Laut Tertutup :
Kandungan O2 sangat kecil (< 3 cm3/liter sampai tidak ada sama sekali)
Muncul gas Hidrogen Sulfida (H2S)
Temperatur tinggi dan seragam
Kadar garam tinggi dan seragam
Kandungan garam tinggi
Jenuh CaCO3
Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber
air minum dan juga pengairan sawah. Sungai memiliki tiga bagian kondisi lingkungan
yaitu hulu, hilir dan muara sungai. Ketiga kondisi tersebut memiliki perbedaan
kualitas air, yaitu :
1. Pada bagian hulu, kualitas airnya lebih baik, yaitu lebih jernih, mempunyai
variasi kandungan senyawa kimiawi lebih rendah/sedikit, kandungan
biologis lebih rendah.
2. Pada bagian hilir mempunyai potensial tercemar jauh lebih besar sehingga
kandungan kimiawi dan biologis lebih bervariasi dan cukup tinggi. Pada
umumnya diperlukan pengolahan secara lengkap.
3. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-
sungai lain, arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar,
banyak mengandung bahan terlarut, lumpur dari hilir membentuk delta
dan warna air sangat keruh.
Di dalam air, baik itu yang berasal dari air sungai maupun air laut,
mengandung zat zat berupa carbon dioksida ( CO2 )1 sulfur dioksida ( SO2 )1 sulfur
trioksida ( SO3 ) , oksigen ( O2 ) dan lain–lain . Kandungan gas gas tersebut biasanya
bersifat korosif dan penyebab oksidasi. Sedangkan zat lain yang terdapat dalam air,
adalah zat yang bersifat cair juga. Kandungan zat cair dalam air dapat berupa asam ,
basa, dan minyak , yang berasal dari limbah industri. Asam–asam dalam air
menimbulkan air bersifat korosif terhadap peralatan dari logam , sedangkan amoniak
cair bersifat korosif terutama pada tembaga ( CU ), kuningan ( Cu–Zn ) , alumunium
brazz ( Cu–A1 ). Sedangkan zat yang kasat penyebab kekeruhan adalah kandungan
zat padat pada air. Tetapi ada juga tidak terlihat mata tetapi berpengaruh pada sifat
sifat air, seperti seperti kalsium khlorida ( CaCl2 ) , magnesium sulfat ( MgSO4 ),
magnesium chlorida ( MgCl2 ), natrium chlorida ( NaCl ), natrium silikat (Na2SiO3).
Garam–garam kalsium dan magnesium menjadikan air bersifat sadah (ditandai
dgn tidak berbusanya sabun sewaktu kita mencuci atau mandi) serta dapat
menimbulkan kerak ( CaCO3,CaSO4 ) dan dapat menjadi lumpur yang sangat halus
(MgCO3,Mg(OH )2). Garam magnesium mudah terhidrolisa dan membentuk
asam,sehingga air bersifat korosif. Garam natrium silikat ( Na2Si O3 ) dalam air
panas akan menghasilkan kerak silikat yang sangat keras seperti porselin, kristalnya
sangat kecil, padat dan rapat. Garam–garam chlorida seperti natrium chlorida (NaCl )
dalam air juga bersifat korosif.
Maka,mengubah air hujan menjadi air sungai jelas membutuhkan penambahan
sejumlah konstituen dasar tertentu dan konstituen-konstituen dasar ini terutama
disediakan oleh proses weathering kimia pada bebatuan. Air hujan mengandung gas-
gas terlarut khususnya CO2 dan SO2, dimana keduanya membentuk larutan asam
sehingga air hujan bersifat sebagai asam lemah dengan (pH 5,7). Ketika air hujan
jatuh ke tanah, maka keasamannya dinetralkan oleh reaksinya dengan mineral-mineral
di dalam tanah dan batuan.
A = albite, mineral yang umum yang terdapat dalam batuan berapi dan batuan
metamorfik
B = dari air hujan
C = kaolinite, suatu mineral clay
D = dalam larutan
E = silika, sebagian di dalam larutan
Peningkatan yang besar dalam konsentrasi Ca2+ dan HCO3- antara air hujan
dan air sungai muncul dari fakta bahwa kedua ion ini dapat dihasilkan dari
weathering kedua jenis batuan karbonat (reaksi 3. 4) dan dari kalsium bersilikat
(reaksi 3. 5).
3. 8. 3. Asal Klorida
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsure yang jarang dijumpai dalam bentuk
bebas. Pada umumnya klorin ditemukan dalam bentuk terikat dengan unsure atau
senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida
di air laut. (Hasan,2006). Transfer gas halogen salah satunya klorin bersama uap yang
larut sebagai hidrogen klorida naik ke permukaan dengan mekanisme berikut: gas
superkritis yang mengandung uap air, hidrogen sulfida, alkali halida, boron, dan silika
naik ke permukaan berinteraksi dengan air meteorik pada temperatur tinggi. Gas
karbon dioksida larut dalam fluida menyebabkan pH rendah. Ketika fluida naik: suhu
turun, tekanan turun, mengakibatkan pH naik karena lepasnya gas.
Tabel 3. 4. Persentase berat rata-rata (aproksimasi) dari 10 unsur terbanyak (selain oksigen)
di perut bumi
Unsur % berat
Si 28,2
Al 8,2
Fe 5,6
Ca 4,2
Na 2,4
K 2,4
Mg 2,0
Ti 0,6
Mn 0,1
P 0,1
Sebaliknya, hanya proporsi sangat kecil dari Cl- di air sungai berasal dari
weathering, karena itulah kita justifikasi dalam asumsi bahwa semua klorida di air
sungai berasal dari siklus garam-garam. Sebenarnya klorida berasal dari vulkanisme.
HCl merupakan konstituen penting di dalam gas-gas vulkanik. Dalam sejarah bumi
baru-baru ini, vulkanisme lebih luas dari waktu sekarang ini sebab bumi secara
keseluruhan lebih panas. Sejumlah besar dari gas yang paling larut diemisikan dan
dengan cepat terlarut di lautan. Klorida diklasifikasikan sebagai suatu excess volatile
sebab konsentrasinya di dalam air laut tidak dapat dicatat sebagai weathering batuan.
DAFTAR PUSTAKA
Prastuti,Okky Putri.2017.”Pengaruh Komposisi Air Laut dan Pasir Laut Sebagai Sumber
Energy Listrik”.Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan.1(1).35-41.
Hassan,Achmad.2006.”Dampak Penggunaan Klorin”.Jurnal Teknologi Lingkungan.7(1):90-
96.