Anda di halaman 1dari 6

OBESITAS

Tugas Kelompok

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Transkultural

Dosen Pengampu Retno Ardanari A, S.Kep.Ns.,M.Ked.Trop

Kelompok 20

Anggota: Ardiansa Nimas Putri P. (201703005)

Upik Dyan Palupi (201703074)

Yulia Dwi Alvionita (201703079)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA PARE
Tahun Akademik 2017/2018
A. PENGERTIAN
Obesitas adalah masalah medis kronis (jangka panjang) yang memiliki terlalu banyak lemak
tubuh. Penyedia layanan kesehatan mendiagnosa obesitas menggunakan nomor yang disebut
indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh Anda dihitung dari ketinggian Anda saat ini dan
berat badan Anda. Bagi kebanyakan orang, semakin tinggi indeks massa tubuh mereka,
semakin banyak lemak tubuh yang mereka miliki. Beberapa binaragawan dan atlet memiliki
indeks massa tubuh yang tinggi, tetapi mereka memiliki massa otot lebih dari rata-rata dan
tidak dianggap sebagai obesitas.
Obesitas dapat terjadi ketika kita sering mengonsumsi makanan berkalori tinggi. Sebenarnya
mengonsumsi makanan berkalori tinggi tidak selalu menjadi masalah asalkan sesuai dengan
aktivitas yang dilakukan tiap harinya. Namun, jika kita lebih banyak menghabiskan waktu
dengan duduk dan tidak diimbangi oleh aktif berolahraga, maka sisa energi dari hasil
pembakaran kalori tersebut akan disimpan di tubuh dalam bentuk lemak. Lambat laun,
penumpukan lemak tersebut akan bertambah dan membuat tubuh terlihat membesar alias
gemuk. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) pada tahun 2008, sekitar 4,8 persen dari total penduduk Indonesia
mengalami obesitas. Diperkirakan, kondisi ini dialami oleh 6,9 persen pria dan 2,6 persen
wanita dari seluruh jumlah penduduk.

B. PENYEBAB
Pada individu perindividu, kombinasi antara kelebihan asupan energi makanan dan
kurangnya aktivitas fisik dapat menjelaskan sebagian besar kasus kegemukan. Sejumlah kecil
kasus umumnya disebabkan oleh faktor genetik, alasan medis, atau penyakit kejiwaan.
Sebaliknya pada masyarakat, laju kegemukan yang meningkat mungkin disebabkan karena
mudahnya mendapatkan makanan dan banyaknya makanan yang enak,meningkatnya
ketergantungan pada mobil, dan meningkatnya penggunaan mesin.
Berikut penyebab obesitas :
1. Pola makan
Rerata konsumsi energi per kapita dunia dari tahun 1961 hingga tahun 2002.Persediaan
energi makanan per kapita sangat bervariasi antara wilayah dan negara yang berbeda. Hal
ini pun berubah secara signifikan sejalan dengan waktu. Dari awal 1970an sampai akhir
1990an rerata kalori yang tersedia per orang per hari (jumlah makanan yang dibeli)
mengalami kenaikan di berbagai tempat di dunia kecuali di Eropa Timur. Amerika Serikat
mencapai ketersediaan tertinggi yaitu 3,654 kalori per orang pada 1996. Total konsumsi
kalori telah terbukti berhubungan dengan kegemukan.
Dalam kurun waktu yang sama, peningkatan juga terjadi pada rerata jumlah energi
makanan yang dikonsumsi. Sebagian besar kelebihan energi makanan ini berasal dari
meningkatnya konsumsi karbohidrat dan bukan dari konsumsi lemak. Sumber utama
karbohidrat berlebih ini berasal dari minuman manis, yang saat ini mencapai hampir 25
persen energi makanan harian dewasa muda di Amerika, dan keripik kentang. Konsumsi
minuman manis dipercaya sebagai penyumbang naiknya angka kegemukan.
2. Gaya Hidup
Gaya hidup kurang bergerak mempunyai peran yang penting dalam terjadinya kegemukan.
Di seluruh dunia terjadi kecenderungan pergeseran pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik
yang lebih sedikit, dan saat ini setidaknya 60% populasi dunia tidak melakukan olahraga
yang cukup. Hal ini terutama disebabkan oleh bertambahnya penggunaan transportasi
mekanik dan bertambahnya teknologi hemat tenaga fisik yang ada di rumah. Organisasi
Kesehatan Dunia menyatakan bahwa orang di seluruh dunia kurang mencari kegiatan
rekreasi yang melibatkan aktivitas fisik, sementara studi di Finlandia memperlihatkan
adanya peningkatan dan studi di Amerika Serikat menunjukkan tidak adanya perubahan
signifikan dari kegiatan rekreasi yang melibatkan aktivitas fisik.
Suatu kajian menemukan bahwa 63 dari 73 penelitian (86%) menunjukkan adanya
peningkatan angka kegemukan anak seiring dengan meningkatnya paparan media, dengan
angka yang meningkat secara proporsional terhadap waktu yang dihabiskan untuk
menonton televisi.
3. Genetika
Seperti sejumlah kondisi medis lainnya, kegemukan merupakan hasil perpaduan antara
faktor genetik dan faktor lingkungan.Polimorfisme pada berbagai gen yang mengontrol
nafsu makan dan metabolisme merupakan predisposisi terjadinya kegemukan apabila
terdapat energi makanan yang cukup. Seseorang yang memiliki dua rangkap gen FTO (gen
yang berhubungan dengan massa lemak dan kegemukan) telah ditemukan rata-rata
mempunyai berat lebih banyak 3–4 kg dan berisiko mengalami kegemukan 1,67- kali lebih
besar dibandingkan seseorang yang tanpa risiko alel.
Studi yang berfokus pada pola keturunan dibandingkan gen spesifik telah menemukan
bahwa 80% keturunan dari dua orang tua yang kegemukan juga mengalami kegemukan
orang tua yang kegemukan, sangat kontras dengan hanya kurang dari 10% keturunan dari
dua orang tua dengan berat badan normal.
4. Penyakit Lain
Penyakit fisik dan mental tertentu dan obat-obatan yang digunakan untuk menanganinya
dapat meningkatkan risiko kegemukan. Penyakit medis yang dapat meningkatkan risiko
kegemukan mencakup beberapa sindrom genetik yang langka (diuraikan di atas) dan juga
beberapa kelainan atau kondisi bawaan: hipotiroidisme, Sindrom Cushing, defisiensi
hormon pertumbuhan, dan gangguan makan: gangguan makan berupa ngemil berlebihan
dan sindrom makan malam hari. Risiko kelebihan berat badan dan kegemukan lebih tinggi
pada pasien dengan kelainan psikiatrik dibandingkan dengan seseorang tanpa kelainan
psikiatrik.
5. Determinan Sosial
Walaupun pengaruh genetik penting untuk pemahaman tentang kegemukan, namun tidak
dapat menjelaskan mengapa terjadi lonjakan dramatis di negera-negara tertentu maupun
secara global. Meskipun dapat diterima bahwa konsumsi energi yang melebihi kebutuhan
energi menyebabkan terjadinya kegemukan pada tingkat individu, penyebab pergeseran
kedua faktor ini pada tingkat masyarakat masih diperdebatkan. Terdapat sejumlah teori
tentang penyebabnya tetapi sebagian besar percaya bahwa hal ini disebabkan oleh
kombinasi berbagai faktor.
Di negara belum maju kemampuan untuk membeli makanan, kebutuhan energi tinggi
karena pekerjaan fisis, dan nilai budaya yang menyukai badan berukuran besar, dipercaya
memberikan kontribusi pada pola yang terlihat. Sikap seseorang terhadap massa tubuhnya
juga memainkan peran yang penting dalam terjadinya kegemukan.
Merokok memberikan efek nyata pada berat badan seseorang. Mereka yang berhenti
merokok mengalami kenaikan berat badan rata-rata 4,4 kilogram (9,7 pon) untuk laki-laki
dan 5,0 kilogram (11,0 pon) untuk perempuan selama sepuluh tahun. Meskipun demikian,
perubahan tingkat merokok hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap angka
kegemukan secara keseluruhan.
Konsisten dengan data epidemiologis kognitif, sejumlah penelitian menegaskan bahwa
kegemukan berhubungan dengan defisit kognitif. Apakah kegemukan menyebabkan defisit
kognitif atau sebaliknya, saat ini masih belum jelas.
6. Agensi Fisik
Pengaruh agen infeksi terhadap metabolisme masih dalam penelitian tahap awal. Flora
usus telah terbukti berbeda pada manusia yang kurus dan gemuk. Terdapat indikasi bahwa
flora usus pada individu gemuk dan kurus mempengaruhi potensi metaboliks. Perubahan
potensi metabolik ini secara nyata dipercaya mengubah kapasitas menjadi lebih besar
untuk menghasilkan energi yang menyebabkan kegemukan. Apakah perbedaan ini
merupakan penyebab langsung atau sebagai akibat dari kegemukan masih perlu diteliti
lebih lanjut.
Suatu hubungan antara virus dan kegemukan telah ditemukan pada manusia dan beberapa
spesies hewan. Hubungan ini dan pengaruhnya terhadap kenaikan angka kegemukan
masih perlu diteliti lebih lanjut.

C. GEJALA DAN KOMPLIKASI DARI OBESITAS


Risiko kesehatan yang terkait dengan obesitas meliputi:
1. Gangguan pernapasan (seperti sleep apnea/ henti napas ketika tidur, penyakit paru
obstruktif kronis/ PPOK).
2. Tipe kanker tertentu (seperti kanker prostat dan usus pada pria, dan kanker payudara dan
kanker rahim pada wanita).
3. Penyakit jantung koroner.
4. Depresi.
5. Diabetes.
6. Penyakit hepar atau kelenjar empedu.
7. Penyakit Refluks Gastroesofagus (GERD).
8. Tekanan darah tinggi.
9. Kolestrol tinggi.
10. Penyakit pada sendi (misal osteoartritis).
11. Stroke.
Orang yang mengalami obesitas mungkin memiliki gejala kondisi medis yang disebutkan di
atas. Tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, masalah pernapasan, dan nyeri sendi (di
lutut atau punggung bawah) seringkali terjadi.
Semakin gemuk seseorang, semakin besar kemungkinan mereka memiliki masalah medis
yang terkait dengan obesitas. Selain itu, orang gemuk cenderung malas untuk beraktivitas
karena beratnya bobot tubuh sehingga orang gemuk cenderung mudah mengantuk karena
lambatnya metabolisme tubuhnya.
Dokter juga akan menggunakan pengukuran lainnya seperti ukuran pinggang untuk
mengevaluasi risiko kesehatan terkait dengan lemak perut. Ketika IMT dan ukuran pinggang
mengindikasikan suatu masalah kesehatan, akan ada pemeriksaan tambahan yang disarankan
oleh dokter seperti pemeriksaan EKG, cek darah untuk mengetahui kondisi kolesterol, asam
urat, dan sebagainya.
D. PENANGANAN/ SOLUSI
Obesitas dapat diatasi dengan:
1. Mengubah gaya hidup: perbanyak olahraga, ubah pola makan yang tadinya mungkin
banyak makanan berlemak (seperti gorengan, jeroan) kini diperbanyak dengan buah-buaha
2. Meningkatkan aktifitas fisik.
3. Hindari konsumsi alkohol.
4. Kontrol porsi dan mengkonsumsi sedikit kalori.
5. Jangan terlalu keras pada diri sendiri sampai tidak mau makan, ini bukan suatu metode
yang tepat. Tetap makan, namun ganti menunya menjadi menu sehat.
6. Obat diet yang diresepkan dokter. Jangan coba-coba meminum obat diet tanpa resep
dokter, karena ditakutkan akan melukai lambung maupun usus, dan justru akan
mengakibatkan metabolisme tubuh kacau.

Anda mungkin juga menyukai