Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH

OLEH : KELOMPOK 1 PRAKTIKUM KELAS A SEMESTER 5

DOSEN FASILITATOR : IBU WARDIYAH

1. Rahmadani Syahputri 181101001 14. Rizky Fadilah HSB 181101015

2. Naomi Chintia Lidia M 181101002 15. Arifah Mutia Saroh 181101016

3. Lusiana Oktaviani 181101004 16. Anggi Pebrina Rizki Fani 181101017

4. Rina Mardiani 181101005 17. Nadia Safira 181101018

5. Miftahul Jannah 181101006 18. Tri Ayunda 181101019

6. Riska Dwinki Oktaviani 19. Fadillah Syafridayani 181101020


181101007

7. Tika Harnita Harahap 181101008 20. Mayang Sari 181101021

8. Anita Denike Siregar 181101009 21. Rahayu Anggit P 181101022

9. Indah Karina Milala 181101010 22. Riha Datu Aisy 181101023

10. Salsa Ade Silvani 181101011 23. Yulia Dwi Kartika 181101024

11. Atikah P Nasution 181101012 24. Suci Denita Sari 181101025

12. Yuke Wulandari Pane 181101013 25. Melisa Anggraini (161101082)

13. Intan Lestari 181101014

1
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa adalah keadaan mental sejahtera yang dapat menjalankan hidup
dengan harmonis dan produktif (Stuart, 2016 dalam Tuasikal, Siauta & Embuai, 2019).
Kesehatan jiwa merupakan komponen yang sangat penting dalam diri manusia secara
keseluruhan. Sehat tidak hanya sehat fisik tetapi juga harus sehat mental karena mental
dapat menciptakan keseimbangan dalam diri. Seseorang yang terganggu dari segi
mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal maka bisa dikatakan
mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah sekumpulan prilaku dan psikologis
individu yang menyebabkan terjadinya keadaan tertekan, rasa tidak nyaman, penurunan
fungsi tubuh dan kualitas hidup.

Menurut World Health Organization (WHO) (2017) pada umumnya gangguan


mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan
4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan
kecemasan. Jumlah penderitadepresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan
2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80%
penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah
dan menengah.

Salah satu gangguan jiwa adalah Harga Diri Rendah (HDR) yaitu keadaan
dimana individu mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan dirinya. Hal ini
berawal dari cara pandang individu terhadap dirinya yang tidak baik, dan selalu merasa
kurang dari orang lain. HDR juga dapat terjadi apabila seseorang kehilangan kasih
sayang dan penghargaan dari orang lain, maka pasien HDR harus mendapatkan
dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya untuk mengembalikan kepercayaan
diri pasien. Untuk mengembalikan motivasi, semangat dan rasa percaya diri pada pasien
HDR maka diperlukan Terapi Aktivitas Kelompok.

Penatalaksanaan gangguan harga diri rendah dilakukan dengan tindakan terapi


seperti terapi psikofarmaka, psikoterapi, terapi somatik meliputi terapi kejang listrik
(electro convulsive therapy) dan keperawatan yang biasanya dilakukan dengan terapi
modalitas/perilaku. Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:terapi individual,

2
terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok dan terapi
bermain.Salah satu psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah harga
diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok adalah metode
pengobatan untuk penderita gangguan jiwa yang dilakukan dalam rancangan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.TAK sudah sejak lama
dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan salah satu dari
intervensi keperawatan.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi merupakan salah satu


terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama dengan cara pasien dilatih mempersiapkan stimulus
yang disediakanatau stimulus yang dialami (Keliat & Akemat, 2005, hlm.7 dalam Deni
hermawan, 2016).Pemberian TAK stimulasi persepsi yang efektif didukung dengan
lingkungan tempat terapi diberikan, dan kemauan klien untuk berpartisipasi dalam
kegiatan, maka klien diharapkan dapat mengatasi harga diri rendah. Klien juga dapat
mempersepsikan yang di paparkan dengan baik dan tepat. Berdasarkan uraian diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan Harga Diri Rendah Dalam Upaya Peningkatan Harga Diri
Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi).

B. Landasan Teori
1. Pengertian
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi terapi menggunakan
aktivitas yang mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman
dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok . Hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Harga diri rendah
adalah semua pemikiran, kepercayaan , dan keyakinan yang merupakan pengetahuan
individu dengan dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Gangguan
harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan.

3
2. Penyebab
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang
terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus
hubungan kerja,perasaan malu karena sesuatu telah terjadi,misalnya pemerkosaan,
dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Fitria, 2013).

Selain itu penyebab gangguan Harga diri rendah secara umum meliputi:

a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima.

3. Tanda dan gejala


Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2003) antara lain yaitu
perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat, gangguan
hubungan sosial, seperti menarik diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka
sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan, mencederai diri.

Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, ingin mengakhiri
kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang melakuakan
kegiatan sehari- hari, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.

C. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok

1. Tujuan Umum
Pasien mampu meningkatkan kemampuan bersosialisasi, saling memperhatikan,
memberi tanggapan kepada orang lain,mengekspresikan ide atau pendapat serta
menerima lingkungan.

4
2. Tujuan Khusus
a. Pasien mengerti pentingnya bersosialisasi
b. Pasien dapat menyebutkan keuntungan bersosialisasi dan kerugian tidak bersosialisasi
c. Pasien mampu memperkenalkan diri dan mengenal orang lain
d. Pasien mampu meningkatkan hubungan social

D. Tugas terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia.
Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena
menekankan pada pengalaman klien sekarang, para pemahaman. Karena menekankan
keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh
mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi
juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.

Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan


terapis eksistensial dan humanistik ada kesempatan menyangkut tugas-tugas dan
tanggung jawab terapis, Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan
pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik. Menurut Buhler
dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup
hal-hal berikut:

1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.

2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.

3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.

4. Berorientasi pada pertumbuhan.

5. Menekankan keharusan terapi terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang

menyeluruh.

6. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien

5
7. Memandang terapis sebagai model, dalm arti bahwa terapis dengan gaya hidup
pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada
klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.

8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk


mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.

9. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan


klien.

May (1961, hlm 81) memandang tugas terapis di antaranya adalah membantu klien
agar menyadari keberadaannya dalam dunia “ini adalah saat ketika pasien melihat
dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai
subjek yang memiliki dunia”. Frankl (1959, hlm.174) menjabarkan peran terapis
sebagai “spesialis mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan
memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum kepribadian keseluruhan dari
makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”. Untuk contoh
mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi eksistensial bekerja dalam
pertemuan terapi, bisa ditunjuk klien yang telah diungkapkan di muka. Jika klien
mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada terapis pada pertemuan terapi, maka
terapi akan bertindak sebagai berikut:

1. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang dikatakan oleh
klien.

2. Terlibat dalam sejumlah pertanyaan pribadi yang relevan dan pantas tentang
pengalaman-pengalaman yang mirip denga yang dialami oleh klien.

3. Meninta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan


memilih dalam dunia yang tak pasti.

4. Menantang klien untuk melihat seluruh ccara dia menghidari perbuatan putusan-
putusan dan memberikan penilaian terhaap pengindraan itu.

6
5. Mendorong klien untuk memrikasa jalan hidupnya periode sejak memulai terapi
dengan bertanya: “jika anda bisa secara ajaib kembali kepada cara anda ingat kepada
diri anda sebelum terapi, maukah anda melakukannya sekarang?”, beri tahukan kepada
klien bahwa ia sedang mempelajari apa yang dialaminya sesungguhnya adalah suatu
sifat yang khas sebagai manusia: bahwa dia pada akhirnya sendirian, bahwa di harus
memutuskan untuk dirinya sendiri, bahwa di akan mengalami kecemasan atas
ketidakpastian putusan-putusan yang dibuat, dan bahwa di akan berjuang untuk
menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampak tak bermakna.

II. RENCANA PELAKSANAAN TAK STIMULASI PERSEPSI : HARGA


DIRI RENDAH

Sesi 1 : Identifikasi Hal Positif Pada Diri

A. Tujuan
Tujuan mengindentifikasi hal positif pada diri klien dengan Harga Diri Rendah
yaitu agar klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki, klien dapat Menilai diri secara Positif, tidak merasa malu atau
bersalah, Merasa mampu melakukan sesuatu, tidak meremehkan kemampuan
diri sendiri , dan mampu mengungkapkan kemampuan dan kata-kata positif pada
diri klien.
B. Kriteria Klien
Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah:
1. Klien dengan riwayat gangguan harga diri rendah.
2. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku menutup diri atau
sulit berinteraksi.
3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
4. Klien dapat bicara dan mengucapkan kata-kata positif

C. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2 Ruangan nyaman dan tenang.

7
D. Alat
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.

2. Kertas putih HVS sebanyak klien peserta TAK.

E. Metode

1. Diskusi
2. Permainan

F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi dan validasi Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengidentifiasi hal positif diri
sendiri
 Terapis menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus meminta
izin kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan sampai selesai

8
3.Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan nama penggilan serta memakai
papan nama
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
c. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri: kemampuan
yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan dirumah sakit
d. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran. Tanyakan perasaan klien
setelah terindentifikasi hal positif pada dirinya
e. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut Terapis
 Meminta klien menulis hal posiitif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan dating
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang
dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah
 Menyepakati waktu dan tempat

G. Evaluasi dan dokumentasi


Evaluasi Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung yaitu pada saat tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi merupakan kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang
diharapakan adalah menuliskan pengalaman dan aspek ppositif (kemampuan ) yang
dimiliki serta memperagakannya .

9
No Nama Klien Membaca daftar hal Memilih satu Memperagakan

positif Hal positif yg Kegiatan


akan dilatih
positif

Petunjuk:

1.Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien ,beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar
hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif tersebut .beri
tanda (P) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu

Sesi 2 : Melatih Hal Positif pada Diri

A. Tujuan

1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan .

2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih atau dilakukan

3. Klien dapat memperagakan hal positif diri yang telah di pilih

4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan / hal positif diri yang


telah dialatih / diperagakan .

10
B. Setting

1. Terapis dan pasien duduk bersama membentuk lingkaran

2. Pastikan pasien paham dan mampu mengetahui aspek positif pada dirinya

3. Minta pasien menuliskan aspek positifnya pada kertas yang telah dibagi

4. Pastikan ruangan nyaman dan aman

C. Alat:
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK

2. Kertas putih HVS sebanyak klien peserta TAK

3. Kotak

4. bola

5. musik

D. Metode:

1. Diskusi dan tanya jawab

2. Bermain peran

E. Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

11
2. Orientasi

a. Salam terapeutik

 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)


 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

3. Evaluasi dan validasi Menanyakan perasaan klien saat ini

4. Kontrak

 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengidentifiasi hal positif diri sendiri
 Terapis menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan sampai selesai

5. Tahap kerja

a. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada
sesi I dan memilih 1 untuk nanti akan diundi secara acak .

b.Terapis meminta pada setiap klien kertas yang sudah menulis kemampuan
positif dan dimasukkan ke dalam kotak.

c. Terapis menjelaskan cara permainan melatih hal positif pada diri dengan cara
berikut :

 Musik dihidupkan lalu bermain tangkap bola, klien A melempar bola


pada klien B, klien B menangkap bola tersebut dan melemparinya pada
klien C begitu seterusnya. Saat musik berhenti maka permainan tangkap
bolanya berhenti. Dan orang yang sedang memegang bola akan

12
mengambil kertas yang ada di kotak yang berisi hal-hal positif dan
melakukannya sesuai isi kertas yang didapat.
 Terapis memperagakan cara bermain
 Klien memperagakan/ mulai bermain (sampai semua klien mendapat
giliran)
 Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.

6. Tahap terminasi

a. Evaluasi

 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK (khususnya


perasan setelah permainan melatih hal positif pada diri: tangkap bola)
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut Terapis

 Terapis minta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal
kegiatan sehari-hari.

c. Kontrak yang akan datang

 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang
dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah
 Menyepakati waktu dan tempat

F. Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung yaitu pada saat
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi merupakan kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang
diharapakan adalah menuliskan pengalaman dan aspek ppositif (kemampuan ) yang
dimiliki serta memperagakannya.

13
No Nama Klien Membaca daftar hal Memilih satu Memperagakan

positif Hal positif yg Kegiatan


akan dilatih
positif

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien ,beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang
daftar hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif
tersebut .beri tanda (P) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak
mampu

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Tuasikal, Slauta, Embual. (2019). Upaya Peningkatan Harga Diri Rendah


Dengan Terapi Aktivitas Kelompok (Stimulasi Persepsi) di Ruang Sub Akut
Laki RSKD Provinsi Maluku.

2. Deni Hermawan. (2016). Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi; Bercerita


Tentang Pengalaman Positif Yang Dimiliki Terhadap Harga Diri Rendah Di
RSJD Dr. Amino Gondohutomo

15

Anda mungkin juga menyukai