Anda di halaman 1dari 7

Deteksi HBsAg dan HBeAg

DETEKSI HBsAg DAN HBeAg DALAM SALIVA


PENGIDAP VIRUS HEPATITIS B

Riemawati A. Lesmana
Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Abstrak

Sumber penularan virus hepatitis B (VHB) telah diketahui melalui darah serta produknya. Walaupun
demikian, cairan tubuh lain seperti urine dan saliva juga diduga dapat merupakan media penularan. Virus
hepatitis B lengkap terdiri dari HBsAg, HBeAg, HBcAg dan partikel DNA. Keberadaan VHB ditandai dengan
adanya HBsAg, sedangkan keadaan infeksius atau daya tular tinggi dari infeksi VHB ditandai dengan adanya
HBsAg dan HBeAg atau partikel DNA. Sementara itu perawatan di bidang Kedokteran Gigi akan selalu
berkontak dengan saliva pasien. Studi kros-seksional ini dilakukan untuk mengetahui keadaan infeksius dari
saliva pengidap VHB. Selama kurun waktu 10 bulan (Agustus 1994 - Mei 1995) deteksi HBsAg dan HBeAg
dalam darah dan saliva telah dilakukan pada 97 pengidap VHB dengan mempergunakan metoda ELISA
(Enzyme Linked lmmunosorbent Assay). Pemeriksaan serologi menunjukkan adanya HBsAg dan HBeAg
positif pada 56 pengidap (kelompok I) serta HBsAg positif dan HBeAg negatif pada 41 lainnya (kelompok II).
Pemeriksaan saliva Kelompok I memperlihatkan adanya HBsAg dan HBeAg positif pada 48 pengidap
(85,7%), HBsAg positif dan HBeAg negatif pada 6 (10,7%), serta HBsAg dan HBeAg negatif pada 2 lainnya
(3,6%), sedangkan di kelompok II HBsAg dan HBeAg positif tidak ditemukan (0%), HBsAg positif dan
HBeAg negatif pada 31 (75,6%), serta HBsAg dan HBeAg negatif pada 10 lainnya (24,4%). Sebagai
kesimpulan, sebagian besar pengidap virus hepatitis B dengan daya tular tinggi juga mempunyai saliva yang
infeksius sehingga dapat merupakan sumber penularan dan penyebaran virus dalam perawatan di bidang
Kedokteran Gigi.

Abstract

Transmission of hepatitis B virus (HBV) via blood or its product has been well established. However,
body fluids like urine and saliva may also contain HBV. A complete HBV consists of HBsAg, HBeAg,
HBcAg, and DNA particle. Hepatitis B carrier is detected by the presence of serologic marker HBsAg while
the ongoing of viral replication or infectivity is diagnosed by the presence of HBeAg or DNA particle.
Meanwhile dentists will often contact with the saliva of their patients in daily practice. This cross-sectional
study was carried out to assess the infectivity of the saliva of HBV carriers. During a 10 month period
(Agust
1994 - May 1995) detection ofHBsAg and HBeAg in blood and saliva were done in 97 HBV carriers using the
ELISA method (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Of 97 HBV carriers both positive for HBsAg in blood
were found in 56 (Group I) and positive HBsAg and negative HBeAg in the other 41 (Group II). Examination
of the saliva of HBV carriers in Group I showed positive HBsAg as well as HBeAg in 48 (85,7%), only
positive for HBsAg in 6 (10,7%) and both negative for HBsAg and HBeAg in the other 2 (3,6%) where as in
Group II positive for both HBsAg and HBeAg were not deteched (0%), positive for HBsAg only in 31 (75,6%)
and negative for both HBsAg and HBeAg in the remaining 10 (24,4%). In conclusion, the majority of highly
infectious hepatitis B carriers do also have infectious saliva which could be an important source of infection
and transmission of the virus in the field of dentistry.

1
Jumal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol.5.No.1.,1998
Deteksi HBsAg dan HBeAg
Pendahuluan Medical and Dental Officer of Health
Departement of the Great Britain", yaitu :
Hepatitis virus B adalah suatu • Kebersihan ruang praktek secara
penyakit radang hati yang disebabkan oleh keseluruhan.
virus Hepatitis B, dapat dalam bentuk akut • Penggunaan sarung tangan, masker dan
maupun k.ronik. Bentuk k.ronik aktif dapat kaca mata oleh dokter gigi dan tenaga
mengakibatkan terjadinya serosis, kanker medik lainnya.
hati sampai kematian. • Sebaiknya digunakan alat-alat sekali
Telah diketahui bahwa sumber pakai, terutama jarum suntik dan
penularan yang terpenting adalah darah analgetik dalam cartridge.
serta produknya, namun sekarang ternyata • Sterilisasi alat-alat yang akan
penularan dapat terjadi melalui cairan digunakan kembali terutama untuk
tubuh lain seperti urine dan saliva. mencegah penularan VHB antar pasien.
Sehubungan dengan terjadinya penularan
melalui saliva ini maka dokter gigi Banyak faktor yang mempengaruhi
termasuk golongan beresiko tinggi tertular besar kecilnya resiko penularan virus
dalam tindakan perawatan kedokteran gigi. Hepatitis B dalam bidang kedokteran gigi,
Menu rut Schiff (cit. Setianingsih R.): antara lain penggunaan jarum suntik dan
urutan insiden infeksi virus hepatitis B alat-alat tajam yang memungkinkan
adalah Ahli Bedah Mulut 24%, timbulnya Iuka, penggunaan alat turbin
Prostodontis 17%, tehnisi laboratorium berkecepatan tinggi disertai semprotan air
14% dan perawat gigi 13%, sedang pada waktu pengeboran gigi yang disertai
populasi umum 3-5%. Dahulu cara keterlibatan saliva di dalamnya.
penularan virus hepatitis B, dikatakan Virus Hepatitis B yang lengkap
hanya dapat parenteral yaitu melalui terdiri HBsAg, HBeAg, HBcAg, dan
tusukan perkutan dengan jarum suntik atau partikel DNA Virus yang lengkap inilah
alat tajam yang terkontaminasi, tetapi saat dianggap paling infeksius (mempunyai daya
ini ada dugaan penularan terjadi secara non tular yang tinggi). Keberadaan virus
parenteral. Hepatitis B dalam darah dan saliva dapat
Dalam bidang kedokteran gigi yang dideteksi dengan adanya HBsAg,
paling memegang peranan adalah penularan sedangkan keberadaan HBeAg dalam
VHB melalui darah dan saliva. Cara darah dan saliva menandakan keadaan
penularan VHB dalam bidang kedokteran infeksius.
gigi adalah secara parenteral, sedangkan Berdasarkan permasalahan di atas
lukanya sendiri merupakan "port of perlu diperhatikan tindakan pencegahan
d'entry" dari VHB12· Potensi saliva dalam penularan virus Hepatitis B dalam
penyebaran VHB telah ditunjukkan secara perawatan kedokteran gigi, terutama
experimental pada binatang percobaan'" penularan dari pasien pengidap ke arah
Penularan VHB dalam kedokteran gigi dokter gigi yang merawatnya atau antar
dapat terjadi antara pasien dengan dokter pasien yang dirawat ditempat yang sama.
gigi secara timbal balik, atau antara pasien • Penggunaan rubber dam untuk daerah
dengan pasien melalui alat-alat yang kerja restorasi.
digunakan. • Menghindari semprotan cairan
Cara pencegahan penularan VHB (ludah/darah) dari dalam mulut.
menurut "The Expert Group of the Chief

Jumal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol.5.No.1.,1998 2


Deteksi HBsAg dan HBeAg
Deteksi HBsAg dan HBeAg

• Penggunaan desinfektan untuk seluruh Tujuan dan Manfaat


permukaan kerja. Penelitian
• Tangan segera dicuci setelah perawatan
selesai. Tujuan:
Mendeteksi terdapatnya HBsAg
Untuk perawatan pengidap khususnya dan HBeAg dalam saliva pengidap virus
yaitu: Hepatitis B.
• Gunakan low speed bur untuk
menghindari menyemprotnya cairan Manfaat:
dari dalam mulut. Memberikan informasi kepada
• Hindari tertusuknya tangan dalam dokter gigi tentang kecenderungan
sarung tangan oleh alat-alat tajam. penularan virus Hepatitis B dalam
• Bila mungkin pasien pengidap dirawat perawatan di bidang Kedokteran Gigi.
yang terakhir.
• Masukkan segera semua sampah ke Metodologi
dalam kantung plastik sebelum
membuangnya ke tempat sampah. 1. Rancangan dan variabel penelitian :
"The Center of Disease Control" di Penelitian ini merupakan penelitian
Phoenix menunjukkan bahwa air mendidih Kros seksional, dengan populasi
atau larutan sodium hypochloride 1 % penelitian adalah pengidap virus
untuk waktu 10 menit akan membuat virus Hepatitis B. Subyek penelitian adalah
Hepatitis B menjadi tidak aktif4· populasi tersebut di atas yang datang
Menurut Crowford, alkaline ke Pusat Pelayanan Kesehatan pada
glutaraldehyde akan membunuh "VHB", kurun waktu Agustus 1994-Mei 1995.
tetapi membutuhkan waktu lebih dari 10 Dilakukan pemeriksaan HBeAg darah
jam" Zat ini digunakan untuk menyapu untuk membedakan kelompok
handpiece atau alat lain yang tidak dapat infeksius dan kelompok tidak
disterilkan dengan autoclave. Zat ini sangat infeksius. Kemudian dilakukan peme-
irritatif, maka sebaiknya alat-alat dicuci riksaan untuk mendeteksi ada atau
dengan air sebelum digunakan kembali. tidaknya HBsAg dan HBeAg dalam
Menurut Shields1°, autoclave dan saliva pengidap virus Hepatitis B.
desinfektan adalah cara yang baik untuk Variabel lain yang diamati adalah jenis
sterilisasi dalam kedokteran gigi.Tindakan kelarnindan umur.
pencegahan penularan I penyebaran virus 2. Proses pengambilan data dan
Hepatitis B secara global adalah dengan rancangan analisis :
jalan imunisasi, yaitu membuat orang 2.1. Proses pengambilan data.
menjadi imun terhadap VHB. Bahan pemeriksaan berupa darah
Tujuan penelitian mi adalah dan saliva dari 97 orang pengidap
mendeteksi terdapatnya HBsAg dan VHB, yang diperiksa secara
HBeAg dalam saliva pengidap virus serologis dengan metoda ELISA
Hepatitis B, dengan manfaat memberi (= Enzyme Linked Immuno-
informasi kepada dokter gigi tentang sorbent Assay) untuk mendeteksi
kecenderungan penularan virus Hepatitis B adanya HBsAg dan HBeAg.
dalam perawatan di bidang Kedokteran Berdasarkan pemeriksaan HBeAg
Gigi. darah,terdapat 2 kelompok yaitu:

Jurnal
Jurnal Kedokteran
Kedokteran Gigi
Gigi Universitas
Universitas Indonesia.
Indonesia. Vol.5.No.1.,1998
Vol.5.No.1.,1998 3 3
• Kelompok I: HBsAg dan Hbe HBsAg dan HBeAg dalam saliva
Ag positif (infeksius). dari kelompok I dan kelompok II.
• Kelompok II : HbsAg positif
dan HBeAg negatif (non- Basil Penelitian
infeksius).
Dari kelompok I dan kelompok II, Dari seluruh subyek berjumlah 97
dideteksi adanya HBsAg dan orang terdapat 71 orang laki-laki dan 26
HBeAg dalam saliva. Selain itu orang perempuan, dengan rentang umur 8
dicatat pula variabel jenis kelamin sampai 62 tahun. Dari seluruh subyek
dan umur. tersebut terdapat 56 orang dengan HBsAg
2.2. Analisis data. positif dan HBeAg positif dalam darah
Data yang didapat dianalisa secara sebagai kelompok I (infeksius) dan 41
deskriptif berupa distribusi orang dengan HBsAg positif dan HBeAg
frekwensi pengidap berdasarkan negatif dalam darah negatif sebagai
jenis kelamin dan umur, serta kelompok II (tidak infeksius).
tabulasi silang untuk mempelajari
kecenderungan terdapatnya
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan HBsAg dan HBeAg dalam darah serta jenis kelamin.

HBsAg+ HBsAg+
Jenis Kelarnin HBsAg+ HBeAg- Total
(Infeksius) · (Tidak infeksius)
Laki-laki 41 (57,8%) 30 (42,2%) 71 (100%)
Perempuan 15 (57,7%) 11 (42,3%) 26 (100%)
Total 56 (57,7%) 41 (42,3%) 97 (100%)

Dari tabel di atas nampak bahwa pengidap virus Hepatitis B sebagian besar adalah laki-laki. Pada kelompok
laki-laki maupun perempuan nampak bahwa proporsi yangn ifeksius lebih besar dari pada yang tidak
infeksius.

Tabel II. Distribusi penderita berdasarkan HBsAg dan HBeAg dalam darah serta
kelompok umur.

HBsAg+ HBsAg+
Kelompok Umur HbeAg+ HbeAg- Total
(lnfeksius) (Tidak infeksius)
< 20 tahun 4 (66,7%) 2 (33,3%) 6 (100%)
21 - 30 tahun 33 (72,2%) 8 (25,8%) 31 (100%)
31 - 40 tahun 16 (64,0%) 9 (36,0%) 25 (100%)
41 - 50 tahun 10 (40,0%) 15 (60,0%) 25 (100%)
> 50 tahun 3 (30,0%) 7 (70,0%) 10 (100%)
Total 56 (57,7%) 41 (42,3%) 97 (100%)
Dari tabel di atas nampak secara sampai 50 tahun, kecenderungan infeksius
keseluruhan kelompok infeksius lebih lebih besar dari pada tidak infeksius.
besar dibandingkan dengan kelompok Sedangkan pada kelompok umur di atas 40
tidak infeksius. Namun bila diamati pada tahun yang tidak infeksius lebih besar
tiap kelompok umur, mulai dari < 20 dibandingkan dengan yang infeksius.
tahun
Seberapa jumlah kecenderungan saliva dapat dilihat pada tabulasi silang
terdapatnya HBsAg dan HBeAg dalam sebagai berikut :

Tabel III. Proporsi penderita berdasarkan HBsAg dan HBeAg dalam darah dan saliva.

Saliva HBsAg+ HBsAg+ HBsAg- Total


Darah HBeAg+ HBeAg- HBeAg-
HBsAg+
HBeAg+ 48 (85,7%) 6 (10,7%) 2 (3, 6%) 56 (100%)
(lnfeksius)
HBsAg+
HBeAg- 0 (0%) 31 (75,6%) 10 (24,4%) 41 (100%)
(Tidak infeksius)

Total 48 (49,6%) 37 (38%) 12 (12,4%) 97 (100%)

Dari tabel di atas nampak bahwa pada Pada kedua kelompok laki-laki
kelompok I (infeksius), kecenderungan maupun perempuan terlihat keadaan
terdapatnya HBeAg positif dalam saliva infeksius lebih besar dari keadaan non-
adalah paling besar, sedangkan pada infeksius, iru disebabkan karena
kelompok II (tidak infeksius) sama sekali penelitian ini hanya dilakukan terhadap
tidak terdapat HBeAg positif dalam para pengidap yang datang pada pusat
saliva. Dengan demikian dapat pelayanan kesehatan tertentu, bukan
diinterpretasikan bahwa kecenderungan penelitian komunitas.
penularan melalui saliva pada kelompok Berdasarkan variabel umur,
infeksius. Dari tabel tersebut juga keadaan infeksius yang terbanyak
nampak bahwa baik pada kelompok didapati pada umur 21-30 tahun,
infeksius ataupun tidak infeksius masih sedangkan keadaan non infeksius yang
terdapat kemungkinan tidak adanya terbanyak didapati pada umur di atas 40
HBsAg dalam saliva. tahun. Hal ini dapat diterangkan bahwa
umur dewasa muda lebih banyak
Pembahasan melakukan aktivitas seksual, sehingga
terjadi penularan virus melalui saliva
Berdasarkan variabel jems pada saat berciuman. Perlu juga
kelamin, dari 97 orang pengidap VHB 71 dipikirkan bahwa mereka sudah
(73,2%) adalah laki-laki. Hal ini sesuai mendapat-kan penularan virus Hepatitis
dengan penelitian-penelitian terdahulu Bini sejak anak-anak, secara vertikal dari
dan juga sesuai dengan teori imunologi orang tuanya maupun secara horizontal.
dimana kaum laki-laki mempunyai Pada umur 40 tahun ke atas keadaan
kompetensi imunologik lebih jelek infeksius sudah terlewati dengan
dibandingkan kaum perempuan, sehingga terbentuknya antibodi pada pengidap
kaum perempuan lebih mampu kronis.
menghadapi berbagai infeksi dengan Pada pemeriksaan saliva secara
kemudahan pembentukan anti bodinya. serologis dengan metoda ELISA,
didapatkan 48 (85,7%) dari 56 pengidap

JumalKedokteran
Jurnal KedokteranGigi
GigiUniversitas
UniversitasIndonesia.
Indonesia.Vol.5.No.1.,1998
Vol.5.No.1.,1998 5 5
VHB yang infeksius, salivanya juga s ebaiknya melindungi diri dengan
mengandung HBeAg yang menandakan
.
keadaan infeksius. Terdapatnya virus .immumsasi.
.
Hepatitis B dalam saliva ini dapat Kesimpulan
diterangkan dengan hipotesa transudasi Sebagian besar (85,7%) pengidap
dan eksudasi dari pembuluh darah ke virus Hepatitis B yang mempunyai daya
saliva. tular tinggi (infeksius), mempunyai
Dokter gigi yang dalam pekerjaan saliva yang juga infeksius, sehingga
sehari-hari selalu berkontak dengan dapat merupakan sumber penularan dan
saliva dengan atau tanpa darah, dan penyebaran virus dalam perawatan di
sering menggunakan alat-alat tajam bidang Kedokteran Gigi.
sehingga kemungkinan besar terjadi Iuka
pada tangan karena tertusuk yang Saran
akan merupakan "Port d'entry", maka 1. Penelitian ini dikembangkan lebih
dokter gigi dapat dikatakan termasuk lanjut, sehingga dapat
golongan beresiko tinggi tertular. mengungkapkan secara langsung
Penularan antar pasien melalui alat-alat besamya resiko perawatan
yang terkontaminasi juga tidak dapat kedokteran gigi terhadap penyebaran
diabaikan. virus Hepatitis B.
Dalam praktek bidang spesialis, 2. Dilakukan pengamatan retrospektif
maka spesialis bedah mulut beresiko pada Dokter Gigi dari berbagai
tertular paling tinggi, karena dalam bidang spesialis.
pekerjaannya selalu berkontak dengan 3. Penyuluhan untuk Dokter Gigi
cairan ludah bercampur dengan darah. mengenai cara kontrol infeksi yang
Juga spesialis jaringan penyangga gigi optimum dan perlindungan diri
yang dalam pekerjaannya juga sering dengan immunisasi aktif
melakukan "curettage" dan ''jlap
operation" yang akan disertai dengan Ucapan Terima Kasih.
perdarahan. Kemudian diikuti dengan Saya mengucapkan terima kasih
bidang spesialis lainnya. Di samping yang sebesar-besamyakepada Dr. drg. Tri
urutan bidang spesialis tersebut di atas, Budi W. Rahardjo, MS., cir. LaurentiusA.
bidang spesialis gigi tiruan Lesmana Ph.D., Drs. Nyoman G. Surya-
(Prostodontist) juga termasuk bidang dhana, yang telah membantuterlaksananya
yang beresiko cukup tinggi tertular, penelitianini dan juga kepada
karena dalam pekerjaannya selalu Laboratorium Prodiayangtelah
berkontak dengan cairan ludah yaitu menyediakansarana untuk
waktu mencetak rahang, mencoba gigi melaksanakanpenelitianini.
tiruan serta pemasangannya dalam mulut.
Berdasarkan hal di atas perlu
dilakukan tindakan pencegahan penularan Daftar Pustaka
dan penyebaran virus Hepatitis B melalui
perawatan kedokteran gigi, dengan cara 1. Sherlock S, Dooley J. Diseases of
melakukan kontrol infeksi secara the liver and Biliary System
optimum, memperhatikan sejarah Balckwell. Scientific Publications,
kesehatan pasien dan dokter gigi 9th Edition
16, p.271; Chapter 17, p.293.
2. Benhamou JP.: Viral Hepatitis and 13. Levin M.L.; Maddrey W.C.; Wands
Overview. Abstracts & Posters, J.R.; Mendeloft A.I.: Hepatitis B
Palaisdes F estifal et Des Congres Transmision by Dentists. JAMA, May
France, May 1992: p.6. 27, 1974, 228(9): 1139-40.
3. Sachs H.L.: Dentistry and Hepatitis 14. The Expert Group of the Chief
B; The legal Risk. J.Am.Dent.Assoc. Medical Officers and Chief Dental
1981, 102: 177-180. Officers of the Department of Health
4. Withers JA.: Hepatitis, A Review of of Great Britain: Hepatitis in
the Diseases and its Significance to Dentistry, Brit Dent J,1979,20:123-
Dentistry: J.Periodontology March, 4.
1980, 51(3): 162-265. 15. Karayianis P., Novivk D.M.,Lok
5. Ross JW. And Clarke SK.Hepatitis B A.S.F.,Fowler M.J.F. Monjardino J.:
in dentistry: The Current Position. Hepatitis B Virus DNA in Saliva,
Brit.Dent.J., 1991.146: 89-91. Urine and Seminal Fluid of Carriers
6. Rohstein SS.; Goldman HS. And of Hepatitis B Antigen. Bri Med J,
Arcomano AS.: Hepatitis B Virus 22 June 1985, 290:1853-5.
and Over View for Dentist. 16. Lieberman H.M.,Labrecque D.R.
J.Am.Dent. Assoc, 1981. 102: 173-6. Kew M.C., Hadziyanis S.J., Shafritz
7. Heathcote J.; Cameron C.H.; Dane D.A..Detection of Hepatitis B Virus
DS.: Hepatitis B Antigen in Saliva DNA Directly in Human Serum by a
and Cemen. The Lancet, January Simplified Molecular Hybridization
1974, p.71-3. Test : Comparison to HBeAg I Anti
8. Sulaiman H.A.. Virus Hepatitis B, HBeAg Status in HBsAg Carriers.
Sirosis Hati dan Karsinoma Hepatologi. Copyright 1983 by The
Hepatoseluler. Kumpulan Makalah American Association for the study
Ilmiah Dalam Rangka Tesis. of Liver Dieseases. Vol.3, No.3,
Publisher 1990, by C.V. Infomedika, p.285-91, 1983.
hal.49-53, 64-81, 115-21. 17. Villarejos V.M., Kristen P.H.,Visona
9. Alexander RE.: Hepatitis Risk: a A., Gutierrez A.D.,Rodriguez A.
clinical perspective. J.Am.Dent. Role of Saliva, Urine and Feces in
Assoc. 102: p.182-5, 1981. Transmission of type B Hepatitis.
10. Shield W.B.: Dentistry and The Issue The New England Journal of
of Hepatitis B. J.Am.Dent.Assoc. Medicine December, 1974, vol.291,
102: 180-2, 1981. No.26.
11. Mosley JW.,Edwards VM., Casey 18. Setianingsih R.; Handoyo D.M.;
G., White E. Hepatitis B Virus Indriati Y.; Soewignyo: Prevalensi
Infection in Dentist. Copyright 1971, Petanda Virus Hepatitis B (VHB)
The Massachussets Medical Society, Pada Penderita Yang Mendapat
col.293, number 15, p.729-34. Perawatan Gigi dan Mulut dan Pada
12. Mosley JW.; White E.: Viral Tenaga Kesehatan di Kota
Hepatitis as an Occupational Hazard Administrasi Mataram. Naskah
of Dentists. J.Am.Dent.Assoc. vol.90, Lengkap Kongres Nasional IV PGI -
May 1975: p.993-7. PEGI Pertemuan Ilmiah V PPID,
Jakarta, 1 7-18 F ebruari 1990.

Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol.5.No. L, 7


1998

Anda mungkin juga menyukai