Anda di halaman 1dari 3

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

65 Tahun 2015 tentang Standar


Pelayanan Fisioterapi, fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan
fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi dan
komunikasi.
Etika praktik fisioterapi berfungsi sebagai pedoman fisioterapis dalam bersikap, bertindak dan
berperilaku profesionalnya sehingga dapat dipahami dan dijadikan tolok ukur tanggung jawab
pelayanan profesi.
Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis.
Kode Etik Fisioterapi menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan yang harus
dilakukan, dan apa yang harus dihindari oleh fisioterapis.
Penyusunan kode etik profesi didasarkan pada 4 prinsip dasar norma dan etika biomedik yaitu
prinsip berbuat baik (Benevence), prinsip tidak merugikan (Non Maleficence), menghargai
otonomi (Autonomy), dan prinsip keadilan (Justice)
Nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi fisioterapi dalam suatu Kode Etik Fisioterapi
Indonesia dijelaskan dalam 10 pasal, sebagai berikut :
Pasal 1 : Setiap fisioterapis wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dan atau janji profesi fisioterapi. Jadi pasal ini menjelaskan tentang Fisioterapis lulusan
pendidikan fisioterapi Indonesia dan Fisioterapis lulusan luar negeri dan atau fisioterapis asing
yang hendak melakukan pekerjaan profesi fisioterapi di Indonesia wajib melafalkan Sumpah
dan atau janji fisioterapi
Pasal 2 : Fisioterapis wajib menghormati hak-hak dan martabat manusia. Jadi fisioterapis perlu
harus Wajib menghargai hak pasien/klien untuk:
a. Mendapatkan layanan fisioterapi yang terbaik dan aman.
b. Mendapatkan perlindungan kerahasiaaan jadj privasi pasien terjaga
c. Mendapatkan informasi yang akurat, misal jika pasien bertanya apakah bisa sembuh dalam
waktu seminggu tapi kenyataannya tidsk bisa maka jelaskan dan fts tidak boleh berbohong
d. Mendapatkan pendidikan kesehatan misalnya diberikan edukasi
e. Menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam pelayanan Fisioterapi. Misalnya
fisioterapis akan menunjukan program yang akan diberikan kepada pasien lalu pasien
berhak menolak program tersebut atau pasien dibebaskan jika ingin mendapatkan
pelayanan dari profesi lainnya
f. Memilih fisioterapis dalam pelayanan. Jadi pasien dibebaskan untuk memilih fts yang akan
menangani keluhannya
g. Menghentikan atau melanjutkan pelayanan Fisioterapi.
h. Mendapatkan pelayanan tanpa diskriminatif.
Pasal 3 : fts tidak boleh bersikap diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada siapapun
yang membutuhkan. Jadi, semua orang yang mencari dan membutuhkan jasa pelayanan
fisioterapi memiliki hak untuk mendapatkan layanan tanpa memandang usia, jenis kelamin,
ras, kebangsaan, agama, etnis, keyakinan, warna, orientasi seksual, kecacatan, dan status
kesehatan
Pasal 4 : fts Wajib memberikan pelayanan profesional dengan jujur, berkompeten serta
tanggung jawab. Fisioterapis harus mampu menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis,
dosis, struktur organisasi dan alokasi sumber daya telah dirancang untuk pelayanan yang aman
dan berkualitas. Selain itu, Fisioterapis harus berperan aktif untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dilingkungannya dan menghindari praktik ilegal yang bertentangan
dengan kode etik profesi.
Pasal 5 : fts harus mengetahui dan mengakui batasan serta kewenangan profesi sehingga fts
hanya memberikan pelayanan dalam lingkup profesi fisioterapi.
Fisioterapis dilarang melakukan aktivitas profesi yang dapat merugikan pasien/klien, kolega
atau masyarakat dan dalam berpraktik wajib sesuai standar pelayanan praktik fisioterapi.
Sekain itu, fisioterapis dalam mengambil keputusan berdasarkan pada pengetahuan dan kehati-
hatian.
Fisioterapis yang menerima permintaan konsultasi dan rujukan maka harus mengembalikan
kepada yang meminta konsultasi tanpa melakukan intervensi dan hanya melakukan intervensi
sesuai kompetensinya kepada pasien yang di rujuk.
Pasal 6 : fts wajib menghargai hubungan multidispliner dengan profesi pelayanan kesehatan
lain dalam pelayanan pasien/klien. Maksudnya Fisioterapi harus:
a. Terlibat dalam komunikasi yang efektif dan bekerja sama dengan rekan-rekan tenaga
kesehatan profesional lainnya dan lembaga untuk mencapai optimal hasil bagi pasien/klien.
b. Merujuk pasien/klien secara tepat waktu ketika kebutuhan mereka berada di luar lingkup
praktik atau tingkat keterampilan fisioterapi.
c. Berkolaborasi dengan penyedia layanan lainnya demi kebutuhan pasien/klien
d. Dalam merujuk fisioterapis wajib memberi informasi tentang hasil penilaian dan
pengobatan yang telah dilakukan.
e. Berperilaku hormat dalam komunikasi profesional kepada kolega dan profesional
kesehatan lainnya.
Pasal 7 : Wajib menjaga rahasia pasien/klien yang dipercayakan kecuali untuk keselamatan
jiwa dan kepentingan hukum/pengadilan. Jadi Fisioterapis dilarang memberikan Informasi
tentang pasien/kIien kepada orang atau pihak tanpa persetujuan pasien/kien, lalu dalam
penelitian dilarang mencantumkan identitas pasien, kecuali ada persetujuan dari yang
bersangkutan. Dan Fisioterapis hanya boleh menyampaikan informasi pasien/klien bila
mengancam jiwa sesorang dan kepentingan hukum.
Pasal 8 : fts Berhak dan wajib memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan.
Maksudnya adalah Fisioterapis wajib ikut serta dalam membuat Penelitian untuk perencanaan
dan pengembangan, Perencanaan pelayanan dan strategi pengembangan serta rencana regulasi
organisasi fisioterapi.
Pasal 9 :Fisioterapis wajib bertanggungjawab terhadap profesi dengan penuh integritas. Hal ini
meliputi sesuatu yang wajib dilakukan dan yang dilarang
Fisioterapi wajib:
a. Melakukan manajeman pelayanan fisioterapi yang diberikan.
b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesi secara terus menerus.
c. Bekerjasama dengan teman sejawat dan profesi kesehatan lainnya.
d. Menjaga kehormatan dan kesehatan dirinya.
Fisioterapi dilarang:
a. Mempromosikan diri kecuali papan nama dan waktu praktik.
b. Mengambil alih pasien konsulan atau merubah pendelegasian.

Pasal 10 : Fisioterapis wajib menunjukkan praktik fisioterapi secara otonom dan independen,
sesuai dengan kredensial
- Fisioterapi wajib melakukan pelayanan berdasarkan standar yaitu sesuai dgn pedoman
pelayanan dan panduan praktik klinis.
- Fisioterapi wajib berlatih sesuai kompetensinya, didokumentasikan sesuai standar dalam
mempertahankan pengembangan kompetensi.
- Fisioterapi wajib menggabungkan strategi manajemen risiko dan keamanan kerja dalam
praktik fisioterapi untuk menjamin keamanan pasien/klien dan staf.
- Wajib melakukan dokumentasi yang akurat dan dapat dibaca catatan pasien / klien dan
kemajuan.
- Wajib memahami secara penuh dan mematuhi etika dan hukum serta peraturan yang
mengatur dan dampaknya pada praktik fisioterapi di Indonesia.

Demikianlah Kode Etik Fisioterapi Indonesia yang dibuat sedemikian rupa sebagai peraturan
etika profesi untuk tolak ukur perilaku ideal/optimal dan pencegah penyimpangan profesi
fisioterapi

Anda mungkin juga menyukai