Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP NYERI AKUT DAN NYERI KRONIS

Disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Oleh:
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2020
DAFTAR
ANGGOTA KELOMPOK 2

1. Mertiana Rachmawati (202001108)


2. Tri Puji Kurniawan (202001109)
3. Upik Dyan Palupi (202001110)
4. Vina Ngismatul Maula (202001111)
5. Fitri Nur Hamidah (202001112)
6. Rahma Lutfi Denada (202001113)
7. Endah Srirahayu Ningsih (202001114)

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dalam waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan mengenai konsep nyeri akut
dan nyeri kronis. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan Program Studi S1 Alih Jenjang
Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah


memberi sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga
menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan. Aamiin.

Pare, 21 November 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................. i

Daftar Anggota Kelompok .......................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................................ iii

Daftar Isi ...................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Nyeri ...................................................................................... 3
B. Klasifikasi Nyeri ................................................................................... 3
C. Reseptor Nyeri ...................................................................................... 4
D. Stimulus Nyeri ...................................................................................... 4
E. Kecepatan Senasi Nyeri ........................................................................ 5
F. Teori Nyeri ........................................................................................... 5
G. Mekanisme Nyeri ................................................................................. 7
H. Pengkajian Pada Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut dan Nyeri
I. Kronis .................................................................................................. 9
J. Asuhan Keperawatan Pada Nyeri Akut dan Nyeri Kronis .................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 24
B. Saran
………………………………………………………………… .......... 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu keinginan setiap orang untuk
mempertahankan hidupnya. Didunia kesehatan, para medis yang bertugas
dalam menangani kesehatan masyarakat menyimpulkan berbagai penyakit
kedalam penyebab timbulnya masalah dalam kehidupan. Untuk itu, kita
sebagai manusia yang perlu akan kesehatan sebaiknya waspada terhadap
ancaman berbagai penyakit yang datang. Disini salah satu penyebab sakit itu
adalah faktor lingkungan, genetic, makanan, dan lainnya. Kebanyakan
individu terserang penyakit mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Disisi
lain, penyakit dapat menyebar begitu cepat dalam tubuh melalui perantara
biologis dan nonbiologis.
Kelainan tubuh terjadi dan beberapa gejala fungsi organ terganngu akibat
kesalahan manusia itu sendiri contohnya, nyeri. Seperti yang ktia ketahui
bahwa nyeri tersebut merupakan suatu gejala yang mengakibatkan muskulus
atau otot menjadi tersendat akibat adanya ketidaknormalan darah melewati
pembuluh darah seperti keadaan normalnya. Selain itu, nyeri juga bisa
dikatakan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui sebagai keadaan yang tak nyaman. Biasanya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual seperti otot dan system peredaran darah.
Untuk itu kami mengangkat tema nyeri sebagai bahan acuan dalam
penulisan makalah yang memiliki harapan dan kegunaan bagi diri sendiri dan
para pembaca khususnya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep nyeri akut dan nyeri kronis ?

1
2

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep nyeri akut dan nyeri kronis
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu mengatahui definisi nyeri
b. Penulis mampu mengetahui klasifikasi nyeri
c. Penulis mampu mengetahui reseptor nyeri
d. Penulis mampu mengetahui stimulus nyeri
e. Penulis mampu mengetahui kecepatan sensasi nyeri
f. Penulis mampu mengetahui teori nyeri
g. Penulis mampu mengetahui mekanisme nyeri
h. Penulis mampu mengetahui pengkajian pada diagnose
keperawatan nyeri akut dan nyeri kronis
i. Penulis mampu mengetahui asuhan keperawatan pada nyeri akut
dan nyeri kronis.

D. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Memberi tambahan sumber informasi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai konsep nyeri akut dan nyeri kronis.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Memberi tambahan wawasan ilmu pengetahuan mengenai konsep
nyeri akut dan nyeri kronis.
2. Bagi Institusi / Pendidikan
Sebagai sumber informasi serta dasar pengetahuan bagi mahasiswa.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang konsep nyeri
akut dan nyeri kronis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Nyeri
Beberapa definisi mengenai nyeri adalah sebagai berikut :
a. Nyeri adalah perasaan dan pengalaman sensoris atau emosional yang
tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
yang aktual maupun potensial, nyeri selalu bersifat subjektif. (Tarcy
(2005) Dikutip dari International Association for the Study of Pain
(IASP, 1994),
b. Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri
dirasakan apabila reseptor nyeri spesifik teraktivasi (Elizabeth
Crowin, 2007).
c. Nyeri adalah perasaan yang menimbulkaan distres ketika ujung-ujung
saraf tertentu (nosiseptor) di rangsang. (Kamus Keperawatan)
d. Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam
serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, maupun emosional.

B. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
nyeri kronis (Long, 1989) :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya
peningkatan tegangan otot (Long, 1989).
Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit
yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah keadaan pulih pada araea yang rusak
( Potter & Perry, 2005)

3
4

b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam
bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long, 1989).

C. Reseptor Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, yang
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit mukosa, khususnya
pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan.

D. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat
mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold).
Ada beberapa jenis stimulus nyeri menurut Alimul (2006), diantaranya
adalah :
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor
2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat
terjadinya penekanan pada reseptor nyeri
3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteria
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya
asam laktat
5. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik
5

Trauma pada jaringan tubuh, Gangguan pada jaringan tubuh,


Tumor

E. Kecepatan Sensasi Nyeri


Fast pain (nyeri cepat) dirasakan selama kurang dari satu detik
(biasanya jauh lebih singkat) setelah aplikasi stimulus nyeri (mis,
menyentuh kompor panas). Nyeri cepat terlokalisasi dengan baik pada
suatu tempat dan sering digambarkan sebagai tusukan ataau tajam. Nyeri
cepat biasanya dirasakan pada atau dekat dengan permukaan tubuh.
Slow pain (nyeri lambat) dirasakan selama satu detik atau lebih
setelah aaplikasi stimulus nyeri (mis, nyeri yang terus terasa setelaah
kepala terbentur). Nyeri lambat sering digambarkaan sebagai tumpul,
berdenyut, atau terbakar. Nyeri ini dapat meningkat dalam beberapa menit
dan dapat terjadi di kulit atau semua jaringan dalam di tubuh. Nyeri lambat
dapat menjadi kronis dan menimbulkan disabilitas yang berat.

F. Teori Nyeri
a) Teori Pemisahan (Specivicity Theory)
Teori ini digambarkan oleh “Descartes’ pada abad ke-17. teori ini
didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara
khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima
rangsangan nyeri dan mentransmisikanya melalui ujung dorsal dan
substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan
pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respons nyeri (Tamsuri,
2006).
Menurut teori ini, rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal
cord) melalui dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya,
dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan (Long, 1989).
6

b) Teori Pola (Pattern theory).


Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri,yaitu serabut yang
mampu menghantarkan rangsangan dengan cepat; dan mampu
menghantarkan rangsangan dengan lambat. Kedua serabut saraf
tersebut bersinapsis pada medulla spinalis dan meneruskan informasi
ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang
menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri (Tamsuri,
2006). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. hal ini mengakibatkan
suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebuh tinggi, yaitu
korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga minimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh
modalitas respo dari reaksi sel T (Long, 1989)
c) Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Melzack & Wall (1965) pertama kali mengusulknan teori mekanisme
nyeri yakni teori “Gate Control” mereka menjelaskan teori gerbang
kendali nyeri, yang menyatakan terdapat semacam “pintu gerbang”
yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi sinyal nyeri
(Tamsuri, 2006). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat
syaraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion
dorsalis. Rangsangan pada serat syaraf besar akan meningkatkan
aktivitas substansi gelatinosa yang mengakibatakan tertutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan
hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. rangsangan pada serat kecil
akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya
akan menghantarkan rangsangan nyeri (Long, 1989). Teori gate
control menggambarkan bahwa ada mekanisme pintu gerbang pada
ujung syaraf ruas tulang belakang (spinal cord) yang dapat
7

meningkatkan atau menurunkan aliran impuls saraf dari serat perifer


menuju system saraf pusat. Mekanisme pintu gerbang ini dipengaruhi
oleh aktifitas A-Beta berdiameter besar, A-Delta berdiameter kecil dan
serabut c serta pengaruh dari otak. Bila pintu tertutup berakibat tidak
ada nyeri; pintu terbuka, nyeri ; sebagian pintu terbuka, nyeri kurang.
Ketika pintu ditutup, transmisi impuls nyeri dihentikan di spinal cord
sehingga nyeri tidak mencapai tingkay yang disadari (Reeder-Martin,
1984 ; Flynn & Heffron, 1984). Sereblum dan thalamus disebut
sebagai pusat control nyeri oleh melzak & Wall (1965). Pesan sensori
yang berbeda dialirkan langsung ke serebrum. Pusat control
memproses informasi dari 3 sumber, yakni informasi sensori-
diskriminatif, informasi motivasi-afektif dan informasi kognitif-
evaluatif. Karena rangsangan nyeri diproses dalam konteks yang
individual, variasi yang luas dari respon nyeri dapat diamati (Flynn &
Heffron, 1984 ; marie, 2002).
d) Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
syaraf, sehingga transmisi impuls menjadi efektif oleh neurotransmitter
yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
impuls-impuls pada serabut besar yang memblok impuls-impuls pada
serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Long, 1989).

G. Mekanisme Nyeri
Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
tubuh distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis,
mekanisme, listrik, thermal,dan radiasi.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu
serabut saraf A-Delta), sedangkan slow plain (nyeri lambat) biasanya
dicetuskan oleh serabut saraf C).
Karakteristik Serabut A-delta yaitu :

a. Menghantar nyeri dengan cepat


8

b. Bermielinasi

Karakteristik Serabut C, yaitu :

a. Tidak bermielinasi

b. Berukuran sangat kecil

c. Bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri

Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas


dalam melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut
C menyampaikan impuls yang terlokalisasi (bersifat difusi), viseral, dan
terus-menerus. Sebagai contoh mekanisme kerja serabut A-delta dan
serabut C dalam suatu trauma adalah ketika seseorang menginjak paku,
sesaat telah kejadian orang tersebut dalam waktu kurang dari 1 detik akakn
merasakan nyeri yang terlokalisasi dan tajam, yang merupakan transmisi
dari serabut A. dalam beberapa detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai
seluruh kaki terasa sakit karena persarafan serabut C.

Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri kemudian


ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis melalui
dorsal horn, dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia
gelatinosa (lamina II dan lll). Impuls kemudian menyeberang keatas
melewati traktus spinothalamus anterior dan lateral. Beberapa impuls yang
melewati traktus spinothalamus lateral diteruskan langsung ke thalamus
tanpa singgah di formatio retikularis membawa impuls fast pain. Di bagian
thalamus dan korteks serebri inilah individu kemudian dapat
mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterpretasikan dan
mulai berespon terhadap nyeri.

Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus


paleospinothalmaus pada bagian tengah medula spinalis. Impuls ini
memasuki formatio retikularis dan sistem limbik yang mengatur perilaku
emosi dengan kognitf, serta integretasi dari sistem saraf otonom. Slow
pain yang terjadi akan membangkitkan emosi, sehingga timbul respon
9

terkejut, marah, cemas, tekanan darah meningkta, keluar keringat dingin,


dan jantung berdebar-debar.

H. Pengkajian Pada Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut dan Nyeri


Kronik

Pengkajian nyeri yang tepat adalah awal dari penanganan nyeri dan
merupakan proses lanjut yang meliputi faktor-faktor multidimensional
perumusan manajemen nyeri terhadap rencana keperawatan. Pengkajian
ini sangat penting dalam mengidentufikasi sindrom nyeri atau penyebab
nyeri dan memasukkan pengkajian pada intensitas dan karakteristik nyeri,
pengkajian fisik yang berhubungan dengan pemeriksaan sitem saraf akan
dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf. Psikososial dan pengkajian
kebudayaan menggunakan diaknosa yang tepat dalam menentukan
penyebab nyeri (Suza, 2007).\

Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :

1. P (pemacu), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya


nyeri

2. Q (quality), yaitu kualitas dari nyeri itu sendiri. Seperti apakah


rasanya : tajam, tumpul, atau tersayat

3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri

4. S (severity), adalah keparahan atau intensitas nyeri

5. T (time), yaitu lamanya nyeri/waktu serangan atau frekuensi nyeri

Pengkajian nyeri meliputi berbagai aspek yaitu :

1. Lokasi

Anatomi diagnosa adalah sebuah ilustrasi yang tepat untuk


menentukan lokasi nyeri, banyak pasien tidak dapat menentukan letak
10

nyeri secara tepat, banyak yang mengindikasikan letak dengan dengan


huruf seperti ABC. Pasien boleh menggambarkan lokasi nyeri dalam
bentuk atau bekas lokasi pada tubuhnya dan anggota keluarga dapat
memberi tanda bilangan atau angka pada bentuk pengkajianya (Suza,
2007).

2. Intensitas

Seseorang dalam mengekspresikan nyeri mereka hanya mampu


menilai suatu intensitas nyeri secara akurat, dua jenis skala penilaian
intenstas nyeri yang digunakan adalah skala verbal dan skala
numerical.

a. Face Rating Scale

Skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan wajah untuk
meunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian wajah
pada dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bias
bermanfaat ketika orang dewasa yang mempinyai kesulitan dalam
menggunakan angka-angka dari skala visual analog (VAS) yang
merupakan alat penilaian pengkajian nyeri secara umum (Suza,
2007)

Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk


mengkaji nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam
wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah
yang sedang tersenyum “tidak merasa nyeri” kemidian secara
bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang
sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan “nyeri yang
sangat” (Potter & Perry, 2005)

b. Flowsheets (Kartu Pencatatan)

Kartu ini digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan


yang bertujuan mempertahankan keberhasilan dalam manajemen
nyeri. Dokter menggunakan flowsheets untuk mencatat waktu,
11

menilai nyeri dan mengontrol penggunaan obat penghilang rasa


nyeri dan efek sampingnya. Informasi yang ada dalam manajemen
Flowsheet dapat disatukan dalam bentuk bentuk format yang lain
untuk menghindari terjadinya kesalahan pada waktu pencatatan.

c. Graphic Rating Scale

Graphic rating sacale dikembangkan oleh VAS untuk menambah


kata-kata atau angka diantara awal dan akhir skala. Penambahan
kata-kata seperti tidak nyeri, nyeri sedang dan nyeri berat disebut
verbal graphic rating scale sedangkan jika huruf seperti 0 sampai
10 menjadi numerical graphic rating scale (Suza, 2007)

d. Numerical Rating Scale

Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scales, NRS) lebih


digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 (Potter &
Perry, 2005). Skala ini digunakan secara verbal atau visual dari 0
sampai 10 dan menambahkan kata-kata dan huruf sepanjang garis
vertical dan horizontal, 0 menunjukkan hasil dari tidak ada nyeri
dan 10 menunjukkan hasil dari nyeri yang tak terbayangkan (Suza,
2005)

e. Simple Descriptor Scale (Verbal Descriptor Scale, VDS)

Skala ini menggunakan daftar kata-kata untuk mendeskripsikan


perbedaan tingkat intensitas nyeri, mudah dan sangat sederhana
dalam menggunakannya sebagai contoh tidak ada nyeri, nyeri
ringan , nyeri sedang dan nyeri barat (Suza, 2007).

Skala deskriptif merupaka alat pengukuran tingkat keparahan nyeri


yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi
12

ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan” (Potter & Perry, 2005).;

f. Visual Analog Scale (VAS)

Visual analog scale tidak melabel subsidi. VAS merupakan suatu


garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini
memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan
nyeri. VAS dapat merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih
sensitive karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada
rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka
(McGuire, 1984).

Visual Analog Scale digunakan dengan garis horizontal 10 cm


dengan menambahkan kata-kata pada garisnya seperti tidak ada
nyeri, dan nyeri sangat berat. Pasien membuat sebuah tanda
sepanjang garis untuk mengungkapkan intensitas nyeri, angka
diperoleh dengan mengukur millimeter dari awal sampai akhir
pengukuran dan pasien akan langsung menandainya (Suza, 2007).
13

I. Asuhan Keperawatan Pada Nyeri Akut dan Nyeri Kronis


a. Nyeri Akut
a. Definisi Nyeri Akut
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
b. Batasan Karakteristik
1) Subjektif :
Mengeluh nyeri (mayor)
2) Objektif :
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
f) Tekanan darah meningkat
g) Pola nafas berubah
h) Nafsu makan berubah
i) Proses berpikir terganggu
j) Menarik diri
k) Berfokus pada diri sendiri
14

l) Diaforesis

c. Faktor Yang Berhubungan:


Agen-agen pencedera fisiologis, kimiawi, dan fisik
d. Luaran
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017), luaran pada diagnosa
keperawatan nyeri akut terdapat 2 kategori yaitu luaran utama dan
luaran pendukung. Luaran utama diagnose keperawatan nyeri akut
adalah tingkat nyeri.
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Frekuensi nadi membaik

e. Intervensi Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), intervensi pada
diagnosa keperawatan nyeri akut terdapat 2 kategori yaitu
intervensi utama dan intervensi pendukung. Beberapa intervensi
utama dari diagnose keperawatan nyeri akut adalah sebagai berikut
:
1) Intervensi utama (Manajemen Nyeri)

Definisi :

mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau


emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
15

Tindakan :

Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi,


kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(Mis. TENS,hipnosis,akupresur, terapi musik , biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, tehnik imajinasi,terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
16

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Intervensi utama (Pemberian Analgesik)

Definisi :

Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk


mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.

Tindakan :

Observasi

- Identifikasi karakteristik nyeri ( mis, pencetus , pereda,


kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik ( mis. Narkotika, non-
narkotik, atau NSAIO) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik

- Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai


analgesia optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan
respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
17

Edukasi

- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, jika perlu


1.
f. Implementasi Keperawatan
Tahap ini akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada pasien.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda
denga urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi
pasien (Debora, 2012). Implementasi keperawatan akan sukses
sesuai dengan rencana jika perawat mempunyai kemampuan
kognitif, kemampuan hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakuka tindakan yang berpusat pada kebutuhan pasien
(Dermawan, 2012).

g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter
& Perry, 2010). Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir
dalam proses keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas
pengambilan keputusan (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu S
(Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien
18

setelah tindakan keperawatan,(Assesment) yaitu interpretasi makna


data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai. Dapat
dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu menunjukkan
perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sebagian
tercapai apabila perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai
dengan tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak
mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P) merupakan rencana
tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai, maka
perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai,
perawat akan melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan
rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi
proses (Dinarti, Aryani, Nurhaeni,Chairani, & Utiany., 2013).

3) Nyeri Kronis
a. Definisi nyeri kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
b. Batasan Karakteristik
1) Subjektif :
Mengeluh nyeri, merasa depresi atau tertekan, merasa takut
mengalami cedera berulang
2) Objektif :
a) Tampak meringis
b) Gelisah
c) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
d) Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
e) Waspada
f) Pola tidur berubah
19

g) Anoreksia
h) Focus menyempit
i) Berfokus pada diri sendiri
c. Faktor Yang berhubungan :
a) Kondisi muskuloskeletal kronis
b) Kerusakan sisem saraf
c) Penekanan saraf
d) Infiltrasi tumor
e) Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan
reseptor
f) Gangguan imunitas
g) Gangguan fungsi metabolik
h) Riwayat posisi kerja statis
i) Peningkatan indeks massa tubuh
j) Kondisi pasca trauma
k) Tekanan emosional
l) Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)
m) Riwayat penyalahgunaan obat/ zat

4) Luaran
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017), luaran pada diagnosa
keperawatan nyeri kronis terdapat 2 kategori yaitu luaran utama
dan luaran pendukung. Luaran utama diagnose keperawatan nyeri
akut adalah tingkat nyeri.
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
f. Frekuensi nadi membaik
20

5) Intervensi Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), intervensi pada
diagnosa keperawatan nyeri akut terdapat 2 kategori yaitu
intervensi utama dan intervensi pendukung. Beberapa intervensi
utama dari diagnose keperawatan nyeri akut adalah sebagai berikut
:
1) Intervensi utama (Manajemen Nyeri)

Definisi :

mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau


emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Tindakan :

Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi,


kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(Mis. TENS,hipnosis,akupresur, terapi musik , biofeedback,
21

terapi pijat, aromaterapi, tehnik imajinasi,terbimbing, kompres


hangat/dingin, terapi bermain).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2) Intervensi utama (Terapi relaksasi)
Definisi :
Menggunakan tehnik peregangan untuk mengurangi tanda dan
gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau
kecemasan.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan
22

- Monitor respons terhadap terapi relaksasi


Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis laim, jika sesuai

Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih tehnik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih tehnik relaksasi (mis. nafas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)

6) Implementasi Keperawatan
Tahap ini akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada pasien.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda
denga urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi
pasien (Debora, 2012). Implementasi keperawatan akan sukses
sesuai dengan rencana jika perawat mempunyai kemampuan
kognitif, kemampuan hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakuka tindakan yang berpusat pada kebutuhan pasien
(Dermawan, 2012).
23

7) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter
& Perry, 2010). Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir
dalam proses keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas
pengambilan keputusan (Deswani, 2011).
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien
yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O
(Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan
pasien setelah tindakan keperawatan,(Assesment) yaitu interpretasi
makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai.
Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu
menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan,
sebagian tercapai apabila perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai
sesuai dengan tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak
mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P) merupakan rencana
tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai, maka
perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai,
perawat akan melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan
rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi
proses (Dinarti, Aryani, Nurhaeni,Chairani, & Utiany., 2013).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang kami telah uraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa mekanisme nyeri diawali dengan tahap transduksi, dimana
hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer tubuh
distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanisme, listrik,
thermal,dan radiasi.Tahap selanjutnya adalah transmisi, dimana impuls nyeri
kemudian ditransmisikan serat afferen (A-delta dan C) ke medula spinalis
melalui dorsal horn, dimana di sini impuls akan bersinapsis di substansia
gelatinosa (lamina II dan lll). Sedangkan diagnose keperawatan nyeri akut
dan nyeri kronis dapat diangkat apabila memenuhi batasan kakteristik baik
secara mayor maupun minor. Setelah menegakkan diagnosa tersebut,
intervensi keperawatan dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien yang
sedang terjadi baik dari intervensi utama maupun intervensi pendukung.
Setelah melakukan tindakan keperawatan diharapkan pada tahap evaluasi
seluruh kriteria hasil yang ada dapat dicapai dengan baik atau maksimal.

B. Saran

Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang


teori-teori keperawatan yang lain. Setelah mengetahui pengetahuan tentang
konsep nyeri akut dan nyeri kronis yang telah diuraikan dalam makalah ini,
diharapkan mahasiswa mampu memahami teori ini, karena teori ini juga
sangat penting bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatan.

24
DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz Alimul H, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta : Penerbit Salemba


Medika
Crowin Elizabeth, 2007, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC
Sigit Nian Prasetyo 2010, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Penerbit Buku
Erlangga
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2017).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik.Jakarta:Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi dan Tindakan Keperawatan.Jakarta:Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia


Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.Jakarta:Dewan Pengurus PPNI

Uliyah Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat, 2008, Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik, Jakarta : Penerbit Salemba Medika

25

Anda mungkin juga menyukai