Anda di halaman 1dari 16

KONSEP KESEHATAN MASAYARAKAT

A. Konsep dan definisi tentang kesehatan


Anda sebagai bidan tentu sudah sering mendengarkan kata kesehatan yang
artikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis sedangkan masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi.
Arti lain kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat menurut UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Sehat secara mental (kesehatan jiwa) adalah satu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Sehat secara sosial
adalah perikehidupan seseorang dalam masyarakat, yang diartikan bahwa seseorang
mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri
dan kehidupan keluarga sehingga memungkinkan untuk bekerja, beristirahat dan
menikmati liburan.
Berdasarkan dua pengertian kesehatan tersebut, dapat diartikan bahwa kesehatan
ada empat dimensi, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi yang saling
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau
masyarakat. Oleh karena itu, kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh, tidak hanya
memandang kesehatan dari segi fisik saja. Misalnya: seseorang kelihatan sehat dari segi
fisiknya, akan tetapi ia tidak mampu mengendalikan emosinya ketika sedih maupun
senang dengan mengekspresikan ke dalam bentuk perilaku berteriak atau menangis
keras-keras, atau tertawa terbahak-bahak yang membuatnya sulit untuk bisa kembali ke
kondisi normal, maka orang tersebut tidak sehat. Begitu pula orang yang kelihatan sehat
dari segi fisiknya, akan tetapi tidak mampu memajukan kehidupannya sendiri dengan
belajar, bekerja, ataupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut
tidak bisa dikatakan sehat.
Berikut ini beberapa definisi kesehatan masyarakat menurut profesor Winslow
dan Ikatan Dokter Amerika, AMA (1948) :
Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow (Leavel &
Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat,
pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis
dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek
sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar
kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
(Ikatan Dokter Amerika, AMA, 1948).
Kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau
masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek
(seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah sebagai
aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat.

B. TUJUAN KESEHATAN MASYARAKAT

Tujuan Kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif adalah tiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang tinggi
baik fisik, mental, sosial serta diharapkan berumur panjang. Adapun tujuan umum dan
tujuan khusus kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh
dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri
2. Khusus
a. Meningkatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam pemahaman
tentang pengertian sehat sakit.
b. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan.
c. Tertangani/terlayani kelompok keluarga rawan, kelompok khusus dan kasus yang
memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan.

C. Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha:


1. Promotif (peningkatan kesehatan)
Peningkatan kesehatan adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan
yang meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,
pemeliharaan kesehatan lingkungan, olah raga secara teratur, istirahat yang cukup
dan rekreasi sehingga seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
2. Preventif (pencegahan penyakit)
Pencegahan penyakit adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil,
pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3. Kuratif ( pengobatan)
Pengobatan adalah usaha yang ditujukan terhadap orang sakit untuk dapat diobati
secara tepat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulikan kesehatannya.
4. Rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan)
Pemeliharaan kesehatan adalah usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru
pulih dari penyakit yang dideritanya.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN


MASYARAKAT
Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Pada gambar berikut menunjukan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan
terbesar diikuti perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Prinsip-Prinsip dan Faktor-
Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
1. Lingkungan (Environment)
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia) misalnya
sampah, air, udara dan perumahan, dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan
lain-lain). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi
lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang
bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan air bersih
pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu
masyarakat. Semakin miskin individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan
derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. misalnya manusia membutuhkan
makanan dengan gizi seimbang untuk mejaga kelangsungan hidup, jika
individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk memenuhi
kebutuhan makanan dengan gizi seimbang. Demikian juga dengan tingkat pendidikan
individu/masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka
pengetahuan untuk hidup sehat akan semakin baik. Beberapa contoh faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan antara lain:
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep haram terhadap alkohol akan
menurunkan tingkat konsumsi alkohol.
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun masyarakat maka
pengetahuan akan cara hidup sehat semakin baik.

2. Perilaku (Life Styles)


Gaya hidup individu atau masyarakat merupakan faktor kedua mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat dan tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, disamping
itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial
ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. Contohnya: dalam
masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat
modern, akan terjadi perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut yang akan
mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya: pada masyarakat tradisional di mana sarana
transportasi masih sangat minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam
beraktivitas, sehingga individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya
(berolah raga). Pada masyarakat modern di mana sarana transportasi sudah semakin
maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan menggunakan transportasi
seperti kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota
tubuhnya (berolah raga). Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada
masyarakat modern karena kurang berolah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat
modern mengkonsumsi makanan cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta
tersebut akan mengakibatkan transisi epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit
degeneratif. Berikut ini contoh dari life style yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang:
a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko kanker pada paru-paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan meningkatkan risiko
obisitas yang berisiko pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur dan menutup) pada
pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi penyakit DBD.

3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services)


Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta
kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas
sangat berpengaruh oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak,
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan, serta program pelayanan kesehatan
itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Semakin mudah akses
individu atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan
masyarakat semakin baik. Adapun faktor pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi
kesehatan, dapat terlihat sebagai berikut:
a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan menurunkan prevalensi
HIV/AIDS.
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik akan memudahkan masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.
c. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu/masyarakat untuk mengakses
pelayanan kesehatan.

4. Keturunan (Heredity)
Faktor keturunan/genetik ini juga sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini
karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik atau faktor yang telah ada
pada diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya: dari golongan penyakit keturunan,
diantaranya: diabetes melitus, asma bronkia, epilepsy, retardasi mental hipertensi dan
buta warna. Faktor keturunan ini sulit untuk di intervensi dikarenakan hal ini merupakan
bawaan dari lahir dan jika di intervensi maka harga yang dibayar cukup mahal. Berikut
ini contoh faktor keturunan dapat mempengaruhi kesehatan:
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan leukemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik

E. PERAN BIDAN DAN FUNGSI BIDAN


1. PERAN SEBAGAI PELAKSANA
Sebagai pelaksana ,bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu:
a. Tugas Mandiri
1) Menerapkan manajemen pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan :
 Mengkaji status kesehatan utuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.
 Menentukan diagnosa.
 Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
 Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
 Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
 Membuat rencana tindakan lanjut kegiatan/tindakan.
 Membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan.

2) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan
melibatkan klien:
 Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam
masa prnikah.
 Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan dasar.
 Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai proritas dasar bersama klien.
 Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
 Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
 Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
 Membuat catatan dan pelaporan asuhan kebidanan.

3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal :


 Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan kehamilan
 Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan keadaan hamil
 Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan
prioritas masalah
 Melaksanakan rencana asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang
telah disusun
 Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien
 Membuat pencatatan dan laporan asuhan kebidanan yang telah diberikan

4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan


melibatkan klien/keluarga :
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa pesalinan
 Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa
persalinan
 Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan
rencana yang telah disusun
 Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan
 Membuat rencana tindakan pada ibu masa persalinan sesuai dengan
prioritas
 Membuat pencatatan asuhan kebidanan

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir :


 Mengakaji status kesehatan pad byi baru lahir dengan melibatkan keluarga
 Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir
 Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas
 Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
 Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
 Membuat rencana tindak lanjut
 Membuat pencatatan dan pelaporan yang telah diberikan

6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan


melibatkan klien/keluarga :
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas
 Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas
 Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah
 Melaksanakakn asuhan kebidanan sesuia dengan rencana
 Mengevaluasi bersamam klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
 Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien
 Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan

7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan


pelayanan keluarga berencana :
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas
 Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas
 Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas
 Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai prioritas
 Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan
 Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien
 Membuat pencatatan dan pelaporan

8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem


reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause :
 Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien
 Menentukan diagnosa, prognosa, prioritas dan kebutuhan asuhan
 Menyusun rencana asuhan sesuia prioritas maslah bersma klien
 Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
 Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
 Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan

9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan


keluarga :
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang
bayi/balita
 Menentukan diagnosa dan prioritas masalah
 Menyususn rencana asuhan sesuai dengann rencana
 Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana
 Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan
 Membuat rencana tindak lanjut
 Membuat catatan dan laboran asuhan

b. Tugas Kolaborasi/Kerjasama
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsí kolaboarasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
 Mengkaji masalah yang berkaiatan dengan komplikasi dan keadaan
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatan yang
memerlukan tindkaan kolaborasi
 Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil
kolaborasi serta kerjasama dengan klien
 Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan
klien
 Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan
 Menyususn rencana tindak lanjut bersama klien
 Membuat pencatatan dan pelaporan

2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
 Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus resiko tinggi dan keadaan
kegawat daruratan yang memerlukan pertolongna pertama dan tindakan
kolaborasi
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan faktor resiko
dan keadaan kegawatdaruratan pada kasus resiko tinggi
 Menyusun rencana asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi
dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas
 Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama
 Membuat rencana tindak lanjut bersama klien
 Membuat catatan dan laporan

3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan


resiko tinggi dan keadaaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
 Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan faktor resiko
dan keadaan kegawatan
 Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas
 Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas
 Mengevaluasi hasil asuhan kebdianan dan pertolongan pertama pada ibu
hamil dengan resiko tinggi
 Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga
 Membuat catatan dan laporan
4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi denga melibatkan klien dan keluarga.
 Mengkaji kebutuhan asuhan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan faktor resiko
dan keadaan kegawatdaruratan
 Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas
 Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibi masa nifas dengan resiko
tinggi dan pertolongan kegawatdaruratan
 Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan
pertolongan pertama sesuai prioritas
 Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama
 Menyusun rencana tindak lanjut bersama keluarga/klien
 Membuat catatan dan laporan

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan
yang mengalami komplikasi serta kegawatan yang memerlukan tindakan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebdianan pada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memelurkan tindakan
kolaborasi
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko
dan kegawat daruratan
 Menyusun rencanan asuhan kebidanan pada bayi, baru lahir dengan resiko
tinggi dan memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas
 Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi
dan pertolongan pertama sesuai prioritas
 Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan
 Menyusun rencanan tindakan lanjut bersamam klien/keluarga
 Membuat catatan dan laporan
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan keluarga
 Mengkaji kebutuhan asuhan pada balita dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakakn kolaborasi
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor
resiko dan keadaan kegawatan
 Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi
dan memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas
 Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama yang telah
diberikan
 Menyusun rencana tindak lanjut bersamam klien/keluarga
 Membuat catatan dan laporan

c. Tugas Rujukan
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebdianan yang memerlukan tindakan di
luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan
 Menentukan diagnosa, prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk
kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga
 Mengirim klien untuk keperluan intervensí lebih lanjut kepada
petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan
dokumentasian
 Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh
kejadian dan intervensi

2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan
 Mengkaji kebutuhan asuhan kebdianan melalui konsultasi dan rujuakn
pada ibu hamil
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas
 Memberikan pertolongan pertama pada kasusu yang memerlukan
rujukan
 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
 Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada
petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
 Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh
kejadian dan intervensi
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga
 Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam
persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
 Menentukan diagnosaa, prognosa dan prioritas
 Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
 Mengirim klien untuk intervensi lebih lanjut kepda petugas/instansi
pelayanan kesehatan yang berwenang
 Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh
kejadian dan intervensi yang sudah diberikan
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
dalam masa nifas ddengan penyulir tertentu dengan kegawatan dengan
melibatkan klien dan keluarga
 Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam
persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan
 Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah
 Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
 Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut pada
petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
 Membuat catatan dan laporan serta serta mendokumentasikan seluruh
kejadian dan intervensi yang sudah diberikan

5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
dan kegawatdaruratan yang memerlukana konsultasi dan rujukan dengan
melibatkan keluarga
 Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada bayi baru lahir
yang memerlukan konsultasi dan rujukan
 Memerlukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah
 Memberikan pertolongan pertama pada kasusu yang memerlukan
rujukan dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
tindakan
 Mengirim klien kepada institusi pelayanan kesehatan yang berwenang
 Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan

6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu


dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujuan dengan melibatkan
klien/keluarga
 Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada balita yang
memerlukan konsultasi dan rujukan
 Menerima diagnosa dan prioritas
 Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan
 Mengirim klien kepada petugas/institusi pelayanan kesehtaan yang
berwenang
 Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan

2. PERAN SEBAGAI PENGELOLA


a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat/klien.
 Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya.
 Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat
 Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun atau petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan
ibu dan anak serta KB
 Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB
 Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
 Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanana praktik profesional
melalui pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-kegiatan dalam
kelompok profesi
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan

b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain
di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader
kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam
wilayah kerjanya.
 Bekerjasama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam
memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak
lanjut
 Membina hubungan baik dengan dukun kader kesehatan/PLKB dan
masyarakat
 Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi
 Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan

3. PERAN SEBAGAI PENDIDIK


a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya
yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana
 Bersama klien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyululuhan
kesehatan khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan KB
 Bersama klien dan pihak terkait menyususn rencana penyuluhan kesehatan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang.
 Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana
yang telah disusun
 Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan
masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang
melibatkan unsur-unsur yang terkait termasuk masyarakat
 Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan
masyarakat dan menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan
program di masa yang akan datang
 Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan
kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis

b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta
membina dukun di wilayah atau tempat berkerjanya.
 Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa
 Menyusun rencana latihan dan bimbingna sesuai dengan hasil pengkajian
 Menyiapkan alat, AVA dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta
latih sesuai dengan rencana yang telah disusun
 Melaksanakan pelatihan dukun, kader sesuai dengan rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait
 Membimbing siswa bidan dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya
 Menggunakan hasil evalusi untuk meningkatkan program bimbingna
 Mendokumentasikan semua kegiatan temasuk hasil evaluasi pelatihan dan
bimbingna secara sistematis dan lengkap

4. PERAN SEBAGAI PENELITI


Melakukan investigasi atau penelitian dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun secara kelompok.
 Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
 Menyusun rencana kerja pelatihan
 Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana
 Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi
 Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut
 Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan
program kerja atau pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai