NIM : 031711133229
FAKULTAS HUKUM
Dalam pasal 257 KUHD berbunyi “Perjanjian pertanggungan ada seketika setelah hal itu
diadakan; hak mulai saat itu, malahan sebelum Polis ditandatangani. dan kewajiban kedua belah
pihak dari penanggung dan dari tertanggung berjalan. Pengadaan perjanjian itu membawa
kewajiban penanggung untuk menandatangani Polis itu dalam waktu yang ditentukan dan
menyerahkannya kepada tertanggung”. Dengan penjelasan pasal diatas maka dapat disimpulkan
bahwa, walaupun polis belum diterbitkan perjajian asuransi dinyatakan sudah ada sejak
tercapainya kesepakatan anatara penanggung dan tertanggung.Selanjutnya aspek lain yang
terdapat dalam pasal 257 KUHD adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak.
Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang dilakukan oleh
penanggung dengan tertanggung, yang berisi tentang segala hak dan kewajiban antara kedua
belah pihak tersebut. Polis asuransi akan menjadi bukti tertulis yang sah dalam perjanjian yang
dilakukan oleh pihak penanggung dan pihak tertanggung.
Maka dengan adanya polis asuransi, maka kedua belah pihak yang melakukan perjanjian
asuransi tersebut akan terikat dan memiliki masing-masing tanggung jawab sebagaimana yang
telah disepakati sejak awal. Polis asuransi merupakan hal yang sangat penting di dalam layanan
asuransi itu sendiri, karena polis akan melindungi setiap hak dan kewajiban nasabah dan pihak
perusahaan asuransi. Namun keberadaan polis tidak mutlak tapi penting apabila dikaitkan dengan
fungsinya.
Selanjutnya adalah mengenai Obyek Bahaya dan Obyek asuransi, dalam pasal 1320 BW
mengatur mengenai pesyaratan sahnya perjanjian,yaitu dalam setiap perjanjian harus ada obyek
tertentu. Dan dalam perjanjian asuransi obyek tertentu tersebut adalah obyek bahaya. Sehingga
dalam setiap perjanjian asuransi haruslah terdapat obyek bahayanya.Apabila kita melihat dalam
pasal 268 KUHD maka dapat dinyatakan bahwa, Selalu berupa kepentingan yang melekat pada
obyek bahaya yang dapat menderita kerugian karena terjadinya bahaya pada obyek bahaya, akan
tetapi tdk semua kepentingan Tertanggung dapat dijadikan obyek asuransi.Selanjutnya mengenai
unsur dalam kepentingan yaitu Harus ada Harta Benda, Hak, Kepentingan, Jiwa dan Raga serta
beban tanggungjawab hukum, yang dapat diasuransikan. Benda, Jiwa Raga dan Beban Tanggung
Jawab Hukum itu harus menjadi obyek pertanggungan atau obyek asuransi. Tertanggung harus
berada dalam suatu keadaan bahwa ia akan mendapat manfaat apabila tidak terjadi apa-apa atas
obyek pertanggungan, tetapi akan mengalami/menderita kerugian keuangan apabila obyek
pertanggungan mengalami sesuatu musibah atau peristiwa kerugian. berarti Tertanggung harus
mempunyai hubungan atau kepentingan keuangan atas obyek pertanggungan yang bersangkutan.
Hubungan atau kepentingan Tertanggung dengan obyek pertanggungan yang bersangkutan harus
hubungan yang sah menurut hukum. Dan terakhir ,yang dapat dikatakan Obyek bahaya dalam
asuransi adalah Segala sesuatu yang dapat dikenai bahaya dimana untuk bahaya tersebut asuransi
itu diadakan & bahaya itulah yg disebut Peristiwa tidak pasti.