Anda di halaman 1dari 2

PELAYANAN KONTRASEPSI

TUBEKTOMI / MOW (MEDIS


OPERATIF WANITA)
SOP No
Terbit ke
No. Revisi
Tgl.Diberlaku
Halaman 1-2
BPM
TITIN MARLENI, A.md. Keb

1. Pengertian a. MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW Merupakan tindakan penutupan terhadap
kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak
dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat
bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan,
oleh karena itu gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN, 2006)
b. Tubektomia adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba
fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
(NoviawatidanSujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah
mengokulas itu bafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak
dapat bertemu (Hanafi, 2004).
2. Tujuan Untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan
cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim
3. Referensi a. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi 2014
b. Pedoman managemen pelayanan keluarga berencana oleh
Kemenkestahun2014
4. Alat dan Bahan a. Alat
1. Set tubektomi
2. Bowl umum
3. Dram kassa
4. Slang suction
5. Rubber sheet
6. Betadin,kasa,handscoon,mp23,slangsuction k/p,cauter k/p
7. Benangcromik 2/0 non ATR
8. Cromik 1 non ATR
9. Plain 2/0 ATR
10. Polipropilin 3/0 ATR

5. Langkah- a. Persiapanpasien
langkah 1. Puasa
2. Laboratorium
3. Darah k/p
4. Posisiti durter lentang
5. Cateter
6. Cukur
7. Pasang invus
8. Paket Anastesi

b. Persiapanalat:
c. Cara kerja
1. Mencuci tangan steril
2. Antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
3. Dilakukan pembiusan oleh dokter spesialisanastesi
4. Infiltrasikanlidokain 1% ke sub kutis dibawah umbilikus
5. Jepitujung lateral kanan dan kiri kulit di bawah umbilicus
dengan menggunakan kocher
6. Angkat kedua kocher tinggi-tinggi, tusukkan ujung pisau bedah
pada ujung lateral kanan, setelah menembus kulit, tarik pisau
bedah keujung kiri dengan satu gerakan
7. Masukkan bilah retractor kemudian lepaskan kocher dan tarik
retractor kearah atas dan bawah sehingga tampak fasia
8. Jepitfasia-peritoneum dengan arah atas bawah kemudian
gunting fasia-peritoneum di antara kedua kocher
9. Masukkan ujung gunting pada sayatan fasia-peritoneum,
perlebar guntingan fasia-peritoneum ke lateral kanan dan kiri
sehingga visualisasi rongga abdomen menjadi lebih baik
10. Dengan ujung bilah retraktor, tarik fasia-peritoneum, lepaskan
kedua kocher, lakukan orientasi lapangan operasi
11. Orientasi dilakukan dengan menggeser retractor & mendorong
dinding lateral uterus. Kenali uterus, tuba dan sekitarnya
12. Gerakkan retractor kekiri & dinding lateral kiri uterus kearah
medial sehingga tampak kornu dan tuba kiri.Bila gagal
menampilkan tuba, gunakan pengait tuba. Bila tidak tersedia
pengait tuba, pakai jari telunjuk untuk menampilkan tuba
13. Jepit tuba dengan menggunakan pin setanatomis panjang.
14. Telusuri tuba hingga mencapai mencapai fimbriae
15. Setelah dipastikan tuba, ambil bagian tengah (pars isthmika)
dengan klem Bab cock dan keluarkan dari kavum abdomen
melalui luka insisi
16. Lakukan pengikatan tuba secara angka delapan (lengkung tuba
hingga ikatan berjarak 1,5-2 cm) dengan simpul kunci
17. Potong tuba di antara simpul dan jepitan Babcock (perhatikan
hemostasis ikatan)
18. Bila ikatan baik dan tidak ada perdarahan, potongbenang 0,5 cm
dari simpul ikatan
19. Kembalikan tuba kiri ketempatnya semula, atur kembali
Gerakan retractor dan dinding lateral uterus sehingga dapat
Menampilkan tuba kanan. Ulangi langkah yang sama pada Tuba
kanan hingga selesai.
20. Setelah kedua tuba diikat dan dipotong dan dikembalikan
kedalam kavum abdomen, bersihkan sisa darah pada dinding
perut. Lihat kembali kondisi dalam rongga perut. Keluarkan
Kassa gulung (jika dipakai) atau instrument
21. Pindahkan bilah retractor pada kulit, angkat retractor, lalu jepit
fascia-peritoneum dengan kocher pada 2 tempat (cranial dan
kaudal)
22. Lakukan penjahitan fascia-peritoneum secara terputus dengan
benang kromik no. 1/0
23. Bersihkan luka operasi dan kulit dengan laruran antiseptic jahit
kulit secara sub kutikuler dengan kromik no 3/0
24. Mencuci tangan
25. Lakukan pengawasan pasca tindakan
6. Unit terkait Poli KIA

Anda mungkin juga menyukai