PETUNJUK
1. Ketik Jawaban saudara pada kertas A4, Spasi 1,5, Font Times New Roman. Format
pengumpulan PDF dengan penamaan (3NimAkhir_Nama_PPS A)
2. Jawaban di-submit di Sister maksimal hari Kamis, 12 November 2020, pukul 23.00
WIB.
SOAL
1. Dewasa ini Penyelesaian Sengketa atau (konflik) terutama di kalangan pebisnis, sudah
mulai beralih dari cara Litigasi ke non Litigasi yang dikenal dengan Alternative Dispute
Resolution (ADR). Mengapa demikian? Berikan penjelasan saudara dan kaitkan dengan
kelebihan dan kelemahan dalam ADR dan Litigasi!.
2. Dalam melakukan kegiatan, setiap pihak memiliki kepentingan. Tanpa adanya
kepentingan para pihak tidak akan dapat bekerjasama, namun dalam kegiatan tersebut
kadangkala bisa timbul Konflik Kepentingan (Interest Conflict). Sebut dan Jelaskan (3)
dasar kepentingan yang dapat menimbulkan konflik dan bagaimana pemecahannya?
3. Proses Negosiasi terdiri bukan dari satu aktivitas saja tapi berlanjut untuk masa waktu
tertentu yang membutuhkan strategi dan ketrampilan yang sesuai dalam setiap
tahapannya. Sebut dan Jelaskan Tahapan yang dilakukan dalam proses Negosiasi!.
4. Konsultasi mirip dengan pendapat mengikat karena sama-sama meminta saran dari ahli
hukum dan ahli bisnis terkait. Akan tetapi, keduanya cara tersebut juga punya perbedaan.
Jelaskan perbedaannya dan apa akibat hukumnya jika terjadi pelanggaran oleh salah satu
pihak? Dan bisakah diajukan Gugatan?.
JAWABAN
NO1. Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa memang banyak sekali apalagi didunia
bisnis yang menyelesaikan permasalahannya melalui jalur Non-Litigasi jika
dibandingkan menggunakan jalur Litigasi, hal ini dilakukan oleh para pebisnis bukan
tanpa adasan alsasan yang kuat, melainkan didasarkan pada suatu alasan yang kuat
mengapa para pebisnis lebih memilih menyelesaikan permasalahan melalui jalur Non-
Litigasi, yang pertama yaitu:
a. Pada dasarnya jika kita para pebisnis menyelesaikan permasalannya melalui jalur
Litigasi atau melalui jalur pengadilan biasanya itu memerlukan waktu yang lama untuk
dapat menyelesaikan permasalahan antara kedua belah pihak atau lebih. Selain itu
didalam menyelesaikan permasalahan di dalam pengadilan membutuhkan biaya yang
mahal dan belum lagi diatara kedua belah pihak pasti akan menimbulkan permusuhan.
b. Sehingga dengan adanya alasan dari permasalahan tersebut kita sebagai para pebisnis
lebih memilih menyelesaikan sengketa melalui jalur Non-Litgasi atau diluar pengadilan
melalui APS (alternatif penyelesain sengketa) atapun PPS (pilihan penyelesain sengketa)
antara APS dan PPS keduanya sama hanya saja penyebutannya yang berbeda. Hal ini
dilakukan oleh para pebisnis yang dimana lebih memilih menyelseaikan
permasalahannya diluar pengadilan karena pada dasarnya itu hasil akhirnya itu jika
mengguakan APS/PPS biasanya menggunakan solusi win-win solution. Selain itu
biasanya kerahasiannya antara kedua belah pihak bersifat terjaga dan tidak akan diumbar-
umbar kepada pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak hanya itu biasanya waktu yang
digunakan itu lebih cepat.
c. Tidak hanya itu akan tetapi juga ada alasan lain mengapa para pebisnis itu lebih
memilih APS/PPS dalam menyelesailan sengketa permasalahannya yang dimana para
pebisnis berpendapat dan berpandangan bahwa hal ini dilakukan semata-mata karena
adanya tuntutan bisnis (Time Is Money). Selain itu perlu kita ketahui bahwa pada
umumnya, bisanya jika kita para pebisnis memilih jalur Litigasi di dalam pengadilan,
Peradilannya itu tidak responsif dalam artian (Lambat, Mahal, Lama) dan juga biasanya
itu Hakim di pengadilan bersifat generalis, yang pada akhirnya menyebabkan Putusan di
Pengadilan tidak dapat menyelesaikan masalah antara kedua belah pihak.
1. Pada umumnya itu kegiatan penyelesaian sengketa melalui jalur Non-Litigasi, diselenggarakan
secara tertutup atau rahasia. Artinya bahwa hanya para pihak dan pihak ketiga yang menghadiri
jalannya proses dijalur tersebut misal didalam Negoisasi, Mediasi dan lain-lain, sedangkan pihak
lain yanng tidak terlibat tidak diperkenankan untuk menghadiri proses tersebut. Kerahasiaan dan
ketutupan ini juga sering menjadi daya tarik tertentu bagi kalangan pengusah yang tidak
menginnginkan maslah yang dihadapinya dipublikasikan.
2. Dalam proses penyelesaian sengketa melalui jalur Non Litigasi, pihak metril atau prinsipal
dapat secara langsung berperan serta dalam melakukan perundingan dan tawar-menawar untuk
mencari penyelesaian masalah tanpa harus diwakili oleh kuasa hukum masing-masing. Dalam
prosesnya para pihak dapat menggunakan bahasa sehari-hari yang lazim mereka gunakan dan
sebaliknya tidak perlu mengggunakan bahasa-bahasa atau istilah-istilah hukum yang lzim
digunakan oleh advokat dalam beracara dipersidangan pengadilan.
3. Sesuai sifatnya yang konsensual atau mufakat dan kolaboratif, proses penyelesaing sengketa
melalui jalur Non-Litigasi dapat menghasilkan penyelesain Win-Win Solution, sebaliknya jika
menggunakan jalur Litigasi akan menghasilkan keptusan Win Lose Solution.
4. Merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang murah dan tidak memakan banyak
waktu jika dibandingkan dengan proses Litigasi atau berpekara dipengadilan.
Sedangkan jika dilihat dari sumber yang diberikan dan dijelaskan oleh Yahya Harapah adalah
sebagai berikut:
1. Penyelesain sengeketa melalui jalur Non-Litigasi hanya dapat diselenggarakan secara efektif
jika para pihak memiliki kemauan atau keinginan untuk menyelesaikan sengketa secara
konsensus. Jika hanya salah satu pihak saja yang memiliki keinginan menempuh melalui jalur
Non-Litigasi, sedangkan pihak lawannya tidak memiliki keinginan yang sama, maka tidak akan
pernah terjadi dan jikapun terlaksana tidak berjalan efektif. (Takdir Rahmadi, 2011: 27).
2. Apabila para pihak tidak memiliki itikad baik maka akan dapat memanfaatkan proses jalur
Non-Litigasi sebagai taktik untuk mengulur-ngulur waktu penyelesaian sengketa, misalnya
dengan tidak mematuhi sesi-sesi yang terjadi didalam prosesnya atau sekedar berunding hanya
untuk memperoleh informasi tentang kelemahan pihak lawan. (Takdir Rahmadi, 2011: 27).
3. Beberapa kasus mungkkin tidak diselesaika melalui jalur Non-Litigasi, terutama kasus-kasus
yang berkaitan dengan masalah ideologis dan nilai-nilai asar yang tidak menyediakan ruang bagi
para pihak untuk melakukana kompromi-kompromi. (Takdir Rahmadi, 2011: 27).
4. PPS/APS dipandang tidak tepat untuk digunaka jika maslaah pokok dalam sebuah sengketa
adalah soal penentuan hak karena sengekta soal penentuan hak haruslah diputus oleh hakim.
(Takdir Rahmadi, 2011: 28).
5. Tidak akan efektif apabila tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan
untuk mengambil suatu keputusan.
6. Sulit berjalan dengan baik apabila para pihak berada dalam situasi atau posisi yang
mempunyai kewenangan yang tidak seimbang atau berat sebelah (misalnya jika salah satu pihak
mempunyai kedudukan atau kekuatan yang jauh lebih besar).
7. Memungkinkan untuk membuat sautu kesepakatan yang kurang menguntungkan bagi salah
satu piihak.
KELEBIHAN JALUR LITIGASI, yang telah dijelaskan didalam jurnal yang berjudul
PENYELESAIAN SENGKETA YANG EFEKTIF DAN EFISIEN MELALUI
OPTIMALISASI MEDIASI DI PENGADILAN oleh Indriati Amarti, dijelaskan bahwa
kelebihan jika menggunakan jalur litigasi yaitu:
1. Adanya kepercayaan bahwa pengadilan merupakan tempat untuk memperoleh keadilan seperti
yang mereka kehendaki.
4. Bahwa pengadilan merupakan tempat bagi orang untuk benar-benar memperoleh perlindungan
hokum.
6. Keputusannya itu dibuat oleh hakim dan tidak boleh meliatkan kedua belah pihak.
9. Keputusan yang dibuat bersifat final, memaksa dan tidak dapat diganggu gugat.
KEKURANGAN JALUR LITIGASI, telah dijelaskan didalam buku Frans Hendra Winarta.
Hukum Penyelesaian Sengketa, yaitu:
1.Proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan menghasilkan suatu keputusan yang bersifat
adversarial yang belum mampu merangkul kepentingan bersama karena menghasilkan suatu
putusan win-lose solution. Sehingga pasti akan ada pihak yang menang pihak satunya akan
kalah, akibatnya ada yang merasa puas dan ada yang tidak sehingga dapat menimbulkan suatu
persoalan baru di antara para pihak yang bersengketa.
2. Proses penyelesaian sengketa yang lambat, waktu yang lama dan biaya yang tidak tentu
sehingga dapat relative lebih mahal.
3. Proses yang lama tersebut selain karena disebabkan banyaknya perkara yang harus
diselesaikan tidak sebanding dengan jumlah pegawai dalam pengadilan, juga karena terdapat
tingkatan upaya hukum yang bisa ditempuh para pihak sebagaimana dijamin oleh peraturan
perundang-undangan yang ada di Indonesia yaitu mulai tingkat pertama di Pengadilan Negeri,
Banding di Pengadilan Tinggi, Kasasi di Mahkamah Agung dan yang terakhir Peninjauan
Kembali sebagai upaya hukum terakhir. Sehingga tidak tercapai asas pengadilan cepat,
sederhana dan biaya ringan.
4. Terkadang hakimnya itu yang memerikasa perkara tidak berpengalaman. Sebagai pemimmpin
tertinggi persidangan, hakim tentu harus memahami dan mengetahui segaala jenis hukum juga
perundangganya. Oleh karena kedua belah pihak tidak diperbolehkan memilih pemimpin
persidangan, maka hakim terpilih harus bersifat netral dan adil.
5. Kepastian hukum yang tidak stabil. Indonesia memiliki 3 lembaga hukum, yaitu Pengailan
Negri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agusng. Jika keputusan Pengadilan Negri dianggap
kurang memuaskan, pihak yang kalah bis mengajukan banding dan kasasi yang tentunya akan
memakan banyak waktu.
NO.2 Menurut Chistopher W. Moore menjelaskan bahwa terdapat 3 dasar kepentingan yang
dapat menimbulkan konflik yaitu:
2. Procedural Interest, kepentingan-kepentingan yag lebih bersifat prosedur atau tata cara.
Dijelaskan juga bahwa, Kepentingan Prosedural itu merupakan keprntingan para pihak untuk
merasakan perasaan aman dan nyaman ketika melakukan langkah-langkah dalam pross mediasi.
Kepentigan prosedural mereka terpenuhhi misalnya apabila mereka menjumpai/mengalami
kesempatan untuk berbicara dengan pihak lawannya dengan bertatapan muka, kesempatann yang
dihasilkan bersifat mengikat dan dapat dilaksanakan, adanya keterbukaan dan itikad baik dari
para pihak, minimnya paksaan dan kesempatan untuk berpatisipasi dalam mengambil keputusan
dalm proses mediasi.
Sehingga dengann adanya 3 Kepestingan dasar diatas dapat kita seleaikan atau kita pecahkan
dengan menggunakan beberapa pendekatan yang perlu kita lakukan diantaranya:
1. Fokuskan pesoalan pada kepentingan (interest) dan bukan kepada poosisi (position)
4. temukan cara-cara yang dapat mengembangkan pilihan-pilihan dari sumber daya yang ada
5. Kembangkan sitem penukaran (trade off) untuk memenuhi kebutuhan para pihak.
Selain dengan menggunakan pendekatan diatas Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (2009)
menyatakan bahwa pada dasarnya cara menyelesaikan konflik kepentingan dengan melakukan
perbaikan dari nilai, sistem, pribadi dan budaya. Adapun prinsip-prinsip dasar untuk
meyelesaikannya anatara lain:
NO.3 TAHAPAN DALAM PROSES NEGOISASI menurut Leonard Greenhalgh (2001: 210-
18 dalam Lewicki et al, 2003:204), yaitu :
DAFTAR BACAAN
PERATURAN BADAN ARBITASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR
01:/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT
MENGIKAT
I Gst Agung Istri Oktia Purnama Dewi dan A.A.Ngr. Wirasila, PERAN BADAN ARBITRASE
PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF, hal
4
Nevey Varida Ariani, ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS DI LUAR
PENGADILAN, Jurnal RechtsVinding, volume 1 No 2, Agustus 2012
Rahmadi,Takdir. 2010. Mediasi; Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufaka.
Rajawali Pers
Winata, Frans Hendra.2012, Hukum Penyelesian Sengketa, Sinar Gravika Jakarta
Lewicki, Roy J, et al. 2003. Negotiation: Exercise, Reading and Case. Mac Graw-Hill, PP,
30-33,240-3
Denny Zainuddi, Analisis Penanganan Konlik Antar Organisasi Kemasyarakatan di
Sumatera Utara (Medan) dan Jawa Tengah (surakarta), Jurnal Hak Asasi Manusia, Vol
7 No1. Juli 2016
Indriati Amarini, Penyelesaian Sengketa Yang Efektif dan Efisien Melalui Optimalisasi
Mediasi di Pengadilan, Jurnal Kosmik Hukum, Vol 16, No 2, Juni 2016