB IV
PRAKTIKUM SISTEM PERSARAFAN

Sistem saraf manusia memiliki peran yang penting, khususnya dalam pengaturan
dan pengendalian seluruh aktifitas tubuh setiap saat.
Sistem saraf berperan dalam penghantaran impuls (rangsangan) ke susunan saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang), pemprosesan impuls, dan perintah untuk memberikan
tanggapan rangsangan kepada otot dan kelenjar.
Sebagai sebuah sistem, maka unsur-unsur pendukung mekanisme kerja saraf harus
dapat berfungsi dengan baik.
Apabila salah satu komponen dalam sistem saraf terganggu, maka akan menghambat
mekanisme kerja dalam sistem saraf tersebut.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kerusakan dari sistem saraf manusia.
Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rusak atau berkurangnya kerja sistem
saraf manusia sebagai berikut.
1. Luka, sehingga sistem saraf menjadi rusak
2. Serangan virus dan bakteri pada otak
3. Kerusakan genetikal (akibat faktor genetis)
4. Penggunaan obat-obatan
5. Benturan dengan benda keras
6. Kelainan dan penyakit pada sistem saraf.
Berikut ini macam-macam gangguan dan penyakit pada sistem saraf manusia.
1. Stroke
Stroke adalah penyakit pada otak akibat dari tersumbat atau pecahnya pembuluh darah
pada otak.
Penyempitan pembuluh darah adalah penyebab dari terjadinya penyakit ini. Penderita
stroke memiliki wajah yang asimetri.
2. Hilang Ingatan (Amnesia)
Para penderita amnesia, akan mengalami kesulitan mengingat dan kebingungan.
Penyakit ini dapat bersifat sementara sehingga ingatannya menjadi pulih, atau dapat juga
permanen.
Kondisi penderita amnesia tergantung dari parah atau tidaknya trauma otak.
Trauma pada otak ini biasanya disebabkan oleh benturan atau kecelakaan.
3. Epilepsi

49
Epilesi atau ayan adalah gangguan pada sistem saraf sehingga menyebabkan kejang
(kontaksi keras pada otot tubuh).
Kejang pada penderita epilepsi disebabkan aktivitas listrik yang tidak normal pada otak.
Kejang ini akan disertai dengan busa dan dapat terjadi secara mendadak serta berulang-
ulang. Banyak penyebab dari epilepsi, diantaranya infeksi, cedera otak, dan juga tumor
otak.
4. Neuritis
Neuritis adalah kelainan pada sistem saraf karena adanya tekanan, pukulan, keracunan,
patah tulang serta kekurangan vitamin B komplek (B1, B6, B12).
Penderita neuritis akan lebih sering mengalami kesemutan pada sekujur tubuhnyam
terutama tangan dan kaki.
5. Parkinson
Parkinson merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan karena kekurangan
neurotransmiter dopamine pada dasar ganglion.
Ciri-ciri dari penderita Parkinson yang tampak jelas, antara lain tangan gemetaran waktu
istirahat, susah bergerak, mata sulit berkedip, otot terasa kaku. Kondisi yang demikian
menyebabkan kaki menjadi kaku saat bergerak dan berjalan.
6. Meningitis
Meningitis atau dikenal dengan radang selaput otak merupakan infeksi pada selaput yang
menutupi otak dan sumsum tulang belakang.
Gejala umum dari meningitis, antara lain badan demam, sakit kepala yang berlebihan,
leher terasa kaku dan adanya ruam-ruam pada kulit.
Meningitis dapat disebabkan oleh serangan virus atau bakteri. Meningitis akibat serangan
bakteri akan jauh lebih serius, karena dapat menyebabkan kerusakan otak bahkan
kematian.
7. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan penyakit pada otak yang terjadi akibat penumpukan cairan di
dalam otak, sehingga menyebabkan pembengkakan di dalam otak dan kepala tampak
semakin membesar.
Penumpukan ini menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak, sehingga akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pada pusat-pusat saraf vital.
8. Migrain
Migrain adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan rasa nyeri kepala
berdenyut yang disertai mual dan muntah.
Gangguan ini dapat terjadi akibat adanya aktivitas berlebih impuls listrik otak yang
meningkatkan aliran darah di otak.

50
Aktivitas tersebut mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak dan juga
peradangan.
12. Radang Otak
Radang otak merupakan peradangan akut pada otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Gejala radang otak, antara lain demam yang tinggi, sakit kepala, merasa ngantuk, dan
sering bingung.
Respon sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus ini justru dapat menyebabkan
pembengkakan di otak.
Akibatnya, semakin lama tidak ada ruang untuk berkembang dan otak akan mendorong
tengkorak kepala, sehingg otak terluka dan meradang.
13. Tumor Otak
Tumor pada otak dapat disebabkan oleh pertumbuhan tak terkendali pada sel-sel di
dalam jaringan otak. Terdapat dua jenis tumor pada otak.
Tumor yang tumbuh langsung di otak disebut tumor otak primer, sedangkan tumor yang
tumbuh di bagian lain dari tubuh dan menyebar hingga ke otak dinamakan tumor otak
sekunder (metastatik).
14. Polio
Polio terjadi karena adanya infeksi virus polio pada bagian sumsum tulang belakang.
Penyakit ini lebih sering menyerang pada anak-anak.
Penderita folio dapat mengalami demam, kelumpuhan, dan sakit kepala yang berakhir
pada hilangnya refleks. Polio dapat dicegah dengan imunisasi polio.
15. Alzheimer
Alzhaimer atau kepikunan disebabkan oleh perubahan abnormal di otak, sehingga fungsi
otak sebagaian besar hilang.
Penderita Alzheimer akan mengalami kepikunan, kebingungam, perubahan suasana hati
dengan cepat, dan hilangnya kontrol terhadap kemampuan fisik dan mental.

51
SOP TINDAKAN PEMERIKSAAN GLACGOW COMA SCALE (GCS)

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan GCS dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

13. Menjelaskan tujuan pemeriksaan GCS


14. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan GCS
15. Menerapkan pemeriksaan GCS secara benar.

Pengertian

Pemeriksaan secara teliti terhadap pemeriksaan kesadaran dengan GCS

Tujuan Pemeriksaan GCS


1. Menilai tingkat kesadaran klien secara kuantitatif

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji kesiapan klien dan perawat

2 Diagnosa keperawatan yang sesuai:


Fase pre interaksi

3 Mencuci tangan

4 Mempersiapkan alat

 Form penilaian GCS


Fase Orientasi

5 Memberi salam dan panggil nama klien

6 Memperkenalkan diri

7 Melakukan kontrak

52
8 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

9 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

10 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

11 Membaca basmalah

12 Memasang tirai/penutup

Mata

13 Perhatikan apakah klien membuka mata secara spontan. Jika ya,


lanjutkan untuk pemeriksaan verbal klien. Jika tidak lanjutkan untuk
pertanyaan no.2

14 Minta klien untuk membuka mata (Pak/Bu, coba matanya dibuka),


jika klien menurut beri nilai 3, jika tidak lanjutkan untuk perintah ke
3

15 Tekan kuku jari atau periorbiotal, jika ada reaksi beri angka 2, jika
tidak ada reaksi beri nilai 1

Verbal

16 Panggil nama klien dan tanyakan dia berada di mana, tanyakan


tentang waktu dan orang di sekitarnya. Bila klien menjawab dengan
jelas dan benar, lanjutkan untuk pemeriksaan motorik. Jika tidak,
lanjutkan untuk pertanyaan selanjutnya

17 Jika klien mampu menjawab namun jawaban tidak tepat (confuse),


maka beri nilai 4

18 Jika klien mampu menjawab sebuah pertanyaan namun tidak berupa


kalimat yang jelas dan hanya sekedar kata (Misalkan: Bapak berada
di mana sekarang ? Yah..sini), maka beri nilai 3

19 Jika klien hanya mampu mengerang ketika dipanggil namanya, beri


nilai 2, namun jika tidak bereaksi, maka beri nilai 1

Note : Jika klien mengalami afasia, maka V ditulis afasia

Motorik

20 Minta klien untuk mangangkat tangan atau organ tubuh lainnya (Pak
coba angkat tangan), jika klien mampu mengikuti perintah, nilai 6,
jika klien tidak mampu mengikuti perintah, lanjutkan untuk instruksi
selanjutnya

21 Lakukan tekanan/beri rangsang nyeri pada daerah supraorbita atau


menekan kuat pada kuku, klien mampu menepisnya atau menarik
tangannya, beri nilai 5

53
22 Jika ada respon menghindar dengan teknik tersebut, beri nilai 4,
namun jika tidak ada reaksi tersebut, lakukan instruksi selanjutnya

23 Berikan penekanan dengan menggunakan pensil atau benda tajam


lain pada daerah siku, jika klien menarik tangan ke arah axis tubuh
(flexi/decortikasi), beri nilai 3

24 Bila respon berupa deserebrasi (siku ekstensi dan pergelangan


tangan fleksi) beri nilai 2

Jika tidak ada respon sama sekali beri nilai 1

Note : Jika klien mengalami pareses/paralysis, beri keterangan M parese

Fase Terminasi

25 Membaca hamdalah

26 Merapikan klien

27 Mengevaluasi respon klien

28 Memberi reinforcement positif

29 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

30 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha
penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan
sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.

31 Mencuci tangan

Evaluasi

32 Evaluasi penilaian terhadap pemeriksaan GCS

33 Evaluasi respon klien

Dokumentasi

34 Catat tanggal/waktu pemeriksaan tingkat kesadaran, catat keluhan


dan kelainan yang ditemukan selama pemeriksaan serta respon klien
pada status/catatan perkembangan klien

54
Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

55
SOP TINDAKAN PEMERIKSAAN SARAF KRANIAL

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan saraf kranial dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

16. Menjelaskan tujuan pemeriksaan saraf kranial


17. Menjelaskan tahapan prosedur pemeriksaan saraf kranial
18. Menerapkan pemeriksaan saraf kranial secara benar.

Pengertian

Pemeriksaan secara teliti terhadap pemeriksaan saraf kranial

Tujuan Pemeriksaan saraf kranial


1. Mengetahui tanda-tanda kelainan saraf

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji adanya keluhan yang mengganggu pemeriksaan

2 Kaji kesiapan klien dan perawat

3 Diagnosa keperawatan yang sesuai:


Fase pre interaksi

4 Mencuci tangan

5 Mempersiapkan alat

 Dua sumber aroma yang berbeda (jeruk dan kopi)


 Penlight
 Koran
 Snellen Chart
 Kapas dipilin
 Jarum
 Benda tumpul

56
 Jam dengan detik
 Garputala
 Tongspatel
 kapas
Fase Orientasi

6 Memberi salam dan panggil nama klien

7 Memperkenalkan diri

8 Melakukan kontrak

9 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

10 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

11 Mendekatkan alat-alat

12 Mempersilahkan klien/keluarga untuk bertanya sebelum dimulai


tindakan

Fase Kerja

13 Membaca basmalah

14 Memasang tirai/penutup

15 Mengatur posisi klien

N I (Nervus Olfaktorius)

16 Memberitahukan kepada klien bahwa daya penciumannya akan


diperiksa

17 Melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada sumbatan atau


kelainan pada rongga hidung

18 Meminta klien untuk menutup mata dan salah satu lubang hidung

19 Meminta klien untuk mencium bau-bauan tertentu (yang telah


disiapkan) melalui lubang hidung yang terbuka

20 Meminta klien menyebutkan jenis bau yang diciumnya

21 Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk lubang hidung yang


satunya

22 Melaporkan hasil pemeriksaan n. olfaktorius

N II (Nervus Optikus)

23 Memberitahukan kepada klien bahwa akan diperiksa daya


penglihatannya

24 Memastikan bahwa klien tidak mempunyai kelainan pada mata


misalnya, katarak, jaringan parut atau kekeruhan pada kornea,

57
peradangan pada mata (iritis, uveitis), glaucoma, korpus alienum

Ketajaman Penglihatan (Acuty of sense) Kasar

25 Meminta klien untuk membaca Koran dengan berbagai ukuran huruf


dengan kedua mata klien

26 Meminta klien untuk membaca Koran dengan berbagai ukuran huruf


dengan salah satu mata tertutup

Ketajaman Penglihatan Visus (Acies visus)

27 Meminta klien untuk membaca huruf pada Snellen Chart meminta


klien untuk menutup salah satu mata

28 Meminta klien untuk membaca huruf pada Snellen Chart meminta


klien menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh pemeriksa

Meminta klien untuk menebak petunjuk tangan pemeriksa

29 Pemeriksa berada pada jarak 1-6 meter dari klien

30 Meminta klien untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa


mata sebelah kanan

31 Meminta klien untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang


diperlihatkan kepadanya

32 Jika klien tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka
pemeriksa menggunakan lambaian tangan dan meminta klien
menentukan arah gerakan tangan pemeriksa

Lapangan Pandang (Visual Field)

33 Minta klien duduk atau berdiri dihadapan pemeriksa dengan jarak


kira-kira 1 meter, dengan posisi mata sejajar

34 Saat memeriksa mata kanan klien, minta mata kiri ditutup dengan
tangan atau kertas, dan sebaliknya, sedangkan pemeriksa menutup
mata kanan dan sebaliknya

35 Minta klien memfiksasi (melihat terus) pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa selalu melihat mata kanan klien

36 Pemeriksa menggerakkan jari tangan di bidang pertengahan dari arah


luar ke dalam

37 Jika klien melihat gerakan jari-jari pemeriksa, minta untuk


memberitahu pemeriksa, lalu dibandingkan dengan pemeriksa dan
lakukan dari semua jurusan

N III, IV, dan VI (Nervus Okulomotorius, Troklearis, dan Abdusens)

N III

58
38 Menyinari senter ke dalam tiap pupil. Mulai menyinari dari arah
belakang dari sisi klien, sinari satu mata dan perhatikan kontriksi pupil
yang terkena sinar

39 Menyinari senter ke dalam tiap pupil. Mulai menyinari dari arah


belakang dari sisi klien, perhatikan pula kontriksi pupil yang tidak
terkena sinar

N IV

40 Minta klien mengatur posisi dengan kepala tegak lurus

41 Letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid line mata, gerakkan


obyek ke arah kanan

42 Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus

N VI

43 Minta klien untuk melihat ke arah kiri dan kanan tanpa menengok

N V (Nervus Trigeminus)

Pemeriksaan Motorik

44 Meminta klien untuk merapatkan gigi sekuat-kuatnya

45 Pemeriksa mengamati m. maseter dan m. temporalis (normal:


kekuatan kontraksi sisi kanan dan kiri sama)

46 Meminta klien mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada m.


temporal dan m. maseter

47 Meminta klien untuk membuka mulut

48 Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan


gigi seri atas dan bawah (apabila ada kelumpuhan, dagu akan
terdorong kea rah lesi)

Pemeriksaan Sensorik

49 Usap pilinan kapas pada kelopak mata atas dan bawah

50 Usap pula dengan pilinan kapas pada maxilla dan mandibula dengan
mata klien tertutup. Dan perhatikan apakah klien merasakan adanya
sentuhan

51 Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah


dahi, pipi, dan rahang bawah

52 Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air


hangat pada daerah dahi, pipi, dan rahang bawah

Pemeriksaan Refleks Kornea

53
Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal klien akan menutup

59
mata/berkedip)

54 Menanyakan apakah klien dapat merasakan sentuhan tersebut

Pemeriksaan Refleks Masseter

55 Meminta klien untuk sedikit membuka mulutnya

56 Meletakkan jari telunjuk kiri pemeriksa di garis tengah dagu klien

57 Mengetok jari telunjuk kiri pemeiksa dengan jari tengah tangan kanan
pemeriksa atau dengan palu refleks

58 Mengamati respon yang muncul : kontraksi . masseter dna mulut akan


menutup

N VII (Nervus Facialis)

Pemeriksaan Motorik

59 Meminta klien untuk duduk dengan posisi istirahat (rileks)

60 Pemeriksa mengamati muka klien bagian kiri dan kanan apakah


simetris atau tidak

61 Pemeriksa mengamati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata,


lipatan kulit nasolabial, dan sudut mulut

62 Meminta klien menggerakkan mukanya dengan cara sbb:

 Mengerukan dahi, bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam


 Mengangkat alis
 Menutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membuka
mata dengan tangan
 Memoncongkan bibir atau nyengir
 Meminta klien menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa
menekan pipi kiri dan kanan untuk mengamati apakah
kekuatannya sama. Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar
dari bagian yang lumpuh
Pemeriksaan Viseromotorik (parasimpatis)

63 Memeriksa kondisi kelenjar lakrimalis, basah atau kering

64 Memeriksa kelenjar sublingualis

65 Memeriksa mukosa hidung dan mulut

Pemeriksaan sensorik

66 Meminta klien untuk menuliskan apa yang dirasaknnya pada secarik


kertas

67 Meletakkan gula, asam garam, atau sesuatu yang pahit pada sebelah
kiri dan kanan dari 2/3 bagian depan lidah

68 Meminta klien menjulurkan lidah

60
69 Melaporkan hasil pemeriksaan n. facialis

N VIII (Nervus Vestibulokokhlearis)

Pemeriksaan Weber

70 Untuk membandingkan daya transport melalui tulang di telinga kanan


dan kiri klien

71 Garputala digetarkan kemudian diletakkan di dahi klien

Pada keadaan normal kiri dan kanan sama keras (klien tidak dapat
menentukan di mana yang lebih keras)

72 Bila terdapat tuli konduksi di sebelah kanan, misal oleh karena otitis
media, pada tes weber terdengar kiri lebih besar. Bila terdapat tuli
konduksi di sebelah kiri, maka pada tes weber terdengar lebih besar di
kanan

Pemeriksaan Rinne

73 Untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara dari


klien. Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara di dengar lebih
lama daripada melalui tulang

74 Garputala digetarkan dan ditempatkan pada planum mastoid sampai


klien tidak dapat mendengarnya lagi, kemudian garputala dipindahkan
ke depan meatus eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih
terdengar dikatak tes positif

75 Pada orang normal atau tuli persepsi, tes Rinne ini positif. Pada tuli
konduksi tes Rinne negatif

Pemeriksaan Schwabach

76 Untuk membandingkan hantaran tulang klien dengan hantaran tulang


pemeriksa (dengan anggapan pendengaran pemeriksa adalah baik)

77 Garputala yang telah digetarkan ditempatkan di prosesus mastoideus


klien. Bila klien sudah tidak mendengar lagi suara garputala tersebut,
maka segera garputala dipindahkan ke prosesus mastoideus
pemeriksa

78 Bila hantaran tulang klien baik, maka pemeriksa tidak akan


mendengar suara mendenging lagi. Keadaan ini dinamakan
Schwabach normal

79 Bila hantaran tulang si klien kurang baik, maka pemeriksa masih


mendengar suara getaran garputala tersebut. Keadaan ini dinamakan
Schwabach memendek

Tes Romberg

80 Klien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki lainnya

61
81 Minta tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki lainnya
(tandem)

82 Lengan dilipat pada dada, dan mata terpejam dan nilai kemampuan
klien berdiri selama 30 detik atau lebih

Stepping Test

83 Minta klien berjalan di tempat dengan mata tertutup dengan


kecepatan biasa sebanyak 50 langkah sambil beritahu klien untuk
tetap di tempat dan tidak beranjak dari tempatnya selama tes

Salah Tunjuk (Past Pointing)

84 Klien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh


telunjuk pemeriksa

85 Minta klien menutup mata dan mengangkat tangan tinggi-tinggi


(sampai vertikal), lalu kembali ke posisi semula

Tes untuk menilai vertigo

Manuver Nylen-Barany (maneuver Hallpike)

86 Klien di minta berbaring di meja periksa dengan posisi kepala 300 di


bawah horizon dan mata klien tetap terbuka agar pemeriksa dapat
melihat adanya nistagmus

87 Kepala ditolehkan ke kiri luruskan, lalu ditolehkan ke kanan,


perhatikan kapan nistagmus dan tanyakan pada klien apa ada vertigo

N IX dan X (Nervus Glassopharyngeus)

Pemeriksaan Fungsi Motorik

88 Minta klien mengucapkan “aaaaaa”, bila tidak keluar suara =


kelumpuhan cabang saraf X yaitu nervus laringeus rekurens,
perhatikan apakah posisi ovula tepat di tengah atau tertarik ke satu
sisi

89 Minta klien mengucapkan “ari lari di lorong-lorong lurus” = artikulasi


yang baik (melibatkan N V, VII, IX, X, dan XII)

Refleks Menelan

90 Tekan posterior dinding pharynx dengan tongspatel, akan terlihat


klien seperti menelan

Refleks Wahing

91 Rangsang dengan menggunakan kapas pada hidung

N XI (Nervus Accessorius)

Pemeriksaan Otot Sternokleidomastoideus

62
92 Minta klien menoleh ke samping melaan tahanan. Apakah
sternokleidomastodeus dapat terlihat ? Apakah atropi ? Kemudian
palpasi kekuatannya

Pemeriksaan Otot Trapezius

93 Letakkan tangan pemeriksa pada bahu penderita. Bandingkan


kekuatan otot kiri dan kanan

94 Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan

95 Minta klien mengekstensikan kepalanya

N XII (Nervus Hypoglossus)

96 Minta klien menjulurkan lidahnya, inspeksi posisi lidah (normal,


asimetris/deviasi)

97 Minta klien mengeluarkan lidah dan memasukkan dengan cepat dan


minta untuk menggerakkan ke kiri dan ke kanan

Atau

98 Minta klien untuk mendorong pipi dalam (bucal) pada sisi kiri dan
kanan secara bergantian

99 Pastikan kekuatan lidah dengan menggunakan jari pemeriksa sebagai


penahan, lalu bandingkan kekuatan lidah

Fase Terminasi

100 Membaca hamdalah

101 Mengevaluasi respon klien

102 Memberi reinforcement positif

103 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

104 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau maha
penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit
lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada pasien.

105 Merapikan alat

106 Mencuci tangan

63
Evaluasi

107 Evaluasi adanya kelainan saraf

108 Evaluasi respon klien

Dokumentasi

109 Catat tanggal/waktu pemeriksaan saraf kranial, keluhan dan kelainan


yang diketemukan selama pemeriksaan serta respon klien pada
status/catatan perkembangan klien

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

64
BAB V
PRAKTIKUM SISTEM INTEGUMEN

Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas. Sistem ini terdiri atas kulit dan
aksesorinya, termasuk rambut, kuku, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf
khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Fungsi dari sistem integumen sendiri adalah melindungi struktur internal, mencegah
masuknya kuman penyebab penyakit, mengatur suhu tubuh, melakukan proses ekskresi
melalui keringat, melindungi bahaya sinar matahari, dan juga memproduksi vitamin D.
Berikut ini adalah bagian-bagian dari anatomi fisiologi sistem integumen.
1. Epidermis
Epidermis sering kita sebut sebagai kulit luar. Kulit luar ini jika dikumpulkan akan menjadi
organ terbesar dari tubuh. Luas permukaannya sendiri adalah sekitar 18 meter persegi.
Epidermis memiliki beberapa lapisan yang mengandung empat jenis sel, yaitu :
a.Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering, tidak berinti,
inti selnya sudah mati, dan megandung zat keratin.
b. Stratum lusidum.
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan
terlihat seperti suatu pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat
disebut stratum lusidum.
c. Stratum granulosum.
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti ditengah dan
sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau gabungan keratin dengan hialin.
Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri
dari 5-8 lapisan. sel-selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop,
sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai
tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar.
Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau
menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.

65
Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada
hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau jembatan
interselular.
e. Stratum Basal/Germinativum.
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal/basis, stratum
germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir
yang halus disebut butir melanin warna.
Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membran disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran
basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis.

2. Dermis
Dermis adalah lapisan kulit yang berada di bawah epidermis. Penyusun
utama dari dermis adalah kolagen (protein penguat), serat retikuler (serat protein yang
berfungsi sebagai penyokong), dan serat elastis (protein yang berperan dalam
elastisitas kulit).
ermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh
membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas ini
tidak jelas hanya diambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
1. Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
2. Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke
subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari serabut-serabut yaitu
serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang berbeda.
Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastic untuk
memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar
dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
a) Unsur sel dermis
Unsure utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan terdapat sel lemak yang
berkelompok. Disamping itu ada juga sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen
pada lingkungan epidermis yang banyak mengandung pigmen misalnya areola
mammae dan sekitar anus.
b) Serat otot

66
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk berkas dihubungkan
dengan folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran diseluruh dermis dalam
jumlah yang cukup banyak pada kulit, puting susu, penis, skrotum dan sebagian
perenium.
3. Hipodermis
Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan
antara lapisan kulit dengan struktur internal seperti otot dan tulang. Terdapat
pembuluh darah, saraf dan limfe dengan jaringan penyambung yang terisi sel lemak.
Jaringan lemak bekerja sebagai penyekat panas dan menyediakan penyangga bagi
lapisan kulit diatasnya.
Pembuluh darah kulit terdiri dari Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-
sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis.
Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga
membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini di sebut perikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama pada
tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama
(berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker (pegas) bila tekanan
trauma mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di
bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

Jaringan kulit.
Kulit disebut juga integument atau kutis yang tumbuh dari dua macam jaringan yaitu
jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang)
yang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam).
Kelenjar-kelenjar kulit
1. Kelenjar sebasea
Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah folikel
rambut. Kelenjar yang tidak berhubungan dengan folikel rambut bermuara langsung ke
permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans penis, labium minus, dan kelenjar
tarsalia pada kelopak mata.
Kelenjar ini terletak dalam dermis dan tidak terdapat pada kulit telapak kaki dan tangan.
Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar sebasea terutama terjadi selama pubertas di
bawah control hormone, sekresi sebum terjadi terus menerus dan bermanfaat untuk
pemeliharaan kesehatan kulit.
2. Kelenjar keringat

67
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang tidak bercabang, terdapat pada
seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis dan gendang telinga.
Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan kaki. Bagian sekretorisnya
terletak di dalam dermis atau hypodermis dan bergabung membentuk massa tersendiri.
Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan berkelok-kelok menyatu dengan
epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan kulit. Tempat bermuaranya
disebut pori keringat. Terdapat 2 macam kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin
dan apokrin.
a. Kelenjar keringat ekrin.
Tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali kulup penis bagian dalam dan telinga
luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Badan kelenjar terdapat diantara
perbatasan kulit ari (epidermis) dan kulit dermis. Salurannya berkelok-kelok keluar
dan berada pada lapisan jangat yang berjalan lurus ke pori-pori keringat.
b. Kelenjar keringat apokrin.
Kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit
puting susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur. Kelenjar ini terletak lebih dalam dan
saluran keduanya berbelok-belok kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara
pada folikel rambut.
3. Kelenjar payudara (glandula mamae)
Glandula mamae termasuk kelenjar kulit karena berasal dari lapisan ektodermal yang
secara fungsional termasuk sistem reproduksi. Kelenjar ini terletak di atas fasia pektoralis
superfisilis yang dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan jaringan
lemak. Kelenjar ini melekat erat dengan kulit diatasnya. Disekitar putting susu (papila
mamae) terdapat reticulum kutis yang tumbuh dengan baik dan dinamakan ligamentum
suspensorium. Ke dalam putting susu bermuara 15-20 duktuli laktiferus.
Disekitar papilla mamae terdapat areala mamae yang mengandung kelenjar sebasea
montgomeri (glandula areola mammae) yang berfungsi untuk melindungi dan melicinkan
putting susu pada waktu bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan tidak
menyusui, alveoli tampak kecil dan padat berisi sel-sel granular. Pada waktu hamil,
alveoli akan membesar dan sel-sel membesar.
Pigmentasi kulit.
Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri. Kandungan karoten (pigmen)
darah pada pembuluh darah, dermis memberikan warna kemerahan dan kandungan
pigmen melanin memberikan bayangan coklat.
Melanin terletak di dalam lapisan basal dan bagian bawah lapisan taju yang dibuat oleh
epidermis khusus yaitu melanosit yang bertebaran diantara keratinosit lapis basal dan

68
lapis taju dalam folikel rambut dan jaringan ikat dermis. Perbedaan warna kulit
disebabkan oleh karena perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di dalam keratinosit.
Pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu keturunan, hormone, dan
lingkungan. Faktor genetic mempengaruhi ukuran satuan melanin epidermis. Hormone
pemacu malanosit MSH (melanosit stimulating hormon) merangsang perpindahan
melanosom ke dalam cabang-cabang sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor
lingkungan seperti ultraviolet meningkatkan kegiatan enzim melanosit serta
meningkatkan produksi melanin dan penimbunannya di dalam keratinosit sehingga kulit
menjadi coklat.
Pembuluh Darah
1) Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar.
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini
berjalan arteriole pada tiap-tiap papilla kori.
2) Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam.
Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anyaman ini memberikan cabang-
cabang pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di korium.
Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang terdapat
pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh darah
balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh darah balik
yang ke dalam.
Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena diperkirakan 1/5
dari darah yang beredar malalui kulit. Disamping itu pembuluh darah pada kulit sangat
cepat menyempit/melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit,
nyaeri dan emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflek.

Saraf kulit.
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri
dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik.
Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit,
sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau
kulit. Pada kulit ujung-ujung, saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan
untuk menerima rangsangan.
Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di
epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah
merupakan suatu organ.

69
Pelengkap kulit
1. Kuku
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal
falang terkhir jaringan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan dengan dermis dan
epidermis.
Struktur kuku.
Alat kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di bawahnya
menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit oleh lipatan kulit
yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu
erat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan
karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasar kuku.
Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku sebgai
epikondrium atau kutikula.
Pertumbuhan kuku.
Dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar, kuku menghasilkan geseran lambat
lempeng kuku di atas dasr kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm perminggu.

2. Rambut.
Rambut merupakan benang keratin elastic yang berkembang dari epidermis dan tersebar
disekujur tubuh kecuali telapak kaki dan telapak tangan, permukaan dorsal falang distal,
lingkung lubang dubur dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan
akan yang tertanam dalam kulit.
Akar rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk dari bagian yang bersal dari
epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat).
a) Struktur rambut
Medula. Merupakn bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari 2-3 lapis sel
kubis yang mengkerut satu sam lain, dan dipisahkn oleh ruang berisi udara.
Korteks. Merupakan bagian utama rambut yang terbentuk dari beberapa lapis sel
gepeng, panjang, dan berbentuk gelombang yang membentuk keratin keras.
Kutikula. Terdapat pada permukaan, selapis sel tipis, jernih dan kutikula tidak berinti,
kecuali yang terdapat pada akar rambut.
b) Folikel rambut.
Folikel rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung jaringan ikat bagian luar
(sarang akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian dalam
berasal dari epidermis. Folikel yang mengembung membentuk bulbus rambut dan
berhubungan dengan papilla di tempat persatuan akar rambut dan selubungnya.
c) Sarung akar asal dermis.

70
Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang berjalan memanjang
sesuai dengan lapisan reticular dermis.
Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papilla dermis. Lapisan dalam
berupa sabk homogeny sempit yang disebut glassy, membrane basal di bawah
epidermis. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel polygonal yang
menyerupai sel-sel stratum spinosum epidermis.
Sedangkan sarung akar rambut dalam merupakan sarung berat tanduk yang
membungkus akar rambut yang sedang tumbuh, menghasilkan keratin lunak, juga
ditemukan pada epidermis
.

71
SOP TINDAKAN PERAWATAN LUKA (UMUM)

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan perawatan luka
2. Menjelaskan tahapan prosedur perawatan luka
3. Menerapkan perawatan luka secara benar

Pengertian

Perawatan luka yang disertai penggantian balutan untuk membantu proses penyembuhan luka.

Tujuan

1. Menghilangkan sekresi yang menumpuk dari jaringan mati pada luka dan insisi
2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka/insisi
3. Membantu penyembuhan luka

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji pesanan dokter termasuk balutan, prosedur rawat luka dan


frekuensi ganti balut

2 Kaji jenis dan lokasi luka/insisi

3 Kaji tingkat nyeri klien dan kapan terakhir mendapatkan obat


penghilang nyeri

4 Kaji riawayat alergi terhadap obat atau plester

5 Pada geriatrik dan anak-anak, klien mengalami imunosupresi


dan resistensi, perlu tindakan asepsis yang ketat untuk
mengurangi paparan mikroorganisme

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Kerusakan integritas kulit/jaringan

72
 Risiko infeksi

Fase pre interaksi

7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

 Set ganti balut steril (1 buah pinset sirurgis, 1 buah pinset


anatomis, 1 buah gunting jaringan, 2 kom kecil, kassa)
 K/p kassa steril dan bantalan penutup
 Plester
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan tidak steril
 Handuk/kain penutup
 Cairan pembersih : Bethadine, Normal saline
 Kapas alkohol
 Bengkok
 Kapas bulat dan lidi kapas steril
 Korentang steril
 Kantong plastik
 Meja dorong
 Perlak/alas plastik
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

14 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

15 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran.

16 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik.

17 Menyiapkan peralatan di atas meja dorong

18
Membuka set instrumen steril dan atur posisi alat dengan

73
korentang

19 Menyiapkan pengalas/perlak/plastik dan piala ginjal ke dekat


luka

20 Memberikan klien posisi yang tepat untuk perawatan luka

21 Melepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung


tangan/pinset dan kapas alkohol.

22 Mengkaji kondisi luka

23 Melepaskan sarung tangan (Cuci tangan bila perlu)

24 Membuka alat steril dan pertahankan supaya tidak


terkontaminasi, tuangkan larutan antiseptik, tambahkan alat
dan bahan yang diperlukan*)

25 Menggunakan sarung tangan steril*)

26 Membersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan tetap


mempertahankan sterilitas*)

27 Memberikan terapi sesuai advis*)

28 Menutup luka dengan kassa steril sesuai dengan kondisi luka*)

29 Membuka sarung tangan

30 Memfiksasi kassa dengan plester

31 Mengembalikan klien ke posisi semula

Fase Terminasi

32 Membaca hamdalah

33 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

34 Mengevaluasi respon klien

35 Memberi reinforcement positif

36 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

37 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain

74
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

38 Mengumpulkan dan membersihkan alat

39 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

Evaluasi

40 Kebutuhan frekuensi ganti balut

41 Efek plester pada kulit

42 Tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luka

Dokumentasi

43 Lokasi dan jenis luka luka/insisi

44 Keadaan balutan sebelumnya

45 Cairan atau obat yang digunakan untuk merawat luka

46 Pendidikan yang telah diberikan untuk klien

47 Toleransi klien terhadap prosedur

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

75
SOP TINDAKAN PERAWATAN LUKA BAKAR

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan tujuan perawatan luka
2. Menjelaskan tahapan prosedur perawatan luka
3. Menerapkan perawatan luka secara benar

Pengertian

Perawatan luka yang disertai penggantian balutan untuk membantu proses penyembuhan luka.

Tujuan

1. Menghilangkan sekresi yang menumpuk dari jaringan mati pada luka dan insisi
2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka/insisi
3. Membantu penyembuhan luka

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji pesanan dokter termasuk balutan, prosedur rawat luka dan


frekuensi ganti balut

2 Kaji jenis dan lokasi luka/insisi

3 Kaji tingkat nyeri klien dan kapan terakhir mendapatkan obat


penghilang nyeri

4 Kaji riawayat alergi terhadap obat atau plester

5 Pada geriatrik dan anak-anak, klien mengalami imunosupresi


dan resistensi, perlu tindakan asepsis yang ketat untuk
mengurangi paparan mikroorganisme

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Kerusakan integritas kulit/jaringan

76
 Risiko infeksi

Fase pre interaksi

7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

 Set ganti balut steril (1 buah pinset sirurgis, 1 buah pinset


anatomis, 1 buah gunting jaringan, 2 kom kecil, kassa)
 K/p kassa steril dan bantalan penutup
 Plester
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan tidak steril
 Handuk/kain penutup
 Cairan pembersih : Normal saline
 Obat : luka Bakar (Salep)
 Kapas alkohol
 Bengkok
 Kapas bulat dan lidi kapas steril
 Korentang steril
 Kantong plastik
 Meja dorong
 Perlak/alas plastik
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

14 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

15 Jaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran.

16 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik.

17 Menyiapkan peralatan di atas meja dorong

77
18 Membuka set instrumen steril dan atur posisi alat dengan
korentang

19 Menyiapkan pengalas/perlak/plastik dan piala ginjal ke dekat


luka

20 Memberikan klien posisi yang tepat untuk perawatan luka

21 Melepaskan plester dan balutan dengan menggunakan sarung


tangan/pinset dan kapas alkohol.

22 Mengkaji kondisi luka

23 Melepaskan sarung tangan (Cuci tangan bila perlu)

24 Membuka alat steril dan pertahankan supaya tidak


terkontaminasi, tuangkan larutan antiseptik, tambahkan alat
dan bahan yang diperlukan*)

25 Menggunakan sarung tangan steril*)

26 Membersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dengan tetap


mempertahankan sterilitas*)

27 Memberikan terapi sesuai advis*) /Obat Luka Bakar

28 Menutup luka dengan kassa steril sesuai dengan kondisi luka*)

29 Membuka sarung tangan

30 Memfiksasi kassa dengan plester

31 Mengembalikan klien ke posisi semula

Fase Terminasi

32 Membaca hamdalah

33 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

34 Mengevaluasi respon klien

35 Memberi reinforcement positif

36 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

37 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau

78
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain
engkau, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak
meninggalkan sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap
salam pada pasien.

38 Mengumpulkan dan membersihkan alat

39 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

Evaluasi

40 Kebutuhan frekuensi ganti balut

41 Efek plester pada kulit

42 Tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luka

Dokumentasi

43 Lokasi dan jenis luka luka/insisi

44 Keadaan balutan sebelumnya

45 Cairan atau obat yang digunakan untuk merawat luka

46 Pendidikan yang telah diberikan untuk klien

47 Toleransi klien terhadap prosedur

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

79
SOP TINDAKAN PERAWATAN LUKA DENGAN DRAIN

Tujuan umum
Mahasiswa mampu merawat luka dengan drain dengan benar

Tujuan khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

19. Menjelaskan tujuan merawat luka dengan drain


20. Menjelaskan tahapan prosedur merawat luka dengan drain
21. Menerapkan merawat luka dengan drain secara benar.

Pengertian

Merawat luka klien dengan menggunakan drain yang berfungsi untuk mengeluarkan sekresi luka

Tujuan Merawat luka dengan drain


1. Mengangkat penumpukan sekresi dan jaringan mati dari luka atau insisi
2. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau daerah insisi
3. Membantu proses penyembuhan luka

Nama Mahasiswa :

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tdk Ket.

Pengkajian

1 Kaji jenis drain yang digunakan klien

2 Kaji advis dokter untuk tindakan perawatan drain dan frekuensi


ganti balut

3 Kaji jenis, penampilan, dan lokasi luka atau insisi

4 Kaji waktu pemberian obat anti nyeri terakhir

5 Kaji riwayat alergi klien terhadap bethadine atau plester

6 Diagnosa keperawatan yang sesuai:

 Kerusakan integritas Kulit


 Resiko Infeksi
Fase pre interaksi

80
7 Mencuci tangan

8 Mempersiapkan alat

 Set ganti balut steril (1 buah pinset sirurgis, 1 buah pinset


anatomis, 1 buah gunting jaringan, 2 kom kecil, kassa)
 Plester
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan tidak steril
 Handuk/kain penutup
 Cairan pembersih : Bethadine, Normal saline
 Kapas alkohol
 Bengkok
 Korentang
 Kantong plastik
 Perlak/alas plastik
 Meja dorong
Fase Orientasi

9 Memberi salam dan menyapa nama klien

10 Memperkenalkan diri

11 Melakukan kontrak

12 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur pelaksanaan

13 Menanyakan kesediaan klien untuk dilakukan tindakan

14 Mendekatkan alat-alat

Fase Kerja

15 Membaca ’Basmalah’ dan memulai tindakan dengan baik

16 Menjaga privasi: tutup pintu dan jendela / pasang sampiran

17 Menggunakan sarung tangan bersih

18 Menyiapkan peralatan di atas meja dorong

19 Membuka set instrumen steril dan atur posisi alat dengan


korentang

20 Menyiapkan plastik dan piala ginjal ke dekat luka

21 Memberikan klien posisi yang tepat untuk perawatan drain

22 Membuka plester searah tumbuhnya rambut dan balutan lama


dengan hati-hati

23 Mengganti sarung tangan bersih dengan sarung tangan steril

24 Membersihkan sekitar luka drain dengan kapas alkohol/normal


saline dengan arah memutar ke arah keluar

81
25 Membersihkan luka sesuai dengan kondisi luka dari daerah
bersih ke kotor

26 Melipat kassa dengan arah memanjang dan letakkan


mengelilingi drain hingga terbungkus

27 Menutup luka dengan kassa

28 Memasang plester

Fase Terminasi

29 Membaca hamdalah

30 Merapikan klien dan memberikan posisi yang nyaman

31 Mengevaluasi respon klien

32 Memberi reinforcement positif

33 Membuat kontrak pertemuan selanjutnya

34 Mengakhiri pertemuan dengan baik: bersama klien membaca


doa

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


klienannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah ia, engkau
maha penyembuh, tiada yang menyembuhkan selain engkau,
sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan
sakit lagi) dan berpamitan dengan mengucap salam pada
pasien.

35 Mengumpulkan dan membersihkan alat

36 Melepaskan sarung tangan & mencuci tangan

Evaluasi

37 Adanya tanda-tanda infeksi dan tingkat penyembuhan luka

38 Toleransi klien terhadap prosedur yang dilakukan

Dokumentasi

39 Lokasi dan jenis luka luka/insisi

40 Keadaan balutan sebelumnya

41 Status luka dan jenis drain yang digunakan

42 Karakteristik cairan drainage (jumlah, warna, konsistensi, bau)

82
43 Cairan atau obat yang digunakan untuk merawat luka

44 Toleransi klien terhadap prosedur

Keterangan :
Tidak = 0 Ya = 1
Jumlah nilai yang didapat
Nilai Akhir = X 100
Jumlah keseluruhan poin yang dinilai

Evaluasi Diri/Penguji

..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
........

Pembimbing/Penguji

(……………………………….)

83
PENUTUP

Demikian panduan praktikum sistem integumen ini semoga bermanfaat bagi Anda
mahasiswa dan dapat dijadikan pedoman praktikum di laboratorium guna mendapat
pengalaman pembelajaran tentang prosedur tindakan perawatan luka bakar sehingga
bermanfaat nanti ketika Anda praktek maupun bekerja di tatanan pelayanan kesehatan yang
nyata.

Penyusun Penyusun

Ns. Thomas Ari Wibowo., M.Kep Ns. Fitroh Asriyadi, M.Kep.

84
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik,Edisi 9.


Jakarta: EGC

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014).Rencana Asuhan


Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan
Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC

Grace, P., & Baerly,N. (2007). At A Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :Erlangga.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S.(2015).Diagnosis Keperawatan Defisi & Klasifikasi


2015-2017.Edisi:10.Jakarta:EGC

Jitowiyono.,S & Kristiyana.(2012).Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan


Nanda NIC, NOC.Yogyakarta: Nuha Medika

Judith M,W,.& Nancy R,A,.(2011).Diagnosis Keperawatan NANDA NICNOC. Edisi


Revisi.Jakarta;EGC

Kimberly A. J. Bilotta (2011).Kapita Selecta Penyakit dengan Implikasi keperawatan


(Nurse’s Quick Check: Diseases).Edisi 2.Jakarta:ECG

Mansjoer, dkk (2007) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Aeskulapius FKUI

Muttaqin.A,& Sari.(2011) Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan


Aplikasi.Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, A.H., & Kusuma.(2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis & NANDA (NIC-NOC).Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta : MediaAction
Publishing.

Syamsuhidayat, R.,& Jong.(2011).Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi3.Jakarta;EGC

Tanto Chris, dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta:Media


Aeskulapius

Wijaya A.S & Putri.(2013).KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (keperawatan


dewasa).Yogyakarta: Nuha medika

85

Anda mungkin juga menyukai