Anda di halaman 1dari 14

Rekayasa Ide

NAMA MAHASISWA:

1. Natasya Putri Nabila (7171220012)


2. Enta Lilis Situmorang (7172220012)
3. Rifqi El Azmi Andjo (7173220022)
4. Indah Novia Dwi Putri (7173520026)
5. Monita Veronika (7173520037)

KELAS : B – Akuntansi
KELOMPOK :
DOSEN PENGAMPU : Erny Luxy D. Purba, SE., M.Si.
MATA KULIAH : Perpajakan

PROGRAM STUDI S1Akuntansi


FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
Maret 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Rekayasa Ide tentang
Penghasilan PPh 21.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Perpajakan. Dalam
pemenuhan tugas ini mahasiswa dituntut untuk membuat ide mengenai Penghasilan PPh 21.

Makalah ini penulis susun dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kriteria yang telah
disepakati bersama oleh Ibu Erny Luxy D. Purba, SE., M.Si. selaku dosen dalam mata kuliah
Perpajakan. Harapan yang paling besar dalam penyusunan makalah ini adalah mudah-
mudahan apa yang penulis susun ini penuh dengan manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, pembaca, maupun pengarang-pengarang yang telah penulis gunakan buku-bukunya
dalam pemenuhan tugas ini.

Penulis akui masih ada kekurangan yang ada dalam penulisan makalah ini, karena
kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu akhir kata penulis mohon saran
dan kritik dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.

Medan, 02 Mei 2018

Tim

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................... 2

BAB I Ringkasan .................................................................................. 3

BAB II Pendahuluan ............................................................................. 5

A. Latar Belakang .......................................................................... 5


B. Tujuan ....................................................................................... 5
C. Manfaat ..................................................................................... 5

BAB III Gagasan .................................................................................. 7

BAB VI Penutupan .............................................................................. 8

a. Kesimpulan .............................................................................. 8
b. Saran ........................................................................................ 8

Daftar Pustaka ...................................................................................... 9

Lampiran .............................................................................................. 10

2
BAB I RINGKASAN

Menurut Soemitro dalam Nurmantu (2005:12), pajak adalah Pajak merupakan iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
tegen prestasi yang langsung ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum. Pajak memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi budgettairyakni menghimpun sumber dana bagi
pemerintah. Fungsi lainnya adalah regulerend atau mengatur, digunakan sebagai alat
pelaksana kebijakan pemerintah dalam hal sosial dan ekonomi (Mardiasmo, 2011:1)
Menurut  Keputusan Dirjen Pajak No Kep-545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000, yang
dimaksud Objek Pajak Penghasilan pasal 21 adalah penghasilan yang dipotong oleh
pemotong pajak untuk dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21. Yang termasuk objek pajak
PPh Pasal 21 adalah :

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur oleh wajib pajak berupa gaji,
uang pensiun bulanan, upah, honorarium, termasuk honorarium anggota dewan
komisaris atau anggota dewan pengawas dari perusahaan, premi bulanan, uang
lembur, komisi, gaji istimewa, uang sokongan, uang ganti rugi, tunjangan istri
dan/atau tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transport, tunjangan berupa pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan
pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan
penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;
2. Penghasilan yang diterima atau yang diperoleh secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya termasuk tunjangan
tahun baru, bonus, premi tahunan dan penghasilan sejenisnya lainya yang sifatnya
tidak tetap;
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan;
4. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua (JHT), dan pembayaran lain yang sejenis;
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri yang
terdiri dari:

 Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries,
penilai dan aktuaris;

3
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, sutradara, crew film,
foto model, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;
 Olahragawan;
 Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator;
 Pengarang, peneliti, penterjemah;
 Pemberi jasa dalam bidang teknik, computer dan system aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi dan pemasaran;
 Kolportir ikan;
 Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan,
peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan;
 Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
 Peserta perlombaan;
 Petugas penjaja barang dagangan;
 Petugas dinas luar asuransi;
 Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan;
 distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis
lainnya

 6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait gaji yang diterima
oleh pejabat Negara, PNS serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang
sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda
atau duda dan atau anak-anaknya;

 Penerimaan dalam bentuk natural dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan
Norma Penghitungan Khusus (deemed profit).

4
BAB II PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sumber perolehan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) di Indonesia
adalah pajak. (Ortax,2012) Pajak merupakan sumber yang sangat penting dalam memenuhi
dan menunjang kebutuhan negara. oleh karena itu, dalam mensukseskan penerimaan pajak
perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak, terutama para wajib pajak untuk membayar
pajak. Pajak penghasilan itu sendiri merupakan suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada
masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dari
tahun pajak untuk kepentingan negara dan kepentingan masyarakat dalam hidup berbangsa
dan bernegara sebagai satu kewajiban yang harus dilaksanakan.Alamsyah (2012)
mendefinisikan Pajak Penghasilan merupakan salah satu penerimaan pajak yang tergolong
dalam Fungsi Anggaran, yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
Pajak Penghasilan yang diambil dari pegawai /pejabat negara maupun swasta yang dikenakan
atas pajak penghasilan mereka sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Undang-
undang yang berlaku, dalam Undang-undang pajak penghasilan (PPh) mengatur pajak
penghasilan atas penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi maupun
badan. Pajak Penghasilan itu sendiri terdiri dari berbagai unsur, salah satunya adalah pajak
penghasilan pasal 21.Waluyo (2013:201) mendefinisikan Pajak Penghasilan Pasal 21
merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apa pun sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sudah sering mengalami perubahan.Penyesuaian
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pertama kali terjadi pada tahun 1993, dengan
terbitnya KMK No. 928/KMK.04/1993 tentang perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
yang mulai efektif pada tahun 1994. Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1994 dengan
disahkannya Undang-Undang No.10 tahun 1994 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1995 berturut-turut setelah tahun 1994. Perubahan yaitu pada tahun 1998 (KMK
No.361/KMK.04/1998), 2000 (Undang-Undang No.17 tahun 2000), 2004 (KMK
No.564/PMK.03/2004), 2005 (PMK No.137/PMK.03/2005), 2008 (Undang-Undang No.36
tahun 2008), 2012 (PMK No. 162/PMK.011/2012), 2015 (PMK No.122/PMK.010/2015),
2016 (PMK No.101/PMK.010/2016).

5
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menimbulkan dampak baik bagi wajib
pajak maupun pemerintah.Salah satu dampak bagi wajib pajak adalah penghasilan yang
diperoleh tidak lagi dikenakan pajak.Hal tersebut terjadi ketika besaran PTKP melebihi
penghasilan yang diperoleh wajib pajak.Sementara itu, dampak bagi pemerintah adalah
berkurangnya pendapatan pajak penghasilan.

1.2 Tujuan

Untuk memberikan suatu gagasan atau ide terhadap slip gaji PNS

1.3 Manfaat

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pajak, khususnya PPh pasal 21 dalam hal ini
tentang pengertian PPh Pasal 21, Subjek dan Objek Pajak PPh Pasal 21, pemotong pajak
penghasilan dan cara menghitung PPh Pasal 21.

6
BAB III GAGASAN

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan PPh Pasal 21, apalagi untuk pelaku bisnis
seperti perusahaan dimana ada pengeluaran rutin berupa gaji dan tunjangan setiap bulannya
kepada pegawai tetap maupun tidak tetap, dan lain-lain. Namun tidak boleh lupa bahwa ada
kewajiban perusahaan untuk mengelola pajak PPh pasal 21 tersebut dengan baik agar
terciptanya kepatuhan , efisiensi biaya serta terhindar dari resiko sanksi perpajakan sesuai
dengan ketentuan berlaku.

Untuk membantu perusahaan dalam mengelola PPh 21 dengan baik seperti


perhitungan, penyusunan, pelaporannya serta mengetahui update perpajakannya, maka pusat
pelatihan Manajemen Praktis akan membuka kelas pelatihan perpajakan dengan topik PPh
pasal 21. Pada rekayasa ide yang membahas mengenai perpajakn pph 21 pada gaji karyawan
tetap.

Tujuan dengan adanya merekayasa ide dengan topik slip gaji dari beberapa
perusahaan dan beberapa karyawan yang bekerja di dibang usaha yang berebeda-beda kami
membehas tentang ide pada perhitungan gaji karyawan yang memiliki motongan pph 21 pada
setiap potongan pekerjaan yang dilakukan.

Dalam aturan baru tersebut, yang berkewajiban melakukan Pemotongan PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja, bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang
membayarkan gaji, upah dan sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua; orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium, komisi atau pembayaran lain
dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi
yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

7
BAB VI PENUTUPAN

a. Kesimpulan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada subjek pajak atas penghasilan
yang diperolehnya pada tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak, dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak
bila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir tahun pajak.
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri.
Penghasilan Tidak Kena Pajak, disingkat PTKP adalah pengurangan terhadap
penghasilan bruto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam
menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus
dibayar wajib pajak di Indonesia.
Dasar Hukum Pajak Penghasilan PPh pasal 21 di Indonesia yang terbaru adalah :

1. Peraturan Menteri Keuangan PMK-162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian


Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan Atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa Dan Kegiatan Orang
Pribadi.

b. Saran

Dengan naiknya PTKP seharusnya kita sebagai wajib pajak bisa bernafas lega karena
ada tambahan penghasilan yang bebas dari pajak, walaupun dari sisi penerimaan negara akan
sedikit mengalami penurunan. Yang penting tetap berkontribusi dengan membayar pajak
tepat jumlah dan tepat waktu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Idris Effendy; Srikandi Kumadji; Vicky Yuliandhani Pratiwi. 2016. “ANALISIS


PERHITUNGAN, PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PPH PASAL 21 ATASPNSTNI AD
POMDAM V/BRAWIJAYA SURABAYA“.Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas
Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang.

Lihawa , Sindy Prastica Lihawa. 2016. “ANALISIS PENGHITUNGAN PAJAK


PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI PADA SEKRETARIAT DEWAN
PENGURUS KORPRI KOTA MANADO”. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi;
Universitas Sam Ratulangi Manado.

9
LAMPIRAN

10
11
12
13

Anda mungkin juga menyukai