Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pengembangan Kurikulum PAI

“Paradigma Pembelajaran era revolusi industrial”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Supervisi Pendidikan

Pada Program Studi Pasca Sarjana Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Dr. H. Undang Ruslan W. M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Fauzi Alvi Yasin 1810632030004


2. Asep Mubarok1810632030005
3. Sendi Febriana1810632030006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

TAHUN AKADEMIK 2019/1440 H


KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Segala puji dan syukur bagi Allah subhanahu wa taa’ala, dzat yang maha berkehendak. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad shollahu ‘alaihi wa
salam, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, tabi’in tabi’atnya dan kepada kita semua selaku umatnya
yang mudah-mudahan mendapatkan syafa’atnya. Aamiin.

Alhamdulillah berkat rahmat dan inayah Allah subhanahu wa taa’ala kami dari Kelompok 1
Program Studi Pasca Sarjana Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang dapat
menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI dengan judul
“Paradigma Pembelajaran Era Revolusi Industri”.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyususnan
makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi para pembacanya dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Pendidikan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0. atau revolusi industri dunia
ke-empat dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal
menjadi tanpa batas dan tidak terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi digital.
Era ini telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik,
kebudayaan, seni, dan bahkan sampai ke dunia pendidikan.

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu cita-cita Indonesia, hal ini tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi :

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia.

Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui pendidikan.
Dalam Rapat Kerja Nasional 2018, Sri Mulyani saat menjadi‘Keynote Speaker’
mengatakan “kemajuan suatu negara untuk mengejar ketertinggalan sangat tergantung pada
tiga faktor yakni pendidikan, kualitas institusi dan kesediaan infrastruktur” (Ristekdikti,
2018).

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan menjadi pilar utama dalam
kemajuan suatu negara. Selain itu, pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
maka dibutuhkan pula pendidikan yang berkulitas.

Adapun hubungan dunia pendidikan dengan revolusi industri 4.0. adalah dunia
pendidikan dituntut harus mengikuti perkembangan teknologi yang sedang berkembang
pesat serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai fasilitas lebih dan
serba canggih untuk memperlancar proses pembelajaran. Selain itu, diharapkan dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pola pikir pembelajaran dapat bergeser
dari berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta didik (student
centered). (Fauziah, 2015) mengatakan :

Teknologi informasi dan komunikasi mutakhir memungkinkan untuk peningkatan


kualitas pendidikan, perangkat lunak pendidikan yang interaktif adalah jalan untuk
memperkaya pendidikan dengan mengintegrasikan teknologi ke dalam kelas tradisional.
Selain itu, teknologi merupakan sumber daya yang bagus bagi guru sebagai penunjang
dalam proses pengajaran dan pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan di bahas dalam
makalah ini terinci sebagai berikut :
1. Apa pengertian Revolusi Pendidilkan?
2. Apa pengertian dari Paradigma Pendidikan?
3. Bagaimana Paradigma Pembelajaran di era Revolusi Industri?
4. Apa saja dampak Revolusi Industri pada sistem pendidikan?
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui Pengertian Revolusi Pendidikan
2. Mengetahui Pengertian Paradigma Pendidikan
3. Mengetahui Paradigma Pembelajaran di era Revolusi Industri
4. Mengetahui Dampak Revolusi Industri pada system Pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Revolusi Industri

Awal mula penggunaan istilah "Revolusi Industri" ditemukan dalam surat oleh seorang
utusan Prancis bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal 6 Juli 1799, di mana dia menuliskan
bahwa Prancis telah memasuki era industrialise..Dalam buku terbitan tahun 1976 yang berjudul :
Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, Raymond Williams menyatakan bahwa kata itu
sebagai sebutan untuk istilah "industri".

Revolusi Industri adalah perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang memengaruhi
kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi biasanya digunakan dalam
melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan. Namun, Revolusi Industri di Inggris pada
hakikatnya adalah perubahan dalam cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan
dengan tangan (tenaga manusia) kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian,
barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.

Tidak dimungkiri lagi revolusi industri telah ada di depan mata, tak terkecuali Indonesia.
Bahkan revolusi industri versi 4.0 telah dibicarakan dan gaungnya semakin terdengar nyaring.

Dalam presentasi Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Richard Mengko, yang
mengambil sumber dari A.T. Kearney, mengungkap sejarah revolusi industri sampai akhirnya
menyentuh generasi ke-4 ini. Berikut ini empat tahap evolusi industri dari dahulu hingga kini.

1. Akhir abad ke-18

Revolusi industri yang pertama terjadi pada akhir abad ke-18. Ditandai dengan
ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada 1784. Kala itu, industri diperkenalkan
dengan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. Peralatan kerja yang
awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin
tersebut. Banyak orang menganggur tapi produksi diyakini berlipat ganda.
2. Awal abad ke-20

Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Kala itu ada pengenalan produksi
massal berdasarkan pembagian kerja. Lini produksi pertama melibatkan rumah potong
hewan di Cincinati pada 1870.

3. Awal tahun 1970

Pada awal tahun 1970 ditengarai sebagai perdana kemunculan revolusi industri
3.0. Dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi
produksi. Debut revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan 
pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yakni modem 084-969. Sistem otomatisasi
berbasis komputer ini membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia.
Dampaknya memang biaya produksi menjadi lebih murah.

4. Saat ini

Nah, sekaranglah zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-
physical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas
manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan
nama internet of things.

Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 menjadi topik hangat bagi semua kalangan untuk diperbincangkan,
dipikirkan, diseminarkan, serta diperdebatkan. Judul-judul tulisan, artikel, makalah dan buku
banyak memuat istilah Revolusi Industri 4.0 agar menarik perhatian pembaca. Fenomena seperti
ini juga terjadi ketika kita mulai masuk pada era milenium dan era globalisasi. Revolusi Industri
4.0 merupakan fase revolusi industri terkini yang hadir seiring dengan terjadinya fenomena
disruptif

Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perpaduan teknologi yang mengaburkan batas
antara bidang fisik, digital, dan biologis (Schwab,2016; Hermann et al,2015; Irianto, 2017).
Semua bidang keilmuan dan segi kehidupan saat ini telah dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi baru yang mengintegrasikan unsur fisik, digital dan biologis.

Fenomena tersebut di atas harus disikapi dan diantisipasi secara bijak oleh lembaga
pendidikan dalam bidang ekonomi dan bisnis. Pertanyaan penting yang harus menjadi refleksi
adalah, sudahkah peserta didik dibekali kompetensi untuk memasuki dunia kerja era Revolusi
Industri 4.0? Sebagian kompetensi yang diperlukan mungkin sudah diberikan kepada peserta
didik. Namun, kita juga harus mengakui bahwa masih ada kompetensi yang menjadi tuntutan era
Revolusi Industri 4.0 belum dipersiapkan pada peserta didik.

Banyak penyebab mengapa peserta didik kita belum diberikan bekal kompetensi yang
kaffah menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Bisa jadi, kita sebagai pendidik juga masih gagap
terhadap teknologi virtual, atau kita sudah mahir tetap enggan mengajarkan, atau kita sudah
mengajarkan tetapi caranya tidak tepat sehingga hasilnya tidak maksimal. Oleh karena itu,
diperlukan kesadaran dan semangat kita untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar peserta
didik menjadi lulusan yang siap menghadapi dunia kerja pada era Revolusi Industri 4.0.

2.2 Paradigma Pendidikan

Paradigma dalam disiplin intelektual diartikan cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhi dalam berfikir, bersikap dan bertingkah laku.
Sedangkan pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 diartikan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Paradigma pendidikan merupakan cara pandang yang dilakukan oleh orang melalui
proses berfikir tentang proses pembelajaran yang didalamya terdapat komponen peserta didik ,
pendidik, sumber belajar, cara/metode dan strategi pembelajaran,sistem kurikulum, serta tujuan
yang ingin di capai dalam pembelajaran.
Komponen-komponen pendidikan diatas dalam hal ini kita kerucutkan pada pembelajaran
mengalami transformasi dinamis yang selalu mengalami pergerakan mengikuti grafik perubahan
teknologi. Evolusi dan revolusi teknologi penyampaian pesan mulai dari jaman ke jaman
mengalami perkembangan. Mulai dari menggunakan daun lontar, surat kertas,telegram, telepon,
radio/televisi, internet. Seiring dengan perubahan tersebut maka peradaban pendidikanpun turut
berubah bergerak seperti “grafik eksponensial”.

Cara pandang peserta didik akan kebutuhan pendidikannya berubah seiring dengan
transformasi teknologi. Di era sebelum tahun 1990-an untuk membaca artikel atau materi
pelajaran kita harus mengunjungi perputakaan yang terkadang buku yang kita butuhkan belum
tentu ada, kalaupun ada kita terbatas untuk meminjam dan membacanya. Sudah jauh berbeda
dengan keadaan sekarang, teknologi memberi kemudahan akses kepada manusia. Kapan, dimana
dan informasi apa yang kita inginkan dapat diakses dengan dengan cepat sehingga peserta didik
membutuhkan cara belajar baru.

Dari fakta empiris diatas tentunya pendidikpun harus bisa mengimbangi untuk adaptif
terhadap perubahan. Sumber belajar, cara/metode dan strategi pembelajaran, sistem kurikulum
turut mengalami pembaharuan menuju era digital. Sehingga paradigma lama pendidikan
otomatis akan bergeser kedalam paradigma baru pendidikan yang ditandai dengan :

1. Pembelajaran dari teacher centered learning (TCL) menuju student centered learning (SCL)
2. Kelas konvensional/tradisional menjadi kelas digital.
3. Guru sebagai fasilitator dan penggerak dalam era perkembangan teknologi, guru bukan
sebagai sumber utama belajar
4. Siswa belajar menggunakan teknologi ( perangkat interaktif / internet dan komputer) serta
berinteraksi dalam lingkungan digital.
5. Pembelajaran online (mobile learning ,internet, e library) dan pembelajaran offline
(anjungan belajar mandiri, pembelajaran berbasis komputer, book reader)

Paradigma pendidikan akan terus bergeser, bergerak seiring dengan perkembangan ilmu
dan teknologi. Maka dari itu pendidik dalam hal ini sebagai pointer pelaksana pembelajaran
dituntut terus beradaptasi dan kritis sehingga kebutuhan peserta didik akan pendidikan dapat
diarahkan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam dunia pembelajaran, peran pedagogik oleh guru sangat dibutuhkan. Mendidik
berhubungan dengan ajaran tingkah laku, tuntunan, akhlak dan kedewasaan berfikir. Peran
mendidik oleh guru tak akan tergantikan oleh kecanggihan mesin atau teknologi. Tetapi
bagaimana peran pedagogik ini juga bisa beradaptasi dengan era digital sehingga nantinya
peserta didik mampu berpikir kritis, mampu memilah dan memilih mana yang baik dan
bermanfaat dalam kehidupannya.

2.3 Paradigma Pembelajaran di era Revolusi Industri

Pembelajaran merupakan aktivitas utama dalam proses pendidikan. Pembelajaran


merupakan pengaturan informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi agar peserta didik dapat
belajar dengan baik. Pembelajaran tidak sekedar menyiapkan tempat untuk belajar, tetapi lebih
dari itu adalah mencakup pengaturan metode, media, dan berbagai perlengkapan yang
dibutuhkan untuk menyampaikan informasi serta memandu peserta didik belajar.

Smaldino (2008:17) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan berbagai upaya yang


dilakukan untuk merangsang belajar dengan pengaturan pengalaman untuk membantu peserta
didik mencapai perubahan kemampuan yang berarti.

Pembelajaran mencakup seluruh peristiwa dan kegiatan yang berpengaruh terhadap


proses belajar peserta didik. Sesuai dengan perkembangan teknologi informasi sekarang ini,
pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas di sekolah, tetapi dapat pula berupa
pembelajaran berbantuan komputer dan pembelajaran berbasis web.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses yang meliputi pemilihan,


pengaturan, dan penyampaian informasi pada lingkungan yang sesuai dan cara individu
berinteraksi dengan informasi tersebut.

Kalau industri 3.0 adalah dimana gedung tinggi, tempat strategis dan promosi produk
langsung sangat penting, maka era 4.0 ini tidak penting. Yang penting dalam era ini adalah
melek tiga literasi; literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Kalau dulu literasi penting
itu adalah calistung (membaca, menulis dan berhitung) maka hari ini harus literasi data,
teknologi dan manusia. Tiga literasi ini dipentingkan bagi pengembangan segala jenis pekerjaan
di era revolusi industri 4.0 sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, dunia pendidikan pun harus
mengikuti tren ini. Jika tidak, maka bisa jadi dunia pendidikan akan mengalami “gap”
ketimpangan yang jauh.

Pendidikan tidak bisa tinggal diam dan stagnan dalam memahami fenomena ini.
pendidikan sebagai penyedia layanan sumber daya manusia (SDM) harus mampu melihat
kecenderungan ini sebagai sebuah tantangan. Untuk move on dari paradigma lama ke paradigma
baru, dari tradisi zaman OLD ke zaman NOW dan dari cara tradisional ke cara digital. Jangan
sampai kejadian hari ini adalah banyaknya sarjana yang ditolak oleh dunia industri karena tidak
link and match antara pendidikan tinggi dengan industri.

Tantangan yang membuat dunia pendidikan kita sulit beradaptasi dengan dunia revolusi
industri 4.0 :

1. SDM guru dan dosen yang kurang melek dalam literasi teknologi.

Mereka disebut “Digital Immigrant” yaitu sebutan sebagai warga pendatang bagi
dunia digital. Yang mereka hadapi adalah anak muda yang sudah sangat dekat dunia
digital yang kita sebut dengan “Native Digital”. Yaitu, istilah penduduk aseli di dunia
digital. Para pendidik merasa kehabisan energy untuk mengejar literasi data dan teknologi
karena energy mereka tidak terlalu cukup untuk mengadaptasi dua literasi ini. Akhirnya,
pendidik menyerah dan menutupi ketidak mampuan dengan menggunakan “dalil-dalil”
konservatif yang dipaksa harus diterima oleh native digital.

2. lliterasi teknologi dan data adalah literasi yang sangat luas dan sangat cepat
berubah.

Data yang deras dan berhamburan di dunia digital membutuhkan energy yang
sangat melelahkan untuk dianalisis. Membedakan the truth dan hoax, menelusuri mana
yang referenced dan unreferenced, menyimpulkan kebenaran yang single atau yang
multiple adalah beberapa kesulitan dalam literasi data. Hal inilah yang membuat pendidik
kesulitan untuk move up. Teknologi yang dahulu hanya computer applied sederhana,
sekarang sudah menjadi ribuan teknologi yang tidak terkejar oleh pendidik. Android
sebagi market leader dalam perangkat lunak telah memberdayakan semua orang untuk
berperan serta dalam membangun teknologi perangkat lunak. Hingga produknya sangat
banyak dan bervariasi. Begitupun, teknologi hardware yang sangat cepat dan kadang kita
tidak bisa berpikir untuk menghentikannya.

2.4 Dampak Revolusi Industri Pada Sistem Pendidikan

Berdasarkan hasil riset Bank Dunia (World Bank) baru-baru ini menyatakan


bahwa Indonesia perlu 45 tahun (hampir setengah abad) mengejar ketertinggalan dalam
bidang  pendidikan dan perlu 75 tahun untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Sementara daya saing Indonesia tahun 2017 masih ada diurutan 36 dari 137
negara. Menurut Trilling dan Fadel dalam Daryanto (2017:13), keterampilan yang harus
dimiliki pada abad 21 adalah life and career skills, learning and innovation
skills, dan information media and technology skills. Artinya masih banyak pekerjaan
rumah yang harus dikejar oleh pemerintah dan kita sebagai rakyat Indonesia dalam
menjalani RI 4,0 ini.

Kehadiran revolusi industri keempat selain membawa kekhawatiran, juga membawa


kabar baik karena tidak sepenuhnya berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan
sebelumnya. World Economic Forum memprediksi empat isu yang akan memengaruhi
pekerjaan pada masa depan:

Pertama, kecerdasan buatan dan robot akan menciptakan lebih banyak pekerjaan,
bukan pengangguran massal. Memang benar bahwa otomatisasi akan menyebabkan
beberapa pekerjaan akan hilang, namun di sisi lain adalah hal ini justru membawa
peluang pekerjaan baru di bidang yang lain. Para ahli ekonomi percaya bahwa yang
terjadi pada masa depan bukan kurangnya lowongan pekerjaan, tapi kurangnya
kemampuan yang sesuai dengan jenis pekerjaan pada masa depan.
Kedua, setiap kota akan saling berkompetisi memperebutkan sumber daya
manusia dengan talenta terbaik. Persaingan untuk mendapatkan talenta terbaik tidak lagi
berlangsung hanya antarperusahaan, namun akan meningkat menjadi antarkota. Seiring
dengan perkembangan teknologi yang memungkinkan bekerja dari jarak jauh, masyarakat
akan lebih memilih untuk tinggal di kota dengan lingkungan ramah teknologi
dibandingkan dengan tinggal di tempat terdekat dengan kantor.

Ketiga, sebagian besar tenaga kerja negara maju akan menjadi pekerja
bebas (freelance) sebelum 2027. Para pekerja freelance ini akan didominasi oleh generasi
milenial. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan dipercaya akan lebih memilih merekrut para
pekerja freelance dibandingkan pekerja tetap untuk mengisi kekosongan talenta (talent
gap) yang mereka butuhkan.

Keempat, sistem pendidikan berubah dari pendekatan parsial menjadi holistik.


Pelajaran matematika, seni dan ilmu pengetahuan yang selama ini dipandang sebagai
disiplin ilmu yang terpisah dinilai sudah tidak relevan dalam mengisi kebutuhan
kompetensi pekerjaan pada masa depan. Sekolah-sekolah akan mulai mengadopsi
kurikulum berbasis tugas (project-based curriculum) sebagai jembatan untuk
meruntuhkan sekat-sekat yang selama ini menjadi penghalang generasi berpikir kreatif.

Saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan
menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya,
melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah,
mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya.

Jadi, era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan.
Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih
esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Untuk
bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah
bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas. Pasalnya, di
era revolusi industri 4.0 profesi guru makin kompetitif.

Menristekdikti, Bpk. Moh. Nasir dalam pembukaan acara Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti)
2018 yang digelar di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU),
Medan(17/1)menyampaikan, “Kebijakan strategis perlu dirumuskan dalam berbagai
aspek mulai dari kelembagaan, bidang studi, kurikulum, sumber daya, serta
pengembangan cyber university, risbang hingga inovasi.

Pendidikan setidaknya harus mampu menyiapkan anak didiknya menghadapi tiga hal:

1.       Menyiapkan anak untuk bisa bekerja yang pekerjaannya saat ini belum ada;

2.     Menyiapkan anak untuk bisa menyelesaikan masalah yang masalahnya saat ini
belum muncul, dan

3.  Menyiapkan anak untuk bisa menggunakan teknologi yang sekarang teknologinya


belum ditemukan. Sungguh sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi dunia
pendidikan.
Kesimpulan

Sebagai sebuah disiplin ilmu terapan (applied science), Teknologi Pendidikan


akan terus mengikuti dan mengadopsi berbagai perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Kondisi ini sekaligus menuntut para teknolog pendidikan untuk terus mempelajari
berbagai perubahan tersebut dan mengaplikasikannnya untuk memfasilitasi peserta didik
dalam memecahkan masalah belajar dan meningkatkan kinerjanya. Sasaran peningkatan
kinerja yang paling besar dalam pendidikan adalah guru, karena peserta didik hanya
mengikuti sistem pendidikan yang diterapkan. Disamling itu, para teknolog pendidikan
pun memiliki dua konsekuensi yang harus dihadapi, yaitu:

Pertama, secara pribadi harus mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan


tersebut untuk dapat eksis dan berkonstribusi positif terhadap berbagai perubahan,
khusunya dalam bidang teknologi pendidikan.

Kedua, sebagai profesional, harus terus mengembangkan profesionalitasnya agar


dapat menciptakan berbagai inovasi belajar dan pembelajaran yang efektif sebagai solusi
atas permasalahan belajar yang akan dihadapi oleh para pebelajar. Untuk menghadapi
tantangan tersebut, sejumlah kompetensi, harus terus dikuasai dan dikembangkan.

Referensi

Daryanto, Karim. 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.

https://economy.okezone.com/read/2018/01/29/320/1851695/revolusi-industri-ke-4-di-depan-mata-ini-
perjalanannya

http://suaramu.id/2018/03/08/guru-bagi-generasi-milenial-di-era-revolusi-industri-4-0/

Anda mungkin juga menyukai