TRAUMA ABDOMEN
DISUSUN OLEH:
1. Nurul Maghfira (2117026)
2. William Rudi Widianto (2117015)
3. Meriana Sari Kulla (2117018)
4. Anderias (2117005)
5. Wahyuni syamsuddin (2117029)
6. Maria Orintiani Murni (2117031)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dilingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis disebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tylang iga atau costae. Cavitas abdominalis
berbatasan dengan cavitas pelvis atau rongga panggul. Antara cavitas abdominalis dan
akibat kegawatan di rongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sering berupa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan,
infeksu, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait.
Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam.
Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun teknik
diagnostic baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang
B. Etiologi
ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk
Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau
pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan,
2. Trauma tembus
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan
C. Manifestasi Klinis
peritonium):
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian besar
rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma penetrasi. Secara
Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila
3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding
perut.
1) Laserasi, memar,ekimosis
2) Hipotensi
4) Hemoperitoneum
7) Nyeri
8) Pendarahan
9) Penurunan kesadaran
10) Sesak
11) Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh
13) Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang) pada
perdarahan retroperitoneal.
14) Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia
15) Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran
D. Klasifikasi
yang terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti rupture lien ataupun ruptur
organ yang paling sering kena adalah lien (40-55%), hepar (35-45%), dan
retroperitoneal.
2. Trauma tajam (penetration injury)
(40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan colon (15%). Luka tembak
tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon
Trauma pada abdomen dibagi lagi menjadi 2 yaitu trauma pada dinding abdomen
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
bedah.
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,
E. Patofisiologi
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor-
faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas
ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan
tersebut. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang
ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang
a) Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun
organ berongga.
F. Komplikasi
1. Trombosis Vena
2. Emboli Pulmonar
4. Pneumonia
5. Tekanan ulserasi
6. Atelektasis
7. Sepsis
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Trauma Tumpul
kecanduan obat-obatan.
trauma usus
dijumpai hal seperti di atas dan disini tidak memiliiki fasilitas USG
Pada pasien dengan fraktur pelvis atau ibu hamil, lebih baik dilakukan
menunjukkan indikasi kuat untuk laparatomi. Bila tidak ada darah segar
(>10 cc) ataupun cairan feses ,dilakukan lavase dengan 1000cc Ringer
leukosit > 500/mm3 atau pengecatan gram (+) untuk bakteri, bakteri atau
serat. Sedangkan bila DPL (+) pada trauma tajam bila 10 ml atau lebih
2. Trauma Tajam
CT scan.
pada luka tusuk abdomen depan. Untuk pasien yang relatif asimtomatik
3. Pemeriksaan Radiologi
tegak dan lateral decubitus) berguna untuk melihat adanya udara bebas
cedera retroperitoneal
abdomen tidur.
c. Pemeriksaan dengan kontras yang khusus
1) Urethrografi
2) Sistografi
atau (3) pasien merasa sakit. Diambil foto rontgen AP, oblik dan
3) CT Scan/IVP
4) Gastrointestinal
Trauma,2004:149).
4. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri
2) Penurunan hematokrit/hemoglobin
3) Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
4) Koagulasi : PT,PTT
5) MRI
7) CT Scan
9) Scan limfa
10) Ultrasonogram
18) AGD
(ENA,2000:49-55)
1. Pre Hospital
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka
trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka
a. Airway
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat
b. Breathing
tidaknya pernapasan).
c. Circulation
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali
2. Imobilisasi
kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
4) Imobilisasi pasien.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
4) Uretrografi
5) Sistografi
- fraktur pelvis
- trauma non-penetrasi
2) Pemeriksaan rontgen
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Primary survey
obstruksi,
2) Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur,
tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung, dan suara napas vesikuler,
3) Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah dibawah
normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis, kaji jumlah
Penurunan kesadaran.
4) Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila
2. Secondarysurvey
a. Fokus Asesment
Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut.
Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher bagian
pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap kritis: Luka terbuka,
sucking chest wound, Flail chest dengan gerakan dada paradoksikal, suara
paru hilang atau melemah, gerakan dada sangat lemah dengan pola napas yang
auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan yang dianggap
kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri tekan pada abdomen bunyi
dullness.
Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri tekan. Temuan
yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan tidak stabil serta
tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi, fungsi motorik, fungsi
tekanan darah.
motornya.
Inspeksi: Fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah dan tangan,
Palpasi: kekauan dan spasme pada perut karena akumulasi darah atau cairan.
ANALISA DATA
semakin menegang,
penurunan kesadaran,
mobil.
2 S: Spasme otot, fraktur Nyeri akut
O: Fraktur terbuka,
nyeri
Interpretasi nyeri
Intervensi Keperawatan
berhubungan dengan selama 1 x 10-15 menit, diharapkan 1. Monitoring status sirkulasi (Tekanan darah, warna kulit,
kerusakan vaskuler perdarahan berukurang atau teratasi dengan Suhu, bunyi jantung, irama dan frekuensi jantung,
3. Tidak ada benda asing atau cairan di 5. Monitoring intake dan output
2. Tekanan vena central normal 9. Monitor respon awal kompensasi kehilangan cairan:
3. Arteri karotis menguat peningkatan HR, penurunan TD, ortostatik hipotensi,
4. Saturasi oksigen normal penurunan urin output, penurunan CRT, pucat dan kulit
cc/24 jam 10. Tempatkan pasien pada posisi supinasi dengan kaki elevasi
Blood loss severity 12. Berikan cairan intravena, berikan RBC dan atau plasma jika
luka
tubuh
cairan intravena
berhubungan dengan selama 1x30 menit nyeri berkurang atau 1. Kaji nyeri secara komprehensif: lokasi, karakterristik,
terputusnya dapat terkontrol, dengan kriteria: durasi, kualitas, intensitas dan keparahan nyeri.
menringis kesakitan
3. Pasien tenang
normal
Evaluasi:
8. Kesadaran baik
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul
dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Prioritas keperawatan
tentang penyakit dan kebutuhan pasien. Prindip prinsip pengkajian pada trauma
B. Saran
baik dalam pengonsepan maupun penulisan materi. Untuk itu penulis sanga
mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun agar kedepan lebih baik dan
Herdman, T Heather, dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NIC
NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta., E. (2014). KapitaSelektaKedokteran. Edisi 4,
Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius