Disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
Oleh:
KELOMPOK 2
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dalam waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan mengenai konsep nyeri akut
dan nyeri kronis. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan Program Studi S1 Alih Jenjang
Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu keinginan setiap orang untuk
mempertahankan hidupnya. Didunia kesehatan, para medis yang bertugas
dalam menangani kesehatan masyarakat menyimpulkan berbagai penyakit
kedalam penyebab timbulnya masalah dalam kehidupan. Untuk itu, kita
sebagai manusia yang perlu akan kesehatan sebaiknya waspada terhadap
ancaman berbagai penyakit yang datang. Disini salah satu penyebab sakit itu
adalah faktor lingkungan, genetic, makanan, dan lainnya. Kebanyakan
individu terserang penyakit mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Disisi
lain, penyakit dapat menyebar begitu cepat dalam tubuh melalui perantara
biologis dan nonbiologis.
Kelainan tubuh terjadi dan beberapa gejala fungsi organ terganngu akibat
kesalahan manusia itu sendiri contohnya, nyeri. Seperti yang ktia ketahui
bahwa nyeri tersebut merupakan suatu gejala yang mengakibatkan muskulus
atau otot menjadi tersendat akibat adanya ketidaknormalan darah melewati
pembuluh darah seperti keadaan normalnya. Selain itu, nyeri juga bisa
dikatakan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui sebagai keadaan yang tak nyaman. Biasanya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual seperti otot dan system peredaran darah.
Untuk itu kami mengangkat tema nyeri sebagai bahan acuan dalam
penulisan makalah yang memiliki harapan dan kegunaan bagi diri sendiri dan
para pembaca khususnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep nyeri akut dan nyeri kronis ?
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep nyeri akut dan nyeri kronis
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu mengatahui definisi nyeri
b. Penulis mampu mengetahui klasifikasi nyeri
c. Penulis mampu mengetahui reseptor nyeri
d. Penulis mampu mengetahui stimulus nyeri
e. Penulis mampu mengetahui kecepatan sensasi nyeri
f. Penulis mampu mengetahui teori nyeri
g. Penulis mampu mengetahui mekanisme nyeri
h. Penulis mampu mengetahui pengkajian pada diagnose
keperawatan nyeri akut dan nyeri kronis
i. Penulis mampu mengetahui asuhan keperawatan pada nyeri akut
dan nyeri kronis.
D. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Memberi tambahan sumber informasi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai konsep nyeri akut dan nyeri kronis.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Memberi tambahan wawasan ilmu pengetahuan mengenai konsep
nyeri akut dan nyeri kronis.
2. Bagi Institusi / Pendidikan
Sebagai sumber informasi serta dasar pengetahuan bagi mahasiswa.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang konsep nyeri
akut dan nyeri kronis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Nyeri
Beberapa definisi mengenai nyeri adalah sebagai berikut :
a. Nyeri adalah perasaan dan pengalaman sensoris atau emosional yang
tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
yang aktual maupun potensial, nyeri selalu bersifat subjektif. (Tarcy
(2005) Dikutip dari International Association for the Study of Pain
(IASP, 1994),
b. Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri
dirasakan apabila reseptor nyeri spesifik teraktivasi (Elizabeth
Crowin, 2007).
c. Nyeri adalah perasaan yang menimbulkaan distres ketika ujung-ujung
saraf tertentu (nosiseptor) di rangsang. (Kamus Keperawatan)
d. Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, maupun emosional.
B. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
nyeri kronis (Long, 1989) :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot (Long, 1989).
Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit
yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada araea yang rusak
( Potter & Perry, 2005)
3
4
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam
bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long, 1989).
C. Reseptor Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, yang
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit mukosa, khususnya
pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan.
D. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat
mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold).
Ada beberapa jenis stimulus nyeri menurut Alimul (2006), diantaranya
adalah :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya
asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
5
F. Teori Nyeri
a) Teori Pemisahan (Specivicity Theory)
Teori ini digambarkan oleh “Descartes’ pada abad ke-17. teori ini
didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara
khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima
rangsangan nyeri dan mentransmisikanya melalui ujung dorsal dan
substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan
pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respons nyeri (Tamsuri,
2006).
Menurut teori ini, rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal
cord) melalui dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya,
dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan (Long, 1989).
6
G. Mekanisme Nyeri
Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis,
mekanisme, listrik, thermal,dan radiasi.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu
serabut saraf A-Delta), sedangkan slow plain (nyeri lambat) biasanya
dicetuskan oleh serabut saraf C).
Karakteristik Serabut A-delta yaitu :
b. Bermielinasi
a. Tidak bermielinasi
Pengkajian nyeri yang tepat adalah awal dari penanganan nyeri dan
merupakan proses lanjut yang meliputi faktor-faktor multidimensional
perumusan manajemen nyeri terhadap rencana keperawatan. Pengkajian
ini sangat penting dalam mengidentufikasi sindrom nyeri atau penyebab
nyeri dan memasukkan pengkajian pada intensitas dan karakteristik nyeri,
pengkajian fisik yang berhubungan dengan pemeriksaan sitem saraf akan
dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Psikososial dan pengkajian
kebudayaan menggunakan diaknosa yang tepat dalam menentukan
penyebab nyeri (Suza, 2007).\
1. Lokasi
2. Intensitas
Skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan wajah untuk
meunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian wajah
pada dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bias
bermanfaat ketika orang dewasa yang mempinyai kesulitan dalam
menggunakan angka-angka dari skala visual analog (VAS) yang
merupakan alat penilaian pengkajian nyeri secara umum (Suza,
2007)
ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan” (Potter & Perry, 2005).;
l) Diaforesis
e. Intervensi Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), intervensi pada
diagnosa keperawatan nyeri akut terdapat 2 kategori yaitu
intervensi utama dan intervensi pendukung. Beberapa intervensi
utama dari diagnose keperawatan nyeri akut adalah sebagai berikut
:
1) Intervensi utama (Manajemen Nyeri)
Definisi :
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Definisi :
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter
& Perry, 2010). Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir
dalam proses keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas
pengambilan keputusan (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu S
(Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien
18
3) Nyeri Kronis
a. Definisi nyeri kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
b. Batasan Karakteristik
1) Subjektif :
Mengeluh nyeri, merasa depresi atau tertekan, merasa takut
mengalami cedera berulang
2) Objektif :
a) Tampak meringis
b) Gelisah
c) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
d) Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
e) Waspada
f) Pola tidur berubah
19
g) Anoreksia
h) Focus menyempit
i) Berfokus pada diri sendiri
c. Faktor Yang berhubungan :
a) Kondisi muskuloskeletal kronis
b) Kerusakan sisem saraf
c) Penekanan saraf
d) Infiltrasi tumor
e) Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan
reseptor
f) Gangguan imunitas
g) Gangguan fungsi metabolik
h) Riwayat posisi kerja statis
i) Peningkatan indeks massa tubuh
j) Kondisi pasca trauma
k) Tekanan emosional
l) Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)
m) Riwayat penyalahgunaan obat/ zat
4) Luaran
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017), luaran pada diagnosa
keperawatan nyeri kronis terdapat 2 kategori yaitu luaran utama
dan luaran pendukung. Luaran utama diagnose keperawatan nyeri
akut adalah tingkat nyeri.
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
f. Frekuensi nadi membaik
20
5) Intervensi Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), intervensi pada
diagnosa keperawatan nyeri akut terdapat 2 kategori yaitu
intervensi utama dan intervensi pendukung. Beberapa intervensi
utama dari diagnose keperawatan nyeri akut adalah sebagai berikut
:
1) Intervensi utama (Manajemen Nyeri)
Definisi :
Tindakan :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih tehnik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi (mis. nafas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
6) Implementasi Keperawatan
Tahap ini akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada pasien.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda
denga urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi
pasien (Debora, 2012). Implementasi keperawatan akan sukses
sesuai dengan rencana jika perawat mempunyai kemampuan
kognitif, kemampuan hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakuka tindakan yang berpusat pada kebutuhan pasien
(Dermawan, 2012).
23
7) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter
& Perry, 2010). Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir
dalam proses keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas
pengambilan keputusan (Deswani, 2011).
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien
yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O
(Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan
pasien setelah tindakan keperawatan,(Assesment) yaitu interpretasi
makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai.
Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu
menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan,
sebagian tercapai apabila perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai
sesuai dengan tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak
mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P) merupakan rencana
tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai, maka
perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai,
perawat akan melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan
rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi
proses (Dinarti, Aryani, Nurhaeni,Chairani, & Utiany., 2013).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang kami telah uraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa mekanisme nyeri diawali dengan tahap transduksi, dimana
hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh
distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanisme, listrik,
thermal,dan radiasi.Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri
kemudian ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis
melalui dorsal horn, dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia
gelatinosa (lamina II dan lll). Sedangkan diagnose keperawatan nyeri akut
dan nyeri kronis dapat diangkat apabila memenuhi batasan kakteristik baik
secara mayor maupun minor. Setelah menegakkan diagnosa tersebut,
intervensi keperawatan dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien yang
sedang terjadi baik dari intervensi utama maupun intervensi pendukung.
Setelah melakukan tindakan keperawatan diharapkan pada tahap evaluasi
seluruh kriteria hasil yang ada dapat dicapai dengan baik atau maksimal.
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Uliyah Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat, 2008, Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik, Jakarta : Penerbit Salemba Medika
25