PERADABAN UMAT
MANUSIA
===BAB 1 PENDAHULUAN===
1
1.1 Bagian Dasar Memahami Masyarakat
Teknologi
Peradaban dari kelompok manusia memiliki banyak cerita yang menarik untuk
dibahas terutama dari aspek “bagaimanakah cara masyarakat berpikir dan
berperilaku?”
Tidak ada lagi kriminalitas, dan lain-lain (alias bumi menjadi tempat yang
enak sekali ditinggali dikarenakan kondisi sosial yang mendukung hal
tersebut)
Sebenarnya hal-hal di atas dapat terjadi dalam beberapa tahun saja, namun ada
tembok penghalang yakni: kesadaran kolektif.
2
Bagian awal buku ini akan menjelaskan gambaran mengenai masyarakat yang:
1. Tidak ada lagi orang kaya dan orang miskin (tidak ada lagi kesenjangan
ekonomi)
9. Dunia yang memiliki sungai-sungai yang bersih (semua sungai telah bersih)
10. Semua ujaran dan tulisan yang mendeskreditkan manusia dalam kebencian
dan permusuhan telah hilang
11. Dunia tanpa adanya rasa ketakutan dan ancaman, masyarakat yang memiliki
mental secara sadar ikhlas membantu orang lain
17. Dunia di mana waktu bermain dan waktu beribadah tersedia dengan cukup
3
18. Dunia tanpa ada orang yang dikucilkan
21. Dunia dengan fasilitas yang mampu melayani setiap orang dan siapa saja
secara baik & konsisten
Kondisi sosial yang penulis jabarkan di atas merupakan impian dari setiap
manusia yang menginginkan kedamaian,
Kondisi sosial di atas tadi mensyaratkan setiap orang memiliki buku catatan
untuk menyampaikan segala isi pemikiran mereka kepada orang lain (baik yang baru
dikenal ataupun telah lama kenal), mulai dari:
4
daftar kebutuhan mereka sehari-hari
hasil sastra
Sehingga mereka tidak pernah lepas buku catatan (tulisan tangan) mereka ke
mana-mana sebagai detil dari keseharian mereka
Karena dengan metode sederhana inilah yang akan mewujudkan kondisi sosial:
5
Ikatan yang sangat diperlukan ini menyebabkan adanya kebutuhan terhadap
komunikasi, bahasa, yang memungkinkan perkembangan kesadaran, refleksi, dan
“produksi ide-ide”.
Karena itu, semua tindakan penting dalam kehidupan manusia diiringi oleh
refleksi tindakan-tindakan itu di dalam otak manusia.
Tetapi refleksi tersebut tidak datang dengan cara yang sepenuhnya spontan. Tiap
individu-individu tidak begitu saja menciptakan ide.
Pada saat ini, dengan bantuan ide yang dipinjam dari TV, radio, iklan, dan juga
koran. Produksi ide-ide dan sistem ide sekarang ini disebut ideologi, oleh karena itu
masyarakat memiliki keterbatasan dalam berpikir karena istilah “ideologi’’ dibuat
menjadi suatu hal yang sensitif, mengapa? Karena ideologi merupakan monopoli dari
segelintir orang yang berkuasa kepada mayoritas masyarakat.
1.2. Memahami Sebuah Syarat dari Kondisi Sosial yang Mewujudkan Kondisi
Sosial yang Lain
6
Peradaban manusia merupakan suatu hal yang terus-menerus berubah seiring
perjalanan waktu, manusia terus-menerus mengembangkan diri untuk memperbaiki:
Teknologi
Kedua fakta ini harus dibedakan, kedua fakta ini harus dibedakan supaya
anda benar-benar memahami kondisi sosial yang terjadi kepada diri anda sekarang.
Manusia adalah:
Jikalau terjadi kepada anda situasi dan kondisi sosial yang tidak memungkinkan
anda mewujudkan rencana A di dalam hidup anda, maka anda pasti beradaptasi dengan
situasi dan kondisi sosial mewujudkan rencana B.
7
Isi-isi ilmu pengetahuan di dalam pendidikan yang sedang terjadi
Istilah lain dari kondisi sosial yang saya jelaskan di atas adalah: Konstruksi
Sosial atau Supra-Strukturnya Masyarakat.
Manusia di dalam hidup ini melakukan sebuah kerja, di mana kerja tersebut
merupakan sumber kebahagiaan bagi dirinya sendiri,
Manusia bahkan tidak bahagia ketika mencoba ikhlas untuk mematuhi perintah,
dikarenakan ketika dia mematuhi perintah disuruh memproduksi 100 buah baju dalam
sehari, dia hanya bisa menikmati 1 buah baju dalam sehari.
Teknologi
Kedua fakta ini harus dibedakan, kedua fakta ini harus dibedakan supaya
anda benar-benar memahami kondisi sosial yang terjadi kepada diri anda sekarang.
Benda mati tidak mendorong anda untuk melakukan sebuah perilaku tertentu, pisau
benda mati tidak mendorong anda untuk melakukan penusukan kepada orang lain.
Pistol benda mati tidak mendorong anda untuk melakukan sebuah penembakan
terhadap orang lain.
Benda mati hanyalah merupakan alat, dia bukan faktor dari sebuah perilaku, dia
bukanlah wadah dari isi pikiran sebuah perilaku, dia bukanlah sumber dari gagasan-
gagasan manusia.
Ketika anda melihat seseorang menembak orang lain dengan sebuah pistol yang
ditemukan di jalan (secara kebetulan) maka penyebab orang tersebut melakukan
penembakan itu adalah kondisi sosialnya.
Ketika anda melihat seseorang menembak orang lain dengan sebuah pistol yang
ditemukan di jalan (secara kebetulan) maka penyebab orang tersebut melakukan
penembakan itu bukan karena orang tersebut menemukan pistol di jalan, bahkan
walaupun hanya ada sebuah handuk yang ditemukan di jalan oleh orang tersebut, orang
tersebut tetap melakukan pembunuhan kepada orang lain.
10
kondisi sosial, syarat terjadinya kapitalisme adalah: “feodalisme yang terserap ke dalam
merkantilisme”.
Kesimpulan dari tulisan saya diatas: “ketika anda mempelopori sebuah perilaku
tertentu sehingga menciptakan kondisi sosial tertentu, maka anda mendorong untuk
menciptakan sebuah kondisi sosial baru, kondisi sosial inilah yang dirasakan oleh
masyarakat sehingga terbentuklah sebuah tatanan sosial”.
Berbagai macam tatanan sosial dari berbagai macam peradaban, ketika penulis
mencoba mengurutkannya satu per satu di dalam sejarah, maka didapatkan urutan
tahapan-tahapannya seperti ini:
Rumah yang dimaksud di atas adalah GOA besar tempat tinggal manusia
seluruhnya secara bersama-sama tanpa terpisahkan
4. Ditemukannya Pertanian
13. Konsep kepemilikan pribadi terhadap produk dan alat produksinya dan ini
sesuai dengan perintah kepala suku yang memimpin
14. Konsep pembagian peran manusia dan ini sesuai dengan perintah kepala
suku yang memimpin
12
16. Tradisi suku primitif perihal pembagian kerja suku primitif menjadi
hilang, terpatahkan, tergantikan dengan pembagian peran
19. kondisi sosial terpisahkannya manusia dalam konsep Ras dan Bangsa,
mensyaratkan terjadinya kebencian antara manusia satu dengan manusia
yang lain yang terpisahkan oleh konsep Ras dan Bangsa
20.terjadinya kebencian antara manusia satu dengan manusia yang lain yang
terpisahkan oleh konsep Ras dan Bangsa mensyaratkan terjadinya perang
Dari zaman masyarakat tuan-hamba apa yang diinginkan oleh tuan itu jelas:
13
(2) akses kekuasaan
(3) menikmati hidup terjamin dan enak tanpa kerja sama sekali.
Siapakah yang benar, kaum idealis atau kaum materialis? Begitu pertanyaan ini
diajukan, tak mungkin lagi ada keraguan.
Tak diragukan lagi bahwa kaum idealis salah dan kaum materialis benar.
Saya akan bersajak: yang ideal hanyalah bunga, yang akarnya terletak dalam
syarat keberadaan sebuah materi.
Ya, seluruh sejarah umat manusia, baik yang bersifat intelektual dan moral,
politis dan sosial, hanyalah sebuah perjalanan manusia dalam mengejar ekonomi dan
membentuk sejarah ekonomi yang panjang!
Selama masa prasejarah (atau disebut sebagai masa primitif), manusia hidup
dalam kemiskinan yang cukup parah dan hanya mampu memperoleh makanan yang
dibutuhkan untuk bertahan hidup dengan cara berburu, memancing dan
mengumpulkan buah-buahan.
Manusia hidup dari alam sebagai parasit, dianggap parasit karena tidak mampu
menumbuh-kembangkan pohon-pohon sendiri, tidak mampu mengolah sumber daya
alam yang menjadi dasar bagi kehidupannya. Umat manusia tidak dapat mengontrol
sumber-sumber daya ini.
14
Fase suku primitif lahir dari perkembangan alat produksi yang masih sangat
primitif.
Penggunaan batu dan tulang sebagai alat produksi, yang hanya memungkinkan
manusia untuk berburu dan meramu makanan (food gathering) dan hanya dapat
dikerjakan secara kolektif.
Hal ini melahirkan cara pandang masyarakat suku yang sangat bergantung
terhadap alam, bagaimana alam mampu menyediakan kebutuhan hidup bagi suatu
suku.
Itu sebabnya, ketika alam sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup suatu
suku, maka suku tersebut akan pindah untuk mencari tempat lain yang masih cukup
memenuhi kebutuhan hidup suku tersebut.
Menghadapi alam yang ganas, yang masih dipenuhi dengan hewan-hewan buas,
mengharuskan mereka untuk hidup secara berkelompok dan mendiami gua-gua.
Sehingga sering kita mendapatkan dalam temuan-temuan arkeolog, sisa-sisa
peninggalan sejarah dari kehidupan masa lampau.
Semua orang (baik pria dan wanita dewasa) berkewajiban untuk bekerja dalam
proses produksi saat itu (konsep pembagian kerja suku primitif), dan kerja semua
orang dibutuhkan untuk membuat masyarakat tetap hidup.
Setelah meneliti 425 suku primitif, seorang antropolog dari Inggris bernama
Hobhouse, Wheeler dan Grinsberg tidak menemukan adanya pembagian peran
dengan corak pembagian hak-hak istimewa tertentu kepada segelintir
orang di dalam masyarakat-
15
Masyarakat suku primitif memiliki kesetaraan dalam mendapatkan hasil-hasil
makanan yang didapatkan bersama, tidak mengenal kelas-kelas sosial, tidak mengenal
status-status sosial dan tidak mengenal cara pertanian dan peternakan.
Sebagai akibat dari munculnya surplus makanan yang jumlahnya besar serta
permanen, maka orang-orang dari suku primitif ini memulai suatu keperluan untuk
16
bertukar produk-produk hasil surplus kepada suku-suku lain di sekitar, hasil surplus ini
dihasilkan seluruh orang bersama di komunitas.
Selain itu, kaum perempuan lah yang pertama kali menemukan dan
mengembangkan sistem bertani atau bercocok tanam. Inilah sebabnya, dalam
pelajaran-pelajaran sejarah dijelaskan bahwa garis matrilineal atau garis ibu lah yang
lahir pertama kali. Hal ini menjelaskan bahwa kaum perempuan pernah menempati
kedudukan penting dalam hubungan produksi.
Pada awalnya sistem bercocok tanam hanya sebatas pelengkap untuk menutupi
kekurangan terhadap kebutuhan suku yang didapatkan melalui kerja berburu.
Saat itulah kaum pria mulai mengambil alih sistem bercocok tanam dan
mendominasi dalam hubungan produksi.
Hal inilah yang kemudian melahirkan garis patrialkal dalam masyarakat yang
kemudian menempatkan kaum perempuan pada urusan-urusan domestik, seperti
mengurusi anak dan sebagainya.
17
Untuk melaksanakan hubungan barter tersebut, masing-masing suku menunjuk
orang yang bertugas untuk melakukan hubungan barter antara suku yang satu dengan
suku yang lain.
Orang yang melakukan barter tersebut, tidak terlibat secara langsung dalam
kerja produksi, melainkan hidup dari pengumpulan hasil produksi suku dan hasil
barter.
Dengan demikian juga memiliki syarat untuk memimpin suatu suku. Inilah yang
kemudian dikenal sebagai kepala suku.
Berkembangnya temuan seperti api dan logam di masa suku primitif, telah
mengembangkan kemampuan masyarakat ketika itu untuk melahirkan tombak dan
sejenisnya serta juga uang.
Peran kepala suku kemudian beralih menjadi penumpuk kekayaan dan memaksa
anggota suku untuk menyerahkan miliknya kepada kepala suku.
Jika tidak kepala suku akan menindas melalui aparat bersenjatanya, sementara
di lain sisi persaingan antar kelompok/suku terus terjadi yang kemudian melahirkan
peperangan.
Penting untuk diingat, pada awal masa peradaban manusia tidak ada kejahatan
yang terjadi di sana, tidak ada kepemilikan pribadi yang ada kepemilikan bersama:
membuat manusia tidak melakukan kejahatan karena rasa saling memiliki satu sama
lain di antara para anggota masyarakat.
Hak milik bersama diakui sebagai hak milik pribadi oleh kepala suku karena latar
belakang kepala suku adalah seorang pedagang (saudagar yang bertukar barang antar
18
suku), kepala suku ini kemudian “mengarang” soal kejahatan yang dilakukan oleh
manusia.
Suku atau suku yang kalah perang kemudian ditawan dan dipaksa menjadi budak
untuk menghasilkan produksi bagi suku yang menang.
Daerah suku yang kalah kemudian dikuasai oleh suku yang menang. Dengan
demikian hubungan corak produksi suku primitif hancur dan digantikan oleh corak
produksi baru yaitu sebuah kehidupan dalam masyarakat yang didasarkan atas
hubungan penindasan klas yang satu terhadap klas yang lain, dalam hal ini antara
pemilik budak dan tuan budak. Ini disebut dengan masa kepemilikan budak.
19
Masa Kepemilikan Budak
Tuan budak tidak terlibat dalam kerja produksi dan memperlakukan budak
sebagai alat untuk mengerjakan apapun yang dikehendaki sang tuan budak.
Mulai dari garap tanah, membangun benteng, hingga melayani nafsu birahi bejat
sang tuan budak. Sang tuan budak berhak melakukan apapun terhadap budak, karena
hidup matinya tergantung dari sang tuan budak. Hasil produksi sepenuhnya dinikmati
oleh tuan budak.
Pada masa kepemilikan budak, terjadi perkembangan budaya yang pesat. Hal ini
karena tuan budak bisa meluangkan waktu lebih untuk menuangkan ide-idenya,
sementara si budak dipaksa untuk menjalankan keinginan sang tuan budak. Borobudur,
piramida, colleseum dan lain-lain adalah hasil kebudayaan yang lahir di zaman
kepemilikan budak. Secara umum, zaman kepemilikan budak ini dapat dilihat dalam
masa Mesir kuno, Persia, Romawi, India dan Cina.
Dalam fase perbudakan ini juga sudah dimulai transaksi perdagangan atau
dikenal dengan merkantilis. Walaupun, masih bersifat barter tapi ada juga yang sudah
menggunakan alat tukar (belum dalam bentuk uang kertas atau logam).
Penindasan luar biasa yang dihadapi kaum budak, membuat kaum budak tidak
tahan lagi dan melakukan pemberontakkan.
Budak-budak yang telah dilepaskan harus bergantung pada sistem bagi hasil
yang didapatkan dari menggarap tanah yang dikuasai oleh si tuan budak yang kemudian
menjadi tuan tanah dan budak berubah menjadi tani hamba.
Masa Feodalisme
Si tuan tanah menguasai sepenuhnya tanah yang digarap kaum tani dan kaum
tani memiliki kewajiban kerja di lahan milik tuan tanah dan kewajiban menyerahkan
sebagian hasil produksinya kepada tuan tanah sebagai wujud dari kepatuhan terhadap
tuan tanah dalam.
Penyerahan hasil garapan dari tani hamba ini biasanya dalam bentuk upeti dan
atau pajak. Jika tidak, maka kaum tani akan diberi hukuman baik fisik ataupun dalam
kewajiban lain seperti beban kerja dan wajib serah yang lebih banyak kepada tuan
tanah.
Dengan demikian, kaum tani tak ubahnya hamba bagi si tuan tanah. Tuan-tuan
tanah ini juga menguasai kedudukan politik mulai dari kerajaan pusat hingga ke
pedesaan, Dalam menjaga kekuasaannya, kerajaan pusat memberikan kewenangan
kepada bangsawan kerajaan di daerah tertentu untuk berkuasa.
22
menyerahkan upeti kepada raja besar atau tuan tanah di pusat kerajaan dalam waktu-
waktu tertentu.
Sehingga melawan raja, sama saja dengan melawan Tuhan. Hingga itu, seluruh
rakyat harus tunduk kepada kekuasaan raja.
Masa ini dikenal juga masa kegelapan (dark age), karena ilmu pengetahuan tidak
dibiarkan berkembang. Justru dogma-dogma agama yang melegitimasi kekuasaan raja
yang dipertahankan.
Salah satunya adalah ketika Gallileo Gallilei menyatakan bumi itu bulat, tetapi
kaum gereja menolaknya. Akibatnya, Gallileo Gallilei dihukum mati. Pihak gereja
vatikan baru mengakui kesalahan tersebut pada abad 20.
Di zaman feodal ini, uang kertas dan logam kemulai berkembang sebagai alat
tukar (transaksi) atas barang.
Mulailah berkembang ekonomi perdagangan ketika itu. Atau dikenal juga fase
merkantilisme modern. Perdagangan berkembang begitu pesat dan melahirkan klas
baru dalam masyarakat yaitu kaum pedagang.
Kemudian meledaklah perang perang salib antara kerajaan Inggris raya dengan
kerajaan turki ottoman. Hal ini mengakibatkan jatuhnya konstantinopel ke tangan
Turki. Akibatnya, akses jalur perdagangan jatuh ke tangan kerjaan turki.
Tidak jarang sering terjadi pertempuran armada laut dalam upaya penjelajahan
samudara tersebut.
Kemudian lahirlah salah satu perjanjian antara Spanyol dan Portugis untuk
membagi wilayah dunia ke dalam kekuasaan mereka.
Fase ini juga mengawali lahirnya masa kolonialisme terhadap benua baru yang
ditemukan oleh bangsa penjajah Eropa.
Mereka yang masih hidup sendiri dijadikan tani hamba bahkan budak untuk
mengeruk sumber-sumber kekayaan alam yang akan diperdagangkan di Eropa.
Ini yang dinamakan dengan Revolusi Industri yang diawali di Inggris. Industri-
industri gilde mulai hancur digantikan dengan pabrik-pabrik dan mempekerjakan klas
baru yaitu buruh.
Dan tuan-tuan gilde beranjak menjadi si kapitalis. Revolusi Industri ini adalah
yang menandai perubahan mendasar atas alat produksi yang telah mendorong
24
kemajuan tenaga produktif dan perubahan hubungan produksi dalam masyarakat
feodal.
Sementara kaum tani sendiri semakin jengah dengan penindasan kaum feodal
bangsawan.
25
kembali. Zaman ini dikenal dengan abad pencerahan atau sering dikenal dengan
Rennesaince (dalam bahasa Italy) atau Aufklarung (dalam bahasa Jerman) serta
enlightment (dalam bahasa Inggris).
Dan puncak dari itu semua adalah runtuhnya filasafat Jerman (hegel) yang
menjadi pemikiran utama di Eropa ketika itu.
Dari hal di atas bisa disimpulkan bahwa perkembangan dari masyarakat feodal
menuju kapitalisme di Eropa mengalami fase sempurna. pergeseran ini dimulai dari
revolusi ekonomi yang ditandai lahirnya revolusi Industri sehingga melahirkan klas
baru dalam masyarakat yaitu klas buruh dan borjuasi.
Dan diikuti dengan adanya revolusi politik yang ditandai dengan runtuhnya
monarkhi Prancis melalui Revolusi Prancis dan revolusi kebudayaan melalui zaman
pencerahan.
Foedalisme di Eropa runtuh dan melahirkan sistem baru dalam masyarakat yaitu
kapitalisme. Hubungan produksi dalam masyarakat kapitalisme adalah hubungan
penindasan antara si tuan kapitalis (pemilik modal) terhadap klas buruh.
Klas buruh adalah klas yang tidak memiliki apa-apa selain tenaga yang
digunakan untuk memenuhi nafsu si tuan kapitalis.
Tokoh besar dalam pemikiran kapitalisme adalah David Ricardo dan Adam
Smith.
Dan sejak 1900-1903 mulai terjadi krisis dimana kapitalis kecil runtuh dan
berkembangnya kapitalisme monopoli yang melakukan pengakusisian kapitalis kecil
oleh kapitalis besar dalam suatu negara, serta pada dewasa ini bahkan lintas negara.
Disinilah kemudian terjadi disebut fase imperialisme sebagai tahap tertinggi dari
kapitalisme[i].
1. Konsentrasi produksi dan kapital telah berkembang menuju sebuah tahapan tinggi
sehingga menciptakan monopoli yang memegang peran penting dalam kehidupan
ekonomi. Contohnya dahulu ada sony dan ericcson tapi sekarang sudah bersatu
menjadi sonyericcson, mercedes dan benz merupakan perusahan otomotif yang
berbeda tapi mercedes mengakuisisi benz dan berubah menjadi mercedes-benz. Dan
hanya ada satu holding compay dan yang lainnya hanya branch company (coca cola
di swedia, honda di jepang, BMW dan Mercedes Benz ada di jerman tapi kantor
cabangnya tersebar di seluruh dunia. Serta, satu perusahan juga menguasai dari
industri hulu dengan hilir.
2. Perpaduan antara kapital bank dengan kapital industri yang menciptakan basis bagi
apa yang dinamakan kapital finans. Contohnya keberadaan World Bank, ADB, IMF,
dsb yang berdiri untuk mengumpulkan modal dan modal tersebut berasal dari super
profit yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh negara-
negara kapitalisme. Dan kapital finans ini digunakan oleh negara imperialis untuk
27
melakukan ekspor kapital dan membangun perusahaan cabang di seluruh dunia
yang kelak akan menjadi jalan untuk terbentuknya negara-negara boneka.
3. Eksport kapital yang berbeda dengan ekport komoditi. Contohnya banyak hutang,
bantuan, investasi yang dikucurkan ke negara berkembang atau setengah jajahan
dan jajahan dengan dalih pembangunan di negara tersebut. biasanya dengan
bungkus perjanjian yang timpang.
28
menciptakan syarat-syarat bagi bangkitnya perjuangan rakyat di berbagai negeri,
terutama negeri jajahan dan setengah jajahan. Dimana-dimana imperialisme terus
dihujat dengan aksi-aksi massa.
Namun,
“Mengapa orang yang jauh lebih teraniaya oleh kapitalisme justru tidak selalu
merasakan hal yang sama?”
“Mengapa para pekerja yang diambil nilai lebihnya menerima kapitalisme sebagai sistem
politik-ekonomi terberi yang tidak mungkin lagi dipertanyakan atau diubah?”
Sebagian jawaban dari teka-teki yang gampang-gampang susah ini, saya temukan dalam
karangan-karangan Ellen Meiksins Wood, salah satu ahli sejarah politik paling brilian pada
generasinya, yang berpulang awal tahun ini, 14 Januari 2016 pada usia 73 tahun.
Karya Wood yang merentang selama lebih dari empat dekade, mencakup sejarah
‘pemerintahan’ sejak zaman Yunani Kuno, sejarah pemikiran politik yang dikontekskan dengan
kondisi sosial ekonomi masyarakat pada zamannya, masyarakat prakapitalis, asal-usul
kapitalisme, juga kajian tentang penjajahan dan sosialisme.
29
Salah satu karya kuncinya yang paling banyak menjadi rujukan adalah pembahasan
mengenai asal usul kapitalisme. Tulisan singkat ini coba membahas pokok pikiran Wood
tentang kapitalisme ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dari salah kaprah adalah
kesalahan yang umum sekali sehingga orang tidak merasakan sebagai kesalahan: pemakaian
kata “kami” untuk pengganti kata “saya” sudah merupakan salah kaprah.
Wood secara lugas menyatakan bahwa kapitalisme sering dipahami secara keliru sebagai
sebuah sistem politik-ekonomi yang lahir dari keniscayaan sejarah. Bahkan, oleh sebagian
kalangan Marxis sendiri, kapitalisme diterima sebagai evolusi alamiah dari pembentangan
sistem perdagangan.
Atau, apakah pertanyaannya seharusnya bukan ditujukan pada benda laptop yang
dimiliki itu melainkan pada konsep ‘kepemilikan’ itu sendiri? Bukankah antikapitalisme artinya
‘anti-kepemilikan pribadi’?
Salah kaprah lain saya jumpai dari kalangan intelektual. Seorang dosen HI UGM, yang
dianggap Marxis (setidaknya pada awal 2000-an) dan mengajar di kelas Globalisasi bertanya di
kelas: “kalau antikapitalisme, mau apa? Masa’ tidak ada jual beli? Masa’ kembali ke barter?
Nabi Muhammad saja pedagang.”
30
di salah satu universitas bergengsi di luar negeri, pernah menjelaskan bahwa masyarakat
prakapitalis ditandai oleh terbatasnya penggunaan uang sebagai alat tukar.
Si profesor Marxis, yang terkenal dengan pendekatan pertarungan sosial ini, secara tidak
langsung mendefinisikan kapitalisme dari intensitas peredaran uang.
Salah kaprah juga menghinggapi pihak yang secara langsung menghadapi penghisapan
di bawah kapitalisme. Misalnya, ketika saya mengikuti lokakarya buruh sawit pada 2013,
seorang pemimpin serikat buruh sawit meminta saya membantu meneliti upah minimum buruh
perkebunan yang seharusnya berbeda dengan buruh industri, karena mereka tinggal di ‘enclave’
yang membuat harga-harga lebih mahal.
Tanpa mengurangi rasa hormat pada serikat buruh sawit dan serikat buruh industri
pada umumnya, saya justru bertanya balik kepada mereka, ‘kenapa harus upah minimum, Pak?’
Terus terang saya tidak mengerti mengapa upah harus didasarkan pada perhitungan kebutuhan
hidup minimum buruh.
Perhitungan upah berdasar kebutuhan minimum ini membuat buruh rentan dicemooh
karena membeli motor atau berdarmawisata, atau yang bernada seksis, karena membeli bedak
dan minyak wangi yang termasuk komponen kebutuhan hidup layak. Saya, bilang, ‘upah
minimum itu tidak ada apa-apanya Pak dibandingkan dengan apa yang sudah Bapak berikan
kepada perusahaan.
Perusahaan bisa maju dan berkembang kan karena kerja keras Bapak.’ Jadi mengapa
tidak menghitung upah berdasarkan bagian yang layak dari nilai yang sudah dikontribusikan
buruh bagi perusahaan? Ketua serikat buruh sawit itu justru berpikir tentang hal lain. Selain
mencari upah minimum, dia juga mengatakan akan memaksimalkan waktu kerja selama
mungkin dalam satu hari supaya mendapat upah tambahan. Dalam pandangan saya, ketua itu
tidak punya pilihan selain menerima penghisapan nilai lebih tenaga kerja sebagai peluang
mendapat tambahan gaji dari kerja upahan.
31
Salah kaprah paling aneh mengenai kapitalisme saya alami bersama teman-teman yang
‘mengaku’ anarkis. Pembahasan mengenai kapitalisme seperti sudah menjadi makanan sehari-
hari bagi mereka. Pada suatu hari mereka menjemput saya di bandara tanpa parkir di tempat
yang disediakan, alasannya tidak punya uang untuk parkir. Setelah itu, mereka bercerita habis
makan mie instan satu porsi untuk berdua. Romantis? Bukan. Rupanya mereka menolak konsep
dan praktik kerja upahan itu sendiri. Bagi mereka kerja adalah bagian dari kapitalisme. Apakah
antikapitalisme artinya tidak boleh bekerja? Lalu muncul pertanyaan lanjutan dalam benak
saya, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidup? Belum lagi, bagaimana melawan
kapitalisme jika sehari-hari hanya makan mie instan setengah porsi?
Bukan salah orang kebanyakan jika kapitalisme sering dipahami secara keliru. Wood
menunjukkan bahwa banyak ahli teori dan sejarawan Marxis sendiri sering salah kaprah
mendefinisikan dan memahami kapitalisme. Untuk menghindari kesalahan yang sama, Wood
menggunakan pendekatan materialisme historis dan menyajikan secara gamblang asal usul
kapitalisme dalam sejarah peradaban Manusia.
Pendekatan materialisme historis memberikan porsi perhatian yang besar pada analisis
empiris terhadap aktivitas praktis yang terjadi dalam konteks sejarah tertentu dan siapa pelaku-
pelakunya, sembari menempatkan para pelaku serta tindakan-tindakan mereka bukan semata-
mata sebagai kehendak bebas tiap-tiap pribadi, tetapi merupakan sesuatu yang dibatasi oleh
kondisi historis pada masa itu.
Pertama adalah salah kaprah “model perdagangan”. Salah kaprah ini menganggap
kapitalisme muncul dari modal yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari selisih harga
perdagangan. Akumulasi primitif menurut Adam Smith (yang oleh Karl Marx disebut sebagai
“the so-called primitive accumulation” bukan “the real primitive accumulation”) dilakukan
dengan cara membeli murah di satu tempat dan menjualnya dengan harga lebih mahal di
tempat lain dan dengan cara berhemat. Kapitalisme dianggap sebagai kelanjutan alamiah dari
relasi paling purba dari Manusia: perdagangan dan pertukaran barang dan jasa. Kesalahan
model ini, yang dicontohkan oleh dosen UGM, terletak pada pandangan bahwa berdagang itu
otomatis kapitalis dan tidak mungkin antikapitalisme tanpa anti-perdagangan.
Kedua, sebut saja “model Revolusi Industri”. Salah kaprah ini memandang kapitalisme
bermula dari berkembangnya teknologi di Inggris pada masa Revolusi Industri yang
32
menyebabkan “nilai lebih” tenaga kerja Manusia di kota diserap oleh kegiatan industrialisasi.
Pengumpulan modal dilakukan dengan cara itu. Akibat cara berpikir semacam ini, orang
percaya bahwa antikapitalisme berarti tidak memiliki barang-barang industri atau bahkan tidak
melakukan kerja upahan.
Keduanya berakibat pada kesimpulan bahwa kapitalisme adalah kelanjutan alamiah dari
tindakan-tindakan yang umum dilakukan sejak masa prakapitalis. Bibit kapitalisme dipandang
sudah ada sebelumnya di masa-masa jauh sebelumnya. Ia hanya membutuhkan waktu dan
tempat yang tepat untuk berkembang secara intensif dan massif, dan kebetulan saja hal itu
terjadi di Inggris. Pandangan ini menempatkan kapitalisme sebagai sesuatu yang memang
sudah ada dari sononya dan niscaya. Akibatnya, segala sesuatu yang kita alami hari ini—sistem
perbankan, telepon pintar, makanan yang ada di atas meja makan—dianggap sebagai
penjelmaan kapitalisme karena susah sekali memahami apa ciri dan dalil pokok kapitalisme
yang membedakannya dari sistem-sistem sosial sebelumnya.
Ia menjelaskan mengapa perdagangan Cina, Spanyol, Belanda, Italia yang sangat maju
pada masa kejayaannya tidak membuahkan kapitalisme?
Penjelasan model Revolusi Industri juga gugur untuk menjelaskan cikal bakal
kapitalisme, karena model ini menerima secara apa adanya bahwa revolusi industri berasal dari
kemajuan teknologi, tanpa memepertanyakan dan menguji prakondisi-prakondisi yang
memungkinkan revolusi industri.
Misalnya, dari mana asal usul tenaga kerja ‘bebas’, yang pada masa
sebelumnya bukan suatu hal yang umum? Wood (2002) mengujinya dengan
mempertanyakan mengapa 40.8 persen penduduk Inggris pada abad 15 hidup di
London? Mengapa dalam rentang waktu kurang dari dua abad (1520-1700),
penduduk kota itu meningkat hampir 1000 persen (dari 60.000 menjadi 575.000).
33
Perkembangan ini tidak wajar karena demografi kota-kota di Eropa, pada kurun waktu
yang sama, relatif stabil. Selain itu kesenjangan di antara kota-kota dalam negara yang sama
tidak besar seperti kesenjangan London dengan kota-kota lain di Inggris.
Perubahan dramatis di Inggris membuka pertanyaan lebih mendasar tentang dari mana
asal-usul kapitalisme. Meskipun untuk sebagian ahli pertanyaan itu dianggap kurang berguna,
bagi Ellen Meiksins Wood, teka-teki tentang asal-usul kapitalisme dapat digunakan untuk
mencari dalil pokok kapitalisme.
Wood mengokohkan diri sebagai pemikir politik paling terpandang era ini karena tidak
henti mencari jawaban memuaskan atas pertanyaan sederhana itu. Dia tidak menemukan
jawaban itu di kota-kota dagang Eropa Barat (Amsterdam, Venesia, Florence, Paris) seperti
yang dipercayai oleh banyak ahli sejarah terkemuka, melainkan di pedesaan Inggris.
Penjelasan asal mula kapitalisme ia dasarkan pada karya dua ahli sejarah Marxis,
Robert Brenner, yang mengulas transisi dari feodalisme ke kapitalisme dan E.P.
Thompson yang menulis kemunculan kelas pekerja di Inggris.
Bukan merupakan suatu Eurosentrisme jika mereka selalu berpaling pada Eropa ketika
membicarakan cikal bakal kapitalisme, karena bagi mereka bertiga kapitalisme perlu dipahami
sebagai suatu fenomena yang tidak wajar, khas, dan sangat muda dalam sejarah peradaban
Manusia.
Kapitalisme adalah suatu sistem politik-ekonomi yang secara kualitatif berbeda dan
terpatah dari sistem-sistem sebelumnya.
‘Kekayaan’ itu tidak serta merta dengan sendirinya dapat disebut sebagai ‘kapital’.
Oleh karena itu, berapapun banyaknya jumlah modal yang dikumpulkan, tidak dengan
sendirinya membentuk kapitalisme sebab yang diperlukan oleh kapitalisme adalah perubahan
hubungan sosial yang menghidupkan ‘daya gerak’ kapitalisme:
34
1. Paksaan persaingan, maksimalisasi profit.
Perubahan hubungan sosial itu terjadi ketika orang diceraikan dari kepemilikan faktor
produksi yang menyebabkan ia tergantung pada hubungan sosial baru demi bertahan hidup.
Berdasarkan pembacaan sejarah, titik mula itu adalah Inggris. Di abad 16, karakter
lapisan kelas masyarakat Inggris sangat aneh jika dibandingkan jiran Eropa lain. Kelas sosial di
Inggris sejak penaklukan kaum Norman, menghasilkan monarki yang sangat terpusat.
Mekanisme paksaan melalui penggunaan senjata dimonopoli oleh kerajaan. Akibatnya, berbeda
dengan kelas yang sama di negara-negara tetangga, kaum aristokrat tuan tanah di Inggris
dilucuti dari kewenangan-kewenangan ekstra-ekonomi untuk mendapatkan upeti dari petani.
Bagaimana mereka bertahan tanpa upeti, meskipun mereka menguasai tanah yang
teramat luas? Ketiadaan kewenangan ekstra-ekonomi tuan tanah menyebabkan mereka hanya
bisa mengandalkan mekanisme ekonomi, yakni harga pasar untuk sewa tanah.
35
Berbeda dengan negara-negara tetangga di mana ongkos sewa tanah nilainya relatif
stabil, yang ditentukan melalui kesepakatan jangka panjang, tuan tanah di Inggris harus
menyewa surveyor untuk memperkirakan berapa harga sewa yang seharusnya mampu diraup
melalui mekanisme pasar.
Ini menyebabkan nilai sewa tanah berubah-ubah dan fluktuatif seturut dengan ongkos
dan hasil produksi serta konsumsi yang digerakkan oleh pasar.
Dipadu dengan kesenjangan penguasaan tanah yang luar biasa timpang, para produsen
(petani penggarap) di Inggris harus bersaing menawarkan harga sewa paling tinggi untuk
mendapatkan akses tanah dan melanjutkan proses produksi.
Agar bisa menawarkan harga sewa paling tinggi, petani-petani tersebut harus
meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi sehemat mungkin. Laba produksi
tidak bisa diandalkan untuk memenuhi tuntutan ongkos sewa yang kompetitif karena hasil
penjualan bukanlah sesuatu yang bisa mereka kendalikan, melainkan oleh pasar.
Di sinilah pasar menjadi kekuatan yang memaksa, bukan sebuah pilihan sebagaimana
sistem sebelumnya yang di dalamnya para penghasil atau produsen bebas menjual atau tidak
menjual hasil produksinya karena mereka tetap punya akses non-pasar terhadap sarana
reproduksi sosial untuk bertahan hidup.
Pasar bukan tempat yang menyenangkan bagi semangat wirausaha, tetapi institusi
koersif yang memaksakan persaingan dan pencarian laba sebagai satu-satunya prinsip.
Dalil pokok kapitalisme bukanlah adanya sistem jual beli dan pengambilan
laba, kepemilikan pribadi, ataupun pengumpulan modal, melainkan bekerjanya
pasar sebagai penentu utama produksi dan pertukaran, dan konsekuensinya
pengaturan pembagian tenaga kerja.
Pasar hadir sebagai paksaan, bukan pilihan. Hal ini tidak datang secara
alamiah dan terberi.
Pasar telah ada jauh berabad-abad, tetapi hanya setelah di Inggris abad 16-
lah ia mulai berhasil menyingkirkan para petani yang tidak bisa bersaing dalam
produksi kompetitif.
“Ketakutan terhadap kegiatan persaingan itu sendiri, itulah yang pertama kali
memunculkan benih-benih kapitalisme. Inilah titik balik, di mana segelintir individu di dalam
masyarakat mengalami DEMORALISASI, sehingga mereka tidak mampu membicarakan
masalah pemenuhan kebutuhan hidup kepada masyarakat seutuhnya. Hukum umum
perkembangan masyarakat pada saat itu telah mati karena paksaan dari ketakutan pribadi
sehingga menimbulkan kapitalisme, masyarakat pada saat terjadinya kapitalisme menjadi
mandul dalam menyelesaikan masalah-masalahnya secara bersama karena masing-masing
terpaksa harus tunduk kepada persaingan pasar dan tidak mampu bekerja-sama dengan
tulus.”
Perdagangan, laba serta pengumpulan modal telah berlangsung beribu tahun tidak serta
merta merupakan kapitalisme, asalkan di dalamnya, akses non-pasar orang terhadap faktor
produksi tetap dipertahankan.
Di Cina kepemilikan pribadi sudah berlaku jauh sebelum kapitalisme, dan tidak
berujung pada kapitalisme.
Yang menentukan adalah apakah kepemilikan pribadi itu menjelma menjadi kekuatan
politik bagi si pemilik untuk memaksakan proses produksi demi pemenuhan kepentingannya,
yakni kepentingan untuk menyerap nilai lebih semaksimal mungkin dan membuat tenaga kerja
tunduk karena tanpa tunduk mempersembahkan tenaga kerjanya mereka terancam tidak bisa
bertahan hidup.
Kelas pekerja, bukan hanya di kota melainkan juga buruh tani, menjadi basis
transformasi sosial.
Proses dan relasi produksi yang dilakukan adalah relasi yang diatur berdasarkan tujuan
yang ditentukan sendiri oleh pekerja yang bekerja di dalamnya (Wood, 1999).
Tujuan dari usaha tersebut bisa saja “peningkatan kualitas hidup”, emansipasi Manusia
(Wood, 1995), kondisi kerja, waktu luang atau apa yang pada pokoknya adalah
menomorsekiankan tuntutan pasar, lebih baik lagi jika memberikan akses non-pasar sebesar
mungkin untuk reproduksi sosial dan menghilangkan kesenjangan kepemilikan faktor produksi.
38
Pada intinya, antikapitalisme adalah menolak bahwa nilai utama yang menentukan
dalam hubungan sosial adalah meningkatkan profit dalam pasar kompetitif.
Usaha untuk menghapuskan hubungan sosial yang tidak ditentukan oleh pemaksaan
pasar bukanlah hal yang tidak wajar atau tidak mungkin.
Kita punya sejarah panjang perubahan radikal tentang apa yang kita anggap wajar
sekarang ini.
Misalnya, dulu perbudakan dianggap wajar namun sekarang tidak lagi. Demikian pula
tenaga kerja anak-anak di pertambangan dulu merupakan sesuatu yang sangat biasa kini
menjadi dilarang, setidaknya secara de jure.
Terbukti, hal itu bisa kita tolak, setidaknya secara normatif. Artinya, hal-hal dan prinsip-
prinsip lain juga seharusnya bisa tidak dinomorduakan oleh paksaan pasar.
Antikapitalisme adalah usaha terus menerus untuk mencari sistem politik-ekonomi yang
tidak berlandaskan persaingan dan maksimalisasi profit dalam pasar, dalam rangka
menghilangkan hubungan dan eksploitasi kapitalisme yang menghasilkan antagonisme pemilik
dan pekerja. Ini, tidak bisa tidak, mengarahkan kita untuk lebih jauh dalam mendalami
hubungan-hubungan kelas dalam kapitalisme dan terus berjuang untuk menghilangkannya.
39
Banyak hubungan sosial dan nilai-nilai lain yang bisa kita percayai dan
terapkan untuk diprioritaskan daripada prinsip persaingan pasar.
Namun, jika ada yang bisa kita pelajari dari warisan pemikiran Ellen Meiksins Wood,
pelajaran itu adalah betapa mengenanya pendekatan materialisme historis.
EGALITARIAN
Tidak ada kewajiban khusus (pembagian peran) yang ada hanyalah pembagian
kerja secara demokratis, wajib kerja untuk semua orang.
40
Untuk mendapatkan keteraturan, maka masyarakat harus melawan kebodohan
kolektif!
Hal ini terjadi akibat beberapa orang yang dimuliakan: mengajarkan untuk
membenci ilmu pengetahuan yang tidak diketahui oleh masyarakat, orang-orang
tersebut “terlihat” berbuat baik, namun tidak “benar-benar" melakukan hal baik, orang
yang dimuliakan oleh masyarakat adalah tidak egaliter, karena orang itu “masih
meminta untuk dimuliakan”, untuk dimuliakan diperlukan pengikut yang bodoh dan
tidak berani kritis terhadap orang yang dimuliakan.
Sementara semua kaum egalitarian setuju bahwa kejahatan utama hari ini adalah
masalah ekonomi, mereka meyakini bahwa solusi kejahatan tersebut dapat dilakukan
hanya melalui perhitungan dalam setiap fase kehidupan, fase kehidupan ketika manusia
dikuasai oleh manusia lain merupakan fase kenistaan kehidupan manusia, di mana
41
manusia tidak bisa menjadi diri sendiri dan mengembangkan diri sendiri untuk
menyelesaikan masalah bersama.
Jika relasi kekuasaan: manusia menguasai manusia lainnya telah hilang, maka
masalah-masalah kolektif masyarakat, terutama masalah kemiskinan juga hilang.
Dimulai pada masa Elizabeth, sampai pertengahan abad ke-19, para pemilik
tanah memagari lahan terbuka dengan pagar untuk menggembala domba. Alasan
tindakan ini adalah wol, komoditas ekspor Inggris yang paling menguntungkan. Para
petani, atau yang disebut petani abdi, kehilangan hak tradisional mereka untuk
memakai “lahan umum” untuk menggembala kambing atau domba mereka dan untuk
bercocok tanam untuk menjaga kemadirian ekonomi mereka.
42
Tidak sampai tahun 1820, Dutchess of Sutherland mendepak 15.000 penyewa
dan 794.000 acre tanah dan menggantinya dengan 131.000 domba dan menyewakan
pada kelurga-keluarga yang telah dia usir kurang lebih 2 acre tanah submarginal.
Dalam bahasa analisa yang tajam, pemagaran ini “membebaskan” para buruh
dari produksi pertanian dan mengubah mereka menjadi barang jualan (karena
pengangguran), pemilik tenaga kerja yang bisa dijual. Inilah perampasan sarana
produksi yang membuat seorang produsen menjadi proletariat.
TIGA unsur dari kelas proletariat adalah: 1. Ada perintah 2. Ada pekerjaan dan
waktu kerja yang ditentukan 3. Ada upah.
43
Proletariat berkembang di bawah corak produksi kerja-upahan, di mana
masyarakat di bawah corak produksi tersebut menjual kapasitas kerjanya untuk
memproduksi komoditi (barang yang gunanya diproduksi adalah untuk diperjual-
belikan).
(2) Penghapusan kelas-kelas masyarakat yang memiliki hak istimewa dan bekerja
tidak bersentuhan dengan produksi
(7) Wajib mengajar hal-hal yang hanya berhubungan dengan kerja produktif bagi
semua orang
Untuk mewujudkan itu semua, langkah pasti dari kaum egalitarian adalah: rebut
semua sarana produksi dari kepemilikan segelintir orang menjadi sarana produksi
untuk kepemilikan semua orang, jalankan politik dengan wewenang, peran serta politik
dalam semua bentuk memberikan kesempatan bagi setiap orang dalam pengaturan diri
masyarakat, pendidikan massal mengajarkan nilai-nilai egalitarian secara intensif.
44
Istilah lain dari masyarakat Egaliter adalah masyarakat anarki, tulisan yang
membahas perihal masyarakat anarki disebut dengan “Anarkisme”.
Konsesus terhadap semua pertanyaan publik & keluhan publik adalah sebagai
berikut:
Keluhan publik mengenai segala hal yang kurang dari rumah hunian
mereka
Keluhan publik mengenai segala hal yang kurang dari fasilitas pelayanan
45
Keluhan publik mengenai kualitas dan kuantitas barang kebutuhan yang
memenuhi balai warga
46
3) “Berakhir semua lebel harga pada barang pemuas kebutuhan, semua barang
pemuas kebutuhan adalah gratis”.
16) “Tidak ada lagi pembagian peran antara ibu dan bapak”
47
17) “Hukuman terhadap pelaku kejahatan, disandarkan kepada kesepakatan
masyarakat dan korban. Masyarakat anarki mampu menyelesaikan masalah
perilaku jahat seseorang individu secara adil tanpa harus bergantung kepada
institusi atau lembaga.”
Kata-kata di atas, walaupun cukup rumit untuk dipahami, akan tetapi jelas sekali
bahwa Negara adalah sistem buatan yang lahir akibat dari pertentangan kelas &
kelompok masyarakat yang tidak terdamaikan.
48
masyarakat terpisah dalam macam suku/klan/gen memiliki kegiatan ekonomi produksi
yang berbeda-beda.
Berbeda dengan organisasi gens (suku atau klan) lama, negara, pertama-tama,
membagi warga negara menurut pembagian wilayah.
Pembagian demikian itu nampaknya “wajar” bagi kita, tetapi ia telah meminta
perjuangan berjangka panjang melawan organisasi lama berdasarkan suku atau gens.
Kelas pekerja harus memiliki perhatian yang penuh terhadap kesadaran kelas,
karena tanpa kesadaran kelas, maka persatuan tidak mungkin akan terjadi untuk
menghilangkan segala penindasan. Tentara dan polisi tetap pada hakekatnya adalah
alat-alat utama kekuatan kekuasaan negara. Tetapi bagaimana bisa tentara tetap dan
polisi menjadi lain daripada itu?
Masyarakat gens tidak mengalami peperangan sampai ada kekuatan dari dalam
masyarakat itu sendiri, telah terpecah menjadi kelas baru, kelas baru yang mengaku
dirinya sendiri lebih unggul dibandingkan orang-orang, kelas yang memulai perang
demi terbentuknya sebuah negara.
51
Organisasi demikian itu menjadi tidak mungkin karena masyarakat beradab
telah terpecah menjadi kelas-kelas yang bermusuhan, dan lagi bermusuhan yang tak
terdamaikan, sehingga jika kelas-kelas ini diperlengkapi dengan senjata yang “bertindak
sendiri” akan timbul perjuangan bersenjata di antara mereka.
Kita dapat melihat bagaimana kondisi Eropa dewasa ini dimana perjuangan kelas
dan persaingan dalam penaklukan telah merangsang kekuasaan kemasyarakatan
sampai sedemikian tingginya sehingga mengancam akan menelan seluruh masyarakat
bahkan negara.
52
Dibuatlah undang-undang khusus tentang kesucian dan kekebalan para pejabat,
“seorang agen polisi yang paling hina” mempunyai “otoritas” yang lebih besar daripada
wakil-wakil klan, tetapi bahkan kepala kekuasaan militer negara beradab bisa beriri hati
kepada seorang pengetua klan yang menikmati “rasa hormat yang diperoleh tanpa
paksaan” dari masyarakat.
Seperti pada halnya negara-negara kuno dan feodal yang merupakan organ untuk
menghisap kaum budak dan hamba, demikianlah juga “negara perwakilan moderen
adalah alat dari modal uang untuk menghisap kerja upahan. Tetapi sebagai kekecualian
terdapat periode di mana kelas-kelas yang berperang mencapai keseimbangan kekuatan
sedemikian rupa sehingga kekuasaan negara untuk sementara waktu memperoleh
kebebasan tertentu dalam hubungan dengan kedua kelas itu (kelas penindas & kelas
tertindas), seolah-olah sebagai penengah di antara mereka”.
53
Dewasa ini penjajahan monopoli bisnis dan kekuasaan bisnis bank-bank telah
mengembangkan kedua cara mempertahankan dan mewujudkan betapa maha kuasanya
kekayaan monopoli bisnis dan kekuasaan bisnis bank-bank di dalam republik
demokratis.
Alasan mengapa kekayaan menjadi maha kuasa dan lebih terjamin dalam
republik demokratis, adalah karena ia tidak tergantung pada selubung politik yang
buruk dari kapitalisme.
Harus ditegaskan pula bahwa hak pilih umum (baca: PEMILU/pemilihan umum)
sebagai alat kekuasaan borjuasi (pemilik alat produksi). Hak pilih umum,
mempertimbangkan pengalaman dari sosial-demokrasi sepertinya “ukuran kematangan
bagi kelas pekerja”, padahal bukan. Hak pilih umum tidak dapat dan tidak akan dapat
memberikan lebih banyak dalam negara masa kini.
“Jadi, negara tidaklah selamanya ada. Pernah ada masyarakat yang bisa tanpa negara,
pernah ada masyarakat yang melangsungkan kehidupan sosialnya secara harmonis
tanpa memerlukan kekuasaan dari negara sama sekali. Pernah ada masyarakat yang
bisa tanpa negara, yang tidak memiliki konsepsi tentang negara dan kekuasaan negara.
Pada tingkat tertentu perkembangan ekonomi, yang tidak bisa tidak berhubungan
dengan pecahnya masyarakat menjadi kelas-kelas, negara menjadi keharusan karena
perpecahan ini, negara diperjuangkan oleh kelompok orang yang menginginkan kelas
tinggi tertentu. Kita sekarang dengan langkah-langkah cepat mendekati tingkat
perkembangan produksi di mana adanya kelas-kelas ini bukan hanya tidak lagi menjadi
keharusan, tetapi menjadi rintangan langsung bagi produksi.
54
Dengan adanya kelas-kelas seperti ini menciptakan kondisi sosial masyarakat
yang mandul untuk mencari surplus produksi dan mustahil dalam pemerataan
distribusi kesejahteraan. Kelas-kelas tak terelakkan akan runtuh, sebagaimana dulu
kelas-kelas yang tidak terelakkan ini timbul. Dengan runtuhnya kelas-kelas, maka
secara tak terelakkan runtuh pula negara.
MELENYAPNYA NEGARA
a. Pada zaman kuno, ia adalah negara dari warga negara pemilik budak
d. Pada zaman republik sosialis, negara adalah milik pemerintah sosialis yang
mudah menuduh rakyatnya sendiri sebagai kontra revolusioner
56
akan mulai makan sebelum tiga kali memanggil rekan-rekan yang mungkin
mendengarnya untuk berbagi makanannya.”
Pada masa yang lebih belakangan (dalam beberapa masyarakat asli Amerika),
“keluarga syndasmian merupakan ciri-ciri khusus. Beberapa keluarga tersebut tinggal di
satu rumah, mendirikan rumah tangga kesukuan, dan di dalamnya melaksanakan
prinsip-prinsip egalitarian.”
Salah satu anggapan paling absurd yang berasal dari Zaman Pencerahan di abad
ke-18 adalah; pada awal peradaban, perempuan merupakan budak laki-laki. Anggapan
ini sesat karena tidak sesuai dengan fakta dari hasil penelitian ilmiah, padahal dalam
semua masyarakat primitif, dari tingkat rendah hingga menengah, bahkan hingga
sebagian masyarakat berperadaban tinggi, posisi perempuan tidak saja bebas, namun
juga dihargai.”
Kekayaan dan kekuasaan warga kota, paling tidak sebagian dari mereka,
meningkat dan kekayaan serta kemakmuran kaum bangsawan pemilik tanah menurun.
Kaum bangsawan menjadi semata-mata parasit bagi masyarakat. Tuan-tuan baru dalam
59
masyarakat -setelah perjuangan yang panjang, kemunduran, dan pula revolusi- adalah
para penduduk kota yang kemudian dikenal sebagai borjuasi. Perdagangan dan
pertukaran meningkat. “Begitu terbebas dari kekangan feodalisme, gerak maju
kapitalisme menjadi suatu pacuan yang gila. Dimanapun, pabrik dan tanur tumbuh.
Asap dan bau mereka mengubah lahan-lahan yang semula subur dan berpenduduk
padat menjadi tanah-tanah miskin yang tak dapat dihuni; limbah mereka meracuni dan
mencemari sungai-sungai hingga berbau busuk sampai ke langit…”
Karena ada tenaga kerja yang dijual, tentunya ada suatu kelas yang bebas, yakni
proletariat, proletariat itu bebas dalam definisi yang rangkap. Mereka bebas untuk
menjual tenaga-kerja mereka. Mereka bukan budak atau hamba. Mereka juga ‘bebas’
dari berbagai kepemilikan atas sarana produksi dan komoditas (barang jualan).
Sehingga mereka tidak punya apa-apa lagi untuk dijual, kecuali tenaga kerja mereka.
Sejarah semua masyarakat yang telah dan pernah ada, adalah sejarah perjuangan
kelas. Namun masyarakat kita ini –kapitalisme- telah menyederhanakan permusuhan
kelas. “semua masyarakat kini terbagi menjadi dua pihak yang bertentangan, dua kelas
besar yang saling bermusuhan: borjuasi dan proletariat.”
“Semua gerakan sejarah yang telah ada merupakan gerakan minoritas, atau
memajukan kepentingan minoritas. Gerakan kaum proletar merupakan gerakan yang
sadar dari mayoritas”.
61
2) Proletariat harus ikut serta dalam pendidikan mengenai metode
berserikat&berorganisasi anarkisme
10)Perihal negara, ternyata: negara tidak selalu ada dari dulu. Ada masyarakat
yang damai, sejahtera, harmonis dan egaliter hidup dalam kondisi tanpa
negara.
63