Anda di halaman 1dari 2

Produsen makanan minuman milik Salim Group, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

memiliki sejumlah strategi memaksimalkan penjualan di masa pandemi. Caranya, dengan


menggecarkan promosi dan penjualan lewat media digital, merilis sejumlah produk baru hingga
aplikasi game online.

Direktur Indofood CBP Sukses Makmur, Axton Salim mengatakan, pandemi Covid-19 tak
berdampak signifikan terhadap penjualan perseroan. Perusahaan fokus menjaga ketersediaan
produk di pasar dengan kualitas yang baik serta meluncurkan produk baru
Meski begitu, pandemi juga membuat situasi pasar dan perilaku konsumen berubah.
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan sebagian pertokoan tutup. Sehingga,
perusahaan mengubah strategi promosi dan penjualan dengan menyesuaikan kondisi saat ini.

"Kami memiliki concern mengirim produk dengan nyaman di tengah consumer habit yang
meningkat antara lain melalui saluran media sosial atau digital," kata Axton dalam paparan
publik virtual, Rabu (24/9).

Axton mengatakan televisi dan jaringan tradisional masih cukup penting untuk berpromosi dan
pemasaran. Namun, Indofood terus gencar berpromosi di saluran digital.

"Kontribusi e-commerce masih kecil, tapi ada kenaikan tren," katanya.


Strategi selanjutnya, Indofood gencar meluncurkan berbagai varian produk baru untuk
mendorong ketertarikan konsumen. Produk baru ini di antaranya, Indomie Bhinneka yakni edisi
terbatas dan produk kemasan baru Indomilk Tobot.

“Total ada delapan produk baru yang diluncurkan, mulai dari Chiki hingga varian Indomie hot
seblak," ujarnya.

Sedangkan untuk menggaet konsumen Indomilk, perusahaan terus mengembangkan aplikasi


game online 'Indmilk Tobot". Aplikasi ini dapat diunduh lewat Google Playstore. Perusahaan
kerap mengadakan beberapa ajang kompetisi games untuk anak di bawah usia remaja.

Dari segi produk, Axton mengungkapkan selama pandemi, lini bumbu masakan dan produk
konsumsi penjualannya meningkat. Selain itu penjualan ke luar negeri atau ekspor mi instan
yang naik sekitar 20% hingga Juni 2020. Alhasil, kontribusi penjualan ekspor mi terhadap total
penjualan bisnis mi instan naik menjadi 12% dibanding periode sama tahun lalu sebesar 10%.

Hingga semester I 2020, Indofood CBP membukukan penjualan Rp 23 triliun, tumbuh 4,1%
dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 22,1 triliun. Sedangkan laba bersih perseroan
tumbuh 31% menjadi Rp 3,3 trilun dibanding periode yang sama sebelumnya Rp 2,5 triliun.
Sepanjang tahun ini, Indofood CBP mengalokasikan belanja modal Rp 4,7 triliun untuk
mendukung ekspansi perusahaan. Namun demikian, hingga Juni 2020 realisasi belanja modal
yang terserap baru sekitar 16% dari investasi yang dianggarkan.
Ekspansi Global
Meski di seluruh dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, Indofood CBP masih membuka
kemungkinan ekspansi ke luar negeri. Ekspansi pabrik maupun pasar baru perseroan ke luar
negeri nantinya akan dieksekusi oleh Pinehill Company Limited, yang baru diakuisisi
perusahaan pada Agustus 2020.

"Dengan akuisisi Pinehill yang beroperasi di luar Indonesia, pengembangan ke depan bakal
dilakukan melalui perusahaan tersebut. Mengenai negara mana, nanti akan diberitahukan lebih
lanjut," kata Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), Thomas Tjie.

Pesaing Indofood di industri makanan minuman, PT Mayora Indah Tbk juga terbilang cukup
gencar ekspansi ke luar negeri.

Saat ini Mayora melebarkan sayap ke 100 negara seperti Tiongkok, India, Timur Tengah,
Amerika Serikat, Eropa dan Afrika menjajakan berbagai produk makanan dan minuman.
Perusahaan pertama kali menjajal kawasan Asean.

Global Growth Accelerator Manager Mayora Group, Teuku Winnetou mengatakan Mayora
memilih kawasan Asean karena letaknya yang tak terlalu jauh dan karakteristik konsumennya
mirip dengan orang Indonesia.

Pasar ekspor berkontribusi hampir 50% terhadap total penjualan perseroan. Pada semester I
2020, Mayora membukukan penjualan Rp 11 trilun, turun 8,3% dibandingkan periode yang
sama tahun lalu Rp 12 triliun.

"Pasar luar negeri potensinya sangat besar apabila kita dapat memahami dan menguasai
dengan baik negara yang akan dituju, dan ini bukanlah hal yang mudah," kata Teuku kepada
katadata.co.id, Kamis (17/9).

Pengamat Bisnis Universitas Prasetiya Mulya, Agus W. Soehadi mengatakan salah satu faktor
penentu keberhasilan pemasaran brand lokal ke luar negeri terletak pada pemahaman yang
mendalam terhadap pasar negara tujuan.

Pemahaman tersebut antara lain juga mencakup kekuatan dan perilaku kompetitor, perilaku
target konsumen maupun sistem dan jalur distribusi.

"Kemiripan karakteristik pasar akan mempercepat proses penetrasi pasar. Sebagian besar
mereka cukup sukses melakukan penetrasi di pasar afrika utara dan Asean," katanya kepada
katadata.co.id beberapa waktu lalu.

Agar sebuah brand bisa lekat diingatan konsumen, ada dua hal yang harus dimiliki perusahaan.
Pertama, adanya tingkat keterkenalan (brand awareness) produk. Kedua, asosiasi atau citra
yang positif (brand association/image).

Anda mungkin juga menyukai