Anda di halaman 1dari 12

Nama : Norfeka Wiranda Putri

Kelas : 3c/DIII Kebidanan


Nim : P05140118052
Tugas : kewirausahaan 2

Pembahasaan
1.berpikir kreatif
Hambatan Berpikir Kreatif

Jenis hambatan :
 Hambatan persepsi contohnya pola pikir stereotif,membatasi masalah
secara
Berlebihan,informasi terlalu banyak atau terlalu sedikit.
 Hambatan emosi contohnya takut risiko,tidak menyukai
ketidakpastian,lebih
Suka menilai daripada hasil gagasan,simplisity,tergesa-gesa.
 Hambatan kultural contohnya takut tampil beda dari yang lain
 Hambatan lingkungan contohnya kurang dukungan sarana dan prasarana
kerja
 Hambatan intelektual contohnya terlalu mengandalkan logika,enggan
Menggunakan intuisi,menggunakan pengalaman atau cara lama yang
terbukti
Efektif hasilnya.
Untuk mengembangkan berpikir kreatif dalam upaya untuk memecahkan
permasalahan dapat dilakukan dengan cara menanggulanginya secara langsung
dan menyadari pengaruh-pengaruh yang menghambat proses pemecahan
masalah untuk kemudian menyingkirkannya dan akhirnya meniadakan
hambatan-hambatan tersebut, jadi yang utama adalah menyadari hal-hal yang
menghambat diri kita untuk menciptakan ide-ide baru.
Terdapat 6 (enam) hambatan dalam berpikir kreatif, yaitu:[4]
a. Hambatan yang Dibuat Sendiri
Menafsirkan sesuai peraturan–peraturan kaku yang telah mendarah daging
dalam diri kita sehingga tidak flexible dalam berpikir dan tidak melihat
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian lainnya. Kita terpaku pada satu
jawaban karena pandangan kita sendiri.
b. Hambatan Untuk Tidak Berusaha Menantang Kenyataan
Terlalu sering menerima hal-hal yang kita lihattanpa berusaha memeriksa
kebenaran cara kita melihat atau tanpa mempersoalkan mengapa demikian.
c. Hambatan Mencari Jawaban Tungggal yang Tepat
Seringkali terbelenggu dengan anggapan bahwa suatu persoalan hanya memiliki
satu jawaban tunggal yang tepat sehingga cenderung memberikan suatu
jawaban yang paling lazim atau memberikan jawaban yang kita perkirakan
diinginkan oleh si penanya.
d. Hambatan Karena Kelaziman
Terjadi karena kita sidah terbiasa memberikan jawaban yang paling lazim yang
diberikan oleh kebanyakan orang yaitu jawaban konvensional. Banyak orang
yang tidak berani memberikan jawaban orisional yang lain dari yang lain (tidak
lazim) karena takut dianggap aneh oleh orang lain. Orang kreatif selalu
berusaha untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan lainnya
disamping jawaban yang paling lazim.
e. Hambatan Untuk Memberi Penilaian Terlalu Cepat
Orang yang terlalu berpikir analitis sering cenderung terlalu cepat memberikat
penilaian sehingga mematikan suatu ide sebelum muncul atau berkembang.
f. Hambatan Takut Dianggap Bodoh
Tidak mau memberanikan diri untuk mengemukakan ide-ide karena takut
dianggap bodoh oleh orang lain. Senang mencari aman dengan berdiam diri
daripada memberikan suatu gagasan yang mungkin akan ditertawakan atau
diejek oleh orang lain.

2.berpikir perubahan
Kecerdasan Finansial:
• Artinya yaitu sebuah kemampuan/pencapaian kognitif/penalaran
seseorang untuk mengambil keputusan yg tepat terkait sumber keuangan
yang ada.
Ciri kecerdasan finansial
1. Mampu Membedakan Hak dan Kewajiban Keuangan
2. Mampu Membuat Keputusan Keuangan Sendiri
3. Berutang untuk Produktif, Bukan Konsumtif
Mengenal Teori Kecerdasan Financial:
Sadari tujuan berinvestasi : tujuan jelas à dapat gambaran apa yang diinginkan
berinvertasi, misal menabung masa tua, pendidikan, pengembangan investasi
2. Penting menyiapkan dana pensiun atau pendidikan anak?
• Pendidikan : biaya sekolah masih bisa dicari melalui beasiswa
• Pensiun : biaya/dana ditanggung sendiri
• Ka . Pahami dan miliki skala prioritas/tujuan hidup : membuat bijak
dalam penggunaan finansial.
• Misal
• Rek. A : kegiatan operasional/sehari-hari,
• Rek. B : simpanan dana darurat (yang digunakan dalam keadaan darurat,
tidak boleh digunakan untuk keinginan, jumlahnya > 3x gaji
bulananuntuk menikah, pendidikan, maupun investasi. "Investasi
ditujukan untuk suatu objektif tertentu
• Pengeluaran hemat ≠ berarti menjadi pelit dan enggan berbagi. Sesuai
dengan kebutuhan
• “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian”
• = “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudianlau memiliki anak
tujuh???

Kecerdasan finansial merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan,


kecerdasan ini menekankan pada pengeloaan aset pribadi. Setiap individu harus
memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola sumber
keuangan pribadinya secara efektif demi kesejahteraannya. Dalam pengelolaan
keuangan tersebut akan menghasilkan keputusan dalam penggunaan atau
alokasi dana yang dimiliki. Keputusan keuangan jangka pendek seperti
tabungan dan pinjaman, Keputusan keuangan jangka panjang seperti
perencanaan pensiun dan perencanaan pendidikan untuk anak-anaknya.
Pengambilan keputusan yang cermat dan efisien, maka penting bagi individu
untuk paham tentang literasi keuangan. (Margaretha dan Pambudhi, 2015)
Literasi keuangan merupakan seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang individu untuk membuat keputusan dan efektif dengan
semua sumber daya keuangan mereka ( manurung 2009:24). Literasi keuangan
dapat mengetahui kemampuan seorang individu untuk mengambil keputusan
dalam hal pengaturan keuangan pribadinya. Literasi keuangan sebagai upaya
untuk meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan, yang
diawali dengan mengetahui, kemudian meyakini, hingga menjadi terampil untuk
terlibat aktif, masyarakat lebih mengetahui peran dari sektor jasa keuangan
seperti bidang perbankan, perasuransian, lembaga pembiayaan,dana pensiun
pasar modal dan pegadaian (Ilham, 2014).

Literasi keuangan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan


mendapatkan perhatian yang lebih, khususnya pada negara-negara maju.
Beberapa faktor yang menyebabkan literasi keuangan berkembang antara lain
tingkat bunga tabungan yang rendah, meningkatnya tingkat kebangkrutan dan
tingkat hutang, dan meningkatnya tanggung jawab individu untuk membuat
keputusan yang akan mempengaruhi perekonomian mereka di masa depan
(Servon & Kaestner, 2008). Literasi keuangan dapat dikaitkan dengan
kesejahteraan seseorang karena pengetahuan keuangan dalam mengelola
keuangan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. ( Margaretha dan
Pambudhi, 2015 )
Pengetahuan tentang keuangan sangat penting bagi seorang individu karena
dapat merencanakan dan membuat keputusan tentang alokasi keuangannya serta
bijak dalam mengatur keuangan agar tidak salah dalam membuat keputusan
tentang keuangannya. Penerapan literasi keuangan memiliki dampak yang baik
dalam membuat kehidupan seseorang terlihat sejahtera, memahami fungsi akan
lembaga keuangan dengan sadar akan pentingnnya menabung, memiliki
asuransi serta dana hari tua, begitu pula dengan seseorang yang memiliki
pengetahuan kurang tentang literasi keuangan atau tidak menerapkan literasi
keuangan yang baik akan mengalami defisit jika pendapatan tidak dialokasikan
dengan baik dan benar.
Nidar dan Bestari (2012) menjelaskan bahwa perekonomian nasional tidak akan
berpengaruh pada krisis keuangan global jika masyarakat memahami sistem
keuangan. Kesalahpahaman menyebabkan banyak orang mengalami kerugian
keuangan, sebagai akibat dari pengeluaran yang boros dan konsumsi, tidak
bijaksana dalam penggunaan kartu kredit, dan menghitung perbedaan antara
kredit
konsumen dan pinjaman bank. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang
keuangan menyebabkan seseorang sulit untuk melakukan investasi atau
mengakses ke pasar keuangan.
Literasi keuangan membantu untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keuangan dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan suatu negara. Semakin meningkatnya kompleksitas ekonomi,
kebutuhan individu dan produk keuangan, individu harus memiliki literasi
keuangan untuk mengatur keuangan pribadinya. Keadaan literasi keuangan
disetiap negara tentu berbeda begitu pula di Indonesia , pada tahun 2016
menunjukan indeks literasi keuangan sebesar 29,66% menurut Survei Nasional
Literasi Keuangan ( SNLK, 2016 )
Globalisasi yang terjadi menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
perekonomian. Berkembangnya tekonologi, komunikasi, informasi dan
transportasi merupakan dampak positif yang sangat besar bagi perekonomian
dan
menimbulkan dampak negatif bagi sebagian masyarakat. Kemiskinan dan
ketidakmertaan pendapatan yang diakibatkan oleh ketidakmerataan kesempatan
dan lapangan kerja antara pedesaan dan perkotaan. ketimpangan tampak jelas
dalam angkatan kerja yang berkembang semakin pesat dibandingkan dengan
kemampuan penyerapan tenaga kerja.
Siklus kehidupan keuangan seseorang di lihat dari penghasilan yang di
harapkan dan umur, ketika umur seseorang semakin bertambah maka
mengharapkan penghasilan yang semakin tinggi. Terdapat tiga tahapan yaitu
ahap mengumpulkan kekayaan, tahap melipat gandakan kekayaan dan tahap
mendistribusikan kekayaan. Ketika umur 20-50 tahun seseorang berada pada
tahap 2 dan 3, yaitu memiliki tabungan,asuransi,dana pensiun, hutang dan
investasi dalam masa pembentukan keluarga dan kemampuan berkarir atau
berpenghasilan. Ketika lebih dari 50 tahun maka pada tahap mendistribuskan
kakayaan yaitu memiliki warisan dan menikmati dana pensiun yang dimiliki
karena dapat merasakan kesejahteraan.
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian
sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan
dasarnya.
Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti
lingkungan yang bersih, aman dan nyaman juga terpenuhinya hak asasi dan
partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Kemiskinan yang terjadi karena tuntutan ekonomi yang sangat mendesak,
dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak
memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk
bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga
kerja. Bahkan banyak perempuan Indonesia dengan usia produktif yang
menguatkan diri untuk bekerja ke luar negeri dengan tawaran gaji yang relatif
lebih besar. ( Riandi, 2017)
Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yaitu sebutan bagi warga Negara Indonesia
yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Timur Tengah dan Hongkong
dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. TKI
seringkali dikatakan dengan pekerja kasar karena TKI memang kumpulan
tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan yang merupakan program
pemerintah untuk menekan angka pengangguran. Sebagian besar yang bekerja
sebagai TKI adalah wanita yang seringkali disebut dengan Tenaga Kerja Wanita
(TKW). (Wikipedia, 2017)
Indonesia merupakan salah satu supplier tenaga kerja diluar negeri. Data dari
menaker ( detikfinance, 2017) menyebutkan bahwa kuartal 1 yaitu dari bulan
januari sampai April tercatat Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada diluar
negeri mencapai 66.714 juta dan berada di 142 negara. Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) yang bekerja di negara-negara asing, secara mikro telah terbukti menjadi
model perbaikan ekonomi bagi para tenaga kerja dan keluarganya. Sedangkan
secara makro memberikan kontribusi bagi pendapatan devisa negara, bisa
dilihat dari kontribusi yang diukur dari rata-rata besarnya kiriman uang para
TKI ke tanah air per tahun, Hongkong dan Arab Saudi adalah dua negara di
mana setiap TKI-nya rata-rata mengirim uang ke keluarganya di tanah air
dengan jumlah yang cukup besar.
Faktor yang mendorong warga Indonesia bekerja di luar negeri adalah faktor
ekonomi. Hal ini dikarenakan tidak adanya akses untuk mendapatkan peluang-
peluang kerja. Terdapat dua faktor penghambat dalam mendapatkan akses.
Pertama, factor yang berasal dalam diri seseorang. Rendahnya kualitas sumber
daya manusia karena tingkat pendidikan (keterampilan) atau kesehatan rendah
atau ada hambatan budaya (budaya kemiskinan). Faktor kedua berasal dari
luar kemampuan seseorang. Hal ini terjadi karena birokrasi atau ada peraturan-
peraturan resmi (kebijakan) sehingga dapat membatasi atau memperkecil akses
seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia.
( Riandi, 2017)
Beberapa penyebab yang membuat masyarakat menjadi TKI , antara lain tidak
tersedianya lapangan kerja dilingkungan sekitarnya, ketiadaan kompetensi
untuk bekerja di sector formal karena pendidikan yang rendah, iming-iming
pendapatan yang tinggi, melarikan diri dari permasalahan yang membebani
( karena permasalahan keluarga), penghasilan yang rendah untuk bekerja di
dalam negeri dan ada pula karena mencari pengalaman baru, kebanyakan TKI
yang memutuskan untuk bekerja di negara lain berasal dari desa dengan
keadaan finansial yang rendah tujuannya untuk bisa menjadi lebih sejahtera
dalam keuangannya, karena menjadi TKI pendapatan yang dihasilkan bisa
menjadi lebih banyak daripada bekerja dinegara sendiri, pekerjaan yang
dilakukan oleh TKI kebanyakan seoarang wanita atau yang sudah menjadi ibu
rumah tangga menjadi asisten rumah tangga dinegara lain
Namun tidak sedikit kasus kekerasan yang menimpa tenaga kerja Indonesia di
luar negeri. Permasalahan-permasalahan yang terjadi seperti pengiriman TKI ke
luar negeri terutama tentang ketidaksesuaian antara yang diperjanjikan dengan
kenyataan, kekerasan, penganiyaan, penelantaran, gaji yang tidak dipakai
bahkan sampai dengan pembunuhan, serta adanya kesewenangan pihak majikan
dalam memperkerjakan TKI. Selain itu sering terjadi penangkapan dan
penghukuman TKI yang dikarenakan ketidaklengkapan dokumen kerja (TKI 7
ilegal). Keberadaan permasalahan ini banyak terjadi meskipun tidak semua
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengalami nya dalam perspektif kemanusiaan
tetaplah tidak sebanding, karena penghargaan dan hak hidup jauh lebih berharga
daripada rupiah yang diperoleh. (Dr. Dede Rahmad Hidayat, M.Si, 2016).
Demikian banyaknya kasus TKI yang bermasalah, tetap tidak mengurangi
jumlah tenaga kerja yang pergi ke luar negeri karena tidak adanya pilihan lain,
demi mencapai impian dan memenuhi kebutuhan hidup.
Terdapat fenomena bahwa TKI tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik,
dinilai dari TKI yang biasanya memiliki uang ketika sedang bekerja, namun
setelah kembali ke Indonesia kehidupannya tidak lebih baik dibanding sebelum
mereka berangkat ke luar negeri. Pada Desa Duju Sumbermanjingwetan yang
mayoritas menjadi TKI, dimana keadaan keuangan mereka lebih baik ketika
menjadi TKI tetapi ketika kembali ke Indonesia dalam kurun waktu yang lama
maka keadaan tidak menjadi lebih baik dan akhirnya memutuskan untuk
menjadi TKI lagi, fakta ini sudah biasa terjadi.
Namunnegri dengan keadaan keuangan yang tetap baik dilihat dari adanya
pertambahan aset. Bagi para TKI yang telah kembali ke Indonesia didesa druju
kecamatan sumbermanjingwetan terdapat fenomena yang demikian, dari data
desa pada tahun 2015 menyatakan bahwa yang menjadi TKI sebanyak 42 orang
terdiri dari 31 orang wanita dan 11 orang pria, dengan negara tujuan yang
berbeda-beda.
Ada beberapa faktor yang menjadi tolak ukur atas seseorang dalam hal
Kecerdasan di bidang finansial yaitu :
Kemampuan individu tersebut untuk mengatur pendapatan.semakin banyak
Yang mampu disisihkan untuk ditabung,maka semakin tinggi pula skor FinQ-
nya.
Kemampuan untuk meningkatkan pendapatan secara berkala .hal tersebut
Berkaitan dengan motivasi besar setiap individu terkait untuk meningkatkan
Taraf hidup dan hal tersebut merupakan poin penting dari financial quotient
Tingkat pemahaman terhadap investasi.semakin tinggi pengertian seseorang
Terhadap manfaat penting serta ketetapan dalam memilih instrumen investasi,
Dapat dipastikan memiliki FinQ yang tinggi.
Kemampuan planning atau perencanaan terhadap uang pensiun.skor kecerdasan
Finansial seseorang akan semakin tinggi bila mereka memiliki rencana jangka
Panjang yang menjanjikan dari penerimaan uang pensiun,bukan hanya
Membiarkan dalam bentuk dana segar untuk digunakan menopang
Kebutuhan harian setelah berhenti bekerja.
Macam-macam Financial Quotient
Kecerdasan dalam finansial atau keuangan terbagi menjadi lima macam
Kategori berbeda.pembagian ini tidak mengarah pada level kecerdasan
Seseorang dalam pengelolaan keuangan,melainkan perbedaan keterampilan
Pada kemampuan untuk pengelolaan finansial sebagai berikut:
Kecerdasan dalam menghasilkan uang.dalam hal ini,individu terkait
Berfokus untuk menghasilkan uang melalui cara-cara alternatif tanpa
Terpaku pada penghasilan bulanan sehingga ketika berhenti bekerja atau
Pensiun,tidak ada kekhawatiran akan sulit mendapatkan uang.
Kecerdasan melindungi keuangan pribadi.mendapatkan uang itu relatif mudah
Tetapi melindunginya tidak bisa dilakukan oleh semua orang.mereka yang
Tidak tergiur oleh ajakan berprilaku konsumtif,gaya hidup mewah berlebihan
Maupun hal-hal lain yang bersifat menghamburkan uang.memiliki kecerdasan
Finansial yang satu ini.
Kecerdasan dalam pengelokasian dana.dengan keterampilan financial
Quotient yang satu ini,anda mampu membagi prossentase pengeluaran secara
Tepat untuk berbagi kebutuhan berbeda.seperti dana untuk kebutuhan
Sehari-hari dana untuk investasi ,dana untuk pengeluaran sekunder dan lain-lain
Kecerdasan untuk mengembangkan uang yang dimiliki.maksudnya adalah
Kemampuan seseorang untuk memperbanyak dana segar atau modal di tangan
Hingga menghasilkan keuntungan berlipat ganda.
Kecerdasan mencari informasi dan mengubahnya menjadi peluang.seseorang
Dengan keterampilan finansial yang satu ini bisa mendapatkan informasi
Valid lalu kemudian diubahnya menjadi peluang yang menghasilkan
Keuntungan besar.
Fungsi scoring FinQ
Sebagaimana tes IQ dan EQ dilakukan karena memiliki fungsi dan manfaat
Begitu pula dengan tes financial quotient.adapun fungsi dari dilakukannya
Tes kecerdasan pada kemampuan pengelolaan keuangan seseorang adalah
Sebagai berikut :
Mengetahui kelayakan calon pegawai yang ingin bergabung dalam departemen
Keuangan atau sebuah firma yang bergerak di bidang tersebut.
Para konsultan keuangan melakukan tes FinQ pada klien untuk mengetahui
Pola keuangan dari individu terkait.
Mengukur kemampuan individu untuk pencapaian karir yang lebih baik
Dalam hidupnya dengan mengandalkan manajemen keuangan yang baik.

Cara untuk meningkatkan kecerdasan Finansial


 Membuat anggaran bulan rutin
 Mengindari inflasi gaya hidup
 Menyediakan dana darurat
 Menabung dan berinvestasi

Anda mungkin juga menyukai