Anda di halaman 1dari 7

(Sesi 1 dari 3 kali pertemuan)

Anthony Giddens: “Sociology: A Brief but Critical Introduction”

McMillan, 1982

 Menurut Giddens di antara banyak ilmu sosial lain, seperti; ekonomi,


antropologi, ekonomi, dan sejarah, sosiologi merupakan disiplin ilmu yang di
dalamnya mengandung kegiatan ilmiah yang kontroversial. Karena di dalam
bahasannya terdapat atau ditandai dengan debat yang berkelanjutan tentang
sifat dasarnya (very nature). Tentu itu bukan suatu kelemahan, meskipun para
sosiolog “professional” menganggapnya demikian, juga ilmuwan sosial di luar
sosiologi, karena inti persoalannya ada pada bagaimana “subject-matter”
sosiologi harus didekati ataupun dijelaskan”

 Merupakan suatu kekeliruan untuk menganggap bahwa sosiologi harus


dibayangkan seperti atau harus dekat seperti ilmu-ilmu alam (natural
sciences) dengan maksud untuk dapat memuaskan kedudukannya sebagai ilmu.
Hal ini bukan berarti bahwa model atau metode ilmu alam sama sekali tidak
relevan atau cocok untuk menjelaskan atau menelaah prilaku masyarakat
manusia (human social behavior)

 Sosiologi mengkaji “subject matter” yang secara factual dapat diobservasi,


tergantung pada kajian empiris, melibatkan upaya-upaya untuk merumuskan
(memformulasi) teori yang sesuai dengan fakta. Tetapi manusia sebagai
“objek material” sosiologi bagaimanapun tidak sama dengan alam; dengan
demikian, mempelajari prilaku kita sendiri (manusia) dalam berbagai aspek
yang penting, dan hal tersebut tetap saja berbeda dengan menelaah gejala
alam (natural phenomena).

 Konteks sosiologi
Kemunculan atau perkembangan sosiologi banyak diwarnai berbagai macam
fenomena perubahan demi perubahan yang telah menghasilkan dunia modern.
 Kita hidup di era transformasi social yang sangat massiv; perubahan
yang asalnya terjadi di Eropa Barat membawa dampak yang bersifat
global
 Revolusi Prancis 1789, ini merupakan simbol transformasi politik Eropa
(buruh terkadang memberontak kepada majikan, petani memberontak
kepada tuannya yang feudal, dalam upaya untuk melawan kekuasaan,
juga dalam masalah terkait harga dan pajak, dsb.
 Revolusi besar yang kemudian dikenal dengan “revolusi industri”.
Terjadi akhir abad 18 yang penyebarannya berlangsung melalui Eropa
Barat dan Amerika. Revolusi industri sebenarnya mewakili revolusi
dalam inovasi teknik.
 Dampak dari revolusi di atas adalah terjadinya migrasi masal atau
terjadinya perpindahan penduduk secara besar-besaran (tenaga kerja)
 Ditemukannya mesin bertenaga uap untuk menghasilkan berbagai
produk barang, dsb. Yang tentu saja gejala tersebut menjadi cikal
bakal terjadinya perubahan ekonomi..

Konteks sosiologi

 Lahir dalam konteks yang terbentuk melalui dunia modern


 Dua negara yang mengalami transformasi amat masif: Inggris dan
Amerika. Perubahan ini memancar dari Eropa Barat
 Inti perubahannya berasal dari “dua revolusi besar” di Eropa.
Pertama, revolusi Prancis; 1789. Yang mengandung peristiwa
penting, dan sekaligus merupakan simbol terjadinya transformasi
politik. Revolusi atau pemberontakan tahun 1789 berbeda dengan
revolusi yang terjadi sebelumnya, revolusi antikolonial Amerika
utara 1776. Karena revolusi Prancis, merupakan revolusi pertama
yang digerakkan oleh prinsip-prinsip/ideal-ideal sekular;
“kebebasan” dan “persamaan universal”, yang sampai hari ini
terbukti menciptkan iklim politik yang menjadi dinamika
kekuatan masyarakat saat ini.

 Kedua, revolusi besar (great revolution) yang kemudian dikenal


dengan nama “revolusi industri”. Sebagaimana terjadi di Inggris
pada akhir abad ke 18 kemudian menyebar keseluruh Eropa Barat
hingga Amerika. Revolusi industri terkadang dipresentasikan
sebagai terjadinya “inovasi seperangkat teknologi”. Terutama
pemaanfaatan mesin uap untuk menggerakkan produksi dan
pengenalan mesin-mesin baru yang digerakkan oleh tenaga uap.
Namun penemuan mesin tersebut merupakan bagian penting dari
perubahan sosial ekonomi besar yang terjadi. Perubahan
terpenting yang terjadi dari kesemua itu adalah “migrasi tenaga
kerja secara besar-besaran” dari pertanian (land) berubah ke
perluasan sektor kerja industri, sebuah proses yang juga
digerakkan oleh menyebarnya produksi agraria.

Sosiologi: definisi dan beberapa pemikiran pendahuluan


Kelahiran sosiologi tidak bisa dilepaskan dari narasi cerita di atas;
atau tentang kemunculan (emergence) dan akibat (consequence)
dari terjadinya revolusi yang telah melatarbelakangi
kemunculannya, hal tersebut ini dapat dilacak melalui berbagai
pandangan para ahli di sekitar pertengahan abad ke delapan belas
hingga abad berikut sebagaimana tampil dalam pemikiran sosial.

Bagaimana sosiologi seharusnya didefinisikan? Mari kita


memulainya dengan sebuah argumentasi yang dangkal (banal).
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menelah tentang
masyarakat manusia (human societies). Saat ini makna
masyarakat itu dapat dirumuskan kedalam cara yang sangat umum.
Dengan cakupan kategori yang umum mengenai “masyarakat”, maka
hal itu meliputi juga tidak hanya negara industri, demikian juga
yang masuk katagori negara penjajah seperti kekaisaran Romawi,
negara tradisional Cina, dalam ukuran yang lebih kecil, komunitas
kesukuan yang kecil yang hanya terdiri dari sejumlah individu yang
terbatas.

Masyarakat adalah suatu cluster, atau sistem, prilaku yang


terlembaga (institutionalised modes of conduct). Berbicara soal
bentuk-bentuk tindakan sosial yang terlembaga berarti merujuk
pada “modes of believe” (seperangkat keyakinan), dan
prilaku/tindakan yang terjadi secara berulang-ulang. Atau dalam
terminologi teori sosial modern; sesuatu yang secara sosial
direproduksi (socially reproduced).

Bahasa merupakan contoh yang sempurna tentang bentuk aktivitas


pelembagaan tersebut, atau lembaga (institusi), sepanjang hal
tersebut penting bagi kehidupan sosial. Namun penggunaan istilah
institusi di atas tentu saja maksudnya berbeda dengan penjara,
rumah sakit, yang belakangan ini disebut dengan institusi, bukan
dalam artian kolektivitas, maupun kelompok.

Menurut Giddens; sosiologi memiliki fokus utamanya pada studi


tentang perkembangan institusi-institusi, atau masyarakat
industri, dan kondisi-kondisi yang mendorong transformasi dari
intitusi tersebut
Masyarakat industri yang maju tidak dapat diperlakukan seolah-
olah dia terpisah dari masyarakat lain yang ada di dunia, atau dari
masyarakat yang mendahuluinya.

 Beberapa pertanyaan sekitar teori sosiologi sebenarnya


terkait dengan persooalan bagaimana prilaku manusia dan
lembaga (institusi) seharusnya dikonseptualisasi. Hal itulah
yang menjadi perhatian ilmu sosial secara keseluruhan
 Secara umum tampaknya terdapat pembedaan kajian atas
“prilaku manusia” (human behaviour) dari berbagai ilmu sosial
yang beraneka ragam:
 Antropologi: memiliki perhatian pada bentuk-bentuk
masyarakat yang lebih sederhana; masyarakat berbasis suku,
negara berbasis agraris, dsb. Namun semua ini sekarang
sedang mengalami perubahan dan menjadi bagian dari negara
industri modern. Namun isntitusi ekonomi selalu terhubung
dengan institusi yang lain dalam sistem sosial, dimana
keduanya pada akhirnya saling mempengaruhi dan
dipengaruhi.
 Sejarah; yang mempelajari tentang masa lalu dan masa kini,
adalah ilmu yang menjadi sumber bagi seluruh ilmu sosial.

 Banyak pemikir besar yang menelaah perkembangan sosiologi


terkesan dengan pentingnya kemajuan science dan teknologi
sebagai pendorong atau penyebab terjadinya berbagai
perubahan masyarakat yang dialami. Oleh sebab itu, para
pemikir tersebut berusaha untuk menduplikasi kemajuan
tersebut dalam menelaah berbagai persoalan masyarakat
manusia. Terutama, kesuksesan ilmu alam dalam menjelaskan
dunia materi. Sosiologi kemudian menjadi “ilmu alam tentang
masyarakat” (natural science of society). Itu juga yang
menyebabkan Aguste Comte 1789-1857, kemudian
menamakan ilmu sosial ini sebagai ilmu alam sosial.

 Menurut pandangan Comte, semua ilmu pengetahuan,


termasuk sosiologi, harus memiliki kerangka berpikir dan
metode; semua mencari penjelasan tentang hukum-hukum
universal yang menggerakkan pertumbuhan masyarakat,

 Jika kita dapat menemukan hukum-hukum yang mengatur


masyarakat, maka kita akan dapat mengatur dan
mengarahkan nasib kita sendiri sebagaimana halnya science
mengijinkan kita untuk mengendalikan berbagai
kejadian/peristiwa di dalam dunia alam (nyata). Formula
Comte yang terkenal: “to be able to predict is to be able
to control”.

 Sejak Comte maka praktis kerangka berpikir ilmu sosial


seirama dengan gaya ilmu alam, termasuk dalam hal ini adalah
Emile Durkheim 1858-1917, yang tercatat sebagai salah satu
tokoh penting dalam perkembangan sosiologi di abad 20. Dia
mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang menelaah
(concern) tentang “fakta sosial” (social fact) yang dapat
didekati/ditelaah sama objektifnya dengan gejala alam
sebagaiamana dikaji ilmu alam. Dalam bukunya berjudul “The
Rules of Sociological Method (1895), Durkheim mengatakan
bahwa “Fenomena sosial harus diperlakukan layaknya benda-
benda”.

 Dalam konteks inilah Anthony Giddens menolak pandangan di


atas, meskipun pandangan tersebut amat berpengaruh di
dalam sosiologi. Berbicara tentang sosiologi, demikian juga
subjek lainnya seperti Antropologi, Ekonomi, sebagai bagian
dalam ilmu sosial, perlu melibatkan berbagai kajian yang
sistematik atas disiplin/wilayah kajian (subjec matter) ilmu-
ilmu empiris lainnya.

 Pandangan ini tidak akan menimbulkan kebingungan sepanjang


kita melihat sosiologi dan ilmu sosial lainnya berbeda dari
ilmu alam, setidaknya dalam dua esensi utama.

 Pertama, kita tidak dapat menelaah masyarakat atau “fakta


sosial”, sebagaimana objek dalam ilmu alam, karena
masyarakat hanya ada sejauh dia diciptakan (created), dan
diciptakan kembali (re-created) dalam perbuatan kita
sebagaim manusia.

 Mengikuti jalan berpikir ini, maka kedua, implikasi praktis


dari sosiologi tidak langsung pararel seperti pada penggunaan
teknologi dalam dunia ilmu pengetahuan. Atom tidak pernah
tahu apa yang dikatakan para ilmuwan terhadap mereka.

Anda mungkin juga menyukai