Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Psiko-Edukasi, Mei 2018 (22-31)

ISSN: 1412-9310 Vol. 16, 2018

DAMPAK PSIKOLOGIS KASUS KEKERASAN


PADA TIGA SISWA SMP “X”

FIDELIS OCTOVINA MAHAPUTRI LALOPUA


Guru BK di SDS Pah Tsung, Jakarta Barat
delialalopua@gmail.com

Abstrak

Dampak psikologis pada kasus kekerasan adalah akibat psikologis bagi siswa yang mengalami
kekerasan dari keluarga. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini
adalah tiga siswa berinisial X, Y, dan Z, yang duduk di kelas VIII di SMP X. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara yang dilakukan kepada siswa, wali kelas, guru BK, dan
guru piket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian mengalami hambatan dalam
bergaul, kurang percaya diri, pemurung, dan kecenderungan kurang disiplin. Dampak psikologis yang
dialami Y, yang tidak dialami kedua subjek lainnya adalah rasa ingin memberontak, menentang peraturan,
bersikap liar, dan menentang guru. Dampak psikologis kekerasan yang dialami Z adalah perasaan tidak
mampu berontak dan melawan kekerasan yang dilakukan oleh pihak otoritas (orangtua angkat) membuatnya
melampiaskan kemarahannya ke dalam diri sendiri dengan melakukan percobaan bunuh diri. Pendampingan
yang diberikan dapat berupa melibatkan siswa ke dalam berbagai aktivitas ekstra-kulikuler untuk
mengembangkan potensi diri dan memberikan subjek tanggungjawab atau penugasan untuk meningkatkan
harga dirinya.

Kata kunci: Dampak psikologis, kekerasan

Abstract

The psychological impact in the case of violence is a psychological consequence to students who
endured violence from their family. The type of study was case study research. The subjects in this
study were three students with initials of X, Y and Z of VIII class in X Junior High School. Data
collecting method conducted through observation technique and interview toward the students,
teachers, guidance and counseling teachers, and substitute teachers. The result of this study showed
that the three subjects have difficulty in forging relationship due to lack of confidence, moody and had
a tendency of lacking discipline. The psychological impact endured by Y which was not endured by
two other subjects were sense of rebellion, defy rule, wild attitude and oppose teachers. The
psychological impact of violence endured by Z was sense of inability to rebel and oppose the violence
done by authority (figures) the step parents so he expressed it toward himself by attempting to commit
suicide. Assistance given could be in the forms of involving the students to various extracurricular
activities in order to develop his potential and giving him some responsibilites or taks to enhance his
self esteem.

Keywords: psychological impact, violence

______________________________________________________

22
Dampak psikologis kasus kekerasan pada tiga siswa SMP “X” (Fidelis) 23

PENDAHULUAN dalam penelitian ini adalah seseorang yang


belum mencapai usia 18 tahun. Dengan
Anak merupakan bagian dari keluarga demikian, kekerasan terhadap anak
dan di dalam keluarga anak belajar bertingkah merupakan peristiwa perlakuan fisik, mental
laku dalam proses perkembangan. Namun atau seksual terhadap anak yang belum
kenyataannya saat ini, masih banyak orangtua mencapai usia 18 tahun yang pada umumnya
yang kurang mendukung perkembangan dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
optimal anak karena kekerasan yang tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak.
dilakukan orangtua kepada anak. Perilaku kekerasan mengandung resiko fisik,
Berdasarkan berita di media cetak, psikologis dan sosial bagi orang lain. Perilaku
terdapat beberapa kasus kekerasan orangtua kekerasan tidak hanya mencakup aspek
kepada anak. Misalnya, kasus yang terjadi di tindakan yang bersifat fisik, tetapi juga
Bogor seorang ibu tega memukul, menyiram mencakup kekerasan verbal.
dengan air panas ke tubuh anaknya yang Menurut informasi dari surat kabar
masih balita sampai meninggal dunia. Kasus nasional kekerasan psikis merupakan
lainnya seorang balita ditemukan dalam kekerasan yang tidak memberikan bekas yang
kondisi memar di area mata, malnutrisi, darah nampak jelas bagi orang lain, sehingga pelaku
yang sudah mengering di sekitar mulut, dan sering tidak sadar telah melakukan tindakan
lebam di sekujur tubuh yang disebabkan kekerasan psikis. Wujud konkrit dari
kekerasan yang dilakukan sang ibu bersama kekerasan psikis antara lain penggunaan kata-
dengan pacar barunya. Ketika diwawancarai kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan,
oleh petugas kepolisian balita ini mengaku mempermalukan orang di depan umum, dan
bahwa ia memiliki nama “idiot”. Setelah melontarkan ancaman dengan kata-kata.
dilakukan proses penyelidikan ternyata sang Dampak kekerasan psikis terhadap
ibu memang sering memanggil anaknya perkembangan anak antara lain perasaan
dengan sebutan “idiot”, sehingga sang anak rendah diri, minder, perasaan kurang
mengira bahwa namanya adalah “idiot”. berharga, dan kurang mampu membuat
Secara umum kekerasan dapat keputusan. Anak yang terbiasa mendengarkan
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang kata-kata kasar atau mendapatkan label
dilakukan oleh individu kepada individu lain negatif, memiliki kecenderungan untuk
yang dapat mengakibatkan gangguan fisik melakukan hal yang sama kepada orang lain
maupun mental. Adapun pengertian anak seperti yang sering ia dengar atau dialami.
24 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 16 NO. 1, 2018 (22-31)

Anak sebagai individu yang masih 535 kasus (52%). Tempat kejadian pada anak
dibimbing dan memiliki ketergatungan yang di lingkungan sosial 385 kasus (54%),
sangat tinggi terhadap orangtua, anak lingkungan keluarga 193 kasus (27%), dan
dipandang sebagai individu yang lemah. lingkungan sekolah 121 kasus (17%).
Kondisi inilah yang menyebabkan orangtua Berdasarkan data yang didapat dapat
melampiaskan emosinya kepada anak secara disimpulkan masih banyak tindakan
berlebihan. Sebagai bentuk perlawanan kekerasan yang terjadi terhadap anak, baik
terhadap kekerasan yang dilakukan orangtua, verbal maupun non-verbal. Padahal sudah
anak menampilkan perilaku membangkang. jelas ditegaskan dalam Undang-Undang no.
Berdasarkan pemberitaan surat kabar 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
nasional yang dirangkum oleh Komisi pasal 4 disebutkan bahwa setiap anak berhak
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
terhitung sepanjang 2007-2009, dari tiga berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
kategori yang ditetapkan oleh KPAI yakni, harkat dan martabat kemanusiaan, serta
kekerasan fisik, kekerasan seksual dan mendapat perlindungan dari kekerasan dan
kekerasan psikis, kasus yang memiliki diskriminasi. (Keberadaan Undang-Undang
laporan tertinggi adalah kasus kekerasan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
psikis dengan total 2.094 kasus, diikuti oleh Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
kekerasan seksual berjumlah 1.858 kasus dan tentang Perlindungan Anak, hanya saja lebih
kekerasan fisik sebanyak 1.382 kasus. disorot untuk kekerasan seksual). Berdasarkan
Kasus kekerasan terhadap anak pada uraian masalah kekerasan terhadap anak,
tahun 2011 meningkat menjadi 78,5%. penulis tertarik untuk meneliti dampak
Selama tahun 2010 korban kasus kekerasan psikologis kekerasan tiga siswa SMP X.
anak sebanyak 481 orang, sedangkan di tahun Penulis tertarik untuk menemukan penyebab
2011 meningkat menjadi sebanyak 859 orang siswa mengalami kekerasan dan dampak
(Roffiudin, 2012). Menurut data Komnas psikologis kekerasan yang dialami siswa.
Perlindungan Anak (Komnas PA) yang Ketiga siswa mendapatkan kekerasan dari
dipaparkan dalam surat kabar nasional dari keluarga.
Januari-Juni 2013 tercatat ada 1.032 kasus Pengertian kekerasan dan kesehatan
kekerasan pada anak yang terdiri dari: mulai dibahas oleh WHO (dalam Efendi dan
kekerasan fisik 294 kasus (28%), kekerasan Makhfudli, 2009) kekerasan adalah
psikis 203 kasus (20%), kekerasan seksual penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
Dampak psikologis kasus kekerasan pada tiga siswa SMP “X” (Fidelis) 25

ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, korban menjadi tidak berani
perorangan atau sekelompok orang mengungkapkan pendapat, menjadi
(masyarakat). Kekerasan merupakan tindakan penurut, menjadi selalu beragantung
manusia yang merusak hubungan antara kepada oranglain dalam segala hal.
manusia itu sendiri yang terjadi akibat alam Akibat dari kekerasan ini adalah korban
sadar dan tidak sadar seseorang sudah menjadi sasaran dan selalu dalam
terganggu. Kekerasan juga memiliki arti keadaan yang tertekan atau bahkan takut.
sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh
individu atau organisasi (Liere, 2010). Menurut Noorkasiani, Heryati & Ismail
Menurut Purnianti dan Kolibonso (1999), (2007) gejala yang sering muncul pada
kekerasan yang ada di dalam keluarga terbagi korban kekerasan adalah:
kedalam tiga jenis tindakan kekerasan : a. Ketakutan muncul ketika membicarakan
a. Kekerasan fisik. Tindakan yang bertujuan kekerasan. Ketakutan muncul karena
melukai, menyiksa atau menganiaya korban sudah memiliki keyakinan akan
orang lain. Tindakan yang dilakukan membuat dirinya berada dalam situasi
biasanya seperti mendorong, menendang, yang lebih buruk.
memukul, menampar atau menculik. b. Perasaan tidak berdaya. Upaya para
Tindakan tersebut dilakukan dengan korban dalam mengendalikan,
menggunakan anggota tubuh pelaku menghindari, atau melarikan diri dari
(tangan dan kaki) atau dengan alat situasinya. Perasaan tidak berdaya akan
bantuan. Contoh kekerasan fisik lainnya muncul ketika upaya tersebut tidak
adalah pemerkosaan. berhasil dan tidak ada yang dapat
b. Kekerasan non-fisik. Tindakan yang dilakukan untuk mengubah keadaan.
bertujuan merendahkan citra atau c. Menyalahkan diri sendiri. Respon ini
kepercayaan diri seorang perempuan muncul ketika korban mendapatkan
dengan cara mencemooh, berkata kasar, tindakan ataupun ucapan dari pihak lain
menghina, mengancam atau memaksa yang seolah-olah membuat dirinya salah
perbuatan yang tidak disukai atau sehingga korban menanam nilai bahwa
dikehendaki. semua adalah salahnya.
c. Kekerasan psikologis atau jiwa. Tindakan d. Harga diri rendah. Perasaan berharga,
yang bertujuan mengganggu atau keyakinan diri, dan kepercayaan tentang
menekan emosi korban. Secara kejiwaan kemampuan diri sendiri biasanya
26 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 16 NO. 1, 2018 (22-31)

terganggu karena mendapatkan kekerasan penelitian ini dilakukan dengan konseli sesuai
dari orang yang seharusnya menyayangi, jadwal istirahat sekolah dan waktu pertemuan
menghormati, dan mencintai. selama 30 menit di ruang BK.
Variabel penelitan ini adalah dampak
METODE PENELITIAN psikologis kekerasan. Dampak psikologis
kekerasan adalah akibat-akibat psikologis
Penelitian ini dilakukan dengan memilih bagi siswa yang mengalami kekerasan dari
tiga siswa sebagai subjek penelitian. Penulis keluarga. Jenis penelitian yang digunakan
mendapatkan ketiga siswa berdasarkan adalah penelitian eksploratif kualitatif dengan
rekomendasi dari guru Bimbingan dan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data
Konseling kelas VIII. Guru BK dilakukan dengan teknik observasi dan
merekomendasikan ketiga siswa dengan wawancara yang dilakukan kepada siswa,
alasan banyaknya keluhan guru mengenai wali kelas, guru BK, dan guru piket. Teknik
pelanggaran dan penurunan nilai oleh ketiga analisis data dilakukan dengan cara
subjek penelitian. Penulis melakukan mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
wawancara singkat untuk memastikan latar dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
belakang masalah ketiga siswa. Hasil sehingga dapat ditemukan tema. Analisis data
wawancara menunjukkan bahwa ketiga siswa yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan
mengalami kekerasan dari keluarga. dengan tahapan: (1) reduksi data (data
Identitas ketiga subjek adalah sebagai reduction) pada penelitian ini dilakukan
berikut: subjek pertama bernama X berjenis dengan cara mengkoding data hasil
kelamin perempuan, kelas VIII, umur 13 wawancara berdasarkan susunan yang
tahun, alamat rumah di Komplek Keuangan. terdapat pada pedoman wawancara dan (2)
Subjek kedua bernama Y berjenis kelamin kesimpulan serta verifikasi dilakukan untuk
laki-laki, kelas VIII, umur 13 tahun, alamat mengetahui kelengkapan data yang telah
rumah di Komplek Barata Pahala. Subjek dikumpulkan.
ketiga bernama Z berjenis kelamin
perempuan, umur 13 Tahun, alamat rumah di HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Jalan Karyawan 3.
Penelitian dilakukan selama 12 bulan
Subjek X
dimulai dari Februari 2016 sampai dengan
Permasalahan yang dialami oleh X
Januari 2017. Pengumpulan data dalam
merupakan kekerasan yang dilakukan secara
Dampak psikologis kasus kekerasan pada tiga siswa SMP “X” (Fidelis) 27

individual oleh ibu kandungnya. Jenis yang tidak percaya kepada orang-orang yang
kekerasan yang sering diterima oleh X adalah ada di sekitarnya.
kekerasan verbal seperti memaki, menghina, Dampak psikologis yang dialami X
menuduh, dan sikap diskriminatif dari ibu. berupa pandangan negatif terhadap diri
Jenis kekerasan yang dialami X menurut sendiri ataupun orang di dekatnya. Dampak
Subhan (2001) dapat dikategorikan sebagai ini sejalan dengan teori Noorkasiani, Heryati
jenis kekerasan verbal. Jenis-jenis kekerasan & Ismail (2007). Teori tersebut menyatakan
yang diterima berupa sapaan atau ucapan dan bahwa korban yang mengalami kekerasan
yang muncul dari orang-orang sekitar. akan memiliki dampak pandangan yang
Sebagai contoh yang dialami oleh X negatif pada dirinya dan merasa segala hal
mendapatkan kata-kata makian seperti merupakan tanggung jawab dirinya. Tindakan
“bego”. Jenis kekerasan lain yang dialami itu seperti menyalahkan diri sendiri. Dampak
oleh X menurut WHO (Efendi & Makhfudli, psikologis lainnya adalah munculnya
2009) dapat dikategorikan sebagai kekerasan perasaan takut. Ketakutan yang dimiliki
fisik seperti dipukul dengan raket, diminta merupakan ketakutan yang berlebihan.
untuk berdiri hingga dini hari, didorong, dan Ketakutan yang dialami X terlihat ketika ia
dicubit. bercerita tentang pengalaman kekerasan yang
Kekerasan ini memiliki tujuan untuk dilakukan ibunya, ia khawatir jika ceriteranya
mengganggu atau menekan emosi korban kepada penulis diketahui oleh ibunya.
sehingga dampak yang muncul pada diri X Menurut Noorkasiani, Heryatu & Ismail
adalah tidak berani mengungkapkan pendapat, (2007) ketakutan muncul ketika berbicara
menjadi penurut atau takut melanggar tentang kekerasan dan memiliki keyakinan
perintah, merasa tertekan dan penakut tertentu. Keyakinan tersebut merupakan suatu
(Purnianti dan Kalibonso, 1999). Berdasarkan hal yang membuat dirinya berada pada situasi
pendapat Alvin (2000) dampak dari kekerasan yang buruk atau sama dengan yang dirasa.
seperti kecemasan yang terjadi pada diri
seseorang hingga tidak memiliki rasa percaya Subjek Y
terhadap orang sekelilingnya, individu bisa Jenis kekerasan yang dialami Y
meniru dan melakukan kekerasan tersebut merupakan kekerasan secara verbal dan non
baik secara tidak sadar maupun sadar. verbal yang dilakukan oleh ayah. Kekerasan
Dampak tersebut muncul dari ketiga subjek psikis yang diperoleh Y berupa makian,
tuduhan, hinaan, dan ancaman (Subhan,
28 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 16 NO. 1, 2018 (22-31)

2001). Jenis kekerasan fisik yang dialami Y Subjek Z


antara lain adalah diikat di pohon, ditampar, Kekerasan yang dialami Z beupa
dan dipukul. Jenis kekerasan ini menurut kekerasan verbal (Subhan, 2001) yang
WHO (Efendi & Makhfudli, 2009) dilakukan oleh ibu angkat berupa makian,
dikategorikan sebagai kekerasan fisik. sindiran, hinaan, dan tuduhan. Kekerasan
Dampak psikologis yang dimiliki subjek verbal yang diterima Z membuat Z kurang
Y berupa pandangan negatif terhadap diri berani mengungkapkan pendapat, merasa
sendiri ataupun orang di dekatnya. Dampak tertekan, dan percobaan bunuh diri. Selain itu,
ini sejalan dengan teori Noorkasiani, Heryati dampak psikologis yang dialami Z berupa
& Ismail, R (2007). Teori tersebut pandangan negatif terhadap diri sendiri
menyatakan bahwa korban yang mengalami terlihat dari percobaan bunuh diri yang
kekerasan akan memiliki dampak pandangan dilakukan Z. Dampak ini sejalan dengan teori
yang negatif pada dirinya dan merasa segala Noorkasiani, Heryati & Ismail, R (2007).
hal merupakan tanggung jawab dirinya. Teori tersebut menyatakan bahwa korban
Y memiliki reaksi yang berbeda dengan yang mengalami kekerasan akan memiliki
X dan Z. Y merespon pengalaman tidak dampak pandangan yang negatif pada dirinya.
menyenangkan dengan cara menghancurkan Bentuk perilaku berontak yang tidak
dirinya dengan menjelek-jelekkan dirinya di mampu ia lakukan kepada pelaku kekerasan,
depan para guru dan orangtua. Ia berani ia alihkan kepada diri sendiri dengan
melawan orang yang lebihtua, dan berani melakukan percobaan bunuh diri. Menurut
memutuskan untuk tidak mau sekolah. Irwanto (2002) dampak psikologis yang
kekerasan yang diterimanya membuat Y muncul pada perempuan korban kekerasan
menjadi seorang pemberontak. Respon Y yaitu harga diri rendah (minder), depresi,
yang memberontak dan kurang menghargai stress pasca trauma, bunuh diri,
dirinya sendiri disebabkan Y belum emmiliki penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan,
pengetahuan yang utuh mengenai kelebihan kecemasan, rasa malu dan rasa tertekan.
diri dan tujuan masa depannya. Ia belum
mengetahui bagaimana mengehargai diri KESIMPULAN DAN SARAN
sendiri dan mengembangkan potensi dan
mengatasi kelemahan diri. Kesimpulan
Pertama, dampak psikologis kekerasan
yang dialami oleh ketiga siswa antara lain:
Dampak psikologis kasus kekerasan pada tiga siswa SMP “X” (Fidelis) 29

individu tumbuh menjadi pribadi yang berontak dan melawan kekerasan yang
mengalami hambatan dalam bergaul, kurang dilakukan oleh pihak otoritas (orangtua
percaya diri, pemurung, dan kecenderungan angkat) membuatnya melampiaskan
kurang disiplin. Dampak lainnya adalah kemarahannya ke dalam diri sendiri dengan
ingatan mengenai kejadian yang telah dialami melakukan percobaan bunuh diri.
secara sadar dan tidak sadar yang pada
akhirnya mengganggu konsentrasi dan Saran
perhatian ketika belajar, menghindar dari Pertama, kepada guru bidang studi, wali
segala sesuatu yang berkaitan dengan kelas, serta guru bimbingan konseling dalam
pengalaman kekerasan yang dialami, dan memberikan penanganan yang tepat kepada
tidak percaya kepada orang lain untuk berbagi siswa yang mengalami dampak psikologis
masalah yang dialami. Dampak yang muncul kekerasan seperti yang telah dialami oleh
saat menceritakan kekerasan yang dialami ketiga subjek penelitian. Pendampingan yang
adalah menangis, tangan kaku, menunduk, diberikan dapat berupa melibatkan siswa ke
muka memucat, badan bergoyang, dan dalam berbagai aktivitas ekstrakulikuler untuk
mengecilkan volume suara. menggali dan mengembangkan potensi diri
Kedua, dampak kekerasan psikologis untuk menambah pemahaman mengenai
yang dialami Y, yang tidak dialami kedua kelebihan diri. Siswa juga dapat diberikan
subjek lainnya adalah rasa ingin tanggungjawab atau penugasan yang
memberontak, menentang peraturan, bersikap memungkinkan meningkatkan harga dirinya.
liar, dan menentang guru. Dampak lainnya Selain itu, siswa dapat menjalani proses
adalah menceritakan segala permasalahan konseling individual dengan pendampingan
dirinya dengan blak-blakan tanpa ada yang dari guru BK untuk mulai membentuk tujuan
ditutup-tutupi dan mengungkapkan segala masa depan dan belajar melakukan refleksi
emosi secara terbuka. Dampak yang muncul pribadi mengenai kelebihan, kelemahan,
saat menceritakan adalah menolak faktor pendukung, dan faktor yang kurang
pembahasan tentang kekerasan yang dialami mendukung di lingkungan sekitar agar
terlebih menyangkut masalah orangtua perilaku siswa mulai terarah pada pencapaian
dengan bahasa tubuh dan nafas yang tujuan masa depan.
dihembus panjang, dan tangan yang Kedua, para mahasiswa praktikan mata
dikepalkan. Dampak psikologis kekerasan kuliah Praktik Konseling Individual
yang dialami Z adalah perasaan tidak mampu hendaknya menangani dampak-dampak
30 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 16 NO. 1, 2018 (22-31)

psikologis kekerasan yang dialami siswa. Daymon, C. & Holloway, I. (2002). Metode
Kekerasan yang dialami siswa tidak hanya riset kualitatif dalam public relations
bersumber dari rumah namun juga dari & marketing communications.
lingkungan sekolah. Dampak kekerasan Yogyakarta: Bentang.
terhadap perkembangan siswa dapat
Departemen Kesehatan. (2007). Pedoman
berdampak buruk bagi perkembangan studi
rujukan kasus kekerasan terhadap
dan perkembangan psikologis siswa jika tidak
anak: bagi petugas kesehatan. Jakarta:
ditangani dengan tuntas.
Departemen Kesehatan.
Ketiga, kepada kepala sekolah SMP X,
hendaknya turut mendukung proses Detik.com. (18 Juli 2013). Komnas Anak:
pendampingan kepada siswa yang mengalami kasus kekerasan seksual pada anak
dampak psikologis kekerasan dari keluarga, meningkat pesat tahun ini. Diakses
misalnya dengan mengundang orangtua untuk pada 29 Februari 2016 dari
bekerjasama terhadap perkembangan optimal http://news.detik.com/read/2013/07/18
siswa, mengadakan seminar-seminar kepada /165714/2307281/komnas-anak-kasus-
orangtua mengenai bentuk-bentuk dan kekerasan-seksual-pada-anak-mening
dampak kekerasan terhadap anak. kat-pesat-tahun-ini.

DAFTAR PUSTAKA Efendi, F. & Makhfudli. (2009). Keperawatan


kesehatan komunitas: teori dan

Ali, M. & Asrori, M. (2004). Psikologi praktik dalam keperawatan. Jakarta:

remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Salemba Medika.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: Hamid, A.Y.S. (2008). Bunga rampai asuhan

suatu pendekatan praktik. Jakarta: keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:

Rineka Cipta EGC.

Arvin, B.K. (2000). Ilmu kesehatan anak. Hidayat, R.D. & Badrujaman, A. (2012).

Jakarta: EGC. Penelitian tindakan dalam bimbingan


dan konseling. Jakarta: PT. Indeks.

Irwanto. (2002). Psikologi umum. Jakarta:


Gramedia.
Dampak psikologis kasus kekerasan pada tiga siswa SMP “X” (Fidelis) 31

Kompasiana.com. (7 Juli 2013). Kekerasan Santrock, J. (2008). Psikologi pendidikan


psikis yang dialami anak di dalam (Edisi ke-2). Jakarta: Kencana Prenada
dunia pendidikan. Diakses pada 29 Media Group.
Februari 2016 dari http://edukasi
Semiawan, C.R. (2010). Metode penelitian
.kompasiana.com/2013/07/07/kekeras
kualitatif. Jakarta: Grasindo.
an-psikis-yg-dialamianak-di-dalam-
dunia-pendidikan-548644.html. Slavin, R.E. (2008). Psikologi pendidikan,
jilid 1 (ed. 8). Jakarta: Indeks.
Liere, L.V. (2010). Memutus rantai
kekerasan. Jakarta: Gunung Mulia. Soekanto, S. (2007). Sosiologi suatu
pengantar. Jakarta: Grasindo.
Moleong, L.J. (1991). Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung: Remaja Sugiyono. (2008). Metode penelitian
Rosdakarya. pendidikan: pendekatan kualitatif,
kuantitatif dan R&D. Bandung:
Murdiyatmoko, J. (2007). Sosiologi:
Alfabeta.
memahami dan mengkaji masyarakat.
Bandung: Grafindo. Suryabrata , S. (1982). Metodologi penelitian.
Jakarta: Rajawali.
Murijinem, M. (2009). Mengembangkan
perilaku disiplin melaksanakan tata UNICEF. (2007). Menghapus kekerasan
tertib melalui pendekatan terhadap anak. Jakarta: UNICEF
behavioristik. Jakarta: Atma Jaya.
Videbeck, S.L. (2001). Buku ajar
Noorkasiani, Heryati & Ismail, R. (2007). keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Sosiologi keperawatan. Jakarta: Mitra
Keluarga Wade, C. & Tauris, C. (2007). Psikologi,
jilid 1 (ed. 9). Jakarta: Erlangga.
Purnianti & Kalibonso, R.S. (1999).
Informasi masalah kekerasan dalam
keluarga. Jakarta: Mitra Keluarga.

Anda mungkin juga menyukai