Test ini dilakukan untuk memeriksa apabila ada spasme otot hamstring secara unilateral
ataupun bilateral, sciatica atau nyeri punggung bawah akibat masalah saraf sciatic, ataupun
kemungkinan patologi lain di area gluteal, lumbosacral atau sacroiliac.
a. Posisi pasien
Pasien berdiri.
b. Posisi fisioterapis
c. Cara melakukan
1. Pasien diminta melakukan semi-fleksi knee
2. Terapis menstabilisasi pelvis pasien dengan satu tangan, tangan
satunya menarik lutut pasien ke posisi ekstensi. Lakukan pada salah satu
kaki pasien terlebih dahulu.
3. Terapis mengulangi gerakan pada kaki yang satunya.
4. Terapis menahan pelvis pasien menggunakan pundak sambil
melakukan gerakan menarik kedua lutut pasien secara bersamaan ke posisi
ekstensi.
5. Tes dianggap positif apabila pasien merasa nyeri saat menarik
lututnya ke posisi ekstensi lalu lututnya kembali ke posisi fleksi.
(+) sciatica.
Test ini dilakukan untuk memeriksa apabila ada patologi pada tulang belakang lumbal
seperti fraktur.
a. Posisi pasien
b. Posisi fisioterapis
c. Cara melakukan
1. Terapis menggunakan paru refleks untuk mengetuk processus
spinosus tiap vertebra lumbal serta otot-otot yang berkaitan.
d. Interpretasi
Test ini dilakukan untuk memeriksa apabila ada patologi pada diskus.
a. Posisi pasien
b. Posisi fisioterapis
c. Cara melakukan
1. Pasien diminta untuk sit up tanpa menggunakan bantuan tangan.
2. Test dinyatakan positif apabila pasien tidak dapat melakukan
gerakan ini, karena adanya nyeri lokal.
d. Interpretasi
(+) spondylolithesis
(+) sciatica
4. Nachlas test
Test ini dilakukan untuk memeriksa apabila ada patologi pada ligamen, sendi, atau saraf
femoral.
a. Posisi pasien
Pasien telungkup.
b. Posisi fisioterapis
c. Cara melakukan
1. Terapis melakukan gerakan pasif fleksi lutut pasien.
2. Test dinyatakan positif apabila pasien merasakan nyeri di area
sacroiliac atau area lumbosacral atau jika nyeri menjalar ke paha atau kaki.
d. Interpretasi
Test ini dilakukan untuk memeriksa untuk menilai sendi sacoriliac terhadap perbedaan
panjang kaki yang terlihat.
a. Posisi pasien
b. Posisi fisioterapis
c. Cara melakukan
1. Pasien diminta untuk fleksi lutut lalu melakukan pose bridging,
lalu kembali mengekstensikan lutut kembali ke posisi telentang seperti
semula. Hal ini dilakukan untuk mengatur kembali pelvis dan tulang
belakang.
2. Terapis memeriksa kedua maleolus medial.
3. Minta pasien untuk sit up dengan lutut tetap ekstensi.
4. Terapis kembali memeriksa posisi kedua maleolus medial, apakah
ada perubahan posisi.
d. Interpretasi
Alasan innominate (3 tulang utama hip yaitu tulang ilium, ischium, dan pubis)
posterior tampak memanjang setelah sit up adalah karena aktivasi otot fleksor pinggul
secara anterior memutar innominate untuk mengembalikannya ke posisi normalnya.
Sebuah posterior innominate membuat tungkai tampak lebih pendek dari sisi yang
berlawanan karena posisi acetabulum yang berubah. Kebalikannya berlaku untuk
anterior innominate karena pembatasan / restriksi (dan dalam hal ini sifat mobilisasi)
jaringan posterior.
https://www.thestudentphysicaltherapist.com/supine-to-long-sit-test.html