Anda di halaman 1dari 5

3. 8.

Sumber-sumber atau Mengapa Air Laut Asin


Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya
sepertigaram-garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak
terlarut. Air laut memang berasa asin karena memiliki kadar garam rata-rata 3,5%.
Kandungan garam di setiap laut berbeda kandungannya. Air laut memiliki kadar
garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-
batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dan lain-lain. Apabila air
sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul
pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-
kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam. Dalam penelitian
sebelumnya, air laut telah digunakan sebagai elektrolit di dalam sel baterai untuk
pembangkit tenaga listrik. Metode yang digunakan adalah sel elektrolisis dengan
mengaplikasikan seng dan tembaga sebagai katoda dan anoda, untuk diapliksikan
dalam baterai air laut. Menurut Susanto, dkk. hasil penggunaan perpaduan elektroda
seng-tembaga menghasilkan nilai tegangan lebih tinggi dengan selisih 839 mV
dibandingkan perpaduan elektroda aluminium-tembaga dari segi luas permukaan yang
sama
Sungai merupakan sumber garam-garam terlarut di dalam air laut, namun
komposisi air laut tidak sesederhana komposisi air sungai. Hal ini dipengaruhi sifat-
sifat kimia dari konstituen-konstituen terlarut seperti sirkulasinya melalui siklus
hidrologikal yaitu terkait sirkulasiair yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke
bumi dan kembali ke atmosfer melalui beberapa proses yaitu
kondensasi,presipitasi,evaporasi,dan transpirasi.

3. 8. 1. Perbandingan Air laut dan Air Alam Lainnya


Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam rata-
rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama,
namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). Walaupun kebanyakan air laut di dunia
memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya.
Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia,
keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana
suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air
dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral
yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium,
dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut
yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-
batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam. Air
tawar lebih ringan dari air asin.
 Berikut Komposisi Air Laut
Gas
Oksigen (O2)
Carbon dioksida (CO2)
Laut terbuka :
Kandungan O2 rerata 4,5 - 9 cm3/liter
Kandungan CO2 rerata 0,1 cm3/liter

 Laut Tertutup :
Kandungan O2 sangat kecil (< 3 cm3/liter sampai tidak ada sama sekali)
Muncul gas Hidrogen Sulfida (H2S)
Temperatur tinggi dan seragam
Kadar garam tinggi dan seragam
Kandungan garam tinggi
Jenuh CaCO3
Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber
air minum dan juga pengairan sawah. Sungai memiliki tiga bagian kondisi lingkungan
yaitu hulu, hilir dan muara sungai. Ketiga kondisi tersebut memiliki perbedaan
kualitas air, yaitu :
1. Pada bagian hulu, kualitas airnya lebih baik, yaitu lebih jernih, mempunyai
variasi kandungan senyawa kimiawi lebih rendah/sedikit, kandungan
biologis lebih rendah.
2. Pada bagian hilir mempunyai potensial tercemar jauh lebih besar sehingga
kandungan kimiawi dan biologis lebih bervariasi dan cukup tinggi. Pada
umumnya diperlukan pengolahan secara lengkap.
3. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-
sungai lain, arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar,
banyak mengandung bahan terlarut, lumpur dari hilir membentuk delta
dan warna air sangat keruh.
Di dalam air, baik itu yang berasal dari air sungai maupun air laut,
mengandung zat zat berupa carbon dioksida ( CO2 )1 sulfur dioksida ( SO2 )1 sulfur
trioksida ( SO3 ) , oksigen ( O2 ) dan lain–lain . Kandungan gas gas tersebut biasanya
bersifat korosif dan penyebab oksidasi. Sedangkan zat lain yang terdapat dalam air,
adalah zat yang bersifat cair juga. Kandungan zat cair dalam air dapat berupa asam ,
basa, dan minyak , yang berasal dari limbah industri. Asam–asam dalam air
menimbulkan air bersifat korosif terhadap peralatan dari logam , sedangkan amoniak
cair bersifat korosif terutama pada tembaga ( CU ), kuningan ( Cu–Zn ) , alumunium
brazz ( Cu–A1 ). Sedangkan zat yang kasat penyebab kekeruhan adalah kandungan
zat padat pada air. Tetapi ada juga tidak terlihat mata tetapi berpengaruh pada sifat
sifat air, seperti seperti kalsium khlorida ( CaCl2 ) , magnesium sulfat ( MgSO4 ),
magnesium chlorida ( MgCl2 ), natrium chlorida ( NaCl ), natrium silikat (Na2SiO3).
Garam–garam kalsium dan magnesium menjadikan air bersifat sadah (ditandai
dgn tidak berbusanya sabun sewaktu kita mencuci atau mandi) serta dapat
menimbulkan kerak ( CaCO3,CaSO4 ) dan dapat menjadi lumpur yang sangat halus
(MgCO3,Mg(OH )2). Garam magnesium mudah terhidrolisa dan membentuk
asam,sehingga air bersifat korosif. Garam natrium silikat ( Na2Si O3 ) dalam air
panas akan menghasilkan kerak silikat yang sangat keras seperti porselin, kristalnya
sangat kecil, padat dan rapat. Garam–garam chlorida seperti natrium chlorida (NaCl )
dalam air juga bersifat korosif.
Maka,mengubah air hujan menjadi air sungai jelas membutuhkan penambahan
sejumlah konstituen dasar tertentu dan konstituen-konstituen dasar ini terutama
disediakan oleh proses weathering kimia pada bebatuan. Air hujan mengandung gas-
gas terlarut khususnya CO2 dan SO2, dimana keduanya membentuk larutan asam
sehingga air hujan bersifat sebagai asam lemah dengan (pH 5,7). Ketika air hujan
jatuh ke tanah, maka keasamannya dinetralkan oleh reaksinya dengan mineral-mineral
di dalam tanah dan batuan.

CaCO3(S) + CO2(g) + H2O → Ca2+(aq) + 2HCO3-(aq) .........................3. 4


kalsit, mineral umum dalam se dimen dan batuan dari air hujan dalam larutan
+
2NaAlSi3O8(s) + 2CO2(g) + 3H2O → Al2Si2O5(OH)4(s) + 2Na (aq) + 2HCO3-(aq) + 4SiO2(s) .3. 5
A + B → C + D + E

A = albite, mineral yang umum yang terdapat dalam batuan berapi dan batuan
metamorfik
B = dari air hujan
C = kaolinite, suatu mineral clay
D = dalam larutan
E = silika, sebagian di dalam larutan
Peningkatan yang besar dalam konsentrasi Ca2+ dan HCO3- antara air hujan
dan air sungai muncul dari fakta bahwa kedua ion ini dapat dihasilkan dari
weathering kedua jenis batuan karbonat (reaksi 3. 4) dan dari kalsium bersilikat
(reaksi 3. 5).

3. 8. 2. Air laut dan Air hujan


Air laut mengandung garam-garam terlarut kira-kira 300 kali lebih banyak dari
rata-rata kandungan garam-garam terlarut air sungai dan gambar di bawah ini
menunjukkan campuran unsur-unsur terlarut di dalam air sungai yang sangat berbeda
dari kandungan unsur-unsur terlarut di dalam air laut. Di lingkungan laut, jumlah
mendasar dari HCO3-, Ca2+ dan SiO2 secara khusus harus dikeluarkan dari larutan.
Telah diketahui bahwa beberapa konstituen terlarut di dalam air sungai berasal dari
proses chemical weathering permukaan batuan. Sisanya berasal dari daur ulang dari
lautan via aerosol dan air hujan. Sekarang mari kita mencoba mengkuantifikasi
kontribusi relatif dari kedua sumber ini.
Gambar 3. 6 Komposisi kimia rata-rata air laut, sungai dan air hujan untuk
delapan konstituen terlarut, beberapa terdapat dalam konsentrasi sangat rendah untuk
menunjukkan TDS. Catat bahwa total konsentrasi meningkat dari air hujan ke air
sungai ke air laut, juga perubahan skala (panah) x 15 dari (a) ke (b) dan x 400 dari (b)
ke (c)
Kandungan rata-rata klorida pada batuan daratan kira-kira 0,01% dan hanya
sebagian kecil klorida di air sungai berasal dari weathering. Secara virtual hal itu
mengikuti bahwa klorida yang terkandung di dalam air sungai berasal dari siklus
garam-garam laut via aerosol lautan. Hal ini memungkinkan kita mengkoreksi
komposisi air sungai untuk siklus garam-garam. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan kekonstanan komposisi air laut untuk konstituen-konstituen utama.
Asumsi dasarnya adalah bahwa semua klorida di dalam air sungai didaur ulang dari
lautan oleh hujan (dan salju) dan bahwa konstituen-konstituean lain didaur ulang
dalam proporsi yang sama seperti keberadaannya di air laut. Asumsi ini telah
diaplikasikan pada gambar di bawah ini untuk mengkoreksi konsentrasi terukur di
dalam air sungai dengan cara mengurangi kontribusi dari siklus garam-garam. Apa
yang tertinggal adalah kontribusi dari weathering. Catatan, kehilangan komplit dari
Cl- pada gambar 3. 7 di bawah ini adalah sebagai hasil koreksi.
Gambar 3. 7 Komposisi kimia rata-rata air sungai setelah “koreksi” untuk garam-
garam siklik

3. 8. 3. Asal Klorida
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsure yang jarang dijumpai dalam bentuk
bebas. Pada umumnya klorin ditemukan dalam bentuk terikat dengan unsure atau
senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida
di air laut. (Hasan,2006). Transfer gas halogen salah satunya klorin bersama uap yang
larut sebagai hidrogen klorida naik ke permukaan dengan mekanisme berikut: gas
superkritis yang mengandung uap air, hidrogen sulfida, alkali halida, boron, dan silika
naik ke permukaan berinteraksi dengan air meteorik pada temperatur tinggi. Gas
karbon dioksida larut dalam fluida menyebabkan pH rendah. Ketika fluida naik: suhu
turun, tekanan turun, mengakibatkan pH naik karena lepasnya gas.
Tabel 3. 4. Persentase berat rata-rata (aproksimasi) dari 10 unsur terbanyak (selain oksigen)
di perut bumi
Unsur % berat
Si 28,2
Al 8,2
Fe 5,6
Ca 4,2
Na 2,4
K 2,4
Mg 2,0
Ti 0,6
Mn 0,1
P 0,1

Sebaliknya, hanya proporsi sangat kecil dari Cl- di air sungai berasal dari
weathering, karena itulah kita justifikasi dalam asumsi bahwa semua klorida di air
sungai berasal dari siklus garam-garam. Sebenarnya klorida berasal dari vulkanisme.
HCl merupakan konstituen penting di dalam gas-gas vulkanik. Dalam sejarah bumi
baru-baru ini, vulkanisme lebih luas dari waktu sekarang ini sebab bumi secara
keseluruhan lebih panas. Sejumlah besar dari gas yang paling larut diemisikan dan
dengan cepat terlarut di lautan. Klorida diklasifikasikan sebagai suatu excess volatile
sebab konsentrasinya di dalam air laut tidak dapat dicatat sebagai weathering batuan.

DAFTAR PUSTAKA
Prastuti,Okky Putri.2017.”Pengaruh Komposisi Air Laut dan Pasir Laut Sebagai Sumber
Energy Listrik”.Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan.1(1).35-41.
Hassan,Achmad.2006.”Dampak Penggunaan Klorin”.Jurnal Teknologi Lingkungan.7(1):90-
96.

Anda mungkin juga menyukai