1. Sengaja sebagai niat: dalam arti ini akibat delik adalah motif
utama untuk adanya suatu perbuatan, yang seandainya tujuan
itu tidak ada, maka perbuatan itu tidak akan dilakukan.
Misalnya A berniat membunuh B, lalu A menembaknya.
2. Sengaja kesadaran akan kepastian adalah hal ini ada kesadaran
bahwa dengan melakukan perbuatan itu pasti akan terjadi
akibat tertentu dari perbuatan itu. Jonkers memberikan contoh
sebagai berikut: A hendak menembak mati B yang duduk
dibelakang kaca. Untuk mengenai sasarannya itu maka A harus
menembak kaca itu sehingga pecah. A bersalah selain dari
pada membunuh (sengaja sebagai niat) juga telah dengan
sengaja merusak barang (kesadaran akan kepastian). Walapun
niatnya hanya membunuh B tetapi ia juga menembak kaca
itu untuk mencapai maksudnya. A mengetahui bahwa
perbuatan (membunuh) bertalian dengan memecahkan kaca.
3. Sengaja insyaf akan kemungkinan: dalam hal ini dengan
melakukan perbuatan itu telah diinsyafi kemungkinan yang
dapat terjadi dengan dilakukan perbuatan itu.
b. Culpa
Culpose delicten (delik culpa) adalah perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana yang dilakukan dengan kealpaan, atau
“nalatigheid” atau “onachtzammheid”. Rumusan undang-undang yang
mempergunakan kalimat schuld, seperti misalnya 359 KUHP yang
tercantum unsur karena kesalahannya atau kealpaannya. Culpa juga
dibagi 2 yaitu,
1. ketidak sengajaan disadari ini, contoh :
Kita mengendarai mobil setelah kita minum alkohol dan
mengendarai mobil di suatu daerah dekat Rumah sakit dengan
kecepatan 100km/jam pada pukul 00.00 kita sadar bahwa
mengendarai mobil pada jam ini dekat rumah sakit ada saja
orang yang menyebrang jalan sehingga ketika ada yang
menyebrang jalan kita menabrak secara tidak sadar karena kita
mengendarai sambil mabuk sehingga mengakibatkan matinya
seseorang.
2. Ketidaksengajaan tidak disadari
kita sedang berlatih mobil di lapangan jam 00.00, dalam
pandangan masyarakat jam 00.00 tidak akan ada orang yang
lewat ataupun lari namun ternyata ada yg lewat dan kita
menabrak orang tersebut sehingga terjadi kematian ataupun
luka berat
4. Syarat aduan dapat dituntut
a. Delik aduan adalah delik yang hanya dapat dituntut, jika diadukan oleh
orang yang merasa dirugikan. Delik aduan sifatnya pribadi/privat,
yang memiliki syarat yaitu harus ada aduan dari pihak yang dirugikan.
Selain itu, yang dimaksid dengan delik aduan/klach delict merupakan
pembatasan inisiatif jaksa untuk melakukan penuntutan. Ada atau
tidaknya tuntutan terhadap delik ini tergantung persetujuan dari yang
dirugikan/korban/orang yang ditentukan oleh undang-undang. Delik
ini membicarakan mengenai kepentingan korban. Contoh : A dan B
adalah suami istri. B berzinah dengan C dan D. Dan A hanya
mengadukan B telah melakukan perbuatan perzinahan. Namun, karena
tidak dapat dipisahkan/onsplitbaar maka tidak hanya B saja yang
dianggap sebagai pelaku, tetapi setiap orang yang terlibat suatu
perbuatan atau kejahatan yang bersangkutan yaitu C dan D secara
otomatis (sesuai hasil penyelidikan) harus diadukan pula oleh A.
Setidaknya delik perzinahan tidak dapat diajukan hanya terhadap
dader/mededader saja, melainkan harus keduanya dan pihak lain yang
terlibat.
b. Delik biasa adalah suatu perkara tindak pidana yang dapat di proses
tanpa adanya persetujuan atau laporan dari pihak yang di rugikan
(korban). Didalam delik biasa walaupun korban telah berdamai dengan
tersangka, proses hukum tidak dapat di hentikan. Proses Hukumnya
tetap berjalan sampai di pengadilan. Contoh Pasal 338 dan 362 KUHP
apa bila tindak pidana tersebut terjerat pasal 338 atau 362 KUHP maka
proses hukumnya harus tetap berjalan
5. Berat – Ringannya
a. Kualifikasi
Delik berkualifikasi adalah penerapan delik yang diperberat karena
suatu keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu.Contoh: Pasal 363
KUHP, pencurian yang dilakukan pada waktu malam, atau mencuri
hewan atau dilakukan pada saat terjadi bencana alam dan lain-lain,
keadaan yang menyertainya itulah yang memberiatkan sebagai delik
pencurian yang berkualifikasi
b. Sederhana
Delik sederhana adalah suatu delik yang berbentuk biasa tanpa unsur
dan keadaan yang memberiatkan.Contoh: Pasal 362 KUHP, delik
pencurian biasa
6. Lamanya Dilakukan
a. Berdiri sendiri
Tindak pidana yang terjadi dalam waktu yang seketika disebut juga
dengan aflopende delicten. Misalnya pencurian (362), jika perbuatan
mengambilnya selesai, tindak pidana itu menjadi selesai secara
sempurna.
b. Lanjutan
Sebaliknya, tindak pidana yang terjadinya berlangsung lama disebut
juga dengan voortderende delicten. Seperti pasal 333, perampasan
kemerdekaan itu berlangsung lama, bahkan sangat lama, dan akan
terhenti setelah korban dibebaskan/terbebaskan.