Anda di halaman 1dari 63

KUNCI DARI SEJARAH

PERADABAN UMAT
MANUSIA

===BAB 1 PENDAHULUAN===
1
1.1 Bagian Dasar Memahami Masyarakat

Peradaban manusia merupakan suatu hal yang terus-menerus berubah seiring


perjalanan waktu, manusia terus-menerus mengembangkan diri untuk memperbaiki:

 Teknologi

 Kebudayaan dan Kondisi Sosial

Peradaban manusia terdiri dari:

 Hubungan manusia dengan manusia

 Hubungan manusia dengan alam yang ditinggalinya

Peradaban dari kelompok manusia memiliki banyak cerita yang menarik untuk
dibahas terutama dari aspek “bagaimanakah cara masyarakat berpikir dan
berperilaku?”

Sebenarnya bisa saja peradaban manusia menuju ke tahapan kondisi sosial:

 Tidak lagi dilakukannya jual beli

 Tidak ada lagi seseorang yang gelandangan (homeless)

 Tidak ada lagi seseorang yang kelaparan

 Kesejahteraan hasil produksi manusia dinikmati bersama-sama (alias


kesenjangan ekonomi tidak ada)

 Tidak ada lagi kriminalitas, dan lain-lain (alias bumi menjadi tempat yang
enak sekali ditinggali dikarenakan kondisi sosial yang mendukung hal
tersebut)

Sebenarnya hal-hal di atas dapat terjadi dalam beberapa tahun saja, namun ada
tembok penghalang yakni: kesadaran kolektif.

2
Bagian awal buku ini akan menjelaskan gambaran mengenai masyarakat yang:

1. Tidak ada lagi orang kaya dan orang miskin (tidak ada lagi kesenjangan
ekonomi)

2. Tidak ada lagi kejahatan/kriminalitas

3. Tidak ada lagi penindasan

4. Tidak ada lagi perbudakan

5. Dunia yang hijau tanpa pencemaran lingkungan

6. Tidak ada lagi diskriminasi

7. Dunia dengan kesetaraan sosial manusia, tidak ada pengelompokkan kelas-


kelas sosial dan tidak ada pengelompokkan status-status sosial

8. Tidak ada lagi kelaparan

9. Dunia yang memiliki sungai-sungai yang bersih (semua sungai telah bersih)

10. Semua ujaran dan tulisan yang mendeskreditkan manusia dalam kebencian
dan permusuhan telah hilang

11. Dunia tanpa adanya rasa ketakutan dan ancaman, masyarakat yang memiliki
mental secara sadar ikhlas membantu orang lain

12. Dunia tanpa adanya pengangguran

13. Dunia di mana tidak ada lagi pelacur

14. Dunia tanpa adanya gelandangan

15. Dunia dimana semua produksi ditujukan untuk kepentingan memenuhi


kebutuhan manusia

16. Dunia di mana jual beli tidak terjadi

17. Dunia di mana waktu bermain dan waktu beribadah tersedia dengan cukup

3
18. Dunia tanpa ada orang yang dikucilkan

19. Dunia tanpa adanya pembullyan

20.Dunia di mana setiap tempat tertata dengan baik dan indah

21. Dunia dengan fasilitas yang mampu melayani setiap orang dan siapa saja
secara baik & konsisten

22. Dunia di mana setiap manusia memiliki keterhubungan sebagai sebuah


keluarga

Kondisi sosial yang penulis jabarkan di atas merupakan impian dari setiap
manusia yang menginginkan kedamaian,

Setiap individu merupakan bagian dari masyarakat yang mampu mewujudkan


hal-hal di atas, maka:

 Kesepakatan bersama dapat memecahkan masalah bersama.

Ketika kondisi sosial mampu mewujudkan “Kesepakatan bersama dapat


memecahkan masalah bersama”, maka kondisi sosial ini mensyaratkan kesadaran
kolektif yang menyeluruh untuk mewujudkan kesepakatan bersama dapat memecahkan
masalah bersama.

Ketika kesadaran kolektif yang menyeluruh untuk mewujudkan kesepakatan


bersama dapat memecahkan masalah bersama, maka kondisi sosial ini
mensyaratkan seluruh orang di masyarakat untuk menulis ide-ide mereka
tentang masyarakat di dalam buku catatan dan mampu membicarakannya
dengan orang lain.

Kondisi sosial di atas tadi mensyaratkan setiap orang memiliki buku catatan
untuk menyampaikan segala isi pemikiran mereka kepada orang lain (baik yang baru
dikenal ataupun telah lama kenal), mulai dari:

4
 daftar kebutuhan mereka sehari-hari

 pandangan hidup mereka

 hasil sastra

 apa yang mereka khawatirkan

 apa yang mereka takutkan

 apa yang mereka ingin pelajari

 apa yang mereka mampu untuk dikerjakan

 jadwal waktu kegiatan hidup mereka

Sehingga mereka tidak pernah lepas buku catatan (tulisan tangan) mereka ke
mana-mana sebagai detil dari keseharian mereka

Karena dengan metode sederhana inilah yang akan mewujudkan kondisi sosial:

 Kesepakatan bersama dapat memecahkan masalah bersama

 Menghilangkan sekat kecurigaan terhadap hal apapun kepada personal


orang lain

Menghilangkan sekat kecurigaan terhadap hal apapun kepada personal orang


lain merupakan syarat untuk kondisi sosial masyarakat yang saling berbagi
(barang & jasa) kebutuhan hidup bersama, jika kondisi sosial seperti ini
diwujudkan, maka hal ini merupakan syarat untuk menciptakan sebuah tradisi dan
kebudayaan yang mendukung kondisi sosial tersebut.

Umat manusia memiliki keunikan karena dia tidak dapat menjamin


keberlangsungan hidupnya tanpa kerja sosial, yang menyebabkan terjadinya hubungan
sosial antara manusia.

5
Ikatan yang sangat diperlukan ini menyebabkan adanya kebutuhan terhadap
komunikasi, bahasa, yang memungkinkan perkembangan kesadaran, refleksi, dan
“produksi ide-ide”.

Karena itu, semua tindakan penting dalam kehidupan manusia diiringi oleh
refleksi tindakan-tindakan itu di dalam otak manusia.

Tetapi refleksi tersebut tidak datang dengan cara yang sepenuhnya spontan. Tiap
individu-individu tidak begitu saja menciptakan ide.

Kebanyakan individu berpikir dengan ide-ide yang dipelajari di sekolah atau


pengajian agama.

Pada saat ini, dengan bantuan ide yang dipinjam dari TV, radio, iklan, dan juga
koran. Produksi ide-ide dan sistem ide sekarang ini disebut ideologi, oleh karena itu
masyarakat memiliki keterbatasan dalam berpikir karena istilah “ideologi’’ dibuat
menjadi suatu hal yang sensitif, mengapa? Karena ideologi merupakan monopoli dari
segelintir orang yang berkuasa kepada mayoritas masyarakat.

Apapun ideologi yang dominan, fungsinya adalah untuk menstabilkan


masyarakat seperti apa adanya – dengan kata lain, menstabilkan tatanan sosial.

Menstabilkan masyarakat seperti apa adanya – dengan kata lain, menstabilkan


tatanan sosial merupakan syarat untuk membentuk masyarakat yang patuh
terhadap sebuah aturan tanpa memahaminya sama sekali.

Jika tatanan sosial distabilkan maka mayoritas manusia dijauhkan dari


partisipasi untuk ikut membenahi dunia yang semakin rusak, dunia semakin rusak
akibat ulah pembisnis dan penguasa tidak bermoral yang mengekploitasi alam.

1.2. Memahami Sebuah Syarat dari Kondisi Sosial yang Mewujudkan Kondisi
Sosial yang Lain

Penulis sudah menjelaskan di atas bahwa:

6
Peradaban manusia merupakan suatu hal yang terus-menerus berubah seiring
perjalanan waktu, manusia terus-menerus mengembangkan diri untuk memperbaiki:

 Teknologi

 Kebudayaan dan Kondisi Sosial

Artinya peradaban manusia memiliki 2 fakta, yakni fakta:

 Fakta Ditemukannya Teknologi

 Fakta Dipeloporinya sebuah Kondisi Sosial

Kedua fakta ini harus dibedakan, kedua fakta ini harus dibedakan supaya
anda benar-benar memahami kondisi sosial yang terjadi kepada diri anda sekarang.

Sebelum itu penulis akan menjelaskan mengenai “bukan kesadaran seseorang


yang menempatkan orang tersebut ke dalam situasi dan kondisi sosial tertentu, akan
tetapi kondisi sosial-lah yang menentukan kesadaran masyarakat”,

Manusia adalah:

 Makhluk sosial yang dinamis

 Makhluk sosial yang refleksioner (makhluk sosial yang mendapatkan ide-


ide tercermin dari 2 fakta yang terjadi, fakta ditemukannya teknologi dan
fakta dipeloporinya sebuah kondisi sosial)

Manusia itu licin, manusia berubah-ubah (dinamis) watak dan perilakunya


tergantung situasi dan kondisi yang terjadi kepada manusia tersebut.

Jikalau terjadi kepada anda situasi dan kondisi sosial yang tidak memungkinkan
anda mewujudkan rencana A di dalam hidup anda, maka anda pasti beradaptasi dengan
situasi dan kondisi sosial mewujudkan rencana B.

Kondisi sosial itu merupakan paket gabungan dari:

7
 Isi-isi ilmu pengetahuan di dalam pendidikan yang sedang terjadi

 Tradisi dan kebudayaan yang sedang dilakukan oleh masyarakat

 Stigma, nilai-nilai, norma-norma, hukum & politik yang sedang


dijalankan oleh masyarakat

Istilah lain dari kondisi sosial yang saya jelaskan di atas adalah: Konstruksi
Sosial atau Supra-Strukturnya Masyarakat.

Manusia di dalam hidup ini melakukan sebuah kerja, di mana kerja tersebut
merupakan sumber kebahagiaan bagi dirinya sendiri,

Manusia bahagia dalam pekerjaannya dikarenakan mereka meng-ekspresikan


segala ide kreatif dan kemampuan yang mereka miliki untuk sebuah karya.

Manusia tidak bahagia di dalam pekerjaannya dikarenakan mereka tidak bisa


meng-ekspresikan segala ide kreatif dan kemampuan yang mereka miliki untuk sebuah
karya hal ini merupakan hasil sebuah kondisi sosial di mana manusia bekerja hanya
untuk mematuhi sebuah perintah (mutlak, ketika disuruh melakukan A, harus
mengerjakan hal A tersebut).

Manusia bahkan tidak bahagia ketika mencoba ikhlas untuk mematuhi perintah,
dikarenakan ketika dia mematuhi perintah disuruh memproduksi 100 buah baju dalam
sehari, dia hanya bisa menikmati 1 buah baju dalam sehari.

Peradaban manusia merupakan suatu hal yang terus-menerus berubah seiring


perjalanan waktu, manusia terus-menerus mengembangkan diri untuk memperbaiki:

 Teknologi

 Kebudayaan dan Kondisi Sosial


8
Artinya peradaban manusia memiliki 2 fakta, yakni fakta:

 Fakta Ditemukannya Teknologi

 Fakta Dipeloporinya sebuah Kondisi Sosial

Kedua fakta ini harus dibedakan, kedua fakta ini harus dibedakan supaya
anda benar-benar memahami kondisi sosial yang terjadi kepada diri anda sekarang.

 Fakta ditemukannya teknologi merupakan syarat untuk fakta penemuan


teknologi selanjutnya

 Fakta Dipeloporinya sebuah Kondisi Sosial merupakan syarat untuk fakta


terjadinya kondisi sosial selanjutnya

Benda mati tidak mendorong anda untuk melakukan sebuah perilaku tertentu, pisau
benda mati tidak mendorong anda untuk melakukan penusukan kepada orang lain.

Pistol benda mati tidak mendorong anda untuk melakukan sebuah penembakan
terhadap orang lain.

Kondisi sosial mendorong anda melakukan perilaku-perilaku dengan menggunakan


“benda mati” sebagai alatnya.

Benda mati hanyalah merupakan alat, dia bukan faktor dari sebuah perilaku, dia
bukanlah wadah dari isi pikiran sebuah perilaku, dia bukanlah sumber dari gagasan-
gagasan manusia.

Kondisi sosial adalah:

 faktor dari sebuah perilaku

 wadah dari isi pikiran sebuah perilaku

 sumber dari gagasan-gagasan manusia


9
Ketika anda melihat seseorang menembak orang lain dengan sebuah pistol yang
ditemukan di jalan (secara kebetulan) maka penyebab orang tersebut melakukan
penembakan itu adalah kondisi sosialnya.

Ketika anda melihat seseorang menembak orang lain dengan sebuah pistol yang
ditemukan di jalan (secara kebetulan) maka penyebab orang tersebut melakukan
penembakan itu adalah kondisi sosialnya.

Ketika anda melihat seseorang menembak orang lain dengan sebuah pistol yang
ditemukan di jalan (secara kebetulan) maka penyebab orang tersebut melakukan
penembakan itu bukan karena orang tersebut menemukan pistol di jalan, bahkan
walaupun hanya ada sebuah handuk yang ditemukan di jalan oleh orang tersebut, orang
tersebut tetap melakukan pembunuhan kepada orang lain.

Seseorang melakukan kejahatan, memiliki faktor:

 Sosial berbuat jahat terlebih dahulu kepada orang tersebut

 Orang tersebut ditindas baik secara ekonomi

 Orang tersebut merupakan korban bullying, dia dihina-hina

Penemuan dinamit tidak mensyaratkan situasi penggunaannya sebagai bom


dalam perang, di dalam dinamit terdapat nitrogliserin, penemuan dinamit malahan
merupakan syarat untuk penemuan berbagai jenis obat-obatan kimia.

Revolusi Industri yang terjadi di Inggris tidak mensyaratkan situasi terjadinya


kapitalisme di Inggris dan menyebar ke seluruh daratan Eropa. Kapitalisme merupakan

10
kondisi sosial, syarat terjadinya kapitalisme adalah: “feodalisme yang terserap ke dalam
merkantilisme”.

Penemuan dinamit tidak mensyaratkan terjadinya perang di dunia, syarat untuk


terjadinya perang adalah: “kekalahan politik dari suatu kubu tertentu”

Kesimpulan dari tulisan saya diatas: “ketika anda mempelopori sebuah perilaku
tertentu sehingga menciptakan kondisi sosial tertentu, maka anda mendorong untuk
menciptakan sebuah kondisi sosial baru, kondisi sosial inilah yang dirasakan oleh
masyarakat sehingga terbentuklah sebuah tatanan sosial”.

Berbagai macam tatanan sosial dari berbagai macam peradaban, ketika penulis
mencoba mengurutkannya satu per satu di dalam sejarah, maka didapatkan urutan
tahapan-tahapannya seperti ini:

1. Keluarga besar primitif manusia (tinggal bersama di dalam 1 rumah secara


bersama-sama)

Rumah yang dimaksud di atas adalah GOA besar tempat tinggal manusia
seluruhnya secara bersama-sama tanpa terpisahkan

2. Terpencarnya Keluarga besar primitif manusia menjadi suku-suku primitif

Terpencarnya Keluarga besar primitif manusia menjadi suku-suku primitif


dikarenakan ukuran GOA sempit, jadinya mereka mencari GOA tempat
tinggal yang baru

3. Konsep pembagian kerja suku primitif

4. Ditemukannya Pertanian

5. Masyarakat suku primitif yang nomaden (menjalani hidup dengan berpindah-


pindah tempat) berubah menjadi masyarakat suku maden (menjalani hidup
dengan menempati suatu wilayah tempat tinggal)
11
6. Terbentuknya surplus makanan dan harta benda di dalam suku primitif

7. Ditemukannya rumah hunian pribadi

8. Terbentuknya variasi produk-produk yang diciptakan oleh masyarakat

9. Pertama kali manusia mengalami peningkatan kebutuhan, karena kondisi


sosial kerja mensyaratkan kondisi peningkatan kreativitas, ide dan keinginan

10. Ditemukannya alat transportasi

11. Kebutuhan masyarakat meningkat, antara suku-suku maden saling bertukar


barang pemuas kebutuhan (barter) dengan menggunakan “kurir”

12. Ditemukannya konsep pengajaran, tradisi dan kebudayaan

Orang (kurir) yang melakukan barter tersebut, tidak terlibat secara


langsung dalam kerja produksi, melainkan hidup dari pengumpulan hasil
produksi suku dan hasil barter. Inilah yang kemudian melahirkan praktek
penumpukan atau akumulasi pada segelintir orang. Penumpukkan atau
akumulasi yang dilakukan tersebut melahirkan syarat bagi petugas barter
untuk mengangkat pengikut yang kemudian menjadi pengawal dan sebagai
kekuatan militernya untuk terus melakukan praktek akumulasi. Dengan
demikian juga memiliki syarat untuk memimpin suatu suku. Inilah yang
kemudian dikenal sebagai kepala suku.

13. Konsep kepemilikan pribadi terhadap produk dan alat produksinya dan ini
sesuai dengan perintah kepala suku yang memimpin

14. Konsep pembagian peran manusia dan ini sesuai dengan perintah kepala
suku yang memimpin

15. Konsep pembagian peran manusia mensyaratkan terjadinya konsep hak-hak


dan kewajiban manusia dalam peran-peran tertentu dan ini sesuai dengan
perintah kepala suku yang memimpin

12
16. Tradisi suku primitif perihal pembagian kerja suku primitif menjadi
hilang, terpatahkan, tergantikan dengan pembagian peran

17. Konsep pembagian peran mensyaratkan kondisi sosial pembagian status-


status sosial di dalam masyarakat

18.Kondisi sosial pembagian status-status sosial di dalam masyarakat


mensyaratkan kondisi sosial terpisahkannya manusia dalam
konsep Ras dan Bangsa

19. kondisi sosial terpisahkannya manusia dalam konsep Ras dan Bangsa,
mensyaratkan terjadinya kebencian antara manusia satu dengan manusia
yang lain yang terpisahkan oleh konsep Ras dan Bangsa

20.terjadinya kebencian antara manusia satu dengan manusia yang lain yang
terpisahkan oleh konsep Ras dan Bangsa mensyaratkan terjadinya perang

21. terjadinya perang mensyaratkan kondisi sosial perbudakan manusia

22. kondisi sosial perbudakan manusia mensyaratkan terbentuknya hukum baku


di dalam masyarakat

23. terbentuknya hukum baku di dalam masyarakat mensyaratkan terbentuknya


politik dan negara!

Sejarah digerakkan oleh kelompok-kelompok manusia yang mencari sumber


daya alam yang melimpah serta kepemilikan pribadi terhadap lahan tanah, alat-alat
produksi, serta tenaga kerja secara cuma-cuma.

Dari zaman masyarakat tuan-hamba apa yang diinginkan oleh tuan itu jelas:

(1) akses kepemilikan

13
(2) akses kekuasaan

(3) menikmati hidup terjamin dan enak tanpa kerja sama sekali.

Seperti inilah pola perilaku ekspedisi manusia dalam sejarah:

Siapakah yang benar, kaum idealis atau kaum materialis? Begitu pertanyaan ini
diajukan, tak mungkin lagi ada keraguan.

Tak diragukan lagi bahwa kaum idealis salah dan kaum materialis benar.

Ya, fakta-fakta mendahului ide-ide dan gagasan.

Saya akan bersajak: yang ideal hanyalah bunga, yang akarnya terletak dalam
syarat keberadaan sebuah materi.

Ya, seluruh sejarah umat manusia, baik yang bersifat intelektual dan moral,
politis dan sosial, hanyalah sebuah perjalanan manusia dalam mengejar ekonomi dan
membentuk sejarah ekonomi yang panjang!

Selama masa prasejarah (atau disebut sebagai masa primitif), manusia hidup
dalam kemiskinan yang cukup parah dan hanya mampu memperoleh makanan yang
dibutuhkan untuk bertahan hidup dengan cara berburu, memancing dan
mengumpulkan buah-buahan.

Manusia hidup dari alam sebagai parasit, dianggap parasit karena tidak mampu
menumbuh-kembangkan pohon-pohon sendiri, tidak mampu mengolah sumber daya
alam yang menjadi dasar bagi kehidupannya. Umat manusia tidak dapat mengontrol
sumber-sumber daya ini.

Dikatakan sebagai fase suku primitif karena pemenuhan kebutuhan hidup


dilakukan dan dinikmati secara bersama-sama oleh anggota suku dengan alat produksi
yang sangat primitif, yakni penggunaan batu dan tulang sebagai alat kerja dan alam
tempat berburu sebagai sasaran kerjanya.

Lalu bagaimana fase suku primitif ini bisa lahir?

14
Fase suku primitif lahir dari perkembangan alat produksi yang masih sangat
primitif.

Penggunaan batu dan tulang sebagai alat produksi, yang hanya memungkinkan
manusia untuk berburu dan meramu makanan (food gathering) dan hanya dapat
dikerjakan secara kolektif.

Hal ini melahirkan cara pandang masyarakat suku yang sangat bergantung
terhadap alam, bagaimana alam mampu menyediakan kebutuhan hidup bagi suatu
suku.

Itu sebabnya, ketika alam sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup suatu
suku, maka suku tersebut akan pindah untuk mencari tempat lain yang masih cukup
memenuhi kebutuhan hidup suku tersebut.

Menghadapi alam yang ganas, yang masih dipenuhi dengan hewan-hewan buas,
mengharuskan mereka untuk hidup secara berkelompok dan mendiami gua-gua.
Sehingga sering kita mendapatkan dalam temuan-temuan arkeolog, sisa-sisa
peninggalan sejarah dari kehidupan masa lampau.

Pekerjaan berburu biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, sementara kaum


perempuan bertugas untuk meramu makanan dan selanjutnya dibagikan untuk
dinikmati secara bersama-sama oleh anggota suku.

Manusia primitif hidup berkelompok untuk menjamin kelangsungan hidup


bersama (kolektif) dalam kondisi yang sulit.

Semua orang (baik pria dan wanita dewasa) berkewajiban untuk bekerja dalam
proses produksi saat itu (konsep pembagian kerja suku primitif), dan kerja semua
orang dibutuhkan untuk membuat masyarakat tetap hidup.

Setelah meneliti 425 suku primitif, seorang antropolog dari Inggris bernama
Hobhouse, Wheeler dan Grinsberg tidak menemukan adanya pembagian peran
dengan corak pembagian hak-hak istimewa tertentu kepada segelintir
orang di dalam masyarakat-

15
Masyarakat suku primitif memiliki kesetaraan dalam mendapatkan hasil-hasil
makanan yang didapatkan bersama, tidak mengenal kelas-kelas sosial, tidak mengenal
status-status sosial dan tidak mengenal cara pertanian dan peternakan.

Hanya karena perkembangan teknik pertanian dan peternakan sajalah yang


membuat situasi kemiskinan (akibat kelangkaan makanan) ini tidak bertambah
panjang.

Teknik pertanian dan teknik peternakan merupakan revolusi ekonomi terbesar


dalam kehidupan manusia, adalah jasa dari kaum perempuan, seperti juga rangkaian
penemuan penting lainnya dalam masa prasejarah (khususnya teknik membuat
tembikar, anyaman dan kerajinan tangan lainnya) adalah jasa dari perempuan.

Penulis menyebut hal ini sebagai Revolusi Neolitik.

Revolusi neolitik membuat umat manusia mampu memproduksi makanannya


sendiri, dan oleh karena itu sedikit banyak mampu menjamin kelangsungan hidupnya
sendiri dari kondisi kelaparan yang sewaktu-waktu bisa terjadi akibat kurangnya stok
bahan makanan.

Revolusi neolitik memungkinkan pembangunan tempat penyimpanan makanan,


yang kemudian membebaskan anggota-anggota komunitas tersebut dari pekerjaan
untuk memproduksi makanan mereka sendiri.

Demikianlah bagaimana sebuah pembagian kerja secara ekonomi dapat


berkembang di masyarakat.

Sebuah penempatan kerja dalam suatu pekerjaan tertentu meningkatkan


produktifitas manusia. Panen pertanian menciptakan sebuah kelebihan (surplus)
jumlah makanan yang nantinya akan disimpan di tempat penyimpanan makanan.

Sebagai akibat dari munculnya surplus makanan yang jumlahnya besar serta
permanen, maka orang-orang dari suku primitif ini memulai suatu keperluan untuk

16
bertukar produk-produk hasil surplus kepada suku-suku lain di sekitar, hasil surplus ini
dihasilkan seluruh orang bersama di komunitas.

Selain itu, kaum perempuan lah yang pertama kali menemukan dan
mengembangkan sistem bertani atau bercocok tanam. Inilah sebabnya, dalam
pelajaran-pelajaran sejarah dijelaskan bahwa garis matrilineal atau garis ibu lah yang
lahir pertama kali. Hal ini menjelaskan bahwa kaum perempuan pernah menempati
kedudukan penting dalam hubungan produksi.

Pada awalnya sistem bercocok tanam hanya sebatas pelengkap untuk menutupi
kekurangan terhadap kebutuhan suku yang didapatkan melalui kerja berburu.

Akan tetapi seiring dengan perkembangan kebutuhan suku yang terus


meningkat, sementara alam semakin terbatas dalam memenuhi kebutuhan suku, serta
sistem bercocok tanam yang terus berkembang pesat dan mulai mencukupi pemenuhan
kebutuhan hidup suku, maka sistem berburu mulai ditinggalkan dan diganti dengan
sistem bercocok tanam.

Saat itulah kaum pria mulai mengambil alih sistem bercocok tanam dan
mendominasi dalam hubungan produksi.

Hal inilah yang kemudian melahirkan garis patrialkal dalam masyarakat yang
kemudian menempatkan kaum perempuan pada urusan-urusan domestik, seperti
mengurusi anak dan sebagainya.

Berkembangnya cocok tanam merubah praktek produksi masyarakat. Masing-


masing suku memiliki jenis cocok tanam atau usaha produksi sendiri.

Di pedalaman, bersandar pada hasil cocok tanam daratan, sementara di pesisir


pada hasil-hasil laut dan pernak-pernik seperti kerang. Terus meningkatkan populasi
suku mengakibatkan peningkatan kebutuhan suku. Hal ini kemudian mendorong
lahirnya hubungan barter atau pertukaran barang antara suku yang satu dengan suku
yang lain.

17
Untuk melaksanakan hubungan barter tersebut, masing-masing suku menunjuk
orang yang bertugas untuk melakukan hubungan barter antara suku yang satu dengan
suku yang lain.

Orang yang melakukan barter tersebut, tidak terlibat secara langsung dalam
kerja produksi, melainkan hidup dari pengumpulan hasil produksi suku dan hasil
barter.

Inilah yang kemudian melahirkan praktek penumpukan atau akumulasi pada


segelintir orang.

Penumpukkan atau akumulasi yang dilakukan tersebut melahirkan syarat bagi


petugas barter untuk mengangkat pengikut yang kemudian menjadi pengawal dan
sebagai kekuatan militernya untuk terus melakukan praktek akumulasi.

Dengan demikian juga memiliki syarat untuk memimpin suatu suku. Inilah yang
kemudian dikenal sebagai kepala suku.

Berkembangnya temuan seperti api dan logam di masa suku primitif, telah
mengembangkan kemampuan masyarakat ketika itu untuk melahirkan tombak dan
sejenisnya serta juga uang.

Peran kepala suku kemudian beralih menjadi penumpuk kekayaan dan memaksa
anggota suku untuk menyerahkan miliknya kepada kepala suku.

Jika tidak kepala suku akan menindas melalui aparat bersenjatanya, sementara
di lain sisi persaingan antar kelompok/suku terus terjadi yang kemudian melahirkan
peperangan.

Penting untuk diingat, pada awal masa peradaban manusia tidak ada kejahatan
yang terjadi di sana, tidak ada kepemilikan pribadi yang ada kepemilikan bersama:
membuat manusia tidak melakukan kejahatan karena rasa saling memiliki satu sama
lain di antara para anggota masyarakat.

Hak milik bersama diakui sebagai hak milik pribadi oleh kepala suku karena latar
belakang kepala suku adalah seorang pedagang (saudagar yang bertukar barang antar
18
suku), kepala suku ini kemudian “mengarang” soal kejahatan yang dilakukan oleh
manusia.

Kepala suku ini kemudian mengarang pemikiran yang mengekalkan kepemilikan


pribadi, mendeskriditkan manusia, menyebarkan kebencian, menyebarkan ketakutan,
menyuruh berperang, mengarang kisah hidup manusia setelah mati, menyuruh
manusia berperang agar hidup setelah mati tidak disiksa oleh leluhur, menciptakan
dongeng perihal kekuasaan tidak terhingga, membagi manusia dalam identitas yang
berbeda, menciptakan status sosial, menciptakan kelas sosial, terus-menerus
menyebarkan kebohongan, terus-menerus menyebarkan sesuatu yang tidak sesuai
dengan realita, menghinakan manusia dengan identitas berbeda, mencari kambing
hitam atas ras manusia, menyebut salah satu ras manusia sebagai sumber kejahatan,
menyebut salah satu ras manusia sebagai ras nomor dua, menciptakan pandangan
bahwa perempuan adalah inferior dan kepala suku inilah yang menciptakan ide bahwa
manusia perlu menguasai manusia lain.

Kebutuhan akan produksi yang meninggi, juga memaksa terjadinya persaingan


antar suku yang satu dengan lainnya yang kemudian menyebabkan perang penaklukan
serta perebutan wilayah kekuasaan antar suku.

Suku atau suku yang kalah perang kemudian ditawan dan dipaksa menjadi budak
untuk menghasilkan produksi bagi suku yang menang.

Daerah suku yang kalah kemudian dikuasai oleh suku yang menang. Dengan
demikian hubungan corak produksi suku primitif hancur dan digantikan oleh corak
produksi baru yaitu sebuah kehidupan dalam masyarakat yang didasarkan atas
hubungan penindasan klas yang satu terhadap klas yang lain, dalam hal ini antara
pemilik budak dan tuan budak. Ini disebut dengan masa kepemilikan budak.

19
 Masa Kepemilikan Budak

Masyarakat kepemilikan budak adalah tingkat perkembangan dari masa suku


primitif.

Syarat-syarat kelahiran masyarakat perbudakan telah ada dalam perkembangan


masyarakat suku primitif.

Dalam masa ini, tuan budak adalah segala-segalanya, sementara budak


merupakan alat produksi bagi tuan budak, kekayaan tuan budak dilihat dari jumlah
budak yang dimilikinya.

Tuan budak tidak terlibat dalam kerja produksi dan memperlakukan budak
sebagai alat untuk mengerjakan apapun yang dikehendaki sang tuan budak.

Mulai dari garap tanah, membangun benteng, hingga melayani nafsu birahi bejat
sang tuan budak. Sang tuan budak berhak melakukan apapun terhadap budak, karena
hidup matinya tergantung dari sang tuan budak. Hasil produksi sepenuhnya dinikmati
oleh tuan budak.

Pada masa kepemilikan budak, terjadi perkembangan budaya yang pesat. Hal ini
karena tuan budak bisa meluangkan waktu lebih untuk menuangkan ide-idenya,
sementara si budak dipaksa untuk menjalankan keinginan sang tuan budak. Borobudur,
piramida, colleseum dan lain-lain adalah hasil kebudayaan yang lahir di zaman
kepemilikan budak. Secara umum, zaman kepemilikan budak ini dapat dilihat dalam
masa Mesir kuno, Persia, Romawi, India dan Cina.

Dalam fase perbudakan ini juga sudah dimulai transaksi perdagangan atau
dikenal dengan merkantilis. Walaupun, masih bersifat barter tapi ada juga yang sudah
menggunakan alat tukar (belum dalam bentuk uang kertas atau logam).

Berarti pandangan bahwa kapitalisme identik dengan perdagangan tidaklah tepat


sepenuhnya karena fase perbudakan hingga fase selanjutnya pasti melakukan
perdagangan.
20
Ini dikarenakan kelompok atau wilayah satu dengan yang lainnya memiliki
perbedaan hasil bumi yang dihasilkan oleh tenaga kerja baik dalam bentuk budak, tani
hamba maupun buruh.

Dengan adanya perbedaan hasil produksi ini akan mendorong adanya


perdagangan untuk memenuhi kebutuhan hidup suatu masyarakat dan kebutuhan para
tuan budak. Dan perdagangan yang dilakukan pada fase perbudakan dikenal sebagai
merkantilis kuno, karena belum ada alat tukar yang baku dan hanya berdasarkan sistem
barter.

Untuk mempertahankan penghisapannya terhadap budak, tuan budak


membangun struktur politiknya. Bagi budak yang ingin melawan, akan berhadapan
dengan algojo-algojonya tuan budak.

Penindasan luar biasa yang dihadapi kaum budak, membuat kaum budak tidak
tahan lagi dan melakukan pemberontakkan.

Di Romawi misalnya, terjadi pemberontakan budak yang terkenal yaitu


Spartacus.

Meledaknya pemberontakan kaum budak dimana-mana, membuat tuan budak


berpikir dua kali untuk tetap mempertahankan hubungan kepemilikan budak yang
kemudian membebaskan budak secara relatif.

Budak-budak yang telah dilepaskan harus bergantung pada sistem bagi hasil
yang didapatkan dari menggarap tanah yang dikuasai oleh si tuan budak yang kemudian
menjadi tuan tanah dan budak berubah menjadi tani hamba.

Dengan demikian terjadi perubahan hubungan produksi baru dalam masyarakat,


yaitu hubungan produksi antara tuan tanah dengan tani hamba. Inilah yang menandai
lahirnya corak produksi feodalisme dalam masyarakat.

Dalam masyarakat kepemilikan budak, organisasi dan kelembagaan sudah


terbentuk dengan menciptakan hukum baku. Hukum baku dari organisasi menciptakan
21
suatu hal yang mendasar bagi terbentuknya status-status sosial serta kelas-kelas sosial
di dalam masyarakat:

Individu tidak dipandang sebagai unsur yang paling dasar di dalam


masyarakat. Suatu masyarakat terdiri dari bagian-bagian komponen seperti: peran-
peran, posisi-posisi, hubungan-hubungan, struktur-struktur dan lembaga-lembaga.

Para individu dipandang hanya sekedar mengisi bagian-bagian komponen


tersebut yang ada di masyarakat.

 Masa Feodalisme

Setelah masa kepemilikan budak, perkembangan masyarakat selanjutnya


memasuki masa feodalisme.

Feodalisme adalah sebuah corak produksi yang berdasarkan hubungan produksi


penindasan dan penghisapan antara tuan tanah dengan tani hamba.

Si tuan tanah menguasai sepenuhnya tanah yang digarap kaum tani dan kaum
tani memiliki kewajiban kerja di lahan milik tuan tanah dan kewajiban menyerahkan
sebagian hasil produksinya kepada tuan tanah sebagai wujud dari kepatuhan terhadap
tuan tanah dalam.

Penyerahan hasil garapan dari tani hamba ini biasanya dalam bentuk upeti dan
atau pajak. Jika tidak, maka kaum tani akan diberi hukuman baik fisik ataupun dalam
kewajiban lain seperti beban kerja dan wajib serah yang lebih banyak kepada tuan
tanah.

Dengan demikian, kaum tani tak ubahnya hamba bagi si tuan tanah. Tuan-tuan
tanah ini juga menguasai kedudukan politik mulai dari kerajaan pusat hingga ke
pedesaan, Dalam menjaga kekuasaannya, kerajaan pusat memberikan kewenangan
kepada bangsawan kerajaan di daerah tertentu untuk berkuasa.

Kerajaan Inggris Raya misalnya, memiliki berbagai perwakilan raja-raja kecil di


skotlandia, Irlandia ataupun Wales. Raja-raja kecil ini memiliki kewajiban untuk

22
menyerahkan upeti kepada raja besar atau tuan tanah di pusat kerajaan dalam waktu-
waktu tertentu.

Dalam mempertahankan kedudukan klasnya, kaum bangsawan feodal


menggunakan kekuatan gereja untuk kemudian mengamini adanya kekuasaan kaum
feodal, dengan jargon “raja adalah utusan Tuhan di muka bumi”.

Sehingga melawan raja, sama saja dengan melawan Tuhan. Hingga itu, seluruh
rakyat harus tunduk kepada kekuasaan raja.

Masa ini dikenal juga masa kegelapan (dark age), karena ilmu pengetahuan tidak
dibiarkan berkembang. Justru dogma-dogma agama yang melegitimasi kekuasaan raja
yang dipertahankan.

Salah satunya adalah ketika Gallileo Gallilei menyatakan bumi itu bulat, tetapi
kaum gereja menolaknya. Akibatnya, Gallileo Gallilei dihukum mati. Pihak gereja
vatikan baru mengakui kesalahan tersebut pada abad 20.

Di zaman feodal ini, uang kertas dan logam kemulai berkembang sebagai alat
tukar (transaksi) atas barang.

Mulailah berkembang ekonomi perdagangan ketika itu. Atau dikenal juga fase
merkantilisme modern. Perdagangan berkembang begitu pesat dan melahirkan klas
baru dalam masyarakat yaitu kaum pedagang.

Kemudian mulai terjadi persaingan untuk memperebutkan pasar atau jalur


perdagangan. Di Eropa ketika itu jalur perdagangan yang terkenal adalah jalur sutra,
dengan pusat perdagangan di bizantium (konstantinopel).

Kemudian meledaklah perang perang salib antara kerajaan Inggris raya dengan
kerajaan turki ottoman. Hal ini mengakibatkan jatuhnya konstantinopel ke tangan
Turki. Akibatnya, akses jalur perdagangan jatuh ke tangan kerjaan turki.

Atas hal tersebut, kerajaan-kerajaan di Eropa seperti Inggris, Portugis dan


Spanyol mulai melakukan proses penjelajahan samudra, apalagi sejak ditemukannya
kompas (alat penunjuk mata angin).
23
Lalu penjelajahan dilakukan ke berbagai benua. Colombus (Spanyol)
menemukan benua Amerika bagian utara. Fernando Megalhaens (Spanyol) menemukan
Amerika Selatan, Alberquque (portugis) menemukan tanjung harapan (Afrika Selatan)
dan melanjutkan perjalanan ke India. Persaingan memperebutkan benua-benua baru
ketika itu dikenal dengan slogan “gold, glory dan gospel”. Ini berlangsung dari abad 15-
17 Masehi.

Tidak jarang sering terjadi pertempuran armada laut dalam upaya penjelajahan
samudara tersebut.

Kemudian lahirlah salah satu perjanjian antara Spanyol dan Portugis untuk
membagi wilayah dunia ke dalam kekuasaan mereka.

Fase ini juga mengawali lahirnya masa kolonialisme terhadap benua baru yang
ditemukan oleh bangsa penjajah Eropa.

Suku-suku asli disingkirkan bahkan dibunuh ketika mengadakan perlawanan


terhadap kaum penjajah.

Mereka yang masih hidup sendiri dijadikan tani hamba bahkan budak untuk
mengeruk sumber-sumber kekayaan alam yang akan diperdagangkan di Eropa.

Di Eropa sendiri, kaum pedagang berkembang pesat dengan membangun gilde-


gilde (industri rumah tangga) yang menghasilkan produksi kerajinan tangan. Tuan-tuan
gilde mempekerjakan sebagian besar kaum tani hamba.

Di akhir abad 16 terjadi penemuan-penemuan besar yang melahirkan mesin uap,


kereta api dan sebagainya.

Ini yang dinamakan dengan Revolusi Industri yang diawali di Inggris. Industri-
industri gilde mulai hancur digantikan dengan pabrik-pabrik dan mempekerjakan klas
baru yaitu buruh.

Dan tuan-tuan gilde beranjak menjadi si kapitalis. Revolusi Industri ini adalah
yang menandai perubahan mendasar atas alat produksi yang telah mendorong

24
kemajuan tenaga produktif dan perubahan hubungan produksi dalam masyarakat
feodal.

Sementara kaum tani sendiri semakin jengah dengan penindasan kaum feodal
bangsawan.

Mereka mulai melakukan pemberontakkan melawan kesewenang-wenangan tuan


feodal.

Di Inggris, terjadi revolusi besar Inggris yang dilakukan kaum la vellers (cikal


bakal borjuasi) yang menuntut persaman dengan kaum aristokrat dan kaum diggers
(kaum tani) menuntut tanah.

Peristiwa ini mengakibatkan raja Inggris Charles I digantung. Hal ini


mengakibatkan perubahan bentuk Negara Inggris dari Monarkhi Absolut ke Monarkhi
Konstitusional.

Di Prancis, terjadi revolusi Prancis 1789 menumbangkan kekuasaan absolut


Louis XVI. Dalam revolusi ini dipimpin borjuasi dengan melibatkan kaum tani dan klas
buruh yang mulai tumbuh. Revolusi ini melahirkan negera modern (republik)
berdasarkan trias politica. Klas buruh sendiri pasca revolusi ini dikhianati oleh kaum
borjuasi.

Jerman yang lebih terbelakang perkembangannya, terjadi pemberontakkan kaum


tani yang dikenal juga dengan perang Tani Jerman. Perang ini dipimpin oleh borjuasi
dan melibatkan kaum tani dan klas buruh. Perang ini kemudian mampu dipatahkan
karena pengkhianatan kaum borjuasi.

Kemudian, dalam aspek kebudayaan terjadi kemajuan ilmu pengetahuan untuk


menghancurkan dominasi gereja dan kerajaan, terutama pasca revolusi industri. Di
kalangan gereja muncul Martin Luther King yang kemudian melahirkan agama Kristen
protestan sebagai kritikan terhadap posisi gereja ketika itu.

Temuan-temuan dan pemikiran-pemikiran borjuasi berkembang pesat, mulai


dari konsep Negara modern, filsafat hingga seni seperti nudis yang dikembangkan

25
kembali. Zaman ini dikenal dengan abad pencerahan atau sering dikenal dengan
Rennesaince (dalam bahasa Italy) atau Aufklarung (dalam bahasa Jerman) serta
enlightment (dalam bahasa Inggris).

Dan puncak dari itu semua adalah runtuhnya filasafat Jerman (hegel) yang
menjadi pemikiran utama di Eropa ketika itu.

Dari hal di atas bisa disimpulkan bahwa perkembangan dari masyarakat feodal
menuju kapitalisme di Eropa mengalami fase sempurna. pergeseran ini dimulai dari
revolusi ekonomi yang ditandai lahirnya revolusi Industri sehingga melahirkan klas
baru dalam masyarakat yaitu klas buruh dan borjuasi.

Dan diikuti dengan adanya revolusi politik yang ditandai dengan runtuhnya
monarkhi Prancis melalui Revolusi Prancis dan revolusi kebudayaan melalui zaman
pencerahan.

 Masa Kapitalisme – Imperialisme

Foedalisme di Eropa runtuh dan melahirkan sistem baru dalam masyarakat yaitu
kapitalisme. Hubungan produksi dalam masyarakat kapitalisme adalah hubungan
penindasan antara si tuan kapitalis (pemilik modal) terhadap klas buruh.

Klas buruh adalah klas yang tidak memiliki apa-apa selain tenaga yang
digunakan untuk memenuhi nafsu si tuan kapitalis.

Sementara tuan kapitalis memiliki modal, tidak berpartisipasi dalam produksi


dan mengambil untung besar dari keringat dan tenaga klas buruh. Penindasan dalam
masyarakat kapitalisme terletak pada perampasan nilai lebih yang dihasilkan oleh kerja
buruh oleh pemilik modal/tuan kapitalis.

Tokoh besar dalam pemikiran kapitalisme adalah David Ricardo dan Adam
Smith.

Mereka berpendapat bahwa sumber kemakmuran dari masyarakat adalah


dengan memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada pasar, sehingga segala sesuatu
yang menghambat perkembangan pasar harus dipangkas.
26
Kemudian di fase awal kapitalisme ini, ekonomi pasar sangat berkembang. Fase
perkembangan kapitalisme persaingan bebas dimulai sejak 1860-1870.

Sesuai dengan watak dasarnya yang eksploitatif, ekspansif dan akumulatif,


perkembangan persaingan bebas kapitalisme mulai mengalami transisi (1873-1890)
ketika sebagian besar kapitalis kecil dan perusahaan kecil runtuh dan mulai diakuisisi
atau dimerger dengan perusahaan kapitalis besar.

Dan sejak 1900-1903 mulai terjadi krisis dimana kapitalis kecil runtuh dan
berkembangnya kapitalisme monopoli yang melakukan pengakusisian kapitalis kecil
oleh kapitalis besar dalam suatu negara, serta pada dewasa ini bahkan lintas negara.
Disinilah kemudian terjadi disebut fase imperialisme sebagai tahap tertinggi dari
kapitalisme[i].

Imperialisme adalah tahap perkembangan tertinggi kapitalisme di dunia.


Imperialisme adalah adalah tahap kapitalisme monopoli yang ditandai oleh 5 ciri
penting yaitu :

1. Konsentrasi produksi dan kapital telah berkembang menuju sebuah tahapan tinggi
sehingga  menciptakan monopoli yang memegang peran penting dalam kehidupan
ekonomi. Contohnya dahulu ada sony dan ericcson tapi sekarang sudah bersatu
menjadi sonyericcson, mercedes dan benz merupakan perusahan otomotif yang
berbeda tapi mercedes mengakuisisi benz dan berubah menjadi mercedes-benz. Dan
hanya ada satu holding compay dan yang lainnya hanya branch company (coca cola
di swedia, honda di jepang, BMW dan Mercedes Benz ada di jerman tapi kantor
cabangnya tersebar di seluruh dunia. Serta, satu perusahan juga menguasai dari
industri hulu dengan hilir.

2. Perpaduan antara kapital bank dengan kapital industri yang menciptakan basis bagi
apa yang dinamakan kapital finans. Contohnya keberadaan World Bank, ADB, IMF,
dsb yang berdiri untuk mengumpulkan modal dan modal tersebut berasal dari super
profit yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh negara-
negara kapitalisme. Dan kapital finans ini digunakan oleh negara imperialis untuk

27
melakukan ekspor kapital dan membangun perusahaan cabang di seluruh dunia
yang kelak akan menjadi jalan untuk terbentuknya negara-negara boneka.

3. Eksport kapital yang berbeda dengan ekport komoditi. Contohnya banyak hutang,
bantuan, investasi yang dikucurkan ke negara berkembang atau setengah jajahan
dan jajahan dengan dalih pembangunan di negara tersebut. biasanya dengan
bungkus perjanjian yang timpang.

4. Pembentukan formasi kapitalisme monopoli internasional dan pembagian dunia di


antara mereka. Contohnya, adanya negara adikuasa/Imperialisme yang pada umum
disebut negara dunia pertama dan negara-negara miskin yang selanjutnya disebut
dunia kedua dan ketiga.

5. Pembagian teritori di seluruh dunia di antara kekuatan kapitalis besar telah


selesai. Contohnya dapat kita lihat dengan adanya G-7, G-8, G20 dsbnya. dan Sejak
PD II tidak ada lagi negara lain  yang menjadi kapitalis baru. Dan ini didominasi
oleh Imperialisme AS.

Dalam perkembangan selanjutnya, imperialisme telah menjadi sistem yang


mendominasi dunia saat ini. Imperialisme akan selalu mengalami krisis akibat over
produski dan over kapital. sehingga untuk itu, imperialisme selalu berupaya melakukan
perebutan sumber-sumber material, pasar, tenaga kerja dan ekspor kapital demi
mendatangkan keuntungan super di balik  itu semua.

Nafsu serakah imperialisme telah mendatangkan bencana kemanusiaan terbesar


yaitu perang (PD I dan II), penjajahan dan hancurnya penghidupan masyarakat di
berbagai negeri baik dalam bentuk perampasan hak-hak hidup rakyat seperti agresi dan
invansi untuk menghancurkan setiap negara yang tidak patuh pada imperialisme. Dan
juga perampokan kekayaan alam dan tenaga kerja yang melakhirkan kemiskinan di
seluruh rakyat dunia.

Kini, dengan berbagai daya upaya, imperialisme terus berupaya


mempertahankan dominasinya. Krisis umum dalam tubuh imperialisme telah

28
menciptakan syarat-syarat bagi bangkitnya perjuangan rakyat di berbagai negeri,
terutama negeri jajahan dan setengah jajahan. Dimana-dimana imperialisme terus
dihujat dengan aksi-aksi massa.

Rejim-rejim boneka pendukung imperialisme di negeri-negeri jajahan dan


setengah jajahan tidak lepas dari gelora perjuangan massa rakyat yang terus bergerak
maju. Di bawah dominasi imperialisme pimpinan AS yang mendominasi dunia saat ini,
imperialisme AS sesungguhnya seekor macan kertas yang lapuk dan akan digulung oleh
gelombang perlawanan seluruh rakyat di berbagai negeri, terutama negeri-negeri
jajahan dan setengah jajahan.

 ---Salah Kaprah Kapitalisme---


SEBAGAI orang yang tidak punya properti, bekerja pun serabutan, mudah bagi saya
untuk menerima bahwa kapitalisme memang keparat.

Namun,

“Mengapa orang yang jauh lebih teraniaya oleh kapitalisme justru tidak selalu
merasakan hal yang sama?”

“Mengapa para pekerja yang diambil nilai lebihnya menerima kapitalisme sebagai sistem
politik-ekonomi terberi yang tidak mungkin lagi dipertanyakan atau diubah?”

Sebagian jawaban dari teka-teki yang gampang-gampang susah ini, saya temukan dalam
karangan-karangan Ellen Meiksins Wood, salah satu ahli sejarah politik paling brilian pada
generasinya, yang berpulang awal tahun ini, 14 Januari 2016 pada usia 73 tahun.

Karya Wood yang merentang selama lebih dari empat dekade, mencakup sejarah
‘pemerintahan’ sejak zaman Yunani Kuno, sejarah pemikiran politik yang dikontekskan dengan
kondisi sosial ekonomi masyarakat pada zamannya, masyarakat prakapitalis, asal-usul
kapitalisme, juga kajian tentang penjajahan dan sosialisme.

29
Salah satu karya kuncinya yang paling banyak menjadi rujukan adalah pembahasan
mengenai asal usul kapitalisme. Tulisan singkat ini coba membahas pokok pikiran Wood
tentang kapitalisme ini.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dari salah kaprah adalah
kesalahan yang umum sekali sehingga orang tidak merasakan sebagai kesalahan: pemakaian
kata “kami” untuk pengganti kata “saya” sudah merupakan salah kaprah.

Wood secara lugas menyatakan bahwa kapitalisme sering dipahami secara keliru sebagai
sebuah sistem politik-ekonomi yang lahir dari keniscayaan sejarah. Bahkan, oleh sebagian
kalangan Marxis sendiri, kapitalisme diterima sebagai evolusi alamiah dari pembentangan
sistem perdagangan.

Akibatnya, kapitalisme dipandang sebagai keniscayaan yang menjerat seluruh sendi


kehidupan, tak terelakkan dan sama sekali tidak mungkin untuk membebaskan diri darinya.
Contoh-contoh salah kaprah dalam memahami kapitalisme sering sekali saya alami dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa mungkin juga pernah Anda alami, antara lain:

Betapa sering, ketika seseorang menyatakan dirinya antikapitalisme, ia akan mendapat


cibiran, ‘antikapitalisme kok punya laptop?’ Ini mencerminkan anggapan umum yang pada
dasarnya mengidentikkan antikapitalisme dengan ketidakwarasan.

Seolah-olah memiliki laptop secara otomatis kontradiktif dengan antikapitalisme.


Mengapa demikian? Mengapa selalu laptop, atau kali lain, HP? Apakah karena laptop dan HP
dibuat di pabrik dengan mengambil nilai lebih dari keringat buruh?

Atau, apakah pertanyaannya seharusnya bukan ditujukan pada benda laptop yang
dimiliki itu melainkan pada konsep ‘kepemilikan’ itu sendiri? Bukankah antikapitalisme artinya
‘anti-kepemilikan pribadi’?

Salah kaprah lain saya jumpai dari kalangan intelektual. Seorang dosen HI UGM, yang
dianggap Marxis (setidaknya pada awal 2000-an) dan mengajar di kelas Globalisasi bertanya di
kelas: “kalau antikapitalisme, mau apa? Masa’ tidak ada jual beli? Masa’ kembali ke barter?
Nabi Muhammad saja pedagang.”

Ia menganggap bahwa kapitalisme itu ekuivalen, atau setidaknya identik, dengan


perdagangan. Bahkan salah satu professor politik-ekonomi terkemuka Indonesia yang bekerja

30
di salah satu universitas bergengsi di luar negeri, pernah menjelaskan bahwa masyarakat
prakapitalis ditandai oleh terbatasnya penggunaan uang sebagai alat tukar.

Si profesor Marxis, yang terkenal dengan pendekatan pertarungan sosial ini, secara tidak
langsung mendefinisikan kapitalisme dari intensitas peredaran uang.

Salah kaprah juga menghinggapi pihak yang secara langsung menghadapi penghisapan
di bawah kapitalisme. Misalnya, ketika saya mengikuti lokakarya buruh sawit pada 2013,
seorang pemimpin serikat buruh sawit meminta saya membantu meneliti upah minimum buruh
perkebunan yang seharusnya berbeda dengan buruh industri, karena mereka tinggal di ‘enclave’
yang membuat harga-harga lebih mahal.

Tanpa mengurangi rasa hormat pada serikat buruh sawit dan serikat buruh industri
pada umumnya, saya justru bertanya balik kepada mereka, ‘kenapa harus upah minimum, Pak?’
Terus terang saya tidak mengerti mengapa upah harus didasarkan pada perhitungan kebutuhan
hidup minimum buruh.

Perhitungan upah berdasar kebutuhan minimum ini membuat buruh rentan dicemooh
karena membeli motor atau berdarmawisata, atau yang bernada seksis, karena membeli bedak
dan minyak wangi yang termasuk komponen kebutuhan hidup layak. Saya, bilang, ‘upah
minimum itu tidak ada apa-apanya Pak dibandingkan dengan apa yang sudah Bapak berikan
kepada perusahaan.

Perusahaan bisa maju dan berkembang kan karena kerja keras Bapak.’ Jadi mengapa
tidak menghitung upah berdasarkan bagian yang layak dari nilai yang sudah dikontribusikan
buruh bagi perusahaan? Ketua serikat buruh sawit itu justru berpikir tentang hal lain. Selain
mencari upah minimum, dia juga mengatakan akan memaksimalkan waktu kerja selama
mungkin dalam satu hari supaya mendapat upah tambahan. Dalam pandangan saya, ketua itu
tidak punya pilihan selain menerima penghisapan nilai lebih tenaga kerja sebagai peluang
mendapat tambahan gaji dari kerja upahan.

Alih-alih menuntut akumulasi kontribusi buruh terhadap keuntungan perusahaan, si


ketua justru menuntut perusahaan untuk meningkatkan jam eksploitasi terhadap buruh. Hal ini
membuat buruh sendiri sulit untuk punya imajinasi bahwa bekerja di perkebunan atau industri
bisa dilakukan tanpa tunduk dalam dalil kapitalisme. Mereka yang paling berkepentingan untuk
keluar justru terpaksa habis-habisan memperkuat dan mengabdi pada kapitalisme.

31
Salah kaprah paling aneh mengenai kapitalisme saya alami bersama teman-teman yang
‘mengaku’ anarkis. Pembahasan mengenai kapitalisme seperti sudah menjadi makanan sehari-
hari bagi mereka. Pada suatu hari mereka menjemput saya di bandara tanpa parkir di tempat
yang disediakan, alasannya tidak punya uang untuk parkir. Setelah itu, mereka bercerita habis
makan mie instan satu porsi untuk berdua. Romantis? Bukan. Rupanya mereka menolak konsep
dan praktik kerja upahan itu sendiri. Bagi mereka kerja adalah bagian dari kapitalisme. Apakah
antikapitalisme artinya tidak boleh bekerja? Lalu muncul pertanyaan lanjutan dalam benak
saya, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidup? Belum lagi, bagaimana melawan
kapitalisme jika sehari-hari hanya makan mie instan setengah porsi?

Bukan salah orang kebanyakan jika kapitalisme sering dipahami secara keliru. Wood
menunjukkan bahwa banyak ahli teori dan sejarawan Marxis sendiri sering salah kaprah
mendefinisikan dan memahami kapitalisme. Untuk menghindari kesalahan yang sama, Wood
menggunakan pendekatan materialisme historis dan menyajikan secara gamblang asal usul
kapitalisme dalam sejarah peradaban Manusia.

Pendekatan materialisme historis memberikan porsi perhatian yang besar pada analisis
empiris terhadap aktivitas praktis yang terjadi dalam konteks sejarah tertentu dan siapa pelaku-
pelakunya, sembari menempatkan para pelaku serta tindakan-tindakan mereka bukan semata-
mata sebagai kehendak bebas tiap-tiap pribadi, tetapi merupakan sesuatu yang dibatasi oleh
kondisi historis pada masa itu.

Tanpa bertumpu pada sejarah, terutama melalui pendekatan materialisme historis,


banyak sarjana Marxis mengidap sekurang-kurangnya dua salah krapah paling umum.

Pertama adalah salah kaprah “model perdagangan”. Salah kaprah ini menganggap
kapitalisme muncul dari modal yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari selisih harga
perdagangan. Akumulasi primitif menurut Adam Smith (yang oleh Karl Marx disebut sebagai
“the so-called primitive accumulation” bukan “the real primitive accumulation”) dilakukan
dengan cara membeli murah di satu tempat dan menjualnya dengan harga lebih mahal di
tempat lain dan dengan cara berhemat. Kapitalisme dianggap sebagai kelanjutan alamiah dari
relasi paling purba dari Manusia: perdagangan dan pertukaran barang dan jasa. Kesalahan
model ini, yang dicontohkan oleh dosen UGM, terletak pada pandangan bahwa berdagang itu
otomatis kapitalis dan tidak mungkin antikapitalisme tanpa anti-perdagangan.

Kedua, sebut saja “model Revolusi Industri”. Salah kaprah ini memandang kapitalisme
bermula dari berkembangnya teknologi di Inggris pada masa Revolusi Industri yang
32
menyebabkan “nilai lebih” tenaga kerja Manusia di kota diserap oleh kegiatan industrialisasi.
Pengumpulan modal dilakukan dengan cara itu. Akibat cara berpikir semacam ini, orang
percaya bahwa antikapitalisme berarti tidak memiliki barang-barang industri atau bahkan tidak
melakukan kerja upahan.

Keduanya berakibat pada kesimpulan bahwa kapitalisme adalah kelanjutan alamiah dari
tindakan-tindakan yang umum dilakukan sejak masa prakapitalis. Bibit kapitalisme dipandang
sudah ada sebelumnya di masa-masa jauh sebelumnya. Ia hanya membutuhkan waktu dan
tempat yang tepat untuk berkembang secara intensif dan massif, dan kebetulan saja hal itu
terjadi di Inggris. Pandangan ini menempatkan kapitalisme sebagai sesuatu yang memang
sudah ada dari sononya dan niscaya. Akibatnya, segala sesuatu yang kita alami hari ini—sistem
perbankan, telepon pintar, makanan yang ada di atas meja makan—dianggap sebagai
penjelmaan kapitalisme karena susah sekali memahami apa ciri dan dalil pokok kapitalisme
yang membedakannya dari sistem-sistem sosial sebelumnya.

Melalui pendekatan materialisme historis, Wood dengan mudah menunjukkan betapa


kronis kesalahpahaman mengenai kapitalisme. Lewat sejarah, kita tahu bahwa
perdagangan dan uang berlaku jauh sebelum kapitalisme. Artinya, lama setelah
uang digunakan secara luas, kehidupan prakapitalisme masih berlangsung dan
perdagangan tanpa kapitalisme bukan hanya mungkin, tetapi merupakan
kenyataan dominan dalam sejarah Manusia.

Ia menjelaskan mengapa perdagangan Cina, Spanyol, Belanda, Italia yang sangat maju
pada masa kejayaannya tidak membuahkan kapitalisme?

Penjelasan model Revolusi Industri juga gugur untuk menjelaskan cikal bakal
kapitalisme, karena model ini menerima secara apa adanya bahwa revolusi industri berasal dari
kemajuan teknologi, tanpa memepertanyakan dan menguji prakondisi-prakondisi yang
memungkinkan revolusi industri.

Misalnya, dari mana asal usul tenaga kerja ‘bebas’, yang pada masa
sebelumnya bukan suatu hal yang umum? Wood (2002) mengujinya dengan
mempertanyakan mengapa 40.8 persen penduduk Inggris pada abad 15 hidup di
London? Mengapa dalam rentang waktu kurang dari dua abad (1520-1700),
penduduk kota itu meningkat hampir 1000 persen (dari 60.000 menjadi 575.000).

33
Perkembangan ini tidak wajar karena demografi kota-kota di Eropa, pada kurun waktu
yang sama, relatif stabil. Selain itu kesenjangan di antara kota-kota dalam negara yang sama
tidak besar seperti kesenjangan London dengan kota-kota lain di Inggris.

---Pasar sebagai Paksaan---

Perubahan dramatis di Inggris membuka pertanyaan lebih mendasar tentang dari mana
asal-usul kapitalisme. Meskipun untuk sebagian ahli pertanyaan itu dianggap kurang berguna,
bagi Ellen Meiksins Wood, teka-teki tentang asal-usul kapitalisme dapat digunakan untuk
mencari dalil pokok kapitalisme.

Wood mengokohkan diri sebagai pemikir politik paling terpandang era ini karena tidak
henti mencari jawaban memuaskan atas pertanyaan sederhana itu. Dia tidak menemukan
jawaban itu di kota-kota dagang Eropa Barat (Amsterdam, Venesia, Florence, Paris) seperti
yang dipercayai oleh banyak ahli sejarah terkemuka, melainkan di pedesaan Inggris.

Penjelasan asal mula kapitalisme ia dasarkan pada karya dua ahli sejarah Marxis,
Robert Brenner, yang mengulas transisi dari feodalisme ke kapitalisme dan E.P.
Thompson yang menulis kemunculan kelas pekerja di Inggris.

Bukan merupakan suatu Eurosentrisme jika mereka selalu berpaling pada Eropa ketika
membicarakan cikal bakal kapitalisme, karena bagi mereka bertiga kapitalisme perlu dipahami
sebagai suatu fenomena yang tidak wajar, khas, dan sangat muda dalam sejarah peradaban
Manusia.

“Kapitalisme perlu dipahami sebagai suatu fenomena yang tidak wajar,


khas dan sangat muda dalam sejarah peradaban manusia”

Kapitalisme adalah suatu sistem politik-ekonomi yang secara kualitatif berbeda dan
terpatah dari sistem-sistem sebelumnya.

‘Kekayaan’ itu tidak serta merta dengan sendirinya dapat disebut sebagai ‘kapital’.

‘Kapital’ adalah suatu hubungan sosial yang spesifik.

Oleh karena itu, berapapun banyaknya jumlah modal yang dikumpulkan, tidak dengan
sendirinya membentuk kapitalisme sebab yang diperlukan oleh kapitalisme adalah perubahan
hubungan sosial yang menghidupkan ‘daya gerak’ kapitalisme:

34
1. Paksaan persaingan, maksimalisasi profit.

2. keharusan untuk menginvestasikan kembali laba.

3. dan tak henti-henti memaksimalkan produktivitas tenaga kerja serta pengembangan


produksi (Wood, 2002: 36-37).

Perubahan hubungan sosial itu terjadi ketika orang diceraikan dari kepemilikan faktor
produksi yang menyebabkan ia tergantung pada hubungan sosial baru demi bertahan hidup.

Kapitalisme ditandai oleh karakter hubungan sosial yang memaksa semua


pelaku mengalami ketergantungan pada pasar. Semua produksi harus ditujukan
untuk pasar dan semua yang terlibat di dalamnya tunduk dalam prinsip
persaingan agar bisa bertahan.

Motif mengumpulkan laba lebih dominan daripada motif melakukan proses


produksi itu sendiri. Perbedaan kualitatif tersebut menunjukkan ada satu titik
mula definitif dan tertentu yang menandai esensi kapitalisme. Konsekuensinya,
ada pula titik akhirnya.

Berdasarkan pembacaan sejarah, titik mula itu adalah Inggris. Di abad 16, karakter
lapisan kelas masyarakat Inggris sangat aneh jika dibandingkan jiran Eropa lain. Kelas sosial di
Inggris sejak penaklukan kaum Norman, menghasilkan monarki yang sangat terpusat.
Mekanisme paksaan melalui penggunaan senjata dimonopoli oleh kerajaan. Akibatnya, berbeda
dengan kelas yang sama di negara-negara tetangga, kaum aristokrat tuan tanah di Inggris
dilucuti dari kewenangan-kewenangan ekstra-ekonomi untuk mendapatkan upeti dari petani.

Bagaimana mereka bertahan tanpa upeti, meskipun mereka menguasai tanah yang
teramat luas? Ketiadaan kewenangan ekstra-ekonomi tuan tanah menyebabkan mereka hanya
bisa mengandalkan mekanisme ekonomi, yakni harga pasar untuk sewa tanah.

35
Berbeda dengan negara-negara tetangga di mana ongkos sewa tanah nilainya relatif
stabil, yang ditentukan melalui kesepakatan jangka panjang, tuan tanah di Inggris harus
menyewa surveyor untuk memperkirakan berapa harga sewa yang seharusnya mampu diraup
melalui mekanisme pasar.

Ini menyebabkan nilai sewa tanah berubah-ubah dan fluktuatif seturut dengan ongkos
dan hasil produksi serta konsumsi yang digerakkan oleh pasar.

Dipadu dengan kesenjangan penguasaan tanah yang luar biasa timpang, para produsen
(petani penggarap) di Inggris harus bersaing menawarkan harga sewa paling tinggi untuk
mendapatkan akses tanah dan melanjutkan proses produksi.

Agar bisa menawarkan harga sewa paling tinggi, petani-petani tersebut harus
meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi sehemat mungkin. Laba produksi
tidak bisa diandalkan untuk memenuhi tuntutan ongkos sewa yang kompetitif karena hasil
penjualan bukanlah sesuatu yang bisa mereka kendalikan, melainkan oleh pasar.

Satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah menekan ongkos produksi.


Kebiasaan-kebiasaan lama, yakni akses-akses non-pasar pada faktor produksi
yang mengurangi keunggulan kompetitif, harus disingkirkan demi bersaing di
pasar.

Di sinilah pasar menjadi kekuatan yang memaksa, bukan sebuah pilihan sebagaimana
sistem sebelumnya yang di dalamnya para penghasil atau produsen bebas menjual atau tidak
menjual hasil produksinya karena mereka tetap punya akses non-pasar terhadap sarana
reproduksi sosial untuk bertahan hidup.

Inilah yang disebut dengan kapitalisme: pasar bukanlah menjadi mekanisme


perdagangan biasa, melainkan penentu utama dan pengatur seluruh aspek kehidupan
lainnya, bahkan keberlangsungan hidup itu sendiri.

Pasar bukan tempat yang menyenangkan bagi semangat wirausaha, tetapi institusi
koersif yang memaksakan persaingan dan pencarian laba sebagai satu-satunya prinsip.

Para petani penyewa dan pemilik tanah kedua-duanya kapitalis, pertama-


tama bukan karena mereka tamak atau jahat, tetapi karena jika mereka tidak
tunduk pada dalil persaingan paksa dalam pasar, mereka tidak bisa mendapatkan
akses subsistensi, tidak mampu berproduksi dan melakukan reproduksi sosial:
36
mereka terancam tidak bisa sekadar bertahan seperti kondisi sebelumnya, bahkan
tidak bisa bertahan hidup tanpa berproduksi untuk pasar.

Berlangsungnya dalil pokok kapitalisme, pasar sebagai paksaan, menjadi penggerak


ekonomi yang menyediakan prakondisi untuk revolusi industri. Petani yang kalah bersaing dan
kehilangan tanah gara-gara persaingan pasar, tidak punya pilihan lain kecuali pergi ke London
sebagai buruh ‘bebas’, menawarkan tenaga kerja.

 ---Implikasi Pemikiran Wood---


Pemikiran Wood yang hanya bisa dicuplik sebagiannya dalam tulisan ini, memiliki
implikasi yang koheren.

Kapitalisme bukan sesuatu yang alamiah dan berkelanjutan sepanjang


sejarah. Fase kapitalisme punya titik mula, artinya juga titik akhir.

Dalil pokok kapitalisme bukanlah adanya sistem jual beli dan pengambilan
laba, kepemilikan pribadi, ataupun pengumpulan modal, melainkan bekerjanya
pasar sebagai penentu utama produksi dan pertukaran, dan konsekuensinya
pengaturan pembagian tenaga kerja.

Pasar hadir sebagai paksaan, bukan pilihan. Hal ini tidak datang secara
alamiah dan terberi.

Pasar telah ada jauh berabad-abad, tetapi hanya setelah di Inggris abad 16-
lah ia mulai berhasil menyingkirkan para petani yang tidak bisa bersaing dalam
produksi kompetitif.

Kekuatan pasar sebagai pemaksa ini mendorong maksimalisasi profit


sebagai mekanisme survival bagi produsen. Perusahaan, petani kapitalis, atau
pemilik pabrik mencari untung tidak semata-mata karena rakus, tatapi jika
37
mereka tidak berkompetisi untuk meningkatkan untung, mereka akan tersingkir
dari pasar.

“Ketakutan terhadap kegiatan persaingan itu sendiri, itulah yang pertama kali
memunculkan benih-benih kapitalisme. Inilah titik balik, di mana segelintir individu di dalam
masyarakat mengalami DEMORALISASI, sehingga mereka tidak mampu membicarakan
masalah pemenuhan kebutuhan hidup kepada masyarakat seutuhnya. Hukum umum
perkembangan masyarakat pada saat itu telah mati karena paksaan dari ketakutan pribadi
sehingga menimbulkan kapitalisme, masyarakat pada saat terjadinya kapitalisme menjadi
mandul dalam menyelesaikan masalah-masalahnya secara bersama karena masing-masing
terpaksa harus tunduk kepada persaingan pasar dan tidak mampu bekerja-sama dengan
tulus.”

Perdagangan, laba serta pengumpulan modal telah berlangsung beribu tahun tidak serta
merta merupakan kapitalisme, asalkan di dalamnya, akses non-pasar orang terhadap faktor
produksi tetap dipertahankan.

Kepemilikan pribadi tidak secara otomatis kapitalis.

Di Cina kepemilikan pribadi sudah berlaku jauh sebelum kapitalisme, dan tidak
berujung pada kapitalisme.

Yang menentukan adalah apakah kepemilikan pribadi itu menjelma menjadi kekuatan
politik bagi si pemilik untuk memaksakan proses produksi demi pemenuhan kepentingannya,
yakni kepentingan untuk menyerap nilai lebih semaksimal mungkin dan membuat tenaga kerja
tunduk karena tanpa tunduk mempersembahkan tenaga kerjanya mereka terancam tidak bisa
bertahan hidup.

Kelas pekerja, bukan hanya di kota melainkan juga buruh tani, menjadi basis
transformasi sosial.

Proses dan relasi produksi yang dilakukan adalah relasi yang diatur berdasarkan tujuan
yang ditentukan sendiri oleh pekerja yang bekerja di dalamnya (Wood, 1999).

Tujuan dari usaha tersebut bisa saja “peningkatan kualitas hidup”, emansipasi Manusia
(Wood, 1995), kondisi kerja, waktu luang atau apa yang pada pokoknya adalah
menomorsekiankan tuntutan pasar, lebih baik lagi jika memberikan akses non-pasar sebesar
mungkin untuk reproduksi sosial dan menghilangkan kesenjangan kepemilikan faktor produksi.
38
Pada intinya, antikapitalisme adalah menolak bahwa nilai utama yang menentukan
dalam hubungan sosial adalah meningkatkan profit dalam pasar kompetitif.

Begitu banyak nilai-nilai lain yang harus diutamakan daripada meningkatkan


produktivitas dan efisiensi.

Usaha untuk menghapuskan hubungan sosial yang tidak ditentukan oleh pemaksaan
pasar bukanlah hal yang tidak wajar atau tidak mungkin.

Kita punya sejarah panjang perubahan radikal tentang apa yang kita anggap wajar
sekarang ini.

Misalnya, dulu perbudakan dianggap wajar namun sekarang tidak lagi. Demikian pula
tenaga kerja anak-anak di pertambangan dulu merupakan sesuatu yang sangat biasa kini
menjadi dilarang, setidaknya secara de jure.

Contoh tersebut tepat sebagai ilustrasi antikapitalisme, karena di dalam kapitalisme


yang menempatkan paksaan pasar sebagai panglima, tenaga kerja anak-anak di pertambangan
akan tetap diberlakukan karena mendukung maksimalisasi profit, produktivitas dan efisiensi.

Terbukti, hal itu bisa kita tolak, setidaknya secara normatif. Artinya, hal-hal dan prinsip-
prinsip lain juga seharusnya bisa tidak dinomorduakan oleh paksaan pasar.

Demikianlah, tanpa bermaksud menyederhanakan, sesungguhnya agenda


antikapitalisme adalah melepaskan berbagai aspek kehidupan dari tuntutan dalil paksaan pasar.

Namun, antikapitalisme tidak sama dan setara dengan antipasar.

Antikapitalisme bukan berarti tidak menggunakan laptop, tidak melakukan aktivitas


jual beli, penolakan untuk menggunakan uang sebagai alat tukar, atau yang lebih buruk lagi,
tidak bekerja.

Antikapitalisme adalah usaha terus menerus untuk mencari sistem politik-ekonomi yang
tidak berlandaskan persaingan dan maksimalisasi profit dalam pasar, dalam rangka
menghilangkan hubungan dan eksploitasi kapitalisme yang menghasilkan antagonisme pemilik
dan pekerja. Ini, tidak bisa tidak, mengarahkan kita untuk lebih jauh dalam mendalami
hubungan-hubungan kelas dalam kapitalisme dan terus berjuang untuk menghilangkannya.

39
Banyak hubungan sosial dan nilai-nilai lain yang bisa kita percayai dan
terapkan untuk diprioritaskan daripada prinsip persaingan pasar.

Namun, jika ada yang bisa kita pelajari dari warisan pemikiran Ellen Meiksins Wood,
pelajaran itu adalah betapa mengenanya pendekatan materialisme historis.

Artinya, tidak bisa hanya mengangankan nilai-nilai non-pasar untuk tumbuh,


melainkan kita harus juga bicara mengenai basis material yang memungkinkan bagi nilai-nilai
tersebut untuk bisa dinomorsatukan daripada nilai-nilai paksaan pasar.

Dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang revolusioner, masyarakat seluruhnya pasti mampu


menggelorakan nilai-nilai non pasar (nilai-nilai non pasar = nilai-nilai dalam Dunia Utopia).

Ilmu pengetahuan merupakan senjata terhebat umat manusia dan


ketidaktahuan tidak akan menyelamatkan siapapun.

EGALITARIAN

Masyarakat egaliter adalah masyarakat yang menjalankan hubungan sosial


dalam persamaan hak.

Tidak ada kewajiban khusus (pembagian peran) yang ada hanyalah pembagian
kerja secara demokratis, wajib kerja untuk semua orang.

Egalitarian (anggota masyarakat egaliter) tidak mengenal hak-hak istimewa yang


harus diberikan kepada segelintir orang tertentu, semua orang berhak menikmati hasil-
hasil yang ada di bumi, tanah digarap bersama dan dinikmati bersama hasil berkah
bumi-nya, masyarakat egaliter hanya bisa terjadi jika setiap orang di dalam masyarakat
tersebut dianggap sama derajatnya dan diperlakukan secara sama, sewajarnya saja
orang akan diperlakukan – tidak ada yang lebih mulia dan tidak ada yang lebih hina.

“Kebodohan yang terus diamini oleh mayoritas akan berubah menjadi


kecerdasan kolektif”.

Manusia harus sadar bahwa kejahatan merupakan akibat langsung dari


kebebasan manusia yang disalah-gunakan, jadi tatanan sosial mengalami perubahan
sesuai dengan perintah yang dipaksakan kepada masyarakat.

40
Untuk mendapatkan keteraturan, maka masyarakat harus melawan kebodohan
kolektif!

Seseorang pernah mengatakan dibutuhkan sedikit usaha mental untuk mengutuk


daripada untuk berpikir.

Kebanyakan orang membenci apa yang tidak diketahui oleh mereka,


kelembaman mental yang meluas dan sangat umum di masyarakat membuktikan
kebenaran hal ini.

Alih-alih menggali makna dasar setiap gagasan, alih-alih memeriksa asal-usul


dan maknanya, kebanyakan orang akan lebih memilih untuk mengutuknya, atau
bergantung kepada definisi dangkal dan prasangka tidak penting.

Hal ini terjadi akibat beberapa orang yang dimuliakan: mengajarkan untuk
membenci ilmu pengetahuan yang tidak diketahui oleh masyarakat, orang-orang
tersebut “terlihat” berbuat baik, namun tidak “benar-benar" melakukan hal baik, orang
yang dimuliakan oleh masyarakat adalah tidak egaliter, karena orang itu “masih
meminta untuk dimuliakan”, untuk dimuliakan diperlukan pengikut yang bodoh dan
tidak berani kritis terhadap orang yang dimuliakan.

Egalitarian mendorong manusia untuk berpikir, mencari tau, menganalisa setiap


tawaran; Egalitarian adalah filosofi tatanan sosial baru berdasarkan pada kebebasan
yang tidak dibatasi oleh hukum buatan manusia; Teori bahwa segala bentuk
pemerintahan dibangun di atas kekerasan, maka pemerintahan adalah hal yang salah,
berbahaya, dan juga tidak perlu.

Tatanan sosial baru tentu saja berdasarkan pada dasar-dasar material


kehidupan, bahwa kontrak sosial manusia tidak berlandaskan sekumpulan ide-ide
orang bijak yang tidak melihat realita lapangan penuh kemiskinan dan penderitaan.

Sementara semua kaum egalitarian setuju bahwa kejahatan utama hari ini adalah
masalah ekonomi, mereka meyakini bahwa solusi kejahatan tersebut dapat dilakukan
hanya melalui perhitungan dalam setiap fase kehidupan, fase kehidupan ketika manusia
dikuasai oleh manusia lain merupakan fase kenistaan kehidupan manusia, di mana
41
manusia tidak bisa menjadi diri sendiri dan mengembangkan diri sendiri untuk
menyelesaikan masalah bersama.

Jika relasi kekuasaan: manusia menguasai manusia lainnya telah hilang, maka
masalah-masalah kolektif masyarakat, terutama masalah kemiskinan juga hilang.

“Seharusnya semua orang mampu menjadi produsen”.

Asal muasal kemiskinan berasal dari: “perampasan hak kesempatan manusia


untuk menjadi produsen”, penulis menyebutnya sebagai “pengambil-alihan sarana
produksi”.

Menurut catatan sejarah, pengambil-alihan dari produsen langsung terjadi di


Inggris di abad 15, 16 dan 17, dan kemudian berlangsung di seluruh Eropa dan
kemudian, seluruh dunia. Di beberapa tempat, proses ini masih berlangsung,
sebagaimana keberlangsungan perubahan produsen langsung menjadi pekerja upah.
Mari kita ulang apa yang terjadi di Inggris, di mana modal dan kaum proletar
dilahirkan. Sebuah sejarah diceritakan penuh darah dan api.

Dimulai pada masa Elizabeth, sampai pertengahan abad ke-19, para pemilik
tanah memagari lahan terbuka dengan pagar untuk menggembala domba. Alasan
tindakan ini adalah wol, komoditas ekspor Inggris yang paling menguntungkan. Para
petani, atau yang disebut petani abdi, kehilangan hak tradisional mereka untuk
memakai “lahan umum” untuk menggembala kambing atau domba mereka dan untuk
bercocok tanam untuk menjaga kemadirian ekonomi mereka.

Para petani, sebagai sebuah kelas masyarakat, dihancurkan di seluruh Inggris


Raya. Seorang individu ekonomi tercipta – para buruh tanpa lahan, tidak punya hal
selain kemampuan kerjanya untuk mendapatkan apapun yang pasar sediakan.

Hari-hari swasembada petani kecil sudah lewat. Penutupan lahan menyeret


mereka keluar dari daerah pedesaan sebagai gembel ke kota-kota besar dan kecil dan ke
pabrik-pabrik baru.

42
Tidak sampai tahun 1820, Dutchess of Sutherland mendepak 15.000 penyewa
dan 794.000 acre tanah dan menggantinya dengan 131.000 domba dan menyewakan
pada kelurga-keluarga yang telah dia usir kurang lebih 2 acre tanah submarginal.

Dalam bahasa analisa yang tajam, pemagaran ini “membebaskan” para buruh
dari produksi pertanian dan mengubah mereka menjadi barang jualan (karena
pengangguran), pemilik tenaga kerja yang bisa dijual. Inilah perampasan sarana
produksi yang membuat seorang produsen menjadi proletariat.

Proletariat, (kata benda): Kelas masyarakat, himpunan dari orang-orang yang


tidak memiliki alat produksi, namun memiliki kemampuan untuk menggunakan sarana
produksi. Orang-orang yang memiliki kebutuhan hidup dan untuk memenuhi
kebutuhan hidup-nya tersebut, kelas proletariat ini harus menjual tenaga kerjanya
sebagai keharusan untuk bertahan hidup tetapi tidak mendapatkan profit dari proses
perputaran uang dalam dunia bisnis, mereka juga tidak memiliki kontrol atas
bagaimana hidup mereka akan digunakan karena ketergantungan hidup mereka kepada
orang-orang yang memiliki modal uang & modal alat produksi.

TIGA unsur dari kelas proletariat adalah: 1. Ada perintah 2. Ada pekerjaan dan
waktu kerja yang ditentukan 3. Ada upah.

43
Proletariat berkembang di bawah corak produksi kerja-upahan, di mana
masyarakat di bawah corak produksi tersebut menjual kapasitas kerjanya untuk
memproduksi komoditi (barang yang gunanya diproduksi adalah untuk diperjual-
belikan).

Ciri-ciri inti masyarakat egalitarian adalah:

(1) Penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi

(2) Penghapusan kelas-kelas masyarakat yang memiliki hak istimewa dan bekerja
tidak bersentuhan dengan produksi

(3) Penghapusan negara

(4) Penghapusan pembagian peran

(5) Penghapusan pembagian hak-hak dan kewajiban yang dikonsepkan di dalam


peran-peran sosial

(6) Wajib kerja produktif yang sama bagi semua orang

(7) Wajib mengajar hal-hal yang hanya berhubungan dengan kerja produktif bagi
semua orang

(8) Bekerja sesuai kemampuan dan menikmati sesuai kebutuhan

Untuk mewujudkan itu semua, langkah pasti dari kaum egalitarian adalah: rebut
semua sarana produksi dari kepemilikan segelintir orang menjadi sarana produksi
untuk kepemilikan semua orang, jalankan politik dengan wewenang, peran serta politik
dalam semua bentuk memberikan kesempatan bagi setiap orang dalam pengaturan diri
masyarakat, pendidikan massal mengajarkan nilai-nilai egalitarian secara intensif.
44
Istilah lain dari masyarakat Egaliter adalah masyarakat anarki, tulisan yang
membahas perihal masyarakat anarki disebut dengan “Anarkisme”.

Beberapa poin terpenting dalam anarkisme menjelaskan bagaimana


masyarakat anarki menjalani kehidupan adalah sebagai berikut:

1) “Kesepakatan bersama untuk menjawab semua pertanyaan & keluhan publik,


oleh karena itu, masyarakat egalitarian menghapuskan hukum, aturan disiplin
negara, kekerasan dan pemaksaan patuh kepada aturan baku”.

Mengapa Konsesus Terhadap Semua Pertanyaan Publik Itu Begitu Penting?

Karena kejujuran serta keterbukaan merupakan jalan terang benderang menuju


peradaban egaliter, dengan kejujuran dan keterbukaan satu sama lain terhadap
segala informasi yang ada di masyarakat, kita belajar betapa kita membutuhkan:
cinta, penerimaan diri kita apa adanya, makna hidup, harapan, peran kita
sebagai manusia, harga diri dan pengampunan sebagai hal-hal penting di
masyarakat.

Konsesus terhadap semua pertanyaan publik & keluhan publik adalah sebagai
berikut:

 Pertanyaan publik mengenai segala hal yang menyangkut kehidupan


mereka

 Keluhan publik mengenai segala hal yang kurang dari rumah hunian
mereka

 Keluhan publik mengenai segala hal yang kurang dari fasilitas pelayanan

45
 Keluhan publik mengenai kualitas dan kuantitas barang kebutuhan yang
memenuhi balai warga

 Pertanyaan publik mengenai segala hal tentang pekerjaan dan kontribusi


yang bisa diberikan individu kepada masyarakat

 Pertanyaan publik mengenai distribusi kesejahteraan yang akan mereka


peroleh setelah bekerja

 Pertanyaan publik mengenai peran mereka dalam memelihara alam


lingkungan

 Pertanyaan publik mengenai bagaimana cara mereka mendapatkan


pelayanan gratis

 Pertanyaan publik bagaimana cara anak-anak mereka yang telah menikah


mendapatkan tempat tinggal yang layak secara gratis

 Pertanyaan publik bagaimana mereka mendapatkan pendidikan gratis

 Pertanyaan publik bagaimana mereka terjamin masa tuanya

 Pertanyaan publik bagaimana mereka di masa tua ada yang mengurus


kebutuhan sehari – harinya

 Dan lain sebagainya

Untuk mewujudkan masyarakat anarki, semua orang yang terlibat di dalam


masyarakat wajib mendapatkan pendidikan mengenai metode
berserikat&berorganisasi anarkisme.

Masing-masing profesi individu (ketika individu telah sampai kepadanya


JADWAL WAKTU menjadi pendidik) dalam serikat menjelaskan kepada
seluruh masyarakat pertanyaan publik dan rapat untuk menjawabnya!

2) “Berakhirnya relasi kerja upahan menjadi kerja sosial”.

46
3) “Berakhir semua lebel harga pada barang pemuas kebutuhan, semua barang
pemuas kebutuhan adalah gratis”.

4) “Tidak ada pemerintahan, anarkisme adalah keteraturan yang sudah total”

5) “Penghapusan fungsi-fungsi legislatif dan eksekutif (tidak lagi diperlukan)”.

6) “Distribusi tugas-tugas pelayanan administrasi kepada seluruh anggota


masyarakat tanpa terkecuali, didik setiap orang agar mampu menjalankan tugas-
tugas pelayanan administrasi, karena tugas ini akan dirotasikan dan akan
terdapat pemilihan kembali setelah selesai rotasi penugasan satu kali”.

7) “Pembubaran semua angkatan bersenjata, institusi dan lembaga yang mampu


melakukan kekerasan”.

8) “Penghapusan pasar, perdagangan dan peran uang”.

9) “Dihapuskannya pembagian kerja buruh, perputaran semua tugas”.

10)“Masyarakat menikmati berbagai jenis pekerjaan dan waktu luang”.

11) “Jam kerja dikurangi menjadi sangat minimal, namun efektif”.

12) “Dengan dihapuskannya kelangkaan terhadap barang pemuas kebutuhan, maka


semua kebutuhan dapat terpenuhi secara gratis dan ide mengenai hak milik
pribadi menjadi tidak ada artinya lagi”.

13) “Prinsip-prinsip kooperasi kerja sosial disebarkan ke seluruh urusan publik,


penyatuan segala bentuk usaha produksi”.

14) “Menghilangnya perbedaan sosial, perbedaan identitas menjadi suatu


keniscayaan yang diterima dengan sangat positif, perbedaan identitas meliputi:
regional, kultural dan rasial tidak lagi menjadi sumber konflik”.

15) “Perempuan adalah setara dengan laki-laki”.

16) “Tidak ada lagi pembagian peran antara ibu dan bapak”
47
17) “Hukuman terhadap pelaku kejahatan, disandarkan kepada kesepakatan
masyarakat dan korban. Masyarakat anarki mampu menyelesaikan masalah
perilaku jahat seseorang individu secara adil tanpa harus bergantung kepada
institusi atau lembaga.”

NEGARA SEBAGAI PRODUK DARI TIDAK TERDAMAIKANNYA ANTAGONISME-


ANTAGONISME KELAS

Negara membuat pertentangan antara kelas dan kelompok dari masyarakat


menjadi kekal, Negara, dengan demikian, adalah sama sekali bukan kekuatan yang
dipaksakan dari luar kepada masyarakat, sebagai suatu sesempit “realitas ide moral”,
“bayangan dan realitas akal”.

Malahan, negara adalah produk masyarakat pada tingkat perkembangan


tertentu, negara adalah pengakuan bahwa masyarakat ini terlibat dalam kontradiksi
yang tak terpecahkan dengan dirinya sendiri, bahwa ia telah terpecah menjadi segi-segi
berlawanan yang tak terdamaikan dan ia tidak berdaya melepaskan diri dari keadaan
demikian itu.

Dan supaya segi-segi berlawanan ini, kelas-kelas yang kepentingan-kepentingan


ekonominya berlawanan, tidak membinasakan satu sama lain dan tidak membinasakan
masyarakat dalam perjuangan yang sia-sia, maka untuk itu diperlukan kekuatan yang
nampaknya berdiri di atas masyarakat, kekuatan yang seharusnya meredakan
bentrokan itu, mempertahankannya di dalam “batas-batas tata tertib”; dan kekuatan
ini, yang lahir dari masyarakat, tetapi menempatkan diri di atas masyarakat tersebut
dan semakin mengasingkan diri darinya, adalah negara.

Kata-kata di atas, walaupun cukup rumit untuk dipahami, akan tetapi jelas sekali
bahwa Negara adalah sistem buatan yang lahir akibat dari pertentangan kelas &
kelompok masyarakat yang tidak terdamaikan.

Masyarakat terpisah dalam berbagai macam suku/klan/gen, masyarakat terpisah


pada tempat tinggal yang berbeda-beda, masyarakat terpisah dalam berbagai macam
suku/klan/gen yang memiliki adat, istiadat, kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda,

48
masyarakat terpisah dalam macam suku/klan/gen memiliki kegiatan ekonomi produksi
yang berbeda-beda.

Di antara kelas-kelas masyarakat, mereka memiliki kepentingan masing-masing


terhadap kemakmuran yang dapat mereka rasakan, oleh karena itu masyarakat terus
mengalami pertentangan.

Masing-masing kelas dan kelompok masyarakat memiliki pertentangan akibat


dari persaingan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yakni tujuan untuk
mendapatkan kemakmuran, mendapatkan budak/hamba yang dapat melayani mereka
dan membebaskan mereka dalam kerja memenuhi kebutuhan, mereka adalah:
segelintir orang dalam kelas atau kelompok masyarakat tertentu.

Keberadaan negara membuktikan bahwa pertentangan antara kelas-kelas


masyarakat adalah tidak terdamaikan, negara tidak dapat timbul atau bertahan jika
perdamaian kelas adalah mungkin. negara adalah organ kekuasaan kelas, organ
penindasan dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia adalah ciptaan ”tata tertib” yang
melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan antar
kelas.

Moderasi berarti 1. Pengurangan kekerasan 2. Penghindaran keekstreman.

Jika negara adalah produk tak terdamaikannya kontradiksi-kontradiksi kelas,


jika negara adalah kekuatan yang berdiri di atas masyarakat dan yang “semakin
mengasingkan dirinya dari masyarakat itu”, maka jelaslah bahwa pembebasan kelas
tertindas bukan hanya tidak mungkin tanpa revolusi dan kekerasan, tetapi juga tidak
mungkin tanpa penghancuran aparat kekuasaan negara yang diciptakan oleh kelas
berkuasa dan yang merupakan penjelmaan dari “pengasingan” itu.

Hubungan sosial manusia yang berdasarkan manusia menguasai manusia lain


(baca: mengatur, dengan memaksakan/memerintahkan secara paksa), terus-menerus
dijaga di dalam sistem buatan bernama negara, negara tidak lahir akibat dari
persetujuan semua orang dari masyarakat, negara lahir akibat pengaruh dari orang yang
49
berkuasa, mendapatkan kepatuhan dari masyarakat yang mengalami pertentangan
kelas satu sama lainnya.

SATUAN KHUSUS ORANG-ORANG BERSENJATA, PENJARA, DSB

Berbeda dengan organisasi gens (suku atau klan) lama, negara, pertama-tama,
membagi warga negara menurut pembagian wilayah.

Pembagian demikian itu nampaknya “wajar” bagi kita, tetapi ia telah meminta
perjuangan berjangka panjang melawan organisasi lama berdasarkan suku atau gens.

Ciri kedua yang membedakan ialah ditegakannya kekuasaan kemasyarakatan


yang sudah tidak sesuai secara langsung dengan penduduk yang mengorganisasi diri
sebagai kekuatan bersenjata.

Kekuatan kemasyarakatan yang khusus ini perlu, karena organisasi bersenjata


yang bertindak sendiri dari penduduk menjadi tidak mungkin sejak terpecahnya
masyarakat menjadi kelas-kelas.

Organisasi bersenjata ini tidak mungkin mewakili penduduk, karena penduduk


telah terpecah dalam kelas, kelas kaya harta dan kelas miskin harta. Kekuasaan
kemasyarakatan ini ada di dalam setiap negara. Ia tidak hanya terdiri dari orang
bersenjata saja, tetapi juga terdiri dari embel-embel materiil, yaitu penjara dengan
segala macam lembaga pemaksa, yang tidak dikenal oleh susunan masyarakat gens
(klan).

Konsep “kekuatan” yang disebut negara – kekuatan yang muncul dari


masyarakat, tetapi yang menempatkan diri di atas dan semakin mengasingkan diri
sendiri darinya. Terdiri dari apakah kekuatan ini sesungguhnya? Ia terdiri dari badan
khusus orang-orang bersenjata yang memiliki penjara, dll, dibawah komandonya.

Kita berhak berbicara tentang badan-badan khusus orang-orang bersenjata,


karena kekuatan kemasyarakatan yang merupakan sifat khas bagi setiap negara “tidak
sesuai secara langsung” dengan penduduk yang bersenjata, jauh berbeda antara badan
50
khusus orang bersenjata dengan penduduk bersenjata, badan khusus orang bersenjata
merupakan “organisasi bersenjata yang bertindak sendiri” dari penduduk.

Kelas pekerja harus memiliki perhatian yang penuh terhadap kesadaran kelas,
karena tanpa kesadaran kelas, maka persatuan tidak mungkin akan terjadi untuk
menghilangkan segala penindasan. Tentara dan polisi tetap pada hakekatnya adalah
alat-alat utama kekuatan kekuasaan negara. Tetapi bagaimana bisa tentara tetap dan
polisi menjadi lain daripada itu?

Karena pada awal terbentuknya tatanan masyarakat yang dikuasai berdasarkan


pembagian wilayah, organisasi bersenjata melancarkan usaha untuk mendapatkan
kekuasaan dan kepatuhan orang-orang, hal ini telah terjadi pada zaman perbudakan,
pada awal terbentuknya negara, penaklukan wilayah untuk mendapatkan budak
menjadi tujuan utama, budak adalah manusia yang dianggap seperti barang, budak
adalah seseorang yang telah dirampas harga dirinya sehingga masyarakat sekitar
mengakui jikalau kedudukan seorang budak tidak lebih sebagai barang.

Peperangan adalah untuk mendirikan sebuah negara, bukan negara yang


mendamaikan peperangan dari perseteruan masyarakat gens yang sudah sejak awal
egaliter (masyarakat egaliter tidak pernah bersiteru terhadap tatanan masyarakat
mereka sendiri).

Masyarakat gens tidak mengalami peperangan sampai ada kekuatan dari dalam
masyarakat itu sendiri, telah terpecah menjadi kelas baru, kelas baru yang mengaku
dirinya sendiri lebih unggul dibandingkan orang-orang, kelas yang memulai perang
demi terbentuknya sebuah negara.

Andaikata tidak untuk perpecahan ini, “organisasi bersenjata yang bertindak


sendiri dari penduduk” akan berbeda dengan organisasi primitif kawanan monyet yang
menggunakan tongkat, atau organisasi manusia primitif, atau organisasi orang-orang
yang tergabung dalam masyarakat klan, dalam hal kerumitannya, ketinggian tekniknya,
dst, tetapi organisasi demikian itu masih mungkin.

51
Organisasi demikian itu menjadi tidak mungkin karena masyarakat beradab
telah terpecah menjadi kelas-kelas yang bermusuhan, dan lagi bermusuhan yang tak
terdamaikan, sehingga jika kelas-kelas ini diperlengkapi dengan senjata yang “bertindak
sendiri” akan timbul perjuangan bersenjata di antara mereka.

Terbentuklah negara, terciptalah kekuatan khusus, satuan orang-orang khusus


orang-orang bersenjata, dan setiap revolusi, dengan menghancurkan aparat negara,
menunjukkan dengan jelas kepada kita bagaimana kelas yang berkuasa berdaya-upaya
memulihkan satuan-satuan khusus orang-orang bersenjata yang mengabdi untuknya,
dan bagaimana kelas yang tertindas berdaya-upaya menciptakan organisasi baru
macam itu yang mampu mengabdi bukan kepada kaum penghisap, melainkan juga
kepada kaum terhisap.

Kekuasaan kemasyarakatan menjadi lebih kuat sejalan dengan meruncingnya


kontradiksi-kontradiksi kelas di dalam negara, dan sejalan bertambahnya besarnya
negara-negara yang berbatasan dan makin banyaknya penduduk negara-negara itu.

Kita dapat melihat bagaimana kondisi Eropa dewasa ini dimana perjuangan kelas
dan persaingan dalam penaklukan telah merangsang kekuasaan kemasyarakatan
sampai sedemikian tingginya sehingga mengancam akan menelan seluruh masyarakat
bahkan negara.

NEGARA SEBAGAI ALAT UNTUK MENGHISAP KELAS YANG TERTINDAS

Untuk mempertahankan kekuasaan kemasyarakatan yang khusus, yang berdiri di


atas masyarakat, dibutuhkan pajak dan pinjaman negara.

Dengan memiliki kekuasaan kemasyarakatan dan hak untuk memungut pajak,


maka para pejabat, sebagai organ masyarakat, kini berdiri di atas masyarakat. Rasa
hormat yang bebas dan sukarela kepada organ-organ masyarakat gens (klan) sudah
tidak cukup bagi mereka, bahkan andaikatapun mereka dapat memperolehnya.

52
Dibuatlah undang-undang khusus tentang kesucian dan kekebalan para pejabat,
“seorang agen polisi yang paling hina” mempunyai “otoritas” yang lebih besar daripada
wakil-wakil klan, tetapi bahkan kepala kekuasaan militer negara beradab bisa beriri hati
kepada seorang pengetua klan yang menikmati “rasa hormat yang diperoleh tanpa
paksaan” dari masyarakat.

Di sini dikemukakan masalah kedudukan berhak istimewa para pejabat sebagai


organ kekuasaan negara. Pokok persoalan apa yang menempatkan mereka di atas
masyarakat? Akan kita lihat bagaimana soal teori ini dipecahkan dalam praktek oleh
Suku Paris pada tahun 1871.

Karena negara timbul dari kebutuhan untuk mengendalikan pertentangan-


pertentangan kelas; karena bersamaan itu ia timbul di tengah-tengah bentrokan kelas-
kelas, maka sebagai hukumnya, ia, negara, lazimnya adalah negara dari kelas yang
paling perkasa, yang berdominasi di bidang ekonomi, yang dengan bantuan negara
menjadi kelas yang berdominasi di bidang politik dan dengan demikian memperoleh
sarana baru untuk menindas dan menghisap kelas-kelas tertindas.

Seperti pada halnya negara-negara kuno dan feodal yang merupakan organ untuk
menghisap kaum budak dan hamba, demikianlah juga “negara perwakilan moderen
adalah alat dari modal uang untuk menghisap kerja upahan. Tetapi sebagai kekecualian
terdapat periode di mana kelas-kelas yang berperang mencapai keseimbangan kekuatan
sedemikian rupa sehingga kekuasaan negara untuk sementara waktu memperoleh
kebebasan tertentu dalam hubungan dengan kedua kelas itu (kelas penindas & kelas
tertindas), seolah-olah sebagai penengah di antara mereka”.

“Dalam republic demokratis, kekayaan menggunakan kekuasaannya secara tidak


langsung, tetapi justru dengan lebih pasti, yaitu pertama, dengan jalan: menyuap
langsung pejabat, kedua, dengan jalan: persekutuan pemerintah dengan bursa.

53
Dewasa ini penjajahan monopoli bisnis dan kekuasaan bisnis bank-bank telah
mengembangkan kedua cara mempertahankan dan mewujudkan betapa maha kuasanya
kekayaan monopoli bisnis dan kekuasaan bisnis bank-bank di dalam republik
demokratis.

Alasan mengapa kekayaan menjadi maha kuasa dan lebih terjamin dalam
republik demokratis, adalah karena ia tidak tergantung pada selubung politik yang
buruk dari kapitalisme.

Republik demokratis adalah pembantu mulusnya jalan politik bagi kapitalisme


dan karena itu kapital (baca: uang), setelah menguasai pejabat-pejabat korup, akan
menegakan kekuasaannya yang dengan begitu aman, begitu pasti, sehingga tidak ada
perubahan apapun baik perubahan orang, lembaga maupun partai dalam republik
borjuis-demokratis yang dapat menggoyangkan kekuasaan itu.

Harus ditegaskan pula bahwa hak pilih umum (baca: PEMILU/pemilihan umum)
sebagai alat kekuasaan borjuasi (pemilik alat produksi). Hak pilih umum,
mempertimbangkan pengalaman dari sosial-demokrasi sepertinya “ukuran kematangan
bagi kelas pekerja”, padahal bukan. Hak pilih umum tidak dapat dan tidak akan dapat
memberikan lebih banyak dalam negara masa kini.

Kesimpulan kita mengenai keberadaan negara ini, adalah:

“Jadi, negara tidaklah selamanya ada. Pernah ada masyarakat yang bisa tanpa negara,
pernah ada masyarakat yang melangsungkan kehidupan sosialnya secara harmonis
tanpa memerlukan kekuasaan dari negara sama sekali. Pernah ada masyarakat yang
bisa tanpa negara, yang tidak memiliki konsepsi tentang negara dan kekuasaan negara.
Pada tingkat tertentu perkembangan ekonomi, yang tidak bisa tidak berhubungan
dengan pecahnya masyarakat menjadi kelas-kelas, negara menjadi keharusan karena
perpecahan ini, negara diperjuangkan oleh kelompok orang yang menginginkan kelas
tinggi tertentu. Kita sekarang dengan langkah-langkah cepat mendekati tingkat
perkembangan produksi di mana adanya kelas-kelas ini bukan hanya tidak lagi menjadi
keharusan, tetapi menjadi rintangan langsung bagi produksi.

54
Dengan adanya kelas-kelas seperti ini menciptakan kondisi sosial masyarakat
yang mandul untuk mencari surplus produksi dan mustahil dalam pemerataan
distribusi kesejahteraan. Kelas-kelas tak terelakkan akan runtuh, sebagaimana dulu
kelas-kelas yang tidak terelakkan ini timbul. Dengan runtuhnya kelas-kelas, maka
secara tak terelakkan runtuh pula negara.

Masyarakat yang akan mengorganisasi produksi secara baru atas dasar


perserikatan bebas dan sama derajat kaum produsen akan mengirim seluruh mesin
negara (institusi penyelenggara negara) ke tempat yang semestinya! Yakni ke museum
barang antik di mana di sebelahnya alat pemintal dan kapak perunggu (kuno).

MELENYAPNYA NEGARA

Proletariat merebut kekuasaan negara dan pertama-tama mengubah alat-alat


produksi menjadi tidak bertuan sama sekali.

Negara adalah wakil bohongan seluruh masyarakat, pemusatan masyarakat


dalam lembaga yang nampak namun tidak pernah terjadi, negara yang berupa demikian
itu hanya selama ia merupakan negara dari kelas yang sendirian pada zamannya hanya
mengelola konflik seluruh masyarakat;

a. Pada zaman kuno, ia adalah negara dari warga negara pemilik budak

b. Pada zaman tengah, ia adalah negara dari bangsawan feodal

c. Pada zaman republik demokratis, negara dari kelas borjuasi (pemilik


pabrik/industri/alat produksi)

d. Pada zaman republik sosialis, negara adalah milik pemerintah sosialis yang
mudah menuduh rakyatnya sendiri sebagai kontra revolusioner

Negara tidaklah bisa melenyap dengan sendirinya, dia harus dihapuskan.

TAHAPAN TATANAN SOSIAL MASYARAKAT


55
Sejak lenyapnya suku primitif, dan timbulnya masyarakat yang mengakui
kepemilikan pribadi – pertama, perbudakan, kemudian feodalisme dan terakhir
kapitalisme – “kantung-kantung” suku-suku kerakyatan bertahan hingga masa kini.
Kelompok-kelompok suku egalitarian kecil telah dibentuk, sering kali oleh “intelektual”
borjuis maupun borjuis kecil, dengan berbagai tingkat keberhasilan. Namun sepanjang
masa, ide mengenai suku egalitarian, yang biasanya memiliki kecenderungan utopis
atau anti teknologi, tumbuh – dan kadang kala dikembangkan – oleh kelompok-
kelompok kecil kecil yang idealis. Baru setelah pertengahan abad ke-19, ada individu-
individu dan kelompok politik yang menyarankan suatu bentuk pemikiran egalitarian
yang baru dan maju sebagai masyarakat yang akan menggantikan kapitalisme; suatu
masyarakat yang lebih “tinggi”, mengusung kepentingan orang banyak, bukan hanya
sekelompok kecil kelas seperti kapitalisme; dan yang terpenting, akan timbul dari
sebagian terbesar rakyat.

A. Masyarakat Suku Primitif

Ciri-ciri utama keprimitifan adalah ketergantungan pada sumber-sumber


makanan di alam “liar”, dengan segala keterbatasannya. Masyarakat suku primitif
sering kali mengalami malnutrisi dan dihantui kelaparan. Komunitas-komunitas
berukuran kecil. Hanya pada saat tertentu sajalah terdapat cukup banyak makanan.
Namun, bentuk kehidupan tersebut mendorong tumbuhnya kode etik yang amat
sederhana.

Kode etiknya adalah: “kepemilikan pribadi terbatas pada benda-benda seperti


senjata, tongkat untuk menggali, kantung dan benda kecil lainnya, meskipun dalam
pembagian daging, misalnya, bagian setiap orang didefinisikan secara sosial. Hak-hak
suku-suku egalitarian berlaku pada seluruh wilayah tempat pencarian makanan, tempat
anggota masyarakat beraktivitas, dan batas-batas wilayah kelompok lain.”

“Dalam kelompok, segalanya dibagi bersama-sama, semua potong makanan


dibagikan untuk semua yang ada, dan jika seseorang berada di dalam hutan, ia tidak

56
akan mulai makan sebelum tiga kali memanggil rekan-rekan yang mungkin
mendengarnya untuk berbagi makanannya.”

“Dalam kelompok, aturan ‘segalanya untuk semua’ merupakan aturan tertinggi,


selama belum ada masyarakat yang berkelompok berdasarkan keluarga tunggal, yang
memecah persatuan kelompok”

“Jika masyarakat suku primitif tidak mampu membayangkan ide kepemilikan


pribadi terhadap benda-benda yang tidak langsung berkaitan dengan dirinya, itu karena
ia tidak memiliki konsepsi mengenai individualitasnya secara terpisah dari kelompok
masyarakat. Manusia primitif dikelilingi bahaya yang terus mengancamnya, yang
konkrit, dan ia dicemaskan oleh ancaman-ancaman yang ia bisa bayangkan, sehingga ia
tidak dapat hidup sendiri. Ia bahkan tidak dapat membayangkan kemungkinan
terjadinya hal tersebut. Bila manusia primitif dibuang dari masyarakatnya, hal itu sama
saja dengan membunuhnya; …untuk berpisah dari rekan-rekannya, untuk hidup
sendiri, menakutkan bagi manusia primitif, yang biasa hidup dalam kelompok …
perburuan dan penangkapan ikan, mode-mode produksi primitif, yang biasa hidup
dalam kelompok …perburuan dan penangkapan ikan, mode-mode produksi primitif,
dilakukan secara bersama-sama, dan hasilnya dinikmati secara bersama-sama, dan
hasilnya dinikmati bersama…”

Ketika manusia primitif tidak lagi hidup berpindah-pindah, dan mulai


membangun tempat tinggal yang permanen atau semi permanen, bangunan rumah
tersebut biasanya bukanlah rumah pribadi seperti kita kenal sekarang ini, melainkan
dihuni bersama-sama. Dalam rumah-rumah seperti itu, barang-barang yang ada
dipakai dan dimiliki bersama.

Pada masa yang lebih belakangan (dalam beberapa masyarakat asli Amerika),
“keluarga syndasmian merupakan ciri-ciri khusus. Beberapa keluarga tersebut tinggal di
satu rumah, mendirikan rumah tangga kesukuan, dan di dalamnya melaksanakan
prinsip-prinsip egalitarian.”

Rumah tangga yang anggota di dalam rumah tersebut mengamalkan prinsip-


prinsip egalitarian, terjadi pada kaum Indian Iroquis, namun dengan timbulnya
57
keluarga patriarkis, rumah tangga menjadi milik keluarga tunggal. Namun pada masa
ini (masa ketika kaum Indian Iroquis mengamalkan prinsip-prinsip egalitarian), tanah
tetap dimiliki secara bersama-sama.

“Perlahan-lahan pemikiran mengenai kepemilikan pribadi, mulai timbul dalam


pikiran manusia. Manusia mengalami proses perkembangan yang lama dan
menyakitkan hingga mencapai kepemilikan tanah secara pribadi. Bahkan, pembagian
tanah yang paling awal adalah pembagian untuk lahan dan wilayah berburu untuk
seluruh kelompok. Perkembangan pertanian menjadi sebab utama pembagian tanah
bersama, kadang kala menjadi laban-laban kecil, kadang-kadang bersifat permanen,
namun lazimnya tahunan.”

“Kepemilikan tanah pada awalnya berada pada kaum perempuan”. “Rumah


tangga egalitarian berarti kekuasaan tinggi perempuan di rumah, sebagaimana
pengakuan eksklusif terhadap orang tua perempuan – karena tidak mungkinnya
mengenali orang tua laki-laki secara pasti – memberikan posisi yang tinggi kepada ibu
atau perempuan.”

Salah satu anggapan paling absurd yang berasal dari Zaman Pencerahan di abad
ke-18 adalah; pada awal peradaban, perempuan merupakan budak laki-laki. Anggapan
ini sesat karena tidak sesuai dengan fakta dari hasil penelitian ilmiah, padahal dalam
semua masyarakat primitif, dari tingkat rendah hingga menengah, bahkan hingga
sebagian masyarakat berperadaban tinggi, posisi perempuan tidak saja bebas, namun
juga dihargai.”

“Kepemilikan tanah, yang pada akhirnya memberikan pemiliknya suatu cara


emansipasi dan supremasi sosial, pada awalnya merupakan penyebab penindasan;
perempuan disingkirkan untuk melakukan pekerjaan kasar di ladang, hingga mereka
terbebaskan oleh adanya buruh kasar. Pertanian yang mendorong kepemilikan pribadi
atas tanah, menciptakan buruh kasar yang selama berabad-abad dikenal sebagai budak,
pekerja paksa dan pegawai.”

“Pada semua tahapan - tahapan awal masyarakat, produksi pada hakekatnya


merupakan kegiatan bersama, sebagaimana konsumsi bergantung pada distribusi
58
langsung produk-produk dalam komunitas kecil atau besar. Produksi kolektif ini sangat
terbatas, namun berhubungan erat dengan di dalamnya adalah kontrol para produsen
terhadap proses produksi dan produknya. Mereka tau apa yang dilakukan terhadap
produknya: dan mereka mengkonsumsinya; produk-produk tidak meninggalkan tangan
mereka. Dan selama produksi berlangsung demikian, produksi tak dapat meningkat
amat pesat, ataupun menumbuhkan kekuasaan dari luar terhadap mereka, seperti yang
selalu ada dalam peradaban.”

B. Perubahan Tatanan Sosial Masyarakat

Masyarakat pada awal pra-peradaban merupakan suku egalitarian primitif.


Namun beberapa ribu tahun lalu, sejak pengolahan tanah dan surplus produksi mulai
terjadi, perbedaan kelas menjadi tampak. Peperangan mulai diorganisir; suatu negara
yang represif (memaksa) timbul. Tawanan perang sering kali dipaksa untuk mengolah
tanah atau membangun kuil-kuil dan piramid untuk tuan-tuan mereka yang baru.
Demikianlah imperium budak pada masa lampau. Kekayaan cenderung terakumulasi
(terkumpul secara terpusat) pada beberapa orang kaya. Keruntuhan imperium budak
yang terakhir - Imperium Romanum yang telah dekaden (dalam keadaan merosot) -
mengawali suatu masa baru. Sekitar seribu tahun lalu, di Eropa dan berbagai tempat
lain, suatu bentuk baru masyarakat berkepemilikan dan suatu bentuk baru perbudakan,
secara bertahap timbul. Masyarakat ini disebut feodalisme. Si budak kini menjadi
penggarap. Tuannya memiliki tanah, dan si penggarap mengerjakan tanah tuannya,
memperkaya sang tuan, dan sebagai balas jasa ia boleh menggarap sedikit tanah untuk
dirinya sendiri. Ia hanya mendapatkan sedikit untuk hidup, biasanya, bahkan kurang.

“Diperlukan beberapa ribu tahun perbudakan untuk menyiapkan jalan menuju


feodalisme. Dan kemudian diperlukan beberapa abad feodalisme untuk menyiapkan
jalan menuju suatu bentuk masyarakat baru - kapitalisme - yang benihnya telah tumbuh
dalam masyarakat feodal.”

Kekayaan dan kekuasaan warga kota, paling tidak sebagian dari mereka,
meningkat dan kekayaan serta kemakmuran kaum bangsawan pemilik tanah menurun.
Kaum bangsawan menjadi semata-mata parasit bagi masyarakat. Tuan-tuan baru dalam

59
masyarakat -setelah perjuangan yang panjang, kemunduran, dan pula revolusi- adalah
para penduduk kota yang kemudian dikenal sebagai borjuasi. Perdagangan dan
pertukaran meningkat. “Begitu terbebas dari kekangan feodalisme, gerak maju
kapitalisme menjadi suatu pacuan yang gila. Dimanapun, pabrik dan tanur tumbuh.
Asap dan bau mereka mengubah lahan-lahan yang semula subur dan berpenduduk
padat menjadi tanah-tanah miskin yang tak dapat dihuni; limbah mereka meracuni dan
mencemari sungai-sungai hingga berbau busuk sampai ke langit…”

Suatu kondisi baru perbudakan menggantikan feodalisme. Kondisi perbudakan


di bawah kekuasaan kapitalisme ini, disebut sebagai “perbudakan-demi-upah”. Mantan
penggarap, dan kadang kala petani bebas, digusur dari tanah mereka dan digiring
menuju kota-kota, tempat mereka terpaksa (karena bila mereka menolak, mereka
terancam kelaparan - dan memang demikianlah adanya!) untuk bekerja di pabrik-
pabrik dan tambang-tambang milik tuan-tuan mereka yang baru, kaum borjuis, para
pemilik modal, dan para kapitalis. Para buruh itu menciptakan, sebagaimana para
budak dan penggarap, surplus produksi untuk para tuan, jauh di atas apa yang mereka
perlukan untuk bertahan hidup. Kapitalisme, sebagai suatu masyarakat, berdasar pada
upah kerja dan modal.

Dengan perkembangan kapitalisme, para ekonom dan lainnya, termasuk


reformis sosial dan “intelektual” utopis, mulai menganalisis masyarakat yang baru
berkembang ini. Suatu alur pemikiran baru mulai timbul, yang membahas sifat-sifat
kapitalisme.

Egalitarian merupakan ajaran yang luhur mengenai kondisi terbebasnya


proletariat, kaum buruh tidak memiliki apapun dan terpaksa menjual tenaga kerja
mereka kepada kaum borjuis (kaum borjuis adalah kaum pemilik alat produksi);
terdapat perbedaan definisi yang tajam antara kata kerja dan kata tenaga kerja,
proletar tidak menjual kerja mereka, melainkan tenaga mereka, kemampuan mereka
untuk bekerja.

Perbedaan tajam antara kerja dengan tenaga kerja:

 Kerja adalah kegiatan, bukan barang dan tidak dapat dijual.


60
 Tenaga kerja adalah apa yang dijual oleh pekerja, apabila ia setuju bekerja pada
seorang kapitalis dengan memperoleh sejumlah upah. Upah adalah harga dari
tenaga-kerja.

Karena ada tenaga kerja yang dijual, tentunya ada suatu kelas yang bebas, yakni
proletariat, proletariat itu bebas dalam definisi yang rangkap. Mereka bebas untuk
menjual tenaga-kerja mereka. Mereka bukan budak atau hamba. Mereka juga ‘bebas’
dari berbagai kepemilikan atas sarana produksi dan komoditas (barang jualan).
Sehingga mereka tidak punya apa-apa lagi untuk dijual, kecuali tenaga kerja mereka.

Eksistensi (keberadaan) kelas pekerja yang bebas adalah akibat dari


perkembangan sejarah, sebagaimana adanya semua prasyarat lainnya bagi
perkembangan kapital.

Sejarah semua masyarakat yang telah dan pernah ada, adalah sejarah perjuangan
kelas. Namun masyarakat kita ini –kapitalisme- telah menyederhanakan permusuhan
kelas. “semua masyarakat kini terbagi menjadi dua pihak yang bertentangan, dua kelas
besar yang saling bermusuhan: borjuasi dan proletariat.”

Pertentangan (kontradiksi) antara borjuasi dan proletariat menunjukkan


perbedaan terhadap pemikiran-pemikiran utopia yang imajinatif terhadap perubahan,
utopia ilmiah menyatakan bahwa kaum proletarlah yang akan meruntuhkan masyarakat
borjuis.

“Semua gerakan sejarah yang telah ada merupakan gerakan minoritas, atau
memajukan kepentingan minoritas. Gerakan kaum proletar merupakan gerakan yang
sadar dari mayoritas”.

Hal-hal yang diperlukan untuk mengakhiri peran negara adalah


sebagai berikut:

1) Proletariat merebut kekuasaan negara, dan menjadikan alat-alat produksi


sesegera mungkin menjadi tidak bertuan sama sekali

61
2) Proletariat harus ikut serta dalam pendidikan mengenai metode
berserikat&berorganisasi anarkisme

3) Proletariat harus mengusir seluruh pelaku-pelaku politik, pendukung-


pendukung negara dengan partai dan segala macam perangkatnya

4) Proletariat harus melindungi wilayah tempat tinggalnya dari tentara&polisi


yang mendukung negara dan memaksakan untuk kekuasaan politik masuk
ke tempat tersebut

5) Proletariat merebut kekuasaan negara, dan menjadikan alat-alat produksi


sesegera mungkin menjadi tidak bertuan sama sekali. Namun dengan
melakukan ini, proletariat pada akhirnya tidak menjadi proletar; ia
menghentikan semua perbedaan kelas dalam tatanan sosial kelas yang penuh
dengan perintah kerja, perbedaan hak kepemilikan dan intervensi.

6) Ketika pada akhirnya negara benar-benar DIHAPUSKAN, masyarakat secara


keseluruhan PASTI mendapatkan pendidikan untuk menjalankan metode
menghapuskan hak milik terhadap alat-alat produksi dan mendistribusikan
kesejahteraan materi secara merata,

7) Produksi harus diubah sistemnya secara keseluruhan, dalam produksi tidak


ada sturktur organisasi yang vertikal.

8) Struktur organisasi dalam serikat anarki dijalankan dengan STRUKTUR


HORIZONTAL kerja produktif akan menjadi kesenangan, bukan beban,
produksi dengan memanfaatkan industri modern, akan berdasar pada “suatu
rencana luas”; dan akan terjadi penghapusan perbedaan kota dan desa,
demikian pula pembagian kerja yang usang.

9) Penghapusan pembagian kerja terjadi disebabkan karena setiap orang


dididik untuk mampu menjalankan fungsi sosialnya di masyarakat. Pada
dasarnya, semua orang punya potensi menjadi intelektual, sesuai dengan
kecerdasan yang dimilikinya, dan dalam cara menggunakannya. Tetapi tidak
semua orang adalah intelektual dalam fungsi sosial, oleh karena itu
62
pendidikan akan mengutamakan untuk menghidupkan dengan subur
kemampuan intelektual seluruh anggota masyarakat dalam fungsi sosial.

10)Perihal negara, ternyata: negara tidak selalu ada dari dulu. Ada masyarakat
yang damai, sejahtera, harmonis dan egaliter hidup dalam kondisi tanpa
negara.

11) “Dalam masyarakat yang mengorganisir produksi dengan cara yang


berdasar pada asosiasi bebas dan setara, sebelum itu para produsennya
harus menghapuskan negara dan alat-alatnya. Ini memiliki arti, bahwa
masyarakat dengan perkembangan intelektual yang lebih tinggi daripada
yang terjadi pada masyarakat pada saat mereka masih ketergantungan
dengan perintah & aturan negara, harus menghapuskan negara terlebih
dahulu untuk mendapatkan masyarakat dengan perkembangan intelektual
yang lebih tinggi.

63

Anda mungkin juga menyukai