Anda di halaman 1dari 13

HOME CARE PADA LANSIA KLINIK MAWAR

DOSEN PENGANPU

Nur Miladiyah, M.Kep

Disusun oleh:

1. Erika Suryani (0432950318019)


2. Fahma Indah Iswara (0432950318020)
3. Kholilah (0432950318027)
4. Lala Nabila SR (0432950318029)
5. Mia Ani Mahara (0432950318031)
6. Mutia Alfiah (0432950318035)
7. Resty Yuli Oktavia (0432950318043)
8. Refian Nur Hermawan (0432950318040)

LEMBAGA KERJASAMA DAN BISNIS STIKES BANI SALEH

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT., karena atas
berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan proposal bisnis keperawatan lansia.
Proposal ini disusun sebagai salah satu pelengkap tugas untuk mata kuliah
keperawatan home care.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan proposal bisnis ini. Semoga proposal bisnis ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis maupun para pembaca.

Bekasi,Mei 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan di rumah untuk usia lanjut adalah suatu upaya pelayanan kesehatan

secara menyeluruh (baik segi promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi) untuk

pasien usia lanjut yang dilakukan oleh tenaga medik/paramedik di rumah

pasien, dengan keterlibatan anggota keluarga lain yang tinggal di rumah.

Perawatan di rumah sebenarnya bukan monopoli pasien berusia lanjut, namun

data di luar negeri menunjukkan dari seluruh upaya perawatan di rumah yang

diberikan oleh tenaga kesehatan profesional, 85%nya dilakukan terhadap

pasien-pasien berusia lanjut. Perawatan di rumah secara prinsip dapat

dilakukan oleh siapa saja, mulai dari tenaga kesehatan profesional (dokter,

perawat, fisioterapis, ahli gizi, care-giver, hingga pekerja sosial). Yang

penting adalah bahwa untuk melakukan perawatan usia lanjut di rumah

siapapun harus dibekali prinsip-prinsip pelayanan kesehatan bagi usia lanjut

yang bersifat paripurna dan interdisiplin. Pasien usia muda yang mengalami

perawatan di rumah sakit (akibat suatu penyakit yang seringkali akut)

umumnya kemudian akan pulih sepenuhnya dengan cepat tanpa perlu bantuan

tambahan. Hal tersebut sering tidak terjadi pada pasien berusia lanjut. Pasca

perawatan di rumah sakit, walaupun penyakit akutnya sudah teratasi,

seringkali pada proses pemulihan masih membutuhkan bantuan dan

pendampingan sebelum sepenuhnya kembali ke kondisi semula. Pada

beberapa kasus bahkan proses pemulihan ini berjalan sedemikian lambat dan
berhenti pada tahap tertentu sehingga sebagian atau seluruh aktivitasnya perlu

dibantu, serta perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk membantu proses

pemulihan agar pasien sedapat mungkin kembali ke kondisi semula sebelum

sakit.

B. Tujuan

Home care ini untuk memudahkan para lansia dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan juga bersama-sama membangun kehidupan yang sehat guna
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

C. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi pelayanan keperawatan mandiri lansia yang terbaik di

tingkat nasional.

b. Misi

1. Menberikan pelayanan yang komperhensif dan holistic dalam

pemberian asuhan keperawatan bidang keperawatan lansia

2. Melaksanakan peran perawat yang berintegritas untuk

membangun kesadaran akan memandirikan masyarakat dalam

dalam mencapai pola hidup sehat

3. Memberikan alternative pilihan dalam pemenuhan nutrisi yang

baik bagi lansia

D. Motto

“Memberikan yang terbaik”

E. Dasar Hukum
Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu
pelayanan yang diberikan, maka berbagai pendekatan perlu dilaksanakan,
salah satunya adanya hukum dan perundang-undangan, antara lain ;
1. UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo
2. UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
3. Surat keputusan mentri kesehatan nomor 134 tahun 1990 tentang
pembentukan tim kerja geriatric
4. UU Kes.No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

F. Data Karyawan

No Nama Jenis kelamin Jabatan

1. Ns. Kholilah S. Kep P Direktur

2. Ns. Erika Suryani S. Kep P Sekertaris

3. Ns. Fahma Indah S. Kep P Bendahara

4. Ns.Refian Nur Heriawan S. Kep L Marketing dan


promotion
5. Ns.Mia Ani Mahara S. Kep P Perawat pelaksana

6. Ns.Lala Nabila S. Kep P Perawat pelaksana

7. Ns.Resti Yuli Oktavia S. Kep P Perawat pelaksana

8. Ns.Mutia Alfiah S. Kep p Perawat pelaksana


BAB II

PENCEGAHAN RESIKO JATUH PADA LANSIA

Definisi Resiko Jatuh

Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh


denganatau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/tidak direncanakan,
dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpamencederai dirinya (Stanley, 2006).
Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai
yang licin). Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya
disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat
cidera.
 Faktor-faktor Risiko Jatuh

Faktor-faktor risiko jatuh dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.

1. Faktor intrinsik atau faktor fisiologis terdiri dari riwayat jatuh, fungsi kognitif,
usia atau jenis kelamin, mobilitas atau pergerakan, eliminasi, dan obat-obatan.
Faktor ekstrinsik atau faktor lingkungan terdiri dari staffing, lantai yang licin,
pencahayaan yang redup, penghalang tempat tidur, dan pengaturan ruangan
(National Database of Nursing Quality Indicators, 2011). Faktor Intrinsik Faktor
intrinsik adalah faktor yang berasal dari diri individu itu sendri (host). Faktor
intrinsik yang dapat mengakibatkan risiko jatuh seperti usia diatas 65 tahun dan
usia dibawah 2 tahun, keadaan fisiologi (anemia, artritis, penurunan kekuatan
ekstremitas bawah, diare, masalah pada kaki, gangguan pada sikap tubuh,
gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, hambatan mobilitas fisik,
neoplasma, neuropati, hipotensi ortostatik, kondisi pascabedah, perubahan gula
darah postprandial, penyakit akut, defisit propriosepsi, gangguan tidur, urgensi
atau inkontinensia, penyakit vaskular, dan gangguan penglihatan), kognitif
(perubahan status mental misalnya: konfusi, delirium, demensia dan gangguan
realitas), medikasi (agens antiansietas, antihipertensi, diuretik, hipnotik dan
antidepresan) (Wilkinson, 2011).
2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan faktor lingkungan dan memiliki risiko terhadap


kejadian jatuh sebesar 31% (Shobha 2005, dalam Maryam, 2009). Lingkungan
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan dan berkontraksi pada
risiko jatuh, kejadian jatuh didalam ruangan lebih sering terjadi dikamar tidur dan
toilet. Lingkungan yang tidak aman dapat dilihat pada lingkungan luar rumah,
ruang tamu, kamar tidur, toilet, dan tangga atau lorong (Oliver 2004, dalam
Budiono 2013). Lingkungan yang tidak aman pada area luar seperti kondisi lantai
yang retak, jalan depan rumah sempit, pencahayaan yang kurang, kondisi teras
atau halaman, bahaya lingkungan pada area ruang tamu adalah kurangnya
pencahayaan, area yang sempit untuk berjalan, kaki kursi yang miring dan tinggi
kursi yang tidak sesuai dengan tinggi kaki dan sandaran lengan pada kursi tidak
kuat. Kamar tidur berbahaya dapat dilihat dari kondisi lantai, tinggi tempat tidur,
seprai yang tergerai dilantai, penempatan barang dan perabotan yang mudah
dijangkau, pencahayaan yang redup, dan luas area kamar untuk berjalan. Kamar
mandi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan atau risiko jatuh diantaranya
pencahayaan kurang, kondisi lantai licin, posisi bak dan toilet tidak aman, dan
peletakkan alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia. Lingkungan area
tangga dan lorong dapat dilihat dari kondisi lantai, pencahayaan, peganggan, lis
tangga, dan lebar tangga (Barnet, 2008).

Pencegahan Risiko Jatuh

Pelaksanaan pencegahan risiko jatuh adalah serangkaian tindakan yang


merupakan acuan dalam penerapan langkah-langkah untuk mempertahankan
keselamatan pasien yang berisiko jatuh (Wilkinson, 2011).

Menurut Sutoto dalam KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2013) contoh
langkah pencegahan pasien jatuh adalah: anjurkan pasien untuk meminta bantuan
yang diperlukan, anjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang anti slip, pastikan
bahwa jalur ke toilet bebas dari hambatan dan terang, pastikan lorong bebas
hambatan, tempatkan alat bantu seperti tongkat/walker dalam jangkauan pasien,
pasang penghalang tempat tidur, evaluasi tinggi tempat tidur, amati lingkungan
yang dianggap berpotensi tidak aman dan segera laporkan, jangan biarkan pasien
yang berisiko jatuh tanpa pengawasan, saat pasien dibawa menggunakan
brandcard/tempat tidur posisi bedside dalam keadaan terpasang, informasikan dan
didik pasien serta keluarga mengenai perawatan untuk mencegah terjadinya risiko
jatuh. Intervensi yang tepat sangat dibutuhkan dalam pencegahan pasien jatuh
dirumah sakit (Setiowati, 2008).

Intervensi risiko jatuh rendah

Menjaga lingkungan unit perawatan tetap aman: (a) membuang kelebihan


peralatan perlengkapan atau furniture dari kamar dan lorong; (b) menjauhkan dan
mengamankan kelebihan kabel listrik dan telepon; (c) bersihkan semua tumpahan
di kamar pasien atau di lorong segera; (d) tempatkan tanda untuk menunjukkan
bahaya lantai basah.

Ikuti intervensi keselamatan berikut:

a) Mengorientasikan pasien dengan lingkungan sekitar , termasuk


lokasikamar mandi, penggunaan alarm panggilan;
b) menjaga tempat tidur dalam posisi terendah selama penggunaan kecuali
tidak praktis (ketika melakukan prosedur pada pasien);
c) memasang dua sisi pengaman tempat tidur pasien;
d) kunci roda tempat tidur, tandu, & kursi roda;
e) menghindari hambatan akses menuju ke toilet;
f) tempatkan alarm panggilan dan benda yang sering dibutuhkan pasien ke
tempat yg dapat di jangkau pasien;
g) respon segera jika terdengar alarm panggilan;
h) ajarkan pasien atau keluarga untuk meminta bantuan yang diperlukan;
i) gunakan alas kaki non slip.

Intervensi risiko jatuh sedang

Intervensi yang dilakukan untuk menjaga lingkungan unit aman:

a) membuang kelebihan peralatan atau perlengkapan atau furniture dari


kamar dan lorong;
b) menjauhkan dan mengamankan kelebihan kabel listrik dan telepon atau
kabel;
c) membersihkan semua tumpahan di kamar pasien atau di lorong segera;
d) tempatkan tanda untuk menunjukkan bahaya lantai basah.Sistem
penandaan Institute:
e) pasang gelang atau stiker risiko jatuh pasien
f) pasang stiker segitiga risiko jatuh berwarna kuning pada pintu atau tempat
tidur pasien

Intervensi risiko jatuh tinggi

Intervensi yang dilakukan untuk menjaga lingkungan unit aman:

a) Membuang kelebihan peralatan atau perlengkapan atau furniture dari kamar


dan lorong;
b) menjauhkan dan mengamankan kelebihan kabel listrik dan telepon;
c) membersihkan semua tumpahan di kamar pasien atau di lorong segera.
Sistem penandaan Institute:
1. pasang gelang dan stiker risiko jatuh pasien;
2. pasang stiker segitiga risiko jatuh berwarna merah pada pintu atau
tempat tidur pasien. Ikuti intervensi risiko jatuh rendah dan sedang
ditambah: (a) Tetap dengan pasien saat pasienke toilet; (b) Mengamati
pasien 60 menit; (c) Ketika pasien membutuhkan mobilisasi harus
dengan bantuan dari staf atau pemberi perawatan terlatih; (d)
Pertimbangkan prosedur samping tempat tidur. Lakukan evaluasi dan
jika diperlukan lakukan tindakan pencegahan ketat berikut: (a)
memindahkan pasien ke kamar dengan akses visual terbaik ke ruang
perawat; (b) aktifkan alarm tempat tidur atau kursi; (c) pemantauan
dengan perbandingan perawat 1:1 (d) lakukan restrain fisik jika
dibutuhkan.
KASUS

Seorang laki-laki berumur 60 tahun memiliki riwata penyakit stroke dan pernah jatuh 2
bulan terakhir. keluarga meminta perawat home care untuk merawatnya di rumah,
keluarga menginformasikan bahwa pasien menggunakan tongkat untuk berjalan
karena tidak terlalu kuat jika berjalan tanpa tongkat dan pasien berjalan dengan
perlahan.

PENGKAJIAN RISIKO JATUH

FAKTOR RISIKO SKALA      POIN        SKOR


riwayat jatuh ya 25
25
tidak 0
   diagnosis ya 15
sekunder (≥ 2 15
tidak 0
diagnosis medis)
alat bantu Berpegangan pada
30
perabot
tongkat/alat penopang 15 15
tidak ada/kursi
0
roda/perawat/tirah baring
terpasang infus ya 20
0
tidak 0
gaya berjalan
terganggu 20
lemah 10 10
normal/tirah
0
baring/imobilisasi
status mental   sering lupa akan
keterbatasan yang 15
dimiliki 0
sadar akan kemampuan
0
diri sendiri
Total 65
 

Kategori:
Risiko tinggi           =  ≥ 45
Risiko sedang        =  25 – 44
Risiko rendah        =  0 – 24
1. Cara melakukan scoring
a. Riwayat jatuh:
 Skor 25 bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada
riwayat jatuh fisiologis karena kejang atau gangguan gaya berjalan
menjelang rawat.
 Skor 0 bila tidakpernah jatuh
 Catatan: bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 25
b. Diagnosis sekunder
 Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien
 Skor 0 jika tidak
c. Bantuan berjalan:
 Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat batu/ dibantu, menggunakan kursi
roda, atau tirah baring dan tidakdapat bangkit dari tempat tidur sama sekali
 Skor 15 jika pasien menggunakan kruk, tongkat, atau walker
 Skor 30 jika pasien berjalan mencengkram furniture untuk topangan
d. Menggunakan infuse:
 Skor 20 jika pasien diinfus
 Skor 0 jika tidak
e. Gaya berjalan/ transfer:
 Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan cirri berjalan dengan kepala
tegak, lengan terayun bebas di samping tubuh, dan melangkah tanpa
ragu-ragu.
 Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuk tapi dapat mengangkat
kepala saat berjalan tanpa kehilangan keseimbangan. Langkah pendek-
pendek dan mungkin diseret.
 Skor 30 jika gaya berjalan terganggu, pasien mengalami kesulitan
bangkit dari kursi, berupaya bangun dengan mendorong lengan kursi
atau dengan melambung (menggunakan beberapa kali upaya bangkit).
Kepala tertunduk, melihat ke bawah. Karena keseimbangan pasien
buruk, beliau menggenggam furniture,orang, atau alat bantu jalan dan
tidak dapat berjalan tanpa bantuan.
f. Status mental
 Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya normal.
Tanyakan pada pasien,”Apakah Bapak dapat pergi ke kamar mandi
sendiri atau perlu bantuan?”jika jawaban pasien menilai dirinya
konsisten dengan kemampuan ambulasi, pasien dinilai normal.

2. TINGKAT RISIKO DITENTUKAN SEBAGAI BERIKUT

Tingkat Risiko Skor MFS Tindakan


Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan yang baik
RisikoRendah 25 - 50 Lakukan intervensi jatuh standar
Risiko Tinggi >51 Lakukan intervensi jatuh resiko tinggi

Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian dapat dijadikan dasar
pemberian rekomendasi kepada dokter untuk tatalaksana lebih lanjut.
Perawat memasang gelang risiko berwarna KUNING di pergelangan tangan
pasien dan mengedukasi pasien dan atau keluarga maksud pemasangan gelang
tersebut.

STANDAR RESIKO RENDAH (Skor 7-11)


1.       orientasi ruangan
2.       posisi tempat tidur rendah dan ada remnya
3.       ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengaman
mempunyai luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau
bagian lain terjepit
4.       menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan
5.       nilai kemampuan untuk ke kamar mandi & bantu bila dibutuhkan
6.       akses untuk  menghubungi petugas kesehatan mudah dijangkau, jelaskan
kepada pasien fungsi alat tersebut
7.       lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung resiko
8.       penerangan lampu harus cukup
9.       penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia
10.   dokumen pencegahan pasien jatuh ini harus berada pada tempatnya

STANDAR RESIKO TINGGI (Skor > 12)


1.       Pakailah gelang resiko jatuh berwarna kuning
2.       Terdapat tanda peringatan pasien resiko jatuh
3.       Penjelasan pada pasien atau keluarga tentang protokol pencegahan pasien
jatuh
4.       Cek pasien minimal setiap satu jam
5.       Temani pasien pada saat mobilisasi
6.       libatkan keluarga pasien
7.       Evaluasi terapi sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan
keluar ruangan.
8.   Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
9.   Biarkan pintu terbuka setiap saat
10.   Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah

Anda mungkin juga menyukai