Anda di halaman 1dari 26

14

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengujian berkala kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan


menguji dan atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta
gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan
terhadap persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan secara berkala.
Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 29 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2009 tentang Kendaraan dan Pengemudi, bahwa setiap kendaraan
bermotor jenis mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus, kereta gandengan,
dan kereta tempelan yang di impor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri dan
kereta umum yang akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan uji berkala dengan
masa uji berkala yang berlaku selama 6 (enam) bulan.

Penyelenggaraan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor (PBKB)


bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa kendaraan bermotor yang
dioperasikan di jalan telah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta tidak
mencemari lingkungan atau dengan kata lain terpenuhinya aspek persyaratan
ambang batas emisi gas buang dan kebisingan.

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2004 tentang


Kendaraan dan Pengemudi, persyaratan teknis adalah persyaratan tentang
susunan peralatan, perlengkapan, ukuran, bentuk, karoseri, pembuatan,
rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya, emisi gas buang,
penggandengan dan penempelan kendaraan. Persyaratan teknis kendaraan
bermotor meliput Persyaratan rangka dan landasan :
1. Persyaratan motor penggerak
2. Persyaratan sistem pembuangan
3. Sistem roda
4. Sistem suspensi
5. Persyaratan alat kemudi
15

6. Sistem rem
7. Lampu-lampu dan alat pantul cahaya
8. Persyaratan komponen pendukung
9. Persyaratan badan kendaraan bermotor
10. Peralatan dan perlengkapan kendaraan.

Sedangkan persyaratan laik jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu


kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah
terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu operasi di
jalan. Persyaratan laik jalan kendaraan bermotor meliputi:
1. Emisis gas buang kendaraan bermotor
2. Kebisingan suara kendaraan bermotor
3. Efisiensi sistem rem utama
4. Efisiensi sistem rem parkir
5. Kincup roda depan
6. Tingkat suara klakson
7. Kemampuan pancar dan arah sinar lampau
8. Radius putar

9. Alat penunjuk kecepatan


10. Kekuatan, unjuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing- masing
kenis, ukuran dan lapisan
11. Kedalaman alur ban luar.

3.2. Dasar Hukum Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor


Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan semakin
berkembangnya teknologi modern, dimungkinkan akan menimbulkan kondisi
atau dampak yang kurang baik karena tidak adanya suatu keseimbangan. Guna
menanggulangi ketidakseimbangan tersebut agar tercipta kondisi lalu lintas dan
angkutan yang tertib, aman dan selamat, lancar dan terkendali khususnya di
bidang pengujian berkala kendaraan bermotor, maka aparat pemerintah dan
masyarakat harus patuh pada hukum dan ketentuan-ketentuan perundang-
16

undangan yang berlaku.


Dasar hukum pengujian berkala kendaraan bermotor adalah sebagai
berikut:
a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, Pasal 49, tentang Pengujian
Kendaraan Bermotor:
1) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan yang
diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri dan kendaraan khusus
yang akan beroperasi di jalan wajib dilakukan pengujian.

2) Pengujian sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi, uji tipe dan uji
berkala.

3) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 tahun 2004, tentang


Pengujian Kendaraan Bermotor, Pasal 2:
Pelaksanaan uji berkala kendaraan bermotor dimaksudkan untuk:

4) Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan


kendaraan motor di jalan,

5) Melestarikan lingkungan dan kemungkinan pencemaran yang


diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor,

6) Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 tahun 2004, tentang


Pengujian Kendaraan Bermotor, Pasal 3:
“Uji berkala kendaraan bermotor dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat I yang secara operasional dilakukan oleh Dinas
Perhubungan Tingkat I dan dapat diserahkan kepada Pemerintah
daerah Tingkat II yang secara operasional dilakukan oleh Dinas
Perhubungan daerah Tingkat II”.

3.3. Petunjuk Pelaksanaan Permohonan Uji Berkala


3.3.1. Kendaraan Wajib Uji
Pelayanan pengujian berkala kendaraan bermotor belum dapat menjangkau
17

untuk semua jenis kendaraan bermotor, hanya jenis kendaraan yang intensitas
penggunaannya dianggap cukup tinggi, yaitu:
1) Kendaraan angkutan umum,
2) Kendaraan angkutan barang,
3) Kereta tempelan atau gandengan.

3.3.2. Pengujian Berkala Untuk Pertama Kali (Kendaraan Bermotor Baru)


Pengujian berkala untuk pertama kali merupakan pengujian yang
dilakukan bagi:
a. Kendaraan bermotor baru
Pengajuan permohonan uji berkala pertama kali bagi kendaraan yang telah
memperoleh sertifikat uji tipe, sertifikat registrasi uji tipe dan tanda lulus uji
tipe dibebaskan dari kewajiban uji berkala untuk yang pertama kali selama
enam (6) bulan terhitung sejak diterbitkannya STNK untuk pertama kali.
Untuk itu pemilik pemegang kendaraan bermotor baru tersebut selambat-
lambatnya satu (1) bulan sebelum berakhirnya masa pembebasan uji berkala
wajib didaftarkan di unit pelaksana pengujian berkala kendaraan bermotor
setempat dengan menyertakan persyaratan lain, antara lain surat keterangan
bebas uji berkala yang berlaku selama enam (6) bulan sebagai pengganti
buku uji, surat registrasi uji tipe, STNK, BPKB dan sebagainya.

b. Kendaraan bermotor hasil rancang bangun dan rekayasa


Setiap kendaraan bermotor yang telah memperoleh pengesahan rancang
bangun dan rekayas berupa surat keterangan hasil pemeriksaan mutu,
diwajibkan melakukan uji berkala sebelum kendaraan bermotor
bersangkutan dioperasikan di jalan dan didaftarkan untuk memperoleh
STNK dan BPKB, dengan menyertakan persyaratan antara lain surat
keterangan pemeriksaan mutu, STCK dan sebagainya.

3.3.3. Pengujian Berkala Berikutnya Dan Seterusnya


Pengujian berkala periodik merupakan lanjutan dari pengujian berkala
pertama dan sudah menjadi kategori kendaraan bermotor wajib uji yang
18

dilakukan setiap enam (6) bulan sekali, sampai kendaraan bermotor tersebut
dilakukan penghapusan/abolisi kendaraan bermotor.

3.3.4. Pengujian Berkala Di Luar Wilayah (Numpang Uji)


Pengujian yang dilaksanakan bagi kendaraan wajib uji dari suatu daerah ke
daerah lain, yang telah jatuh tempo, sementara kendaran bermotor bersangkutan
berada di luar daerah yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengujian
kendaraan bermotor secara fisik di daerah asalnya.
Pelaksanaan permohonan numpang uji berkala dibagai atas:
a. Numpang uji keluar wilayah
Pengajuan permohonan ini harus menyertakan persyaratan, antara lain surat
keterangan numpang uji keluar wilayah, STNK, surat pengantar tidak keberatan
numpang uji dari unit Pelaksana Pengujian Berkala dimana kendaraan bermotor
yang bersangkutan terdaftar dan sebagainya.
b. Numpang uji dari luar wilayah
Pengajuan permohonan ini harus menyertakan persyaratan, antara lain surat
keterangan tidak keberatan untuk di uji dalam suatu wilayah yang akan sebagai
tempat pengujian, STNK, mengirim hasil lulus uji ke Unit Pelaksana
Pengujian Berkala dimana kendaraan bermotor yang bersangkutan terdaftar dan
sebagainya.

3.3.5. Pengujian Berkala Untuk Mutasi Kendaraan Bermotor


Pengujian bilamana alamat pemilik kendaraan bermotor berpindah
wilayah atau sebaliknya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemilik atau pemegang kendaraan bermotor diwajibkan melapor kepada
pejabat Unit Pelaksana Pengujian Kendaran Bermotor (UPPKB) setempat,
kalau kendaraannya akan dialihkan pengujiannya ke UPPKB lainnya. Untuk
itu pejabat UPPKB yang bersangkutan segera mengirim kartu pengujian
kendaraan bermotor yang akan dialihkan tersebut kepada pejabat UPPKB
yang baru sesuai permohonan pemilik atau pemegang kendaraan bermotor.
b. Pejabat UPPKB akan menguji kendaraan bermotor dari UPPKB lainnya,
diwajibkan meminta kartu pengujian dari kendaraan yang akan diuji kepada
19

pejabat UPPKB asal.


c. Setelah diberi catatan-catatan tentang hasil pengujian yang telah dilakukan,
selanjutnya pejabat UPPKB yang menguji kendaraan bermotor yang
bersangkutan diwajibkan mengirimkan kembali kartu pengujian kepada
pejabat UPPKB semula.

3.4. Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor


Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan pengujian :
1. Pastikan peralatan uji telah dikalibrasi
2. Kendaraan yang diuji dalam keadaan bersih
3. Selama pengujian berlangsung yang memegang kemudi kendaraan bermotor
yang diuji adalah pembantu penguji.

Pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor terdiri dari:


1. Persyaratan Administrasi
Ketentuan administrasi yang harus dipenuhi, meliputi:
a. Pengujian berkala untuk pertama kali (kendaraan bermotor baru), dibebaskan
dari uji berkala pertama kali, yaitu:
1) Kendaraan bermotor baru
a) Surat keterangan bebas uji berkala yang berlaku selama enam (6) bulan
sebagai pengganti buku uji
b) Didaftarkan pada pelaksana penguji berkala sesuai domisili pemilik
kendaraan bermotor
c) Mengisi dan melengkapi formulir permohonan yang tersedia
d) Memiliki bukti lunas pembayaran biaya uji berkala
e) BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) asli dan fotocopy,
f) STCK (Surat Tanda Coba Kendaraan) asli dan fotocopy
g) KTP pemilik asli dan fotocopy atau surat kuasa dari pemilik kendaraan jika
yang bersangkutan tidak dapat mengurus sendiri
h) Sertifikat Uji Tipe asli dan fotocopy
i) Sertifikat Segistrasi Uji Tipe asli dan fotocopy.
2) Kendaraan bermotor hasil rancang bangun dan rekayasa
20

a) Surat keterangan hasil pemeriksaan mutu


b) Didaftarkan pada pelaksanaan pengujian berkala sesuai dengan domisili
pemilik kendaraan bermotor

c) Mengisi dan melengkapi formulir permohonan yang disediakan


d) BPKB asli dan fotocopy
e) STCK (Surat Tanda Coba Kendaraan) asli dan fotocopy
f) KTP pemilik asli dan fotocopy atau surat kuasa dari pemilik kendaraan jika
yang bersangkutan tidak dapat mengurus sendiri
g) Sertifikat Rancang Bangun asli dan foto copy.

b. Pengujian berkala berikutnya dan seterusnya


Dilaksanakan pada pelaksana pengujian berkala sesuai dengan domisili
pemilik kendaraan bermotor yang bersangkutan.
a) Mengisi dan melengkapi formulir permohonan yang disediakan
b) Memiliki bukti lunas pembayaran biaya uji berkala
c) BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) asli dan fotocopy
d) STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) asli dan fotocopy
e) KTP pemilik asli dan fotocopy atau surat kuasa dari pemilik kendaraan
jika yang bersangkutan tidak dapat mengurus sendiri.

c. Pengujian berkala di luar wilayah (numpang uji)


1) Numpang uji keluar wilayah
a) Surat keterangan numpang uji keluar wilayah
b) Surat pengantar tidak keberatan numpang uji dari Unit
Pelaksana Pengujian Berkala dimana kendaraan bermotor yang
bersangkutan terdaftar
c) Mengisi dan melengkapi formulir permohonan yang disediakan
d) Memiliki bukti lunas pembayaran biaya uji berkala

e) BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) asli


dan fotocopy
f) STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) asli dan fotocopy
21

g) KTP pemilik asli dan fotocopy atau surat kuasa dari pemilik kendaraan
jika yang bersangkutan tidak dapat mengurus sendiri.

2) Numpang uji dari luar wilayah


a) Surat pengantar tidak keberatan untuk diuji dalam suatu wilayah yang
akan sebagai tempat pengujian
b) Mengisi dan melengkapi formulir permohonan yang disediakan
c) Memiliki bukti lunas pembayaran biaya uji berkala
d) BPKB (Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor) asli dan fotocopy
e) STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) asli dan fotocopy
f) KTP pemilik asli dan fotocopy atau surat kuasa dari pemilik kendaraan
jika yang bersangkutan tidak dapat mengurus sendiri.

d. Pengujian berkala untuk mutasi kendaraan bermotor


1) Mutasi keluar
a) Surat persetujuan mutasi dari Unit Pelaksana Pengujian Berkala dimana
kendaraan bermotor tersebut terdaftar
b) Mengisi dan melengkapi formulir permohonan yang disediakan,
c) Memiliki bukti lunas pembayaran biaya uji berkala
d) BPKB asli dan fotocopy
e) STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) asli dan fotocopy.

2) Mutasi masuk
a) Surat pengantar mutasi dari UPPKB asal
b) Mengisi dan melengkapi formulir permohonan yang disediakan
c) Memiliki bukti lunas pembayaran biaya uji berkala
d) BPKB asli dan fotocopy
e) STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) asli dan fotocopy.

2. Kegiatan
a. Pra uji yaitu pemeriksaan awal kendaraan uji yang ditujukan kepada:
1) Jenis dan konstruksi kendaraan bermotor berupa pengamatan visual:
a) Jenis kendaraan sesuai dengan buku uji atau rekomendasi,
22

b) Bentuk rumah-rumah dan bahan sesuai dengan buku uji atau


rekomendasi.
2) Rangka landasan berupa pemeriksaan kondisi tidak retak, tidak
keropos dan paku-paku keeling/pengikat tidak longgar.
3) Motor penggerak berupa pemeriksaan kondisi dan unjuk kerja
seperti mudah hidupkan dari euang pengemudi, bersih dan tidak
bocor.
4) Sistem pembuangan berupa pemeriksaan kondisi dan unjuk kerja,
harus:
a) Tidak bocor
b) Tidak menonjol melewati sisi samping atau sisi belakang
kendaraan

c) Diarahkan keatas, ke belakang atau ke sisi kanan sebelah belakang


dengan sudut kemiringan tertentu
d) Tidak terlalu pendek sehingga mengakibatkan asap masuk ke
ruang penumpang.
5) Penerus daya berupa pemeriksaan kondisi pada sambungan-
sambungan penghubung tidak aus, baut-baut tidak longgar dan
jumlahnya harus lengkap, bersih dan tidak kotor.
6) Sistem roda terdiri dari pemeriksaan kondisi tromol rem/piringan
rem, sepatu rem dan kelengkapannya, silinder roda, bantalan as
pendek, mur, pen, ulir, split pen, king pin/ball joint, ban dan pelek.
7) Sistem suspennsi berupa pemeriksaan kondisi seperti susunan pegas
tertata baik, tidak retak, pengikat tidak longgar, gantungan pegas
tidak aus dan peredam kejut terpasang dengan baik sesuai dengan
jumlah dari pabrik pembuat.
8) Alat kemudi berupa pemeriksaan kondisi seperti sambungan-
sambungan sistem kemudi tidak terlalu aus, dapat digerakan dengan
tenaga wajar, baut-baut pengikat tidak ada yang longgar dan
dilengkapi dengan pengunci serta spelling maksimum 1/5 dari
diameter roda kemudi.
23

9) Sistem rem berupa pemeriksaan kondisi seperti saluran/sambungan


tidak bocor, terpasang dengan baik yang jarak berhentinya
memenuhi perlambatan minimal 5 m/dt2 dan dapat berkerja pada
semua roda. Untuk rem parkir pengunci harus berkerja dengan baik
dan mampu menahan kendaraan posisi berhenti pada jalan datar,
tanjakan maupun turunan.

10) Lampu-lampu dan alat pemantul cahaya terdiri dari pemeriksaan


unjuk kerja dan posisi lampu utama, lampu penunjuk bagian depan
dan belakang, lampu posisi depan, lampu posisi belakang, lampu
rem, lampu isyarat peringatan bahaya bagian depan dan belakang,
lampu kabut (bila ada) dan lampu tanda batas kendaraan.
11) Komponen pendukung berupa pemeriksaan unjuk kerja, pengamatan
secara visual maupun pengukuran pada speedometer, kaca spion,
penghapus kaca (wiper), klakson, sabuk keselamatan, spakbor dan
bumper.
12) Badan kendaraan terdiri dari pemeriksaan, pengukuran, dan
pengamatan secara visual pada rumah-rumah, tempat pengemudi dan
penumpang, tempat berdiri, lorong dan tinggi atap mobil bus,
keterangan jumlah tempat duduk dan/atau tempat berdiri, unjuk kerja
indikator dan tempat keluar darurat untuk mobil bus.
13) Persyaratan tambahan berupa pengamatan secara visual:
a) Untuk mobil bus, jumlah pintu mobil bus dengan penumpang
kurang dari 15 orang maupun lebih dari 15 orang, dan mempunyai
pintu darurat pada kedua sisinya,
b) Untuk mobil bus sekolah, tanda/tulisan bus sekolah, lampu
berwarna merah dibawah jendela belakang pada saat bus sekolah
berhenti,

c) Untuk mobil barang, ganjal roda yang kuat dan mudah dicapai
pengemudi atau pembantu pengemudi,
d) Untuk rangkaian kendaraan, kereta gandengan, dan kereta
tempelan, alat perangkai pengikat harus kukuh, pengunci bekerja
24

dengan baik, tidak retak/aus, sedangkan untuk alat perangkai


otomatis untuk penarik kereta tempelan dengan JBKB maksimu
20 ton.
14) Peralatan dan perlengkapan kendaraan terdiri dari pemeriksaaan dan
pengamatan secara visual pada ban cadangan/serep, dongkrak, alat
pembuka ban/roda, segetiga pengaman, kotak obat, ganjal roda serta
alat komunikasi penumpang dan pengemudi.
15) Ukuran dan muatan kendaraan berupa pengamatan secara visual dan
perhitungan untuk:
a) Dimensi kendaraan (panjang, lebar, tinggi, ROH, FOH, jarak
sumbu),
b) Jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) dan/atau jumlah berat
kombinasi yang diperbolehkan (JBKB) harus lebih kecil atau
sama dengan hasil penjumlahan dari kekuatan masing-masing
sumbunya,
c) Jumlah berat yang diijinkan (JBI), dan/atau jumlah berat
kombinasi yang diijinkan (JBKI) maksimum sama dengan jumlah
berat kombinasi yang diperbolehkan (JBKB).

b. Pengujian kendaraan yang meliputi pemeriksaan kelaikan jalan


1) Periksa emisi gas buang kendaraan bermotor
2) Rem utama
3) Rem parkir
4) Periksa setiap roda depan (toe in, toe out) dengan alat side slip
tester dengan batasan maksimum toe in atau toe out 5 milimeter
per menit, yang diukur pada kondisi tanpa beban pada kecepatan
maksimum 5 kilometer per jam. Pemeriksaan tersebut dilakukan
dengan alat uji kincup roda depan (side slip tester).
5) Ukur tingkat suara klakson kendaraan bermotor yang ditentukan
serendah-rendahnya sebesar 90 dB (A) dan setingi-tingginya
sebesar 118 dB (A), dan dapat didengar pada jarak 60 meter yang
diukur pada tempat yang tidak memantulakn suara dengan tingkar
25

suara lingkungan serendah-rendahnya pada jarak 2 meter di depan


kendaraan. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan alat pengukur
suara (sound level meter).
6) Periksa alat speedometer kendaraan bermotor dengan head light
tester dengan pengukuran meliputi:
a) Kemampuan pancar lampu utama jauh yang bisa menangkap
benda di depan kendaraan sejauh 100 meter serendah-
rendahnya setara dengan 12.000 cd.
b) Deviasi penyinaran lampu depan sebesar 0º34’ untuk ke kanan
dan 1º09’ ke kiri.

7) Periksa alat speedometer kendaraan bermotor dengan


speedometer tester (alat penunjuk kecematan), dimana
penyimpanan pada alat penunjuk kecepatan pada batas sebesar
-10% sampai +15% pada kondisi pengukuran kecepatan sebesar
40 kilometer per jam. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan alat
uji speedometer (speedometer tester).
8) Timbang berat sumbu (axle) depan dan belakang kendaraan
bermotor untuk menentukan jumlah berat muatan yang diijinkan
berdasarkan kelas jalan yang dilalui. Penimbangan tersebut
dilakukan dengan alat pengukur berat (axle load).
9) Periksa suspensi roda apakah masih mampu menahan getaran
maupun kejutan, dan kemudian kendaraan angkat dengan pesawat
angkat (car lift) untuk memeriksa bagian bawah kendaraan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan alat uji suspensi roda
(pit wheel suspension tester).
10) Turunkan kendaraan bermotor dari pesawat angkat (car lift)
setelah dilakukan pemeriksaan di bagian bawah bawah,
selanjutnya periksa kondisi lampu stop, lampu penunjuk arah,
lampu penerangan tanda no kendaraan, lampu mundur serta
kedalaman alur ban minimal 1 milimeter.

11) Bawa kendaraan bermotor ke lapangan atau pelataran pengujian


26

untuk dilakukan tes jalan, seperti memeriksa radius putaran


minimum kendaraan yang ditentukan maksimum 12 meter yang
diukur pada kondisi tanpa beban dengan kecepatan rendah pada
permukaan datar yang keras.

Uji ulang ke-2

Uji ulang 1 x

Masukan formulir Kendaraan masuk


Kas retribusi uji (pendaftaran) Loket PKB ruang uji
Pemilik Beri
kendaraan tanda

Loket
Lulus PKB

Pemilik Loket Beri tanda Hasil Tunda


kendaraan PKB lulus uji uji
27

Berkala 6 bulan Tidak lulus

Gambar 3.1. Bagan alir mekanisme Uji Berkala Kendaraan


Bermotor

3.5. Peralatan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor


Peralatan uji berkala kendaraan bermotor terdiri dari:
1. Peralatan Pengujian Berkala Lengkap
Peralatan pengujian berkala lengkap ini dipasang dan digunakan pada
lokasi pengujian yang bersifat tetap dengan jumlah kendaraan wajib uji
pada suatu kabupaten/kota sebanyak empat ribu (4.000) unit atau lebih,
yaitu:
1) Alat uji suspensi roda (pit lift)
2) Alat uji rem (brake tester)
3) Alat uji lampu utama
4) Alat uji speedometer (speedometer tester)

5) Alat pengukur berat (axle load tester)


6) Alat uji kincup roda depan (side slip tester)
7) Alat uji pengukur suara (sound level meter)
8) Alat pengukur dimensi
9) Alat pengukur tekanan udara
10) Alat uji emisi gas buang (CO, HC, dan diesel smoke tester)
11) Alat uji kaca
12) Air compressor
13) Generator set
14) Peralatan bantu

2. Peralatan Pengujian Berskala Dasar


Peralatan pengujian berkala dasar ini dipasang dan digunakan pada
lokasi tempat pengujian yang bersifat tetap dengan jumlah kendaraan wajib
uji suatu kabupaten/kota kurang dari empat ribu (4.000) unit, yaitu:
1) Alat uji suspensi roda
2) Alat uji rem
28

3) Alat uji pengukur berat


4) Alat uji pengukur tekanan udara
5) Alat uji emisi gas buang (CO, HC dan diesel smoke tester)
6) Air compressor
7) Generator set
8) Peralatan bantu

3. Peralatan Pengujian Berkala Keliling


Peralatan pengujian berkala keliling ini digunakan pada suatu lokasi
pengujian yang bersifat tidak tetap pasa suatu kabupaten/kota dengan
memenuhi ketentuan bahwa jumlah kendaraan wajib uji relatif sedikit
dibandingkan dengan luas daerah yang harus dilayani, dan/atau kondisi
geografisnya tidak memungkinkan kendaraan bermotor dari tempat-tempat
tertentu mencapai lokasi tempat pelaksanaan uji berkala. Peralatan
pengujian keliling ini, meliputi:

1) Alat uji rem


2) Alat uji pengukur berat
3) Alat pengukur dimensi
4) Alat pengukur tekanan udara
5) Alat uji emisi gas buang (CO<, HC, dan diesel smoke tester)
6) Air compressor
7) Generator set
8) Peralatan bantu

3.6. Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor


Komponen yang diuji ambang batasnya, adalah:
1. Emisi gas buang maksimum:
1) Motor diesel tebal asap = 70%
2) Motor bensin (4 langkah) volume CO = 4,5% dan kandungan HC =
1.200 ppm
Catatan: diukur pada suhu mesin normal.
29

2. Efisiensi dan gaya kendali sistem rem:


1) Rem utama
a) Mobil penumpang = 60% / F 500 N
b) Mobil barang dan bus = 60% / F 700 N
2) Rem parkir dengan kendali rem tangan
a) Mobil penumpang = 16% / F 400 N
b) Mobil barang dan bus = 12% / F 500 N
3) Rem parkir dengan kendali rem kaki
a) Mobil penumpang = 16% / F 600 N
b) Mobil barang dan bus = 12% / F 700 N

3.7. Kebijakan Publik (public policy)


Upaya perbaikan kualitas lingkungan adalah tanggung jawab Pemerintah
dengan keterlibatan masyarakat. Upaya ini dapat dikategorikan ke dalam
kebijakan publik karena menyangkut kepentingan masyarakat umum. Kebijakan
publik tidak akan terlepas dari masalah publik. Masalah publik adalah masalah
yang tercakup dan berdampak kepada kehidupan publik. Sedangkan kebijakan
publik merupakan agenda kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah yang
merupakan tanggapan terhadap lingkungan atau masalah publik. Jadi dalam
menyelesaikan masalah publik ini sangat terpenting adalah hubungan yang
normatif antara pejabat publik dengan masyarakat yang dipimpinnya. Seorang
pejabat publik harus memahami kebutuhan masyarakat yang dipimpinnya.
Parker dalam Bayu Hindrio Sunario (2011) menambahkan berkaitan
dengan defenisi kebijakan publik bahwa kebijakan publik sebagai suatu tujuan
tertentu atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu pemerintah pada
periode tertentu atau dalam hubungannya dengan suatu subjek atau tanggapan
pada suatu krisis. Selanjutnya menurut Willian Dunn (1981) yang dialih
bahasakan oleh Muhajir Darwin (1987) dalam Bayu Hindrio Sunario (2011) .

menyampaikan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian pilihan yang


kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan untuk tidak berbuat) yang dibuat
oleh badan-badan atau kantor-kantor pemerintah, diformulasikan dalam bidang-
bidang isu yaitu arah tindakan aktual atau potensial dari pemerintah yang
30

didalamnya terkandung konflik diantara kelompok masyarakat.

3.8. Cara Analisis


Analisis data menggunakan microsoft excel untuk mengindentifikasi hasil
analisis emisi gas buang dan tingkat kebisingan klakson dengan standar baku
mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Pasal 69. Apabila hasil yang
didapat dibuktikan bahwa karakteristik kendaraan dapat mempengaruhi polusi
udara yang membahayakan, maka dapat ditentukan kebijakannya untuk
mengatasinya.

3.9 Definisi Perawatan (Maintenance)


Menurut Assauri (2008), Perawatan merupakan kegiatan untuk memelihara
atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan,
penyesuaian maupun penggantian yang diperlukan supaya terdapat suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan sesuai apa yang direncanakan.
Definisi lain mengenai Perawatan adalah konsepsi dari semua aktivitas yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas, fasilitas atau mesin agar dapat
berfungsi dengan baik seperti kondisi awalnya. Kegiatan Perawatan yang
dilakukan oleh perusahaan mempengaruhi tingkat ketersediaan (availability)
fasilitas produksi, laju produksi, kualitas produk akhir, ongkos produksi dan
keselamatan operasi. Faktor ini yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat
keuntungan perusahaan. Perawatan yang dilakukan tidak saja membantu
kelancaran produksi sehingga produk yang dihasilkan dapat diserahkan tepat
waktu kepada pelanggan, tetapi juga menjaga fasilitas dan peralatan dalam kondisi
efektif dan efisien dimana sasarannya adalah mewujudkan nol kerusakan (zero
break down) pada mesin yang beroperasi (Ansori, 2013). Kegiatan Perawatan
secara umum bertujuan memfokuskan dalam langkah pencegahan untuk
mengurangi atau bahkan menghindari kerusakan dari peralatan serta
meminimalkan biaya Perawatan.

3.10 Tujuan Perawatan


31

Menurut Setiawan (2008), suatu kalimat yang perlu diketahui oleh petugas
perawatan dan bagian lainnya, Perawatan (maintenance) bagi suatu pabrik adalah
murah.

Tujuan Perawatan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut :

a. Memperpanjang umur peralatan mesin.


b. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan
mendapatkan laba investasi yang maksimal.
c. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam
keadaan darurat setiap waktu.
d. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Sedangkan Menurut Sofyan Assauri (2004), tujuan perawatan yaitu :


a. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
Produksi.
b. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
c. Membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar batas dan
menjaga modal yang di investasikan tersebut.
d. Mencapai tingkat biaya Perawatan serendah mungkin, dengan melaksanakan
kegiatan Perawatan secara efektif dan efisien.
e. Menghindari kegiatan Perawatan yang dapat membahayakan keselamatan para
pekerja.
f. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya
dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan
yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang sebaik mungkin dan total
biaya yang terendah.

3.11 Fungsi Perawatan

Fungsi Perawatan berguna untuk memperpanjang umur ekonomis dari


mesin dan peralatan produksi serta mengusahakan selalu dalam keadaan optimal
32

dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi (Agus Ahyari, 2002).
keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya Perawatan yang baik terhadap
mesin, adalah sebagai berikut :
a. Mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat
dipergunakan dalam jangka waktu panjang

b. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan


dengan lancar

c. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya


kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama
proses produksi berjalan

d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses
dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula

e. Dapat menghindari kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan


produksi yang digunakan

f. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan
bahan baku dapat berjalan normal

g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam


perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin
baik.

3.12 Kegiatan Perawatan

Menurut Manahan P. Tampubolon (2004), Kegiatan Perawatan dalam suatu


perusahaan meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut :

a. Inspeksi (Inspection)

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara


berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan
33

selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin
kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera
diadakan perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi, dan
berusaha untuk mencegah timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab
kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi

b. Kegiatan Teknik (Engineering)

Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan
kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan
penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam
kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan, perbaikan bagi
perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu
kegiatan teknik ini sangat diperlukan apabila dalam perbaikan mesin yang rusak
tidak di dapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.

c. Kegiatan Produksi (Production)

Kegiatan ini merupakan kegiatan Perawatan yang sebenarnya, yaitu


memperbaiki serta mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,
melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan
inspeksi dan teknik, melaksankan kegiatan service dan pelumasan (lubrication).
Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk dilakukan usaha perbaikan segera jika
terdapat kerusakan pada peralatan.

d. Kegiatan Administrasi (Clerical Work)

Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan


pencatatan biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan Perawatan dan biaya
yang berhubungan dengan kegiatan Perawatan, komponen (spareparts) yang di
butuhkan, laporan kemajuan (progress report) tentang apa yang telah dikerjakan.
Waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut,
34

komponen yang tersedia di bagian Perawatan. Jadi dalam pencatatan (penyusunan


planning dan scheduling) yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau
diperiksa, dilumasi atau di service dan di reparasi.

e. Perawatan Bangunan (House Keeping)

Menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya


karena lingkumgan kerja yang baik membuat pekerjaan lenih nyaman.

3.13 Jenis Perawatan

Secara umum, ditinjau saat pelaksanaan Pekerjaan Perawatan dikategorikan


dalam dua cara, yaitu :

a. Perawatan Terencana

Perawatan terencana adalah Perawatan yang dilakukan secara terorganisir


untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang,
pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Menurut Corder (1992), Perawatan terencana dibagi menjadi dua
aktivitas utama yaitu:

1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)


Perawatan pencegahan adalah inspeksi periodic untuk mendeteksi kondisi
yang mungkin menyebabkan produksi berhenti atau berkurangnya fungsi
mesin dikombinasikan dengan Perawatan untuk menghilangkan,
mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke kondisi
semula dengan kata lain deteksi dan penanganan dari kondisi up normal
mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian, (Setiawan,
2008). Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), dalam bukunya
“Operations Management” preventive maintenance adalah “A plan that
involves routine inspections, servicing, and keeping facilities in good repair
to prevent failure”. Artinya preventive maintenance adalah sebuah
perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, Perawatan dan menjaga agar
35

fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan dimasa yang
akan datang. Ruang lingkup pekerjaan preventive termasuk : inspeksi,
perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-
mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan. Menurut Dhillon (2006),
dalam bukunya “maintainability, maintenance, andreliability for engineers”
ada 7 elemen dari Perawatan pencegahan yaitu:
 Inspeksi : memeriksa secara berkala bagian-bagian tertentu untuk dapat
dipakai dengan membandingkan fisik, mesin, listrik, dan karakteristik lain
untuk standar yang pasti.
 Kalibrasi : mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi
untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti.
 Pengujian : pengujian secara berkala untuk dapat menentukan Pemakaian
serta mendeteksi kerusakan mesin dan listrik.
 Penyesuaian : membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel
tertentu guna mencapai kinerja yang optimal.
 Servicing : pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan bahan
atau barang untuk mencegah terjadinya kegagalan.
 Instalasi : mengganti secara berkala batas pemakaian barang/siklus waktu
pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang
ditentukan.
 Alignment : membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen
variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.

2. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)


Perawatan secara korektif adalah Perawatan yang dilakukan secara berulang
atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian termasuk
penyetelan dan reparasi yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi
yang bisa diterima . Perawatan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk
rencana jangka pendek yang mungkin timbul diantara pemeriksaan juga
overhaul terencana. Menurut Jay Heizer dan Barry Reder (2001), Perawatan
korektif adalah : “Remedial maintenance that occurs when equipment
36

failsand must berepaired on an emergency or priority basis”. Perawatan


ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki
karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.
Menurut Dhillon (2006), Perawatan korektif adalah Perawatan yang tidak
direncanakan, tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang harus
ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan
sebelumnya. Dengan demikian, dalam Perawatan terencana yang harus
diperhatikan adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan Perawatan, sasaran
perencanaan Perawatan, faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan
Perawatan, sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi
pekerjaan (Daryus, 2007). Jadi, Perawatan terencana merupakan pemakaian
yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu stop mesin. Adapun
keuntungan lainya yaitu :
 Pengurangan Perawatan darurat
 Pengurangan waktu perawatan
 Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi
 Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk Perawatan dan produksi
 Memperpanjang waktu antara overhaul
 Pengurangan penggantian suku cadang
 Meningkatkan efisiensi mesin
 Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan
 Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin

b. Perawatan Tak Terencana (Unplanned Maintenance)

Perawatan tak terencana adalah yaitu perawatan darurat, yang didefenisikan


sebagai Perawatan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah
akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan,
atau untuk keselamatan kerja (Corder, 1992). Pada umumya sistem Perawatan
merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan
atau tanpa disengaja rusak. Hingga akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan
37

kembali maka diperlukannya perbaikan atau perawatan.

Menurut Daryus (2007), dalam bukunya Manajemen Perawatan mesin


membagi Perawatan menjadi:

1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Perawatan yang dibertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara


Perawatan yang direncanakan untuk pencegahan.
2. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance)

Perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi


fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat di terima. Dalam
perbaikan dapat dilakukan peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan
perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Perawatan Berjalan (Running Maintenance)

Perawatan yang dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja.
Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan yang harus beroperasi terus
dalam melayani proses produksi.
4. Perawatan Prediktif (Predictive Maintenance)

Perawatan ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan


dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya Perawatan
prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang
canggih.
5. Perawatan Setelah Terjadi Kerusakan (Breakdown Maintenance)

Pekerjaan Perawatan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan pada peralatan, dan
untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang dan tenaga kerja.
6. Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)

Perawatan yang harus segera dilakukan karena terjadi kerusakan yang tidak
terduga.
7. Perawatan Berhenti (Shutdown Maintenance)
38

Perawatan berhenti adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama Mesin


tersebut berhenti beroperasi.
8. Perawatan Rutin (Routine Maintenance)

Perawatan ini dilaksanakan secara rutin atau terus menerus.


9. Rancangan Perawatan (Design Out Maintenance)

Rancangan ini bertujuan menghilangkan sumber penyebab kegagalan dan sedikit


membutuhkan Perawatan.

3.14 Hubungan antara Preventive Maintenance dan Predictive Maintenance

a. Preventive Maintenance

Metode untuk melakukan pencegahan kerusakan peralatan/mesin dengan


melakukan penggantian parts secara berkala berdasarkan waktu penggunaan dan
melakukan perawatan ringan serta inspeksi untuk mengetahui keadaan
peralatan/mesin yang terkini. Contoh : membersihkan, memeriksa, melumasi,
pengencangan baut, inspeksi berkala, restorasi periodik dan small overhaul.
b. Predictive Maintenance

Metode untuk melakukan perawatan dengan mengganti komponen


berdasarkan prediksi dengan menggunakan alat bantu. Jadi, metoda preventive
hanya berdasarkan jadwal. Metode ini bisa juga dengan menggunakan panca
indra, contohnya dalam pemeriksaan bearing dapat dibedakan dari suara yang
dihasilkan atau pemerikasaan temperatur, dengan menyentuhnya kita dapat
merasakan perbedaan atau kelainan peralatan tersebut. Bila dengan menggunakan
alat bantu, kita harus mempunyai parameter yang bisa didapat dari manual book
atau dari study sendiri kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran. Perlu
diterapkan bahwa setiap selesai mengukur, catatlah tanggal pengukuran agar kita
mendapatkan suatu frekuensi untuk memudahkan memprediksinya dikemudian
hari. Contoh alat bantu ukur yaitu :
1. Tachometer untuk mengukur putaran
39

2. Thermometer untuk mengukur suhu


3. Ampermeter untuk mengukur amper
4. Vibrameter untuk mengukur getaran pada bearing motor
5. Desiblemeter untuk mengukur suara
6. Dinamometer untuk mengukur torsi.

Anda mungkin juga menyukai