Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM ASURANSI

NAMA : SALSABILA ANNISA NURSAPUTRI

NIM : 031711133229

KELAS : Hukum Asuransi (A-2)

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

FAKULTAS HUKUM

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


Pembentukan Perjanjian Asuransi

Dalam pasal 257 KUHD berbunyi “Perjanjian pertanggungan ada seketika setelah hal itu
diadakan; hak mulai saat itu, malahan sebelum Polis ditandatangani. dan kewajiban kedua belah
pihak dari penanggung dan dari tertanggung berjalan. Pengadaan perjanjian itu membawa
kewajiban penanggung untuk menandatangani Polis itu dalam waktu yang ditentukan dan
menyerahkannya kepada tertanggung”. Dengan penjelasan pasal diatas maka dapat disimpulkan
bahwa, walaupun polis belum diterbitkan perjajian asuransi dinyatakan sudah ada sejak
tercapainya kesepakatan anatara penanggung dan tertanggung.Selanjutnya aspek lain yang
terdapat dalam pasal 257 KUHD adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak.

Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang dilakukan oleh
penanggung dengan tertanggung, yang berisi tentang segala hak dan kewajiban antara kedua
belah pihak tersebut. Polis asuransi akan menjadi bukti tertulis yang sah dalam perjanjian yang
dilakukan oleh pihak penanggung dan pihak tertanggung.

Maka dengan adanya polis asuransi, maka kedua belah pihak yang melakukan perjanjian
asuransi tersebut akan terikat dan memiliki masing-masing tanggung jawab sebagaimana yang
telah disepakati sejak awal. Polis asuransi merupakan hal yang sangat penting di dalam layanan
asuransi itu sendiri, karena polis akan melindungi setiap hak dan kewajiban nasabah dan pihak
perusahaan asuransi. Namun keberadaan polis tidak mutlak tapi penting apabila dikaitkan dengan
fungsinya.

Berikut fungsi polis asuransi bagi para pihak :

 Fungsi polis bagi nasabah pengguna asuransi (tertanggung):


1. Sebagai alat bukti tertulis atas jaminan penanggungan atas berbagai risiko dan
penggantian kerugian yang mungkin terjadi pada tertanggung, di mana kerugian
tersebut tertulis di dalam polis.
2. Sebagai bukti pembayaran premi (kwitansi) yang diberikan kepada pihak
perusahaan asuransi selaku penanggung.
3. Dapat menjadi bukti paling otentik dan penting untuk menuntut penanggung,
apabila lalai atau tidak memenuhi jaminan yang menjadi tanggungannya.
 Fungsi polis bagi perusahaan asuransi (penanggung):
1. Sebagai bukti (tanda terima) premi asuransi yang dibayarkan oleh pihak
tertanggung.
2. Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada tertanggung untuk
membayar ganti rugi yang mungkin diderita oleh tertanggung.
3. Dapat menjadi bukti paling otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi atau klaim
yang diajukan oleh tertanggung, jika penyebab kerugian tersebut tidak memenuhi
syarat polis yang dimiliki.

Selanjutnya mengenai kewajiban para pihak yang berkaitan dengan polis :

 Kewajiban Penanggung berkaitan dengan polis:


1. Menjamin atas kerugian yg diderita tertanggung
2. Wajib membuat & menandatangani polis serta menyerahkan kpd tertanggung
3. Kewajiban utk membayar ganti rugi apabila terjadi peristiwa tidak pasti
 Kewajiban Tertanggung berkaitan dengan polis :
1. Adanya itikad baik dengan memberikan pernyataan atau informasi yang sebenar-
benarnya (ps 251 KUHD)
2. Mencegah terjadinya kerugian (ps 283 KUHD)
3. Membayarkan premi

Selanjutnya adalah mengenai Obyek Bahaya dan Obyek asuransi, dalam pasal 1320 BW
mengatur mengenai pesyaratan sahnya perjanjian,yaitu dalam setiap perjanjian harus ada obyek
tertentu. Dan dalam perjanjian asuransi obyek tertentu tersebut adalah obyek bahaya. Sehingga
dalam setiap perjanjian asuransi haruslah terdapat obyek bahayanya.Apabila kita melihat dalam
pasal 268 KUHD maka dapat dinyatakan bahwa, Selalu berupa kepentingan yang melekat pada
obyek bahaya yang dapat menderita kerugian karena terjadinya bahaya pada obyek bahaya, akan
tetapi tdk semua kepentingan Tertanggung dapat dijadikan obyek asuransi.Selanjutnya mengenai
unsur dalam kepentingan yaitu Harus ada Harta Benda, Hak, Kepentingan, Jiwa dan Raga serta
beban tanggungjawab hukum, yang dapat diasuransikan. Benda, Jiwa Raga dan Beban Tanggung
Jawab Hukum itu harus menjadi obyek pertanggungan atau obyek asuransi. Tertanggung harus
berada dalam suatu keadaan bahwa ia akan mendapat manfaat apabila tidak terjadi apa-apa atas
obyek pertanggungan, tetapi akan mengalami/menderita kerugian keuangan apabila obyek
pertanggungan mengalami sesuatu musibah atau peristiwa kerugian. berarti Tertanggung harus
mempunyai hubungan atau kepentingan keuangan atas obyek pertanggungan yang bersangkutan.
Hubungan atau kepentingan Tertanggung dengan obyek pertanggungan yang bersangkutan harus
hubungan yang sah menurut hukum. Dan terakhir ,yang dapat dikatakan Obyek bahaya dalam
asuransi adalah Segala sesuatu yang dapat dikenai bahaya dimana untuk bahaya tersebut asuransi
itu diadakan & bahaya itulah yg disebut Peristiwa tidak pasti.

Anda mungkin juga menyukai