DOSEN PENGANPU
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT., karena atas
berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan proposal bisnis keperawatan lansia.
Proposal ini disusun sebagai salah satu pelengkap tugas untuk mata kuliah
keperawatan home care.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan proposal bisnis ini. Semoga proposal bisnis ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis maupun para pembaca.
Bekasi,Mei 2021
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan di rumah untuk usia lanjut adalah suatu upaya pelayanan kesehatan
secara menyeluruh (baik segi promosi, prevensi, kurasi, dan rehabilitasi) untuk
data di luar negeri menunjukkan dari seluruh upaya perawatan di rumah yang
dilakukan oleh siapa saja, mulai dari tenaga kesehatan profesional (dokter,
yang bersifat paripurna dan interdisiplin. Pasien usia muda yang mengalami
umumnya kemudian akan pulih sepenuhnya dengan cepat tanpa perlu bantuan
tambahan. Hal tersebut sering tidak terjadi pada pasien berusia lanjut. Pasca
beberapa kasus bahkan proses pemulihan ini berjalan sedemikian lambat dan
berhenti pada tahap tertentu sehingga sebagian atau seluruh aktivitasnya perlu
sakit.
B. Tujuan
Home care ini untuk memudahkan para lansia dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan juga bersama-sama membangun kehidupan yang sehat guna
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
a. Visi
tingkat nasional.
b. Misi
D. Motto
E. Dasar Hukum
Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu
pelayanan yang diberikan, maka berbagai pendekatan perlu dilaksanakan,
salah satunya adanya hukum dan perundang-undangan, antara lain ;
1. UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo
2. UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
3. Surat keputusan mentri kesehatan nomor 134 tahun 1990 tentang
pembentukan tim kerja geriatric
4. UU Kes.No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
F. Data Karyawan
Faktor-faktor risiko jatuh dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
1. Faktor intrinsik atau faktor fisiologis terdiri dari riwayat jatuh, fungsi kognitif,
usia atau jenis kelamin, mobilitas atau pergerakan, eliminasi, dan obat-obatan.
Faktor ekstrinsik atau faktor lingkungan terdiri dari staffing, lantai yang licin,
pencahayaan yang redup, penghalang tempat tidur, dan pengaturan ruangan
(National Database of Nursing Quality Indicators, 2011). Faktor Intrinsik Faktor
intrinsik adalah faktor yang berasal dari diri individu itu sendri (host). Faktor
intrinsik yang dapat mengakibatkan risiko jatuh seperti usia diatas 65 tahun dan
usia dibawah 2 tahun, keadaan fisiologi (anemia, artritis, penurunan kekuatan
ekstremitas bawah, diare, masalah pada kaki, gangguan pada sikap tubuh,
gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, hambatan mobilitas fisik,
neoplasma, neuropati, hipotensi ortostatik, kondisi pascabedah, perubahan gula
darah postprandial, penyakit akut, defisit propriosepsi, gangguan tidur, urgensi
atau inkontinensia, penyakit vaskular, dan gangguan penglihatan), kognitif
(perubahan status mental misalnya: konfusi, delirium, demensia dan gangguan
realitas), medikasi (agens antiansietas, antihipertensi, diuretik, hipnotik dan
antidepresan) (Wilkinson, 2011).
2. Faktor Ekstrinsik
Menurut Sutoto dalam KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2013) contoh
langkah pencegahan pasien jatuh adalah: anjurkan pasien untuk meminta bantuan
yang diperlukan, anjurkan pasien untuk memakai alas kaki yang anti slip, pastikan
bahwa jalur ke toilet bebas dari hambatan dan terang, pastikan lorong bebas
hambatan, tempatkan alat bantu seperti tongkat/walker dalam jangkauan pasien,
pasang penghalang tempat tidur, evaluasi tinggi tempat tidur, amati lingkungan
yang dianggap berpotensi tidak aman dan segera laporkan, jangan biarkan pasien
yang berisiko jatuh tanpa pengawasan, saat pasien dibawa menggunakan
brandcard/tempat tidur posisi bedside dalam keadaan terpasang, informasikan dan
didik pasien serta keluarga mengenai perawatan untuk mencegah terjadinya risiko
jatuh. Intervensi yang tepat sangat dibutuhkan dalam pencegahan pasien jatuh
dirumah sakit (Setiowati, 2008).
Seorang laki-laki berumur 60 tahun memiliki riwata penyakit stroke dan pernah jatuh 2
bulan terakhir. keluarga meminta perawat home care untuk merawatnya di rumah,
keluarga menginformasikan bahwa pasien menggunakan tongkat untuk berjalan
karena tidak terlalu kuat jika berjalan tanpa tongkat dan pasien berjalan dengan
perlahan.
Kategori:
Risiko tinggi = ≥ 45
Risiko sedang = 25 – 44
Risiko rendah = 0 – 24
1. Cara melakukan scoring
a. Riwayat jatuh:
Skor 25 bila pasien pernah jatuh sebelum perawatan saat ini, atau jika ada
riwayat jatuh fisiologis karena kejang atau gangguan gaya berjalan
menjelang rawat.
Skor 0 bila tidakpernah jatuh
Catatan: bila pasien jatuh untuk pertama kali, skor langsung 25
b. Diagnosis sekunder
Skor 15 jika diagnosis medis lebih dari satu dalam status pasien
Skor 0 jika tidak
c. Bantuan berjalan:
Skor 0 jika pasien berjalan tanpa alat batu/ dibantu, menggunakan kursi
roda, atau tirah baring dan tidakdapat bangkit dari tempat tidur sama sekali
Skor 15 jika pasien menggunakan kruk, tongkat, atau walker
Skor 30 jika pasien berjalan mencengkram furniture untuk topangan
d. Menggunakan infuse:
Skor 20 jika pasien diinfus
Skor 0 jika tidak
e. Gaya berjalan/ transfer:
Skor 0 jika gaya berjalan normal dengan cirri berjalan dengan kepala
tegak, lengan terayun bebas di samping tubuh, dan melangkah tanpa
ragu-ragu.
Skor 10 jika gaya berjalan lemah, membungkuk tapi dapat mengangkat
kepala saat berjalan tanpa kehilangan keseimbangan. Langkah pendek-
pendek dan mungkin diseret.
Skor 30 jika gaya berjalan terganggu, pasien mengalami kesulitan
bangkit dari kursi, berupaya bangun dengan mendorong lengan kursi
atau dengan melambung (menggunakan beberapa kali upaya bangkit).
Kepala tertunduk, melihat ke bawah. Karena keseimbangan pasien
buruk, beliau menggenggam furniture,orang, atau alat bantu jalan dan
tidak dapat berjalan tanpa bantuan.
f. Status mental
Skor 0 jika penilaian diri terhadap kemampuan berjalannya normal.
Tanyakan pada pasien,”Apakah Bapak dapat pergi ke kamar mandi
sendiri atau perlu bantuan?”jika jawaban pasien menilai dirinya
konsisten dengan kemampuan ambulasi, pasien dinilai normal.
Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian dapat dijadikan dasar
pemberian rekomendasi kepada dokter untuk tatalaksana lebih lanjut.
Perawat memasang gelang risiko berwarna KUNING di pergelangan tangan
pasien dan mengedukasi pasien dan atau keluarga maksud pemasangan gelang
tersebut.