Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau


mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut.
Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan, sehingga
resiko kecelkaan dilaboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan kesempurnaan
alat sangat penting untuk bekerja dilaboratorium. Alat yang kelihatan secara kasat
mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman seorang analisis mengenai apa
artinya bersih. Alat kaca seperti gelas kaca atau erlenmeyer paing baik dibersihkan
dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu volumetrik mungkin
memerlukan larutan ddeterjen panas untuk bisa bersih benar (Day & Underwood,
1998).
Ketetapan hasil analisa kimia sangat tergantung pada mutu bahan kimia dan
peralatan yang dipergunakan, disamping pengertian pelaksanaan tentang dasar kimia
analisa yang sedang dikerjakan secara kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri.
Ketelitian dan kecermatan kerja, selain merupakan sifat pribadi seseorang akan dapat
pula diperoleh karena bertambahnya pengamatan kerja seseorang sehingga menjadi
kebiasaan yang berguna bagi kelancaran kerjanya. Penanganan bahan kimia dan
peralatan pokok yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan penting demi
keselamatan dan hasilnya pekerjaan analisa kimia (Day & Underwood, 1998).
Analisa kimia menentukan macam, struktur, dan jumlah zat, maka setiap cabang
kegiatan manusia yang menyangkut materi, langsung atau tidak langsung
memerlukan analisa kimia. Yang dimaksud dengan cabang kegiatan adalah segala
sesuatu yang manusia, termasuk ilmu pengetahuan, perdagangan, perindustrian,
pencegahan penyakit dan penyembuhan si sakit, produksi bahan pangan, penyemaian,
pengolahan, peran, olahraga, penyusutan kejahatan, dan sebagainya (Harjadi, 1990).
Dalam mengukur suatu zat atau benda hendaknya menggunakan suatu alat, alat
yang digunakan untuk mengukur suatu zat dalam kimia adalah gelas ukur, akan tetapi
hasil pengukuran dari gelas ukur sangat kurang tepat, sehingga dalam penggunaannya
tidaklah terlalu teliti. Salah satu contoh alat pengukuran lain yang mempunyai tingkat
ketelitian lebih baik dari pipet isap, namun pengukuran dengan pipet sendiri tidak
terlepas dari kesalahan (Rohman, 1998).
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara
kerja serta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari
kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing
alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).
Sebelum melakukan praktikum hal yang paling utama yang harus dipahami oleh
praktikan adalah mengetahui terlebih dahulu nama-nama, fungsi, dan cara
penggunaan alat-alat yang kita gunakan, agar praktikum yang akn dilakukan berjalan
dengan baik (Setiawati, 2002).
Dalam praktikum, analisis yang baik biasanya cermat dalam hal
kerapian.Mahasiswa dengan meja praktikum yang tertib kecil kemungkinan
mencampur adukkan sampel, salah menambah reagensia, menumpahkan larutan dan
memecahkan alat kaca. Kerapian dalam laboratorium tentu saja harus melebar mulai
dari meja praktikumnya sendiri kerak dimana tersedia bahan-bahan untuk seluruh
kelas. Banyak waktu terbuang untuk mecari sebuah benda kecil dalam kumpulan alat
kaca yang berantakan atau mencuci suatu botol reagensia tertentu yang salah ditaruh
pada rak samping. Kerapian hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabotan
laboratorium yang permanen seperti oven, lemari asam, bak meja. Bahkan korosif
yang tumpah harus segera dikeringkan dari peralatan, bangku ataupun lantai. Penting
bahwa saluran pembuangan disterilkan denagn mengguyur asam basa dengan banyak
air (Day & Undewood,1999).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca
yang tampaknya bersih belum tentu bersih dari sudut pandang seorang analisis.
Permukaan yang tampaknya tak ada kotoran sering masih tercemari oleh lapisan tipis,
tak tampak yang berminyak. Bila air dituangkan dari dalam suatu wadah yang
tercemar, air tidak terbuang secara seragam dari permukaan kaca, tetapi menyisakan
tetesan yang kecil, yang merepotkan atau kadang-kadang mustahil dipulihkan. Alat
kaca yang bisa dimasuki sikat seperti beaker dan erlenmeyer paling baik dibersihkan
dengan sabun atau detergen sintetik. Pipet, buret atau labu volume mungkin
memerlukan larutan detergen panas untuk bisa benar-benar bersih. Jika permukaan
kaca itu masih membuang airnya secara seragam, mungkinperlu digunakan larutan
pembersih, yang sifat oksidasi kuatnya dapat memastikan kebersihan permukaan kaca
keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu hendaknya dibilas beberapa kali dengan air
kran, kemudian dengan sedikit air suling, dana akhirnya mongering sendiri (Day &
Underwood, 1999: 577-578).
Kebersihan alat-alat yang digunakan dan adanya ketelitian praktikan dalam
melakukan pengukuran atau perhitungan yang dilakukan. Penggunaan alat-alat dalam
laboratorium diharapkan dalam keadaan steril. Penggunaan alat-alat dalam yang tidak
steril dapat menyebabkan kegagalan pada praktikum yang dilakukan (Sumardji,
2005).
Metode ilmiah lebih dari hanya sekedar pernyataan resmi dan langkah-langkah
yang selalu kita lakukan untuk memecahkan masalah secara logis. Perhatikan
misalnya, bagaimana montir mobil berusaha memperbaiki mobil yang tidak mau
hidup mesinnya bila distater. Mula-mula, penyebab yang jelas ari masalah ini akan
dilokalisir dengan cara mengamati hasil dari satu atau beberapa percobaan.
Selanjutnya bagian/alat yang diperkirakan penyebabnya diganti atau dibetulkan dan
kemudian dicoba lagi menghidupkan mesin mobil tersebut. Bila montir tersebut tepat
memperkirakan penyebab masalah tersebut, maka pekerjaaan ini selesai. Jika tidak,
maka dilakukan percobaan lainnya, kemudian mengganti dan membetulkannya lagi
sampai akhirnya mobil tersebut dapat berjalan kembali. (Braddy, 1995).
Bila kita memecahkan suatu masalah dalam ilmu pengetahuan, kita juga akan
melaksanakan langkah-langkah yang hampir sama seperti ini. Oleh sebab itu langkah
pertama dalam metode ilmu dapat disebut penelitian dan observasi. Hal ini
merupakan tujuan eksperimen yang dibuat dilaboratorium dimana sifat-sifat dapat
diteliti dalam keadaan terkontrol, jadi hasil eksperimen itu dapat diulangi atau ditiru
kembali (Braddy, 1999).

Anda mungkin juga menyukai