Anda di halaman 1dari 17

MEMAHAMI SEJARAH DEFINISI RUANG LINGKUP KESEHATAN

MENTAL SERTA KESEHATAN MENTAL DI BIMBINGAN DAN


KONSELING

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Mental)

Nama Kelompok :

1. Chika Febtri Warohma

2. Dwi Gita Apriani

3. Muzakir Laili Cahyadi

Dosen Pengampu :

1. Drs. Syarifuddin., M.Si., Kons.

2. Fadhlina Rozzayah, M. Pd

Bimbingan dan Konseling

Ilmu Pendidikan

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Memahami Sejarah,
definisi, ruang lingkup kesehatan mental dan kesehatan mental di Bimbingan dan
Konseling.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik.
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami menyadari bahwa
makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran, masukan dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar di masa
yang akan datang kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik.

Sekian, terima kasih.

Palembang, 20 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................1
Kata Pengantar........................................................................................................2

Daftar Isi..................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan...................................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4

Bab II Pembahasan..................................................................................................5

A. Sejarah Kesehatan Mental...........................................................................5


B. Perkembangan Kesehatan Mental Pra Ilmiah.............................................8
C. Perkembangan Kesehatan Mental di Era Modern.......................................8
D. Definisi dari Kesehatan Mental................................................................. 10
E. Ruang Lingkup Kesehatan Mental..............................................................
F. Kesehatan Mental di dalam Bimbingan dan Konseling...............................

Bab III Penutup.......................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Daftar Pustaka.............................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan mental merupakan permasalahan yang tak pernah luput dan
selalu menjadi perhatian bagi masyarakat. Banyaknya peningkatan kesehatan
mental seperti peningkatan pasien gangguan jiwa, kejadian bunuh diri, membuat
masalah kesehatan mental tidak bisa diabaikan. Indikator kesehatan mental yang
perlu diperhatikan menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam riset
kesehatan dasar, tidak hanya berupa penilaian terhadap gangguan jiwa berat,
tetapi juga di fokuskan pada penilaian terhadap gangguan mental emosional.
Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan
mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk
hidup.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Sejarah Kesehatan Mental?
2. Bagaimana Perkembangan Kesehatan Mental Pra Ilmiah?
3. Bagaimana Perkembangan Kesehatan Mental di Era Modern?
4. Apa Definisi dari Kesehatan Mental?
5. Bagaimana ruang lingkup Kesehatan Mental?
6. Bagaimana Kesehatan Mental di dalam Bimbingan dan Konseling?

C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah dari kesehatan mental
2. Mengetahui perkembangan kesehatan mental pra ilmiah
3. Mengetahui perkembangan kesehatan mental di era modern
4. Mengetahui pengertian dari kesehatan mental
5. Mengetahui ruang lingkup kesehatan mental
6. Mengetahui apa saja peranan kesehatan mental di dalam
bimbingan dan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Keberadaan penyakit mental telah ada sejalan dengan keberadaan manusia,
walaupun ketika kehidupan manusia tidak semaju zaman sekarang. Bahkan ketika
seorang manusia belum dapat memberikan istilah untuk menjelaskan keadaan
mentalnya sendiri. Ketika seseorang mengalami masalah mental, tentunya ia akan
membutuhkan orang lain untuk mengatasi masalahnya tersebut. Namun karena
keterbatasan ilmu pengetahuan, pada zaman dulu masalah kesehatan mental
seringkali dihubungkan dengan gangguan setan atau roh halus, atau gejala alam
dan kemarahan para dewa. Berbagai macam penafsiran manusia mengenai kondisi
mental seseorang menimbulkan berbagai macam cara untuk mengatasinya pula.
Misalnya, orang yang menderita gangguan pasif agresif,  atau gangguan
kepribadian histrionik, dianggap sebagai hal yang mistis. Kesehatan mental bisa
kita lihat perkembangannya sejak masa purba hingga ke masa sekarang. Beberapa
masa perkembangan kesehatan mental adalah:

1. Zaman Pra Sejarah


Pra sejarah adalah masa dimana keberadaan manusia purba yang masih
berkembang. Pada zaman ini tentunya manusia sudah merasakan berbagai macam
gangguan mental, namun mereka menanggapinya sebagai suatu hal yang lebih
mistis seperti gangguan roh jahat, alam, maupun akibat perbuatan musuhnya. 
Penyakit mental seringkali dianggap sebagai suatu hal yang berhubungan
dengan demonologi, yaitu suatu pendapat atau doktrin yang menyebutkan bahwa
seseorang berperilaku tidak normal, abnormal yang disebabkan karena pengaruh
suatu kekuatan jahat atau jatuh kepada kuasa kegelapan yang berhubungan dengan
kekuatan setan. Cara mengatasi gangguan mental ini pun menjadi sesuai dengan
anggapan dan kesimpulan mereka, yaitu menggunakan mantera dan ramuan
tertentu untuk menyembuhkan seseorang yang sedang terkena gangguan mental.
Pada masa ini banyak terdapat keberadaan dukun sebagai juru penyembuh
bagi orang – orang yang mengalami gangguan mental. Biasanya tiap suku atau
kelompok mempunyai satu dukun kepercayaan mereka sendiri. Para dukun ini
pun mempunyai metode tersendiri yang sesuai pada zaman tersebut untuk
mengobati penyakit mental pasiennya, dan mereka benar – benar setia kepada
anggota suku atau kelompoknya. Akan tetapi para dukun ini juga memiliki
kebijakan tersendiri yaitu menyingkirkan orang sakit yang benar – benar
membahayakan kelompok atau sukunya.

2. Zaman Roma Kuno dan Yunani Kuno


Banyak cendekiawan atau para ahli yang bermunculan di masa ini
yaitu antara lain dua orang ilmuwan terkemuka di Yunani, dokter Aesculapius
dan Hipokrates yang salah satunya telah turut berperan dalam mulai adanya
pendekatan yang dilakukan secara rasional dan lebih manusiawi terhadap kondisi
orang yang mengalami penyakit mental. Selain itu ada beberapa ilmuwan lainnya
seperti:

a. Phytagoras (500 SM)


 Cendekiawan yang menjadi orang pertama dalam memberikan
penjelasan secara ilmiah terhadap penyakit mental.

b. Hippokrates (460-377 SM) 

Dikenal juga sebagai Bapak Kedokteran, dialah yang


menemukan ilmumedis modern dengan memisahkannya dari agama, takhayul,
sihir dan kepercayaan terhadap dewa – dewa. Dijelaskan oleh Hippokrates bahwa
peranan otak sangat penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang dan juga
perilaku dan emosinya. Ilmu somatogenesis dipelopori oleh Hippokrates, yaitu
suatu pemikiran dimana kondisi tubuh atau somaseseorang dipengaruhi oleh
pikiran dan perilaku individu tersebut.
c. Plato (429-347 SM)

Menyatakan bahwa gangguan mental seseorang merupakan


sebagian dari gangguan moral, fisik, dan juga adanya gangguan dari dewa – dewa.
Plato menyatakan bahwa seorang penjahat adalah orang yang mengalami
gangguan mental. Ia juga menyatakan bahwa budaya menjadi faktor yang penting
dalam berpikir dan bertindak.

3. Zaman Kegelapan

Satu kekurangan dari zaman para cendekiawan Yunani adalah


bahwapendekatan – pendekatan ilmiah yang dikemukakan para ahli waktu itu
kurang memperhatikan aspek takhayul yang masih dipercaya banyak orang. Itulah
sebabnya pada masa kegelapan ini berbagai ilmu demonologi kembali muncul,
dan jalan keluar melalui exorcisme atau pengusiran setan kembali digunakan.
Ketahuilah juga berbagai teori dalam bidang psikologi, antara lain teori psikologi
industri, teori kepercayaan diri dan teori identitas sosial.

4. Zaman Pertengahan 

Zaman ini berada pada kurun waktu antara 400 hingga 1500 SM,
dimana pengaruh dari kalangan gereja dan Kristen mulai meluas. Ada beberapa
peristiwa penting pada masa ini yaitu: Pada tahun 1484 Paus Innocent VIII
meminta para pendeta di seluruh Eropa untuk menghukum mati para tukang sihir
sehingga lebih dari seratus ribu orang telah dibunuh karena dituduh sebagai
penyihir. Pada abad ke lima belas dan enam belas, dibangun suatu tempat
penampungan bagi orang – orang yang menderita penyakit mental untuk
memisahkannya dari kehidupan normal. Tempat tersebut dinamakan Asylum.
Henry VIII membangun London’s Hospital of St. Mary of Bethlehem yang
dikenal dengan nama Bedlamuntuk menjadi tempat penampungan pasien
gangguan mental.
B. KESEHATAN MENTAL PRA ILMIAH
1. Kepercayaan Animisme

Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep


primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi
atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa
orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa
pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan
perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.

2. Kepercayaan Naturalisme

Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu
akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau
hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan : Jika anda memotong batok
kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis.
Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.

C. KESEHATAN MENTAL ERA MODERN


Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental
terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika
pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf
medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap
sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali
pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut.
Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali
diguyur dengan air.

Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami


orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-
artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien
dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan
mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul.
Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting
Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder
of the Mental Hygiene Movement dia terkenal karena pengalamannya yang luas
dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang
sangat manusiawi.

Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada


tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The
National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan
untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
D. DEFINISI KESEHATAN MENTAL
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental
berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki
persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti
Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti
mental yang sehat atau kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun
psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial)). Mental yang sehat tidak
akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang
memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang
datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang
pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk. Penyakit mental dapat
menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dapat merusak
interaksi atau hubungan dengan orang lain, namun juga dapat menurunkan
prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. oleh sebab itu, sudah saatnya kita
menjalankan pola hidup sehat.
E. RUANG LINGKUP KESEHATAN MENTAL
1. Mental Hygiene dalam Keluarga

Amatlah penting bagi suami istri dalam mengelola keluarga untuk menciptakan
keluarga yang sakinah mawaddah warahmah untuk memahami konsep-konsep
atau prinsip-pronsip kesehatan mental hygiene ini, yang berfungsi untuk
mengembangkan mental yang sehat atau mencegah terjadinya mental yang sakit
pada anggota keluarga.

2. Mental Hygiene di Sekolah

Gagasan ini didasarkan pada asumsi bahwa “perkembangan kesehatan mental


peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio-emosional di sekolah.” Pemahaman
pimpinan sekolah dan guru-guru (terutama guru BK atau konselor) tentang mental
hygiene sangatlah penting. Pimpinan dan para guru secara sinerji dapat
menciptakan iklim kehidupan sekolah (fisik, emosional, sosial, maupun moral
spiritual) untuk perkembangan kesehatan mental para siswa. Di samping itu
mereka dapat memantau gejala gangguan mental para siswa sedini mungkin.
Mereka dapat memahami masalah mental yang dapat diatasi sendiri dan mana
yang seyogianya dirujuk ke para ahli yang lebih profesional.

Para guru di SLTP dan SLTA perlu memahami kesehatan mental siswanya yang
berada pada masa transisi, karena tidak sedikit siswanya yang mengalami
kesulitan mengembangkan mentalnya karena terhambat oleh masalah-masalahnya,
seperti penyesuaian diri, konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi,
masalah akademis yang semuanya dapat menjadi sumber stres.

3. Mental Hygiene di tempat kerja

Lingkungan kerja memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia.


Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah, ajang persaingan
bisnis, dan peningkatan kesejahteraan hidup, tetapi juga menjadi sumber stres
yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang
yang berinteraksi di tempat tersebut.
Banyak masalah yang mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja yang
diakibatkan oleh stres, apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu lembaga
atau perusahaan, maka akan terjadi stagnasi produktivitas kerjadi di kalangan
pimpinan atau karyawan. Jika hal ini terjadi, amaka tinggal menunggu
kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut.

Berdasarkan hal itu, bagi para pimpinan lembaga pemerintah / swasta yang
menginginkan tercapainya keberhasilan. Sangatlah penting untuk memperhatikan
mental hygiene ini, agar mereka dapat mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah
terjadinya maslaah gangguan emosional, datu memperkecil sumber-sumber
terjadinya stres.

4. Mental Hygiene dalam Kehidupan Politik

Tidak sedikit orang yang bergelut dalam bidang politik yang mengidap gangguan
mental, seperti : pemalsuan ijazah, money politic, KKN, khianat kepada rakyat
dan stres yang menimbulkan perilaku agresif karena gagal menjadi calon
legislatif, dll.

5. Mental Hygiene di Bidang Hukum

Seorang hakim perlu memiliki pengetahuan tentang mental hygiene, agar dapat
mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa atau para saksi saat proses
pengadilan berlangsung, dimana sangat berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan hukum.

6. Mental Hygiene dalam Kehidupan Beragama

Pendekatan agama dalam penyembuhan gangguan psikologis merupakan bentuk


yang paling tua. Telah beberapa abad lamanya, para nabi atau para penyebar
agama melakukan therapeutik.

Semakin kompleks kehidupan, semakin penting penerapan mental hygiene yang


bersumber dari agama dalam rangka mengembangkan atau mengatasi kesehatan
mental manusia. Ada kecenderungan orang-orang di zaman modern ini semakin
rindu atau haus akan nilai-nilai agama, seperti ceramah atau tausiyah. Mereka
merindukan hal itu dalam upaya mengembangkan wawasan keagamaannya, atau
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang sulit diatasinya tanpa nasihat
keagamaan tersebut.

F. KESEHATAN MENTAL DI BIMBINGAN DAN KONSELING


Secara Etimologis dan Terminologis Secara etimologis, kata
“mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh,
sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung
dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental
merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak
Burhanuddin, 1999: 9).

Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 910),
ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan
mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit
mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau
menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan
gejala-gejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan
dokter untuk mendeteksi penyakit dan menentukan obat yang tepat.
Definisi mereka berdua menunjukan bahwa kondisi mental yang sakit
pada masyarakat dapat disembuhkan apabila mengetahui terlebih dulu hal-
hal yang mempengaruhi kesehatan mental tersebut melalui pendekatan
hygiene mental. Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan
mental mengalami perkembangan sebagai berikut :

1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala


gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakitjiwa ( psychose).
Berbagai kalangan psikiatri (kedokteran jiwa) menyambut baik definisi
ini. Seseorang dikatakan bermental sehat bila terhindar dari gangguan atau
penyakit jiwa, yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya,
malas, hilangnya kegairahan bekerja pada diri seseorang dan bila gejala ini
meningkat akan menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenia dan hysteria.
Adapun orang yang sakit jiwa biasanya akan memiliki pandangan berbeda
dengan orang lain inilah yang dikenal dengan orang gila.
2. Kesehatan mental adalah: kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat sera lingkungan
tempat ia hidup.
Definisi ini lebih luas dan bersifat umum karena berhubungan dengan
kehidupan manusia pada umumnya. Menurut definisi ini seseorang
dikatakan bermental sehat bila dia menguasai dirinya sehingga terhindar
dari tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang menyebabkan frustasi.
Orang yang mampu menyesuaikan diri akan merasakan kebahagiaan
dalam hidup karena tidak diliputi dengan perasaan-perasaan cemas,
gelisah, dan ketidakpuasan. Sebaliknya akan memiliki semangat yang
tinggi dalam menjalani hidupnya.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, harus lebih dahulu
mengenal diri sendiri, menerima apa adanya, bertindak sesuai kemampuan
dan kekurangan. Ini bukan berarti harus mengabaikan orang lain. Dalam
definisi ini orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dapat menguasai
segala faktor dalam hidupnya, sehingga dapat menghindarkan diri dari
tekanan-tekanan perasaan yang menimbulkan frustasi.
3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan
pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan
dan penyakit jiwa.
Definisi ini lebih menekankan pada pengembangan dan pemanfaatan
segala daya dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, sehingga benar-
benar membawa manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Dalam hal ini
seseorang harus mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang
dimilikinya dan jangan sampai ada bakat yang tidak baik untuk tumbuh
yang akan membawanya pada ketidakbahagiaan hidup, kegelisahan, dan
pertentangan batin. Seseorang yang mengembangkan potensi yang ada
untuk merugikan orang lain, mengurangi hak, ataupun menyakitinya, tidak
dapat dikatakan memiliki mental yang sehat. Karena memanfaatkan
potensi yang ada dalam dirinya untuk mengorbankan hak orang lain.
4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Seseorang dikatakan memiliki mental sehat apabila terhindar dari gejala
penyakit jiwa dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk
menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya. Kecemasan dan kegelisahan
dalam diri seseorang lenyap bila fungsi jiwa di dalam dirinya seperti
fikiran, perasaan, sikap, jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup berjalan
seiring sehingga menyebabkan adanya keharmonisan dalam dirinya.
Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan dapat dicapai antara lain
dengan menjalankan ajaran agama dan berusaha menerapkan norma-
norma sosial, hukum, dan moral.
Dengan demikian akan tercipta ketenangan batin yang menyebabkan
timbulnya kebahagiaan di dalam dirinya. Definisi ini menunjukkan bahwa
fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap, pandangan dan
keyakinan, harus saling menunjang dan bekerja sama sehingga
menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu-
ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan mental merupakan permasalahan yang tak pernah luput dan
selalu menjadi perhatian bagi masyarakat. Banyaknya peningkatan kesehatan
mental seperti peningkatan pasien gangguan jiwa, kejadian bunuh diri, membuat
masalah kesehatan mental tidak bisa diabaikan (Bukhori, 2009). Indikator
kesehatan mental yang perlu diperhatikan menurut Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dalam riset kesehatan dasar, tidak hanya berupa penilaian
terhadap gangguan jiwa berat, tetapi juga di fokuskan pada penilaian terhadap
gangguan mental emosional. Kesehatan mental memiliki arti penting dalam
kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan
aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi mental yang sehat akan membantu
perkembangan seseorang kearah yang lebih baik dimasa mendatang
(Adityawarman, 2010). Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang
mampu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang
normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberi kontribusi terhadap
lingkunganya (WHO, 2016). Sedangkan masalah kesehatan mental diartikan
sebagai ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan
kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu.

B. DAFTAR PUSTAKA
Siswanto,Spsi.,M.Si. Kesehatan Mental Konsep, Cakupan dan
perkembangan. Yogyakarta, 2007

Anda mungkin juga menyukai