Anda di halaman 1dari 3

Abstrak Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko, sasaran bahaya

dan pengelolaan risiko kesehatan akibat paparan merkuri dan sianida pada air sungai, air
sumur dan tanaman. Metode: Penelitian ini menggunakan analisis risiko kesehatan
lingkungan, pengumpulan data melalui observasi lingkungan, laboratorium dan kuesioner.
Hasil: Konsentrasi merkuri pada air sungai dan air sumur berada dibawah batas deteksi
<0,005 mg / L dan tumbuhan berkisar antara 0,0076 g / g sampai 0,0517 g / g sedangkan
konsentrasi sianida pada air sungai dan air sumur <0,01 mg / L dan tanaman <0,01 g / g,
40% memiliki nilai tingkat resiko (RQ)> 1 untuk efek non karsinogen dan untuk efek
karsinogenik semua responden memiliki RQ ≤ 1 sedangkan untuk nilai target bahaya (THQ)
efek non karsinogenik dan karsinogenik 85 orang responden memiliki Nilai THQ 1.
Kesimpulan: Masyarakat diharapkan mampu menjaga dan membatasi frekuensi konsumsi
terutama pada tanaman.

Pendahuluan 
Pencemaran lingkungan selalu menjadi masalah besar bagi masyarakat dunia karena
berdampak negatif pada kehidupan makhluk hidup di ekosistem. Kegiatan penambangan
emas pada dasarnya berisiko menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat mungkin
terjadi yaitu erosi dan perubahan bentuk permukaan tanah. Menurut Gworek, Indonesia
telah memasuki keadaan darurat merkuri akibat meningkatnya pencemaran merkuri di
berbagai daerah.1 Jumlah penambang diperkirakan mencapai 2 juta orang di lebih dari 800
titik PESK yang menghasilkan 100 ton emas setiap tahunnya. Emisi dari kegiatan tersebut
menyumbang 57,5% dari total emisi merkuri nasional. Kegiatan penambangan emas
masyarakat di Kabupaten Buru telah berlangsung sejak tahun 2011 hingga saat ini dengan
areal penambangan seluas 250 hektar menggunakan merkuri dan sianida dalam proses
pengolahannya. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Ambon
tahun 2012 dengan menguji delapan sampel air badan air menunjukkan bahwa konsentrasi
merkuri berkisar antara 0,0049 - 0,0529 mg / L, dengan konsentrasi tertinggi di sungai
Waeapo sebesar 0,0529 mg / L sedangkan penelitian DAS Salatutin menyimpulkan bahwa
konsentrasi merkuri telah terdistribusi dengan konsentrasi di sedimen hulu mencapai 0,102
mg / L dan di hilir sebesar 0,031 mg / L.4 Studi lain oleh Male menemukan konsentrasi
merkuri di sedimen sungai Wamsait dan Teluk Kayeli adalah 0,35 dan 7,66 mg / kg masing-

masing.2 Metode 
Desain dan lokasi 
penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan metode analisis risiko kesehatan
lingkungan. Faktor risiko diukur sekaligus untuk memprediksi besarnya risiko kesehatan
akibat paparan merkuri (Hg) dan sianida (CN). Lokasi penelitian berada di wilayah Desa
Kayeli Kabupaten Buru. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari --- Maret 2019. 
Sampel dan populasi 
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga Desa Kayeli yang berjumlah 558 jiwa
dan sumur gali semuanya merupakan sumur gali dan tumbuhan lokal berada. Responden
adalah warga yang tinggal di Desa Kayeli dan menetap minimal 1 tahun serta
memanfaatkan sumur gali sebagai sumber air bersih dan mengkonsumsi tanaman dari
wilayah tersebut. Besar sampel sebanyak 85 responden, untuk sampel air badan air
(sungai) diambil di bagian hulu, tengah dan hilir, untuk sampel air sumur diambil sebanyak 8
sumur dengan menggunakan total populasi dan untuk purposive sampling sampel tanaman
diambil dari tanaman lokal. berupa tumbuhan daun jagung, daun kacang tanah dan daun
pepaya. 
Pengumpulan data 
Sampel air sungai diambil pada tiga titik pengambilan yaitu hulu, tengah dan hilir dengan
metode grap sampling sedangkan untuk sampel air sumur menggunakan metode total
populasi yaitu sebanyak delapan sumur dan untuk lima sampel daun tanaman yaitu daun
kacang tanah, daun kacang tanah. , daun jagung dan daun pepaya yang merupakan
tanaman lokal di Desa Kayeli dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung, penentuan koordinat pengambilan
sampel serta pengukuran parameter lapangan meliputi pH dan suhu serta uji laboratorium.

Tabel 1 Konsentrasi merkuri (Hg) dan sianida (CN) pada sampel air sumur bor dan sumur
gali. Sampel Hg CN Sumur Bor 1 <0,0005 mg / L <0,01 mg / L Sumur Bor 2 <0,0005 mg / L
<0,01 mg / L Sumur Bor 3 <0,0005 mg / L <0,01 mg / L Sumur Bor 4 <0,0005 mg / L <0,01
mg / L Sumur Bor 5 <0,0005 mg / L <0,01 mg / L Sumur Bor 6 <0,0005 mg / L <0,01 mg / L
Sumur Bor 1 <0,0005 mg / L <0,01 mg / L Sumur Bor 2 <0,0005 mg / L <0,01 mg / standar L
Kualitas 0,001 mg / L 0,1 mg / L

analisis 
analisis Datadata untuk badan air, air sumur dan inspeksi pabrik dilakukan oleh Pusat
Laboratorium Kesehatan Makassar, yang kemudian dilakukan analisis risiko untuk
menghitung nilai Intake, Risk Quotient, Target Hazard Quotient dan Manajemen Risiko. 
Hasil 
Konsentrasi merkuri dan sianida pada sumur gali dan bor di Desa Kayeli masih dibawah
baku mutu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017 (Tabel 1). Konsentrasi merkuri dan sianida masih dibawah baku mutu sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dimana hasil laboratorium lebih kecil dari
0,0005 mg / L (Tabel 2). Semua sampel tanaman ditemukan mengandung merkuri dengan
konsentrasi merkuri tertinggi pada sampel daun pepaya 0,0517 g / g (5,17 × 10 --- 5 mg / g)
sedangkan untuk sianida semua konsentrasi sampel <0,01 g / g atau di bawahnya. batas
deteksi (Tabel 3). Terlihat bahwa untuk efek non karsinogenik akibat paparan merkuri
responden yang memiliki RQ> 1 34 orang dengan RQ tertinggi mencapai 2.206. Responden
dengan RQ> 1 berarti terdapat 33 responden yang berisiko terkena efek nonkarsinogenik
merkuri jika terus mengkonsumsi sayuran tersebut selama 30 tahun (Gbr. 1). dan terlihat
bahwa untuk efek karsinogenik merkuri semua responden (100%) mempunyai RQ ≤ 1.
Artinya untuk efek karsinogenik semua responden tidak beresiko terkena efek karsinogenik
merkuri jika terus mengkonsumsi sayuran selama 70 tahun ( Gambar 2).

Pembahasan 
Penelitian ini mengidentifikasi bahaya paparan merkuri dan sianida sebagai bahan
pencemar yang bersumber dari pengolahan bahan emas yang berlangsung di Kayeli.
Namun, identifikasi bahaya tersebut hanya dapat dilakukan pada sampel tanaman untuk
parameter merkuri mengingat parameter sianida berdasarkan uji laboratorium. Rendahnya
konsentrasi merkuri pada air sungai dan sumur bor / air galian disebabkan oleh pengolahan
bahan emas menggunakan mesin drum yang sudah 3 bulan tidak beroperasi akibat
penutupan sementara tambang gunung gundul oleh pemerintah daerah. Selain itu, limbah
pengolahan dari mesin drum tidak langsung dibuang atau dialirkan ke sungai melainkan
ditampung di bak penampungan yang akan digunakan kembali dalam proses pencucian
material. Tuaputty pada sampel air sumur gali di Desa Lanut ditemukan bahwa dari ketiga
sampel yang diambil menunjukkan kadar merkuri tertinggi yaitu titik 1 dengan kadar 0,0012
mg / L.3 Salluti, konsentrasi merkuri yang dianalisis di beberapa lokasi pengambilan sampel
di Sungai Waeapo ditemukan konsentrasi merkuri 0,003 --- 0,102 ppm.4 Penelitian Singga,
analisis risiko kesehatan paparan merkuri di Kecamatan Bulawa, nilai rata-rata RQ
responden dari Desa Nyiur Hijau dengan rata-rata lama pajanan 6 tahun yaitu 0,2113
sedangkan responden dari Mamungga Desa yang memiliki rata-rata lama paparan 27,36
tahun memiliki nilai rata-rata RQ 1,0138 dan Desa Kaidundu eksposur 37,45 tahun memiliki
rata-rata RQ 1,5429,5. Sejalan dengan penelitian Hartono menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara lama paparan dan RQ responden dan memiliki pola
hubungan yang positif.6 Penelitian Novitasari menganalisis risiko keterpaparan arsen dan
fenol di Kota Kokoda yang rata-rata Nilai RQ fenol air sungai untuk efek non karsinogenik
adalah 26% memiliki RQ ≤ 1 dan 74% dengan RQ> 1 sedangkan nilai RQ rata-rata pada air
sumur memiliki 40% memiliki RQ> 1,7 Untuk nilai RQ rata-rata untuk paparan arsen air
sungai ada sebesar 63% dengan RQ> 1 sedangkan nilai RQ rata-rata air sumur terkandung
63% dengan RQ> 1. THQ merupakan target potensi bahaya jika seseorang mengkonsumsi
secara oral / menelan polutan merkuri dan sianida. Kedua bahan pencemar tersebut
tergolong kontaminan toksik yang tidak bersifat karsinogenik. Perhitungan pajanan merkuri
pada 85 responden sama sekali tidak berisiko, penelitian Juliana pada pengrajin emas di
Kelurahan Malimongan, menemukan target bahaya realtime 3,92 × 10 --- 3 dan seumur
hidup 7.550 × 10 --- 3 dimana keduanya belum menunjukkan Risiko nonkarsinogenik akibat
paparan tembaga karena THQ ≤ 1 sedangkan nilai rata-rata target bahaya waktu nyata 5.95
× 10 --- 5 dan seumur hidup 1.14 × 10 --- 4 juga belum menunjukkan risiko non karsinogenik
akibat paparan NO2 karena THQ ≤ 1.8 

Kesimpulan 
Konsentrasi merkuri dan sianida pada air sungai, air sumur dan tanaman berupa daun
kacang tanah, daun jagung dan daun pepaya masih memenuhi baku mutu yang ada. Hasil
penelitian menyatakan bahwa semua responden tidak menunjukkan risiko kesehatan non
karsinogenik dan karsinogenik. Manajemen risiko yang dapat dilakukan dalam upaya
pengendalian dampak pajanan agen risiko dalam penelitian ini adalah dengan menurunkan
konsentrasi merkuri pada sayuran yang dikonsumsi, menurunkan tingkat konsumsi, dan
membatasi lamanya pemaparan merkuri dari sayuran yang dikonsumsi.

Konflik kepentingan 
Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai