10. Salsa Ade Silvani 181101011 23. Yulia Dwi Kartika 181101024
1
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa adalah keadaan mental sejahtera yang dapat menjalankan hidup
dengan harmonis dan produktif (Stuart, 2016 dalam Tuasikal, Siauta & Embuai, 2019).
Kesehatan jiwa merupakan komponen yang sangat penting dalam diri manusia secara
keseluruhan. Sehat tidak hanya sehat fisik tetapi juga harus sehat mental karena mental
dapat menciptakan keseimbangan dalam diri. Seseorang yang terganggu dari segi
mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal maka bisa dikatakan
mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah sekumpulan prilaku dan psikologis
individu yang menyebabkan terjadinya keadaan tertekan, rasa tidak nyaman, penurunan
fungsi tubuh dan kualitas hidup.
Salah satu gangguan jiwa adalah Harga Diri Rendah (HDR) yaitu keadaan
dimana individu mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan dirinya. Hal ini
berawal dari cara pandang individu terhadap dirinya yang tidak baik, dan selalu merasa
kurang dari orang lain. HDR juga dapat terjadi apabila seseorang kehilangan kasih
sayang dan penghargaan dari orang lain, maka pasien HDR harus mendapatkan
dukungan dari orang-orang yang ada disekitarnya untuk mengembalikan kepercayaan
diri pasien. Untuk mengembalikan motivasi, semangat dan rasa percaya diri pada pasien
HDR maka diperlukan Terapi Aktivitas Kelompok.
2
terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok dan terapi
bermain.Salah satu psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah harga
diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok adalah metode
pengobatan untuk penderita gangguan jiwa yang dilakukan dalam rancangan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.TAK sudah sejak lama
dimasukkan dalam program terapi keperawatan di dunia yang merupakan salah satu dari
intervensi keperawatan.
B. Landasan Teori
1. Pengertian
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi terapi menggunakan
aktivitas yang mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman
dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok . Hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Harga diri rendah
adalah semua pemikiran, kepercayaan , dan keyakinan yang merupakan pengetahuan
individu dengan dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Gangguan
harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan.
3
2. Penyebab
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang
terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus
hubungan kerja,perasaan malu karena sesuatu telah terjadi,misalnya pemerkosaan,
dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Fitria, 2013).
Selain itu penyebab gangguan Harga diri rendah secara umum meliputi:
a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima.
Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, ingin mengakhiri
kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang melakuakan
kegiatan sehari- hari, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.
1. Tujuan Umum
Pasien mampu meningkatkan kemampuan bersosialisasi, saling memperhatikan,
memberi tanggapan kepada orang lain,mengekspresikan ide atau pendapat serta
menerima lingkungan.
4
2. Tujuan Khusus
a. Pasien mengerti pentingnya bersosialisasi
b. Pasien dapat menyebutkan keuntungan bersosialisasi dan kerugian tidak bersosialisasi
c. Pasien mampu memperkenalkan diri dan mengenal orang lain
d. Pasien mampu meningkatkan hubungan social
D. Tugas terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia.
Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena
menekankan pada pengalaman klien sekarang, para pemahaman. Karena menekankan
keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh
mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi
juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
5. Menekankan keharusan terapi terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang
menyeluruh.
5
7. Memandang terapis sebagai model, dalm arti bahwa terapis dengan gaya hidup
pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada
klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
May (1961, hlm 81) memandang tugas terapis di antaranya adalah membantu klien
agar menyadari keberadaannya dalam dunia “ini adalah saat ketika pasien melihat
dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai
subjek yang memiliki dunia”. Frankl (1959, hlm.174) menjabarkan peran terapis
sebagai “spesialis mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan
memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum kepribadian keseluruhan dari
makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”. Untuk contoh
mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi eksistensial bekerja dalam
pertemuan terapi, bisa ditunjuk klien yang telah diungkapkan di muka. Jika klien
mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada terapis pada pertemuan terapi, maka
terapi akan bertindak sebagai berikut:
1. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang dikatakan oleh
klien.
2. Terlibat dalam sejumlah pertanyaan pribadi yang relevan dan pantas tentang
pengalaman-pengalaman yang mirip denga yang dialami oleh klien.
4. Menantang klien untuk melihat seluruh ccara dia menghidari perbuatan putusan-
putusan dan memberikan penilaian terhaap pengindraan itu.
6
5. Mendorong klien untuk memrikasa jalan hidupnya periode sejak memulai terapi
dengan bertanya: “jika anda bisa secara ajaib kembali kepada cara anda ingat kepada
diri anda sebelum terapi, maukah anda melakukannya sekarang?”, beri tahukan kepada
klien bahwa ia sedang mempelajari apa yang dialaminya sesungguhnya adalah suatu
sifat yang khas sebagai manusia: bahwa dia pada akhirnya sendirian, bahwa di harus
memutuskan untuk dirinya sendiri, bahwa di akan mengalami kecemasan atas
ketidakpastian putusan-putusan yang dibuat, dan bahwa di akan berjuang untuk
menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampak tak bermakna.
A. Tujuan
Tujuan mengindentifikasi hal positif pada diri klien dengan Harga Diri Rendah
yaitu agar klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki, klien dapat Menilai diri secara Positif, tidak merasa malu atau
bersalah, Merasa mampu melakukan sesuatu, tidak meremehkan kemampuan
diri sendiri , dan mampu mengungkapkan kemampuan dan kata-kata positif pada
diri klien.
B. Kriteria Klien
Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktifitas kelompok ini adalah:
1. Klien dengan riwayat gangguan harga diri rendah.
2. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku menutup diri atau
sulit berinteraksi.
3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
4. Klien dapat bicara dan mengucapkan kata-kata positif
C. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2 Ruangan nyaman dan tenang.
7
D. Alat
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
E. Metode
1. Diskusi
2. Permainan
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi dan validasi Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengidentifiasi hal positif diri
sendiri
Terapis menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus meminta
izin kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan sampai selesai
8
3.Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri: nama lengkap dan nama penggilan serta memakai
papan nama
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
c. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri: kemampuan
yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan dirumah sakit
d. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran. Tanyakan perasaan klien
setelah terindentifikasi hal positif pada dirinya
e. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut Terapis
Meminta klien menulis hal posiitif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan dating
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang
dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah
Menyepakati waktu dan tempat
9
No Nama Klien Membaca daftar hal Memilih satu Memperagakan
Petunjuk:
1.Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien ,beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar
hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif tersebut .beri
tanda (P) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu
A. Tujuan
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih atau dilakukan
10
B. Setting
2. Pastikan pasien paham dan mampu mengetahui aspek positif pada dirinya
3. Minta pasien menuliskan aspek positifnya pada kertas yang telah dibagi
C. Alat:
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
3. Kotak
4. bola
5. musik
D. Metode:
2. Bermain peran
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan harga diri rendah
11
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
4. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengidentifiasi hal positif diri sendiri
Terapis menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan sampai selesai
5. Tahap kerja
a. Terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada
sesi I dan memilih 1 untuk nanti akan diundi secara acak .
b.Terapis meminta pada setiap klien kertas yang sudah menulis kemampuan
positif dan dimasukkan ke dalam kotak.
c. Terapis menjelaskan cara permainan melatih hal positif pada diri dengan cara
berikut :
12
mengambil kertas yang ada di kotak yang berisi hal-hal positif dan
melakukannya sesuai isi kertas yang didapat.
Terapis memperagakan cara bermain
Klien memperagakan/ mulai bermain (sampai semua klien mendapat
giliran)
Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
6. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapis minta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal
kegiatan sehari-hari.
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang
dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah
Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung yaitu pada saat
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi merupakan kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang
diharapakan adalah menuliskan pengalaman dan aspek ppositif (kemampuan ) yang
dimiliki serta memperagakannya.
13
No Nama Klien Membaca daftar hal Memilih satu Memperagakan
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien ,beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang
daftar hal positif untuk dilatih dan memperagakan kegiatan positif
tersebut .beri tanda (P) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak
mampu
14
DAFTAR PUSTAKA
15