Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELUM TERCAPAINYA

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA BIDANG PERHUBUNGAN

KOTA KUPANG

OLEH

ANGELA GHIRIANI SERAN

NO. REG. 331 17 001

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul”Faktor-
fakror yang mempengaruhi belum tercapainnya Standar Pelayanan Minimal Pada
Bidang Perhubungan Kota Kupang”. Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memnulis skripsi

.Penulis pun menyadari bahwa Proposal ini dapat dikerjakan dengan baik atas
bantuan berbagai pihak yang turut mengatasi hambatan, tantangan,serta keterbatasan
atau kekurangan penulis dalam penulisan Proposal ini.

Akhirnya, penulis berharap semua pihak yang telah memberikan bantuan,


bimbingan dan doa, dukungan,dan semangat kepada penulis tersebut, mendapatkan
Berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak hanya itu, penulis pun berharap semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan menjadikan pijakan bagi
penulis untuk berkarya lebih baik dimasa yang akan datang.

Kupang, Desember 2017

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Standar pelayanan minimal adalah sebuah kebijakan publik yang mengatur

mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah

yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Dalam pelaksanaan

pemberian pelayananannya, pemerintah harus berdasarkan pada Standar

Pelayanan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, akan terjadi kesamaan

standar dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah

daerah kepada masyarakat.Pemerintah pusat membuat kebijakan mengenai

Standar Pelayanan Minimal, dalam pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No.

32/2004 disebutkan bahwa Pemerintahan Daerah menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya. (Jurnal Studi Pemerintahan Volume

1 Nomor 1 Agustus 2010 Muhammad Khozin 31Evaluasi Implementasi

Kebijakan Standar Pelayanan Minimal).

Standar pelayanan minimal memiliki nilai yang sangat strategis baik bagi

pemerintah (daerah) maupun bagi masyarakat (konsumen). Nilai strategis bagi

Pemerintah Daerah yaitu Standar Pelayanan Minimal dapat dijadikan sebagai

tolok ukur dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai penyediaan

pelayanan sedangkan bagi masyarakat standar pelayanan minimal dapat dijadikan

sebagai acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah. Dengan demikian, pelayanan yang

bermutu/berkualitas harus melibatkan masyarakat dan disisi lain, pemerintah

3
dituntut untuk bekerja secara efisien dan efektif dalam hal pelayanan kepada

masyarakat.

Ketentuan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) diatur dalam surat

edaran Menteri Dalam Negeri No. 100/756/OTDA/2002, kemudian diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 65/2005. Pemahaman SPM secara

memadai merupakan hal yang signifikan berkaitan dengan hak-hak konstitusional

perorangan maupun kelompok masyarakat yang harus mereka peroleh dan wajib

dipenuhi oleh pemerintah, berupa tersedianya pelayanan publik (pelayanan dasar)

yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Untuk mengetahui suatu instansi pemerintah sudah memenuhi SPM maka

diperlukan suatu indikator, Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif

dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran, sasaran yang

hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM oleh pemerintah berupa masukan,

proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan. Penetapan SPM oleh pemerintah pusat

sebagai upaya untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan urusan wajib oleh

pemerintah Kabupaten/Kota dan sekaligus merupakan akuntabilitas Pemerintah

Daerah kepada Pemerintah pusat dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah.

Pada tahun 2008, pemerinntah melalui Kementrian atau lembaga

pemerintah non kementrian (LPNK) mulai menyusun dan menetapkan Standar

Pelayanan Minimal (SPM). Sampai saat ini Pemerintah telah menetapkan SPM

sebanyak 15 (lima belas). SPM yang diterapkan pada pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota yaitu : 1) Bidang Perumahan Rakyat, 2) Bidang Pemerintahan

Dalam Negri, 3) Bidang Sosial, 4) Bidang Kesehatan, 5) Bidang Pemberdayaan

4
Perempuan, 6) Bidang Lingkungan Hidup, 7) Bidang Keluarga Berencana, 8)

Bidang Pendidikan Dasar, 9) Bidang Ketenegakerjaan, 10) Bidang Pekerjaan

Umu Dan Penataan Ruang, 11) Bidang Ketahanan Pangan, 12) Bidang Kesenian,

13) Bidang Komunikasi Dan Informasi, 14) Bidang Perhubungan, 15) Bidang

Penanaman Modal.

Berbicara mengenai Standar pelayanan minimal (SPM) maka, Pelayanan

pada Bidang Perhubungan adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan

dasar dalam penyediaan aksesibilitas transportasi yang merupakan urusan wajib

Pemerintah Daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Dinas

Perhubungan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Kupang

berupaya untuk memenuhi pelayanan dasar untuk masyarakat dibidang

transportasi di 3 (tiga) sektor jenis pelayanan meliputi Angkutan Jalan, Angkutan

Penyeberangan dan Angkutan Laut.

Dinas Perhubungan Kota Kupang menyusun rencana tahunan pencapaian

SPM yang mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.81 Tahun

2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi

dan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun

2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan

Minimal Bidang. Standar pelayanan Minimal yang harus dicapai oleh Dinas

Perhubungan Kota Kupang adalah 25 (dua puluh lima) indikator pelayanan dasar

yang terbagi dalam Jaringan Pelayanan, Jaringan Prasarana, Fasilitas

Perlengkapan Jalan, Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor, Angkutan laut,

Sumber Daya Manusia (SDM) serta keselamatan.

5
Target pencapaian adalah target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

dalam mencapai SPM selama kurun waktu tertentu, termasuk perhitungan

pembiayaan, dan membandingkannya dengan rencana pencapaian SPM yang

ditetapkan oleh Pemerintah. Berikut adalah data Standar Pelayanan Minimal

Bidang Perhubungan pada Pemerintah Kota Kupang.

Tabel. 1.1
Data Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan
Di Kota Kupang

Standar Pelayanan Minimal


No Jenis Pelayanan Dasar Ket

Indikator Nilai

1. Angkutan a. Jaringan 1) Tersedianya angkutan 98%


Jalan Pelayanan umum yang melayani
Angkutan wilayah yang telah
Jalan tersedia jaringanjalan
untuk jaringan jalan
Kabupaten/Kota

2) Tersedianya angkutan 75%


umum yang melayani
jaringan trayek yang
menghubungkan daerah
tertinggal dan terpencil
dengan wilayah yang
telah berkembang pada
wilayah yang telah
tersedia jaringan jalan
Kab/Kota.

b. Jaringan 1) Tersedianya halte pada 91%


Prasarana setiap Kabupaten/Kota
Angkutan yang telah dilayani
Jalan angkutan umum dalam
trayek.

2) Tersedianya terminal 77%


angkutan penumpang

6
pada setiap
Kabupaten/Kota yang
telah dilayani angkutan
umum dalam trayek.

d. Fasilitas Tersedianya fasilitas 98%


Perlengkapan perlengkapan jalan
Jalan (rambu, marka, dan
guardrill) dan
penerangan jalan
umum (PJU) pada jalan
Kabupaten/Kota.

e. Pelayanan Tersedianya unit 75%


Pengujian pengujian kendaraan
Kendaraan bermotor bagi
Bermotor Kabupaten/Kota yang
memiliki populasi
kendaraan wajib uji
minimal 4000 (empat
ribu) kendaraan wajib
uji.

f. Sumber 1) Tersedianya Sumber 75%


Daya Daya Manusia (SDM)
Manusia di bidang terminal pada
(SDM) Kabupaten/Kota yang
telah memiliki
terminal.

2) Tersedianya Sumber 50%


Daya Manusia (SDM)
di bidang pengujian
kendaraan bermotor
pada Kabupaten/Kota
yang telah melakukan
pengujian berkala
kendaraan bermotor.

3) Tersedianya Sumber 42%


Daya Manusia (SDM)
di bidang MRLL,
Evaluasi Andalalin,
Pengelolaan Parkir

7
pada Kabupaten/Kota.

4) Tersedianya Sumber 0%
Daya Manusia (SDM)
yang memiliki
kompetensi sebagai
pengawas kelaikan
kendaraan pada setiap
perusahaan angkutan
umum

g. Keselamatan Terpenuhinya standar 33%


keselamatan bagi
angkutan umum yang
melayani trayek di
dalam Kabupaten/Kota.
2. Angkutan a. Jaringan 1) Tersedianya kapal 30%
Sungai Pelayanan sungai dan danau untuk
dan Angkutan melayani jaringan
Danau. Sungai dan trayek dalam
Danau Kabupaten/Kota pada
wilayah yang tersedia
alur sungai dan danau
yang dapat dilayari.

2) Tersedianya kapal 30%


sungai dan danau yang
melayani trayek dalam
kabupaten/Kota yang
menghubungkan
daerah tertinggal dan
terpencil dengan
wilayah yang telah
berkembang pada
wilayah yang tersedia
alur sungai danau yang
dapat dilayari
b. Jaringan Tersedianya pelabuhan 40%
Prasarana sungai dan danau untuk
Angkutan melayani kapal sungai
Sungai dan dan danau yang
Danau beroperasi pada trayek
dalam Kabupaten/Kota
pada wilayah yang
telah dilayari angkutan
sungai dan danau.

8
c. Keselamatan Terpenuhinya standar 100%
keselamatan bagi kapal
sungai dan danau yang
beroperasi pada lintas
antar pelabuhan dalam
satu Kabupaten/Kota.

d. Sumber Tersedianya Sumber 30%


Daya Daya Manusia (SDM)
Manusia yang mempunyai
(SDM) kompetensi sebagai
awak kapal angkutan
sungai dan danau untuk
daerah yang telah
melayani angkutan
sungai dan danau.

3. Angkutan a. Jaringan 1) Tersedianya kapal 76%


Penyebera Pelayanan penyeberangan yang
ngan Angkutan beroperasi pada lintas
Penyeberang dalam Kabupaten/Kota
an pada wilayah yang
telah ditetapkan lintas
penyeberangan dalam
Kabupaten/Kota.

2) Tersedianya kapal 72%


penyeberangan yang
beroperasi pada lintas
dalam Kabupaten/Kota
untuk menghubungkan
daerah tertinggal dan
terpencil dengan
wilayah yang telah
berkembang pada
wilayah yang telah
ditetapkan lintas
penyeberangan dalam
kabupaten/Kota.

b. Jaringan Tersedianya pelabuhan 67%


Prasarana penyeberangan pada
Angkutan Kabupaten/Kota yang
Penyeberang memiliki pelayanan
an angkutan
penyeberangan yang
beroperasi pada lintas

9
penyeberangan dalam
Kabupaten/Kota pada
wilayah yang memiliki
alur pelayaran.

c. Keselamatan Terpenuhinya standar 11%


keselamatan kapal
penyeberangan dengan
ukuran di bawah 7 GT
dan kapal
penyeberangan yang
beroperasi pada lintas
penyeberangan dalam
Kabupaten/Kota.

d. Sumber Tersedianya Sumber 0%


Daya Daya Manusia (SDM)
Manusia yang mempunyai
(SDM) kompetensi sebagai
awak kapal
penyeberangan dengan
ukuran di bawah 7 GT
atau yang beroperasi di
lintas penyeberangan
dalam Kabupaten/Kota

4. Angkutan a. Jaringan 1. Tersedianya kapal laut 63%


Laut Pelayanan yang beroperasi pada
Angkutan lintas dalam
Laut Kabupaten/Kota pada
wilayah yang memiliki
alur pelayaran dan
tidak ada alternatif
angkutan jalan.

10
2. Tersedianya kapal laut 38%
yang beroperasi pada
lintas atau trayek dalam
Kabupaten/Kota untuk
menghubungkan
daerah tertinggal dan
terpencil dengan
wilayah yang telah
berkembang pada
wilayah yang memiliki
alur pelayaran dan
tidak ada alternatif
angkutan jalan.

b. Jaringan Tersedianya dermaga 50%


Prasarana pada setiap ibukota
Angkutan Kecamatan dalam
Laut Kabupaten/Kota untuk
melayani kapal laut
yang beroperasi pada
trayek dalam
Kabupaten/Kota pada
wilayah yang memiliki
alur pelayaran dan
tidak ada alternatif
angkutan jalan.
c. Keselamatan Terpenuhinya standar 17%
keselamatan kapal
dengan ukuran di
bawah 7 GT yang
beroperasi pada lintas
dalam Kabupaten/Kota.

d. Sumber Tersedianya Sumber 0%


Daya Daya Manusia (SDM)
Manusia yang mempunyai
(SDM) kompetensi sebagai
awak kapal angkutan
laut dengan ukuran di
bawah 7 GT

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Kupang,2018

11
Dengan adanya Standar Pelayanan Minimal di bidang perhubungan pada

Dinas Perhubungan Kota Kupang diharapkan Daerah menjadi lebih baik dalam

upaya memberikan pelayanan masyarakat khususnya di bidang perhubungan.

Dinas Perhubungan Kota Kupang sebagai salah satu instansi Pemerintah Daerah

dalam mensejahterakan masyarakatnya menetapkan berbagai Standar Pelayanan

untuk dapat membantu masyarakat membangun perekonomian dengan berbagai

indikator-indikator yang ditetapkan atau yang ditargetkan untuk mencapai

berbagai standar pelayanan kesalamatan masyarakat yang ada di Kota Kupang.

Dengan demikian, Standar Pelayanan Minimal perlu diterapkan pada Dinas

Perhubungan Kota Kupang.

Tabel 1.2
Realisasi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di
Kota Kupang Tahun 2016
Alokasi Dukunga
No Uraian Kegiatan Target Realisasi Anggaran n
Personil
1 a. Jaringan Pelayanan Angkutan 98% 98% APBD II  PNS
Jalan  Non
1) Tersedianya angkutan PNS
umum yang melayani
wilayah yang telah
tersedia jaringan jalan
untuk jaringan jalan
kabupaten/kota.
2) Tersedianya angkutan
umum yang melayani
jaringan trayek yang
menghubungkan daerah
tertinggal dan terpencil
dengan wilayah yang
telah berkembang pada
wilayah yang tersedia
jaringan jalan
Kabupaten/Kota
b. Jaringan Prasarana Angkutan 38% 100% APBD II  PNS
Jalan  Non

12
1) Tersedianya Halte pada PNS
setiap Kabupaten/Kota
yang telah dilayani
angkutan umum dalam
trayek
2) Tersedianya Terminal
angkutan penumpang
pada setiap
Kabupaten/Kota yang
telah dilayani angkutan
umum dalam trayek
c. Fasilitas Perlengkapan Jalan 91% 98% APBD II  PNS
1) Tersedianya fasilitas & DAK  Non
perlengkapan jalan PNS
(rambu, marka, guadrail,
dll)
2) Tersedianya fasilitas
penerangan jalan umum
(PJU)
d. Pelayanan Pengujian 67% 96% APBD II  PNS
Kendaraan Bermotor  Non
1) Tersedianya unit PNS
pengujian kendaraan
bermotor
e. Sumber Daya Manusia 97% 75% APBD II  PNS
1) Tersedianya SDM di  Non
bidang terminal PNS
2) Tersedianya SDM di
bidang pengujian
kendaraan bermotor
3) Tersedianya SDM di
bidang MRLL, Evaluasi
Andalalin, Pengelolaan
Parkir
4) Tersedianya SDM yang
memiliki kompetensi
pengawasan pengujian
kendaraan bermotor
f. Keselamatan 50% 92% APBD II  PNS
1) Terpenuhinya standar  Non
keselamatan bagi PNS
angkutan umum dalam
trayek di dalam
Kabupaten/Kota
\Sumber : Data SPM dari Dinas Perhubungan Kota Kupang, 2018

13
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat ditemukan beberapa masalah seperti tidak

tercapainya target SPM yang di tetapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Kupang.

Dari hasil wawancara bersama salah satu pegawai pegelola data mengenai Standar

Pelayanan Minimal di Dinas Perhubungan Kota Kupang kendala yang didapat

oleh Dinas Perhubungan yaitu kurangnya SDM yang memadai Sehingga Perlu

Dilakukannya Sosialisasi Kepada Masyarakat.

Dari latar belakang permasalahan yang terkait permasalahan pelaksanaan

Standar Pelayanan Minimal pada bidang perhubungan di Kota Kupang penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Faktor-Faktor yang

mempengaruhi belum tercapainya Standar Pelayanan Minimal Pada Bidang

Perhubungan Kota Kupang.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor- Faktor apa yang

mempengaruhi belum tercapainya target penerapan Standar Pelayanan

Minimal pada Bidang Perhubungan Kota Kupang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belum tercapainya Standar

Pelayanan Minimal pada bidang Perhubungan?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Dinas Perhubungan Kota Kupang

14
Diharapakan hasil penelitan ini dapat digunakan sebagai bahan

informasi dan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, yang

berkaitan dengan Standar Pelayanan Minimal.

2. Bagi masyarakat

Hasil penelitan ini diharapkan menjadi sumber ke masyarakat agar

masyarakat sadar bahwa pentingnya Standar Penelitian Minimal bagi

kesejahteraan masyarakat.

3. Bagi peneliti

Dalam rangka menerapkan Ilmu Pengetahuan atau referensi bagi

Peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan Tentang Analisis

Penerapan Standar Pelayanan Minimal Pada Bidang Perhubungan.

15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Pelayanan

Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya menolong dan

menyediakan. Pelayanan ialah menolong untuk menyediakan segala sesuatu yang

diperlukan oleh orang lain diataranya adalah pembeli. Pelayanan dapat diberikan

kepada orang lain sebagai pertolongan yang dibutuhkan orang lain itu sendiri.

Yang mana dengan pertolongan tersebut dapat membantu orang lain untuk bisa

mengatasi masalahnya. Pelayanan ialah sebuah usaha pemberian bantuan ataupun

pertolongan pada orang lain, baik dengan berupa materi atau juga non materi agar

orang tersebut bisa mengatasi masalahnya itu sendiri (Suparlan 2000:35).

Pelayanan adalah sebuah proses dari pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas

orang lain secarah langsung (moenir 2005:47).

Pelayanan adalah suatu proses keseluruhan sebuah pembentukan citra dari

Perusahaan, baik dengan melalui berita, membentuj ebuah budaya perusahaan

secarah internal, ataupun melakukan sebuah komunikasi mengenai pandangan

perusahaan pada parah pemimpin pemerintahan serta publik yang lainnya yang

berkepentingan (Loina Di dalam bukunya yang bertajuk hubungan masyarakat

membina hubungan baik dengan publik 2001:138). Physical contact dengan

konsumen hanyalah terjadi dari front desk yang termasuk ke dalam klasifikasi low

contact service.misalkan ialah lembaga keuangan ( Kotler 2003:464). Moenir di

dalam bukunya yaitu manajemen pelayanan umum di Indonesia, yang mengatakan

bahwa pelayanan ialah sebuah proses pemenuhan kebutuhan yang melalui

aktivitas orang lain secara langsung. (moiner, 1992:16).

16
Dan selain itu juga Brat menambahkan bahwa suatu pelayanan bisa terjadi

diantara seseorang dengan seseorang yang lain, seseorang dan juga dengan

kelompok, atau juga kelompok dengan seorang seperti halnya orang-orang yang

berada di dalam sebuah organisasi. Yang juga memberikan pelayanan pada orang-

orang yang ada di sekitarnya yang juga membutuhkan sebuah informasi organisasi

itu sendiri. Hadipranata berpendapat bahwa, pelayanan adalah aktivitas tambahan

di luar tugas pokok (job description) yang di berikan kepada konsumen-

pelanggan, nasabah, dan sebainya serta dirasakan baik sebagai penghargaan

maupun penghormatan. Freed luthans ( 1995: 46) mengatakan bahwa pelayanan

adalah sebuah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang

menyangkut segala masalah yang di tujukan orang lain untuk menyelesaikan

masalah. Pelayanan adalah sebagai suatu tindakan ataupun kinerja yang bisa di

berikan pada orang lain. Pelayanan atau juga lebih di kenal dengan service bisa di

klasifikasikan mendajdi dua yanti :

1. High contact service ialah sebuah klasifikasi dari sebuah pelayanan jasa

dimana kontak diantara konsumen dan juga penyedia jasa sangatlah tinggi,

konsumen selalu terlibat di dalam sebuah proses dari layanan jasa tersebut.

2. Low contact service ialah klasifikasi pelayanan jasa dimana kontak

diantara     konsumen dengan sebuah penyedia jasa tidaklah terlalu tinggi..

Bentuk- Bentuk pelayanan ada tiga macam yaitu:

1. Pelayan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan

masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang

17
tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat

mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-

syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :

a.) Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang

tugasnya.

b). Mampu memberikan penjelasan apa saja yang perlu dengan lancar,

singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang

ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c) . Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

d). Meski dalam keadaan sepi tidak berbincang dan bercanda dengan

sesama pegawai, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan

melalaikan tugas.

2. Pelayanan melalui tulisan

Dalam bentuk tulisan, layanan yang di berikan dapat berupa

pemberian penjelasan kepada masyarakt dengan penerangannya berupa

tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sering terjadi.

Pelayanan melalui tulisan terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Layanan yang berupa petunjuk, informasi dan sejenis yang

ditujukan pada orang-orang yang berkepentingan, agar memudahkan

mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan,

pemberitahuan dan lain sebagainya.

18
3. Pelayan berbentuk perbuatan.

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan

dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan

dan penjelasan secara lisan. Berbicara tentang pelayanan yang diberikan

pemerintah tentunya tidak terlepas dari pelayanan pemerintah pada sektor

publik karena umumnya pelayanan yang diberikan pemerintah itu dalam

bidang/sektor yang menyangkut kepentingan umum seperti pengurusan

KTP, akte kelahiran, kartu keluarga, penyaluran kredit dan lain-lain yang

kesemuanya itu dilakukan demi kesejahteraan masyarakat.

Dalam Bahasa Indonesia penggunaan kata “publik” sering di ganti

dengan “umum” , misalnya perusahaan umu dan perusahaan publik.

Publik adalah mengenai orang atau masyarakat, dimiliki masyarakat, serta

berhubungan dengan, atau memengaruhi suatu Bangsa, Negara atau

komunitas. Menurut Kurniawan ( dalam Sinambela : 2006 : 5 ) pelayanan

publik diartikan sebagai pemberi pelayanan ( melayani ) keperluan orang

atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai

dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan. Pengertian pelayanan

umum menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara ( Men-PAN ) Nomor 81 Tahun 1993 adakah segala bentuk

kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah

pusat, di daerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara / Daerah

dalam bentuk barang dan jasa, baik  dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan

19
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang – undangan ( Boediono, 2003 : 61 ).

2.2 Konsep Target

Menurut Fandy Tjiptono (2007:65) Target adalah mengevaluasi daya tarik

masing – masing segmen dengan menggunakan variable – variable yang bisa

menguantifikasi kemungkinan permintaan dari setiap segmen, biaya melayani

setiap segmen, biaya memproduksi produk dan jasa yang diinginkan pelanggan,

dan kesesuaian antara kompetensi inti perusahaan dan peluang pasar. Menurut Ali

Hasan (2008:191) Target adalah “sebagai kegiatan menentukan pasar sasaran,

yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen untuk dilayani” Menurut Kamus

besar Bahasa Indonesia (2008: 1404) Target adalah “Sasaran atau batas ketentuan

yang telah ditetapkan untuk dicapai”.

2.3 Konsep Realisasi

Menurut M.Dahlan Y.B (2003:978) ”Realisasi adalah Pelaksanaan Sesuatu

sehingga menjadi nyata”Menurut Ali hasan (2008:239) ” Realisasi adalah

tindakan yang nyata atau adanya pergerakan/perubahan dari rencana yang sudah

dibuat atau dikerjakan” Menurut Diklat BP3IP (2006:13) Realisasi dalam kontek

pembahasan bongkar / muat berati hasil yang dicapai dalam periode waktu

tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan:

a) Sumber daya manusia ialah kemampuan dari crew kapal dalam

melaksanakan prosedur bongkar / muat hingga kegiatan bongkar / muat

berlangsung dengan cepat dan aman.

20
b) Aspek manajerial atau system manajemen ialah kemampuan sebuah

perusahaan dan kapal dalam melaksanakan sistem manajemen bongkar /

muat hingga kapal dalam melaksanakan bongkar / muat dengan aman

dan cepat sehingga kapal dapat beroperasi dengan lancar.

c) Peralatan penunjang kegiatan bongkar / muat ialah semua peralatan

yang menunjang kegiatan bongkar / muat seperti : Mobile crane,

Sling, forklift dan lain – lain yang menunjang kelancaran kegiatan

bongkar / muat.

2.4 Definisi Pelayanan Publik

Pengertian Pelayanan Publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan

oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Peningkatan pelayanan publik yang efisien dan efektif akan

mendukung tercapainya efisiensi dan efektif akan mendukung tercapainya

efisiensi pembiayaan, artinya ketika pelayanan umum yang diberikan oleh

penyelenggara pelayanan kepada pihak yang dilayani berjalan sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya atau mekanisme atau prosedurnya tidak berbelit-belit,

akan mengurangi biaya atau beban bagi pihak pemberi pelayanan dan juga

penerima pelayanan.

Gronroos dalam Ratminto yaitu pelayanan adalah suatu aktivitas atau

serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya

interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hak lain yang disediakan

21
oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

permasalahan konsumen/pelanggan.

Dalam kamus Bahasa Indonesia pelayanan publik dirumuskan sebagai berikut:

1) Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.

2) Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual

beli barang dan jasa.

3) Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam

hubungannya dengan pencegahan, diagnosa dan pengobatan suatu

gangguan kesehatan tertentu.

4) Publik berarti orang banyak (umum).

(Pengertian publik menurut inu kencana Syafi’ie, dkk yaitu: “sejumlah

22) manusia yang memeliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan

tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Dan menurut Sadu Wasistiono dalam Hardiansyah (2011: 11) Pelayanan

Publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah ataupun pihak swasta kepada

masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau

kepentingan masyarakat.Berdasarkan uraian diatas, maka pelayanan publik dapat

diartikan sebagai pemberian layanan keperluan orang atau masyarakat yang

memiliki kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata

cara yang telah ditetapkan. Kemudian, penyelenggara pelayanan publik

merupakan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen

yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan

22
badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan

publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari.

Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga

pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai

dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. Semakin cepat waktu

penyelesaian pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan

masyarakat akan pelayanan yang diberikan.

3. Produk Pelayanan

Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan

sosialisasi kepada masyarakat.

4. Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak

boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima

23
pelayanan kepada pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap

jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak

menimbulkan kecemasan, khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang

mampu.

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara

pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan

penyelenggaraan pelayanan.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari standar

pelayanan publik. kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan

tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang

dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu.

2.5 Konsep Standar Pelayanan Minimal Pada Bidang Perhubungan

Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai

kewajiban dan janji Penyelenggara kepada kepada masyarakat dalam rangka

pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Standar

Pelayanan Minimal bidang Perhubungan selanjutnya ketentuan tentang jenis dan

mutu pelayanan dasar dalam penyediaan aksesibilitas transportasi yangmerupakan

urusan wajib Pemerintah Daerah yang berhak diperole Pelayanan dasar adalah

24
jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam kehidupansosial, ekonomi dan pemerintahan.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2011 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor

PM. 2 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Teknis Penerapan Dan Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi Dan Daerah

Kabupaten/Kota. Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2011

pasal 3 ayat (1) di katakan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan dasar di Bidang

Perhubungan sesuai dengan SPM Perhubungan. Peraturan Menteri Perhubungan

pasal 3 ayat (2) SPM Perhubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas jenis pelayanan, indikator kinerja, dan target.

Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yangberwenang mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dankepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiriberdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota,

danperangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahandaerah.

Pengembangan kapasitas adalah upaya meningkatkan kemampuan sistem atau

sarana dan prasarana, kelembagaan, personil, dan keuangan untuk melaksanakan

fungsi- fungsi pemerintahan dalam rangka mencapai tujuan pelayanan dasar

25
dan/atau SPM Perhubungan secara efektif dan efisien dengan menggunakan

prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut APBN

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya

disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Di luar jenis pelayanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (2), Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kotatertentu wajib menyelenggarakan jenis pelayanan sesuai

kebutuhan, karakteristik, dan potensi daerah SPM.

2.6 Indikator standar pelayanan minimal Bidang perhubungan

Jenis pelayanan dasar adalah jenis-jenis pelayanan dasar yang harus

diselanggarakan oleh pemerintah daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah

pusat dan menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah dalam penyediaan pelayanan

dasar perhubungan yang berhak diterima oleh masyarakat. Standar pelayanan

minimal terdiri dari beberapa indikator yaitu : Angkutan Jalan, Angkutan Sungai

dan Danau, Angkutan Penyeberangan, Angkutan Laut.

1. Angkutan Jalan

a) Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

Langkah-langkah kegiatan :

1). Identifikasi jaringan jalan Kota;

2). Identifikasi tersedianya pelayanan angkutan umum;

26
3). Analisis kebutuhan angkutan umum;

4). Penyusunan rencana pengembangan layanan angkutan umum;

dan

5). Monitoring dan evaluasi layanan angkutan umum.

b) Jaringan trayek Pelayanan Angkutan Jalan

Langkah-langkah kegiatan :

a) Identifikasi jaringan jalan Kota;

b) Identifikasi tersedianya pelayanan angkutan umum;

c) Analisis kebutuhan angkutan umum;

d) Penyusunan rencana pengembangan layanan angkutan umum;

e) Penetapan jaringan trayek dan angkutan umum; dan

f) Monitoring dan evaluasi layanan angkutan umum.

c) Jaringan Prasarana Angkutan Jalan

Langkah-langkah :

a) Identifikasi prasarana angkutan jalan;

b) Analisis kebutuhan prasarana angkutan jalan berupa terminal

penumpang dan halte;

c) Penyusunan rencana pengembangan terminal penumpang dan

halte dalam Kota;

d) Membangun prasarana jalan sesuai hasil analisis kebutuhan;

dan

e) Monitoring dan evaluasi layanan halte dalam Kota.

27
d) Fasilitas Perlengkapan Jalan

Langkah-langkah kegiatan :

1) Identifikasi terhadap pemasangan fasilitas perlengkapan jalan suatu

kabupaten/Kota;

2) Analisis kebutuhan pemasangan fasilitas perlengkapan jalan dalam

suatu kabupaten/kota;

3) Penyusunan kebijakan berupa penetapan pengaturan lalu lintas yang

bersifat perintah, larangan, petunjuk, dan peringatan melalui

Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati/Walikota;dan

4) Monitoring dan evaluasi kebutuhan pemasangan fasilitas

perlengkapan jalan dalam suatu kabupaten/kota.

e) Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor

Langkah-langkah kegiatan :

1) Identifikasi terhadap data jumlah kendaraan wajib uji dalam satu

kabupaten/kota;

2) Identifikasi jumlah unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor

dalam satu kabupaten/kota yang memiliki populasi kendaraan

bermotor wajib uji 4000 (empat ribu) unit;

3) Analisis kebutuhan unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor

dalam satu kabupaten/kota;

4) Penyusunan rencana pengembangan unit pelaksana uji berkala

kendaraan bermotor dalam satu kabupaten/kota; dan

28
5) Monitoring dan evaluasi pelayanan unit pelaksana uji berkala dalam

satu kabupaten/kota.

f). Keselamatan

Langkah kegiatan :

1) Identifikasi terhadap angkutan umum yang melayani AKDP; dan

2) Identifikasi fasilitas standar keselamatan AKDP

2. Angkutan Sungai dan Danau

1). Jaringan Pelayanan Angkutan Sungai dan Danau

langkah-langkah kegiatan :

a) Identifikasi jaringan trayek angkutan sungai dan danau dalam

kabupaten/kota;

b) Identifikasi tersedianya pelayanan angkutan sungai dan danau;

c) Analisis kebutuhan angkutan sungai dan danau;

d) Penyusunan rencana pengembangan layanan angkutan sungai

dan danau dalam suatu kabupaten/kota; dan

e) Monitoring dan evaluasi layanan angkutan sungai dan danau.

2. Jaringan Prasarana Angkutan Sungai dan Danau

Langkah-langkah kegiatan :

a) Identifikasi terhadap data pelabuhan sungai dan danau dalam

suatu kabupaten/kota;

b) Analisis kebutuhan pelabuhan sungai dan danau dalam suatu

kabupaten/kota;

29
c) Penyusunan rencana pengembangan pelabuhan sungai dan

danau suatu kabupaten/kota;dan

d) Monitoring dan evaluasi layanan pelabuhan sungai dan danau

suatu kabupaten/kota.

3. Keselamatan

Langkah –langkah kegiatan :

a) Identifikasi angkutan sungai dan danau yang beroperasi pada

trayek dalam kabupaten/kota;dan

b) Identifikasi standar keselamatan kapal sungai dan danau.

3. Angkutan Penyeberangan

1). Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan

Langkah – langkah kegiatan :

a) Identifikasi jaringan trayek angkutan sungai dan danau dalam

kabupaten/kota;

b) Identifikasi tersedianya pelayanan angkutan sungai dan danau;

c) Analisis kebutuhan angkutan sungai dan danau;

d) Penyusunan rencana pengembangan layanan angkutan sungai

dan danau dalam suatu kabupaten/kota; dan

e) Monitoring dan evaluasi layanan angkutan sungai dan danau.

2). Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan

Langkah – langkah kegiatan :

a) Identifikasi terhadap data pelabuhan penyeberangan dalam

suatu kabupaten/kota;

30
b) Analisis kebutuhan pelabuhan penyeberangan dalam suatu

kabupaten/kota;

c) Penyusunan rencana pengembangan pelabuhan penyeberangan

suatu kabupaten/kota; dan

d) Monitoring dan evaluasi layanan pelabuhan penyeberangan

dalam suatu kabupaten/kota.

3). Keselamatan

Langkah – langkah kegiatan :

a) Identifikasi angkutan penyeberangan yang beroperasi pada

trayek dalam kabupaten/kota; dan

b) Identifikasi standar keselamatan kapal dengan ukuran dibawah 7

GT dan kapal yang beroperasi pada lintas penyeberangan dalam

kabupaten/kota.

4. Angkutan Laut

1). Jaringan pelayanan Angkutan Laut

Langkah – langkah kegiatan :

a) Identifikasi jaringan trayek kabupaten/kota;

b) Identifikasi tersedianya pelayanan angkutan laut;

c) Analisis kebutuhan angkutan laut;

d) Penyusunan rencana pengembangan layanan angkutan laut;

e) Pengembangan layanan angkutan laut;

f) Monitoring dan evaluasi layanan angkutan laut.

31
2). Jaringan Prasarana Angkutan Laut

Langkah – langkah kegiatan :

a) Identifikasi dan inventarisasi jumlah dermaga di suatu

kabupaten/kota;

b) Analisis kebutuhan jumlah dermaga dalam satu kabupaten/kota;

c) Penyusunan kebijakan berupa penetapan fasilitas pelabuhan

yang tertuang dalam tatralok kabupaten/kota atau RTRW

provinsi; dan

d) Pelaksanaan studi pendukung perencanaan pembangunan/penge

mbangan fasilitas pelabuhan.

3). Keselamatan

Langkah – langkah kegiatan :

a) Identifikasi kapal dibawah 7 GT yang beroperasi dalam

kabupaten/kota;

b) Identifikasi tersedianya peralatan keselamatan pada kapal; dan

c) Monitoring dan evaluasi kapal dibawah 7 GT yang harus

menyediakan peralatan keselamatan.

Dalam peraturan Menteri Nomor 81 Tahun 2011 pasal 14 ayat (1) dapat

memfasilitasi pengembangan kapasitas melalui peningkatan kemampuan sistem,

kelembagaan, personal dankeuangan, baik di tingkat Pemerintah maupun

pemerintah daerah. Dan ayat (2) Fasilitasi pengembangan kapasitas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian orientasi umum, petunjuk

32
teknis,bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuanlainnya

meliputi :

a. Perhitungan sumber daya dan dana yang dibutuhkan untuk mencapai

SPM Perhubungan, termasuk kesenjangan pembiayaan;

b. Penyusunan rencana pencapaian SPM Perhubungan dan penetapan

target tahunan pencapaian SPM Perhubungan;

c. Penilaian prestasi kerja pencapaian SPM Perhubungan;

Dan ayat (3) Fasilitasi, pemberian orientasi umum, petunjuk teknis,

bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan/atau bantuan

lainnyasebagaimana dimaksud pada ayat (2), mempertimbangkan kemampuan

kelembagaan, personal dan keuangan negara serta keuangan daerah. Dan pasal 15

ayat (1) Pendanaan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan, penetapan,

pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan dan pengawasan, pembangunan

sistem dan/atau sub sistem informasi manajemen, serta pengembangan kapasitas

untuk mendukung penyelenggaraan SPM Perhubungan yang merupakan tugas dan

tanggung jawab pemerintah, dibebankan kepada APBN Kementerian

Perhubungan, ayat (2) Pendanaan yang berkaitan dengan penerapan, pencapaian

kinerja/target, pelaporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan danpengawasan,

pembangunan sub Sistem Informasi Manajemen, serta pengembangan kapasitas,

yang merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan daerah dibebankan

kepada APBD, (pasal 16) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri Perhubungan ini dengan penempatannya dalam

Berita Negara Republik Indonesia.

33
2.7 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa hasil peneliti terdahulu yang dalam penelitian

ini di jadikan sebagai bahan acuan dan pengembangan :

1. Studi Kebutuhan Standardisasi Di Sektor Transportasi dalam rangka

Peningkatan Keselamatan Transportasi, Tahun 2006 Maksud studi ini adalah

adanya suatu rencana induk standardisasi pelayanan sarana dan prasarana

transportasi yang berkaitan dengan keselamatan transportasi yang dapat

dijadikan dasar dan pedoman bagi penelitian dan pengembangan Standar

Nasional Indonesia (SNI) bidang keselamatan transportasi. Sedangkan

tujuannya adalah terwujudnya jaminan mutu produk atau jasa dengan

memperhatikan segi-segi keamanan, keselamatan, kesehatan, dan fungsi

lingkungan hidup, dalam menunjangkelancaran masuknya produk dan jasa

transportasi didalam pasar bebas, serta dapat melindungi konsumen Indonesia

dari produk barang dan jasa negara asing.

2. Herpikus (2012) dalam jurnal yang berjudul Implementasi Kebijakan Standar

Pelayanan Minimal Sekolah Dasar di Kabupaten Sanggau. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa implementasi kebijakan Standar Pelayanan Minimal

Sekolah Dasar di Kabupaten Sanggau belum berjalan maksimal, karena masih

rendahnya kualitas sumber daya manusia baik tenaga pengajar maupun kepala

sekolah. Kepala sekolah di Kabupaten Sanggau yang memenuhi kualifikasi

S1 atau D IV hanya mencapai 22,96% dan guru yang memenuhi kualifikasi

S1 atau D IV hanya mencapai 26,30%. Ketersediaan sarana dan prasarana di

Kabupaten Sanggau juga masih belum memadai. Hanya 59,92% sekolah di

34
Kabupaten Sanggau yang sarana prasarananya sudah memadai. Persamaan

antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah objek yang

akan diteliti yaitu, Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. Perbedaan

kedua penelitian ini terletak pada sampel dan populasi penelitian. Dalam

penelitian ini meneliti SPM dalam tingkat Kabupaten

3. Ariani Puspita Dewi, Hari Susanta N & Sari Listyorini. Jurnal Sosial dan

Politik Diponegoro tahun 2013 dengan judul Analisis pengendalian kualitas

dengan pendekatan p.d.c.a. (plan-do-check-act) berdasarkan standar minimal

pelayanan Rumah sakit pada rsud dr. Adhyatma semarang (studi kasus pada

instalasi radiologi). Dari hasil pembahasannya Puspita Dewi, Hari Susanta N

& Sari Listyorini menarik kesimpulan bahwa Berdasarkan analisis yang ada

diperoleh bahwa pengendalian kualitas pelayanan secara keseluruhan sudah

berjalan baik. Namun masih terdapat tingkat kerusakan hasil rontgen yang

berada di atas standar yang ditetapkan yakni lebih dari (>) 2%, sehingga

dibutuhkan suatu perbaikan kualitas hasil rontgen untuk dapat memberikan

hasil rontgen yang berkualitas tinggi agar tercipta 16 diagnosis yang tepat

serta memberikan layanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien Instalasi

Radiologi RSUD Dr. Adhyatma Semarang.

2.8 Kerangka Pemikiran

Ketentuan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) diatur dalam surat

edaran Menteri Dalam Negeri No. 100/756/OTDA/2002, kemudian diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 65/2005 mengenai Ketentuan tentang

35
SPM yang harus dipenuhi oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyediaan

pelayanan publik yang belum di laksanakan oleh semua daerah indonesia.

Namun dalam peraturan menteri Nomor 81 Tahun 2011 pasal 8 ayat (1)

SPM Perhubungan yang ditetapkan merupakan acuan dalam perencanaan program

pencapaian target SPM di masing-masing Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD), ayat (2) Pencapaian target SPM sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan Pedoman/Standar Teknis

yang ditetapkan.

36
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

PERATURAN MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR :
PM 81 TAHUN 2011

PP NO. 65 TAHUN 2005


PEDOMAN PENYUSUNAN
DAN PENERAPAN SPM

PERATURAN MENTERI
PEREHUBUNGAN NOMOR :
PM. 2 TAHUN 2013 PETUNJUK
TEKNIS, PENERAPAN DAN
PENCAPIAN SPM

KUALITAS PELAYANAN
YANG BAIK PADA BIDANG
PERHUBUNGAN KOTA
KUPANG

KETERCAPAIAN STANDAR
PELAYANAN SECARAH
MINIMAL

37
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Perhubungan Kota Kupang.

2. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan.

3.2 Jenis Data

1. Data menurut sumber

a. Data primer adalah data yang di peroleh melalui wawancara

langsung dari kasubag perencanaan dan staf yang mengelola

Standar Pelayanan Minimal pada Bidang perhubungan Kota

Kupang.

b. Data sekunder adalah data Data Sekunder adalah data tambahan

yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan

penelitian, yang berkaitan dengan standar pelayanan minimal pada

Bidang Perhubungan Kota Kupang, sejarah berdirinya Dinas

Perhubungan, struktur organisasi, dan visi misi Dinas

Perhubungan.

2 Data Menurut Sifat yaitu :

a. Data Kualitatif, yaitu berupa pernyataan dari hasil wawancara

dengan kasubag perencanaan dengan staf yang megelola Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Kota Kupang.

38
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang di peroleh dalam bentuk angka-

angka yang berkaitan dengan pembiayaan kegiatan Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Kota Kupang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab langsung dengan kasubag perencanaan

dan staf yang mengelola Standar Pelayanan Minimal bidang

perhubungan Kota Kupang.

2. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data-data yang di peroleh dari Bidang

Perhubungan yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti dengan

cara mempelajari dokumen-dokumen ,catatan-catatan yang bekaitan

langsung dengan penelitian ini.

3.4 Definisi Operasional Variabel.

1. Standar pelayanan minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan

mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang

wajib di berikan kepada setiap warga negara yang memerlukan

secarah minimal.Ukurannya presentase (%).

2. Target

Target adalah sasaran atau batas ketentuan yang telah di tetapkan

untuk di capai. Ukuran presentasenya (%).

39
3. Realisasi

Realisasi adalah tindakan yang nyata atau adanya pergerakan

perubahan dari rencana yang sudah dibuat atau kerjakan. Ukuran

persentanse (%)

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut taylor (1975; 79) mendefinisikan Analisis Data sebagai proses

yang merinci usaha secarah formal untuk menemukan tema dan merumuskan

hipotesis atau (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan

bantuan dan tema pada hipotesis. Sehingga analisis data merupakan proses untuk

mencari dan menyusun secarah sistematis data yang di peroleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi sehingga penulis bisa

menggambarkan secarah tertulis, dan sistematis tentang keadaan yang sebenarnya.

Teknik analisis data yang di gunakan adalah Analisis Deskriptif Kualitatif

yaitu peneliti yang harus berusaha mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa,

kejadian yang terjadi dengan meusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual

pada saat penelitiam berlangsung. Dan teknik analisis yang di pakai untuk

menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1) Melakukan wawancara untuk mengetahui Bagimana Penerapan

Standar Pelayanan Minimal yang dijalankan oleh Bidang Perhubungan

di Kota Kupang?

2) Mendokumentasi setiap data yang didapat baik dari wawancara

maupun sumber lainnya.

40
3) Menganalisis data yang diperoleh dan mengambil keputusan terkait

permasalahan penelitian.

41

Anda mungkin juga menyukai