Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Erat Alam dan Budaya dalam

Masyarakat
4 Juni 2012   03:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:25  9800  0 0

Lihat foto

1338780006253094546

[caption id="attachment_185686" align="aligncenter" width="452" caption="Hutan


dan Budaya Masyarakat, foto Doc. Yayasan Palung"][/caption]

Alam semesta, memiliki arti tersendiri bagi kehidupan masyarakat kita, khususnya
masyarakat pedalamaman. Alam ibarat seorang ibu yang selalu mendampingi dan
menyertai kehidupan masyarakatnya, alam selalu menyertai, setiap tradisi begitu
menyatu dengan pola kehidupan. Keselarasan menjadi bukti atau tanda nyata setiap
rangkaian kebutuhan sehari-hari. Alam masih sebagai tanda untuk berbagi.
Rindangnya pepohonan sebagai rona dan pelengkap dalam proses hidup membaur dan
berdampingan. Bukti terciptanya keselarasan. Pembentukan berdasarkan kisah nyata,
langkah dan kehidupan seakan tumbuh selaras.

Hubungan erat antara budaya dan lingkungan adalah sangat jelas bagi masyarakat
adat. Semua masyarakat adat memiliki hubungan spritual, budaya, sosial dan ekonomi
dengan wilyah tradisionalnya. Hukum-hukum adat, tradisi dan praktek-praktek yang
menggambarkan keterikatan atas tanah dan tanggung jawab untuk melestarikan
wilayah tradisional untukkebutuhan generasi selanjutnya. Sebagai contoh di Amerika
Tengah, di lembah Amazon, Asia, Amerika Utara, Australia dan Afrika Utara,
keberlangsungan hidup dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat adat di sana
tergantung pada perlindungan wilayah dan sumberdayanya.
Selama berabad-abad, hubungan antara masyarakat adat dan lingkungannya telah
terkikis dengan hilangnya kepemilikan wilayah atau dipaksa pindah dari wilayah
tradisional dan lokasi-lokasi penting mereka. Hak tanah, tata guna lahan dan
pengelolaan sumberdaya tetap merupakan masalah-masalah kritis bagi masyarakat
adat di seluruh dunia. Proyek-proyek pembangunan, penambangan, kegiatan kegiatan
kehutanan dan program-program pertanian terus-menerus menyingkirkan masyarakat
adat. Kerusakan lingkungan yang terjadi sangat besar: tumbuh-tumbuhan dan
berbagai jenis satwa menjadi punah atau terancam punah, ekosistem-ekosistem unik
telah hancur, sungai dan tangkapan air lainya telah terpolusi berat. Berbagai varietas
tanaman-tanaman komersil telah menggantikan varietas-varietas lokal yang
digunakan dalam sistem pertanian tradisional, yang mengakibatkan peningkatan
metode pertanian industrial.
Momen penting dalam perjuangan hak-hak masyarakat adat yang terkait dengan
lingkungan terlihat jelas dalam Konferensi PBB Mengenai Lingkungan dan
Pembangunan (Konferensi Tingkat Tinggi Bumi atau sering disebut KTT Bumi) yang
diselenggarakan di Brazil pada 1992. Sejumlah instrumen hukum disahkan dalam
KTT Bumi tersebut, antara lain Deklarasi Rio, Agenda 21 dan Konvensi
Keanekaragaman Hayati, yang menjadi standar hukum internasional untuk
melindungi hak-hak masyarakat adat atas pengetahuan dan praktek-praktek tradisional
yang mereka miiliki di wilayah-wilayah pengelolaan lingkungan dan
konservasi (dalam Lembar 10 Masyarakat Adat dan Lingkungan hal 1-2). Poin
penting dari hasil pertemuan tersebut adalah saat ini kita memiliki kerangka hukum
internasional yang mengakui hubungan khusus yang dimiliki oleh masyarakat adat
dengan wilayah tradisionalnya.
Penghargaan Masyarakat Terhadap Adat dan Lingkungan; secara jelas bahwa
pemerintah harus mengakui hak-hak warisan leluhur masyarakat adat untuk
menempati, memiliki dan mengelola wilayah tradisional dan teritorinya semakin
bertambah banyak. Banyak negara juga telah membentuk Kementerian Lingkungan
dan menyusun Pernyataan dan Strategi Strategi Kebijakan Lingkungan Skala
Nasional. Meskipun beberapa pemerintah saat ini telah melakukan konsultasi dengan
masyarakat adat menyangkut masalah kepemilikan tanah dan lingkungan, banyak juga
pemerintah yang belum membuat peraturan hukum dan kebijakan yang
memungkinkan masyarakat adat mengklaim tanah-tanah adat atau mempromosikan
partisipasi masyarakat adat.
Pada tatanan masyarakat kita (khususnya di Masyarakat Dayak), hubungan erat antara
lingkungan dan budaya menyngkut masyarakat adat sangat jelas terlihat, seperti
misalnya pengargaan masyarakat terhadap tradisi berkaitan dengan berladang. Pada
tahapan berladang ini sangat jelas terlihat bahwa adat dan tradisi begitu sangat
dijunjung tinggi. Setiap memulai dan mengahkiri kegiatan selalu memakai simbol-
simbol adat dan tradisi adat sebagai patokan penghargaan terhadap budaya (adat dan
tradisi) dan lingkungan.
Masyarakat adat sangat menghargai lingkungan dan budaya dalam kehidupan mereka
sehari-hari berkaitan kebiasaan dan rutinitas. Penghargaan terhadap lingkungan (alam
atau hutan) dan tentunya sangat berkaitan. Kedua, Lingkungan dan budaya tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat Dayak. Mengapa dikatakan demikian, salah satu alasan
sudah barang tentu adalah peran lingkungan dan budaya sangat besar dalam
kehidupan dan keberlangsungan hidup masyarakat. Ketiga, Penghargaan
terhadaplingkungan dan budaya terlihat dari antusias masyarakat adat yang selalu
mengadakan tradisi tahunan seperti Gawai Adat Dayak, Naik Dango, Nyapat Taun’t,
Babantant (membersihkan kampung laman benua dari segala sakit dan penyakit) dan
banyak lagi kegiatan lainnya.
Hal ini sebagai simbol penghargaan terhadap lingkungkan (alam atau hutan) dan
budaya sebagai napas dan hidup tempat berpijak. Saat ini kondisi lingkungan semakin
memprihatinkan. Alam dan lingkungan semakin rusak, budaya semakin terkikis oleh
perkembangan jaman. Harapan satu-satunya adalah tinggal bagaimana kita semua,
kaum muda untuk selalu menjunjung tinggi nilai budaya dan selalu tanggap. Sebelum
terlambat berbuatlah sekecil apapun itu, lingkungan dan budaya akan menghargai kita
apabila kita juga menghormati mereka.

Anda mungkin juga menyukai