Anda di halaman 1dari 3

Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18.

Naturalisme
berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the
knowledge reported by man’s sense”. Secara definitif naturalisme berasal dari kata “nature.”
Kadang pendefinisikan “nature” hanya dalam makna dunia material saja, sesuatu selain fisik
secara otomatis menjadi “supranatural.” Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alam material
dan alam spiritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Era Pencerahan, misalnya,
memahami alam bukan sebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi sebagai asal dan fondasi
kebenaran. Ia tidak memperlawankan material dengan spiritual, istilah itu mencakup bukan
hanya alam fisik tetapi juga alam intelektual dan moral.
Salah satu ciri yang paling menakjubkan dari alam semesta adalah keteraturan. Benak manusia
sejak dulu menangkap keteraturan ini. Terbit dan tenggelamnya Matahari, peredaran planet-
planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertama
kali manusia menyadari keberadaannya di dalam alam semesta, hanya merupakan contoh-
contoh sederhana. Ilmu pengetahuan itu sendiri hanya menjadi mungkin karena keteraturan
tersebut yang kemudian dibahasakan lewat hukum-hukum matematika. Tugas ilmu
pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan semua
keteraturan yang teramati. Ilmu pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dan
mengapa. Namun khusus untuk kosmologi, pertanyaan ‘mengapa’ ini di titik tertentu
mengalami kesulitan yang luar biasa.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas.
Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia
fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan
waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme
adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik
terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam.
Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme dan
rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut realisme,
tetapi tidak semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib
menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide
pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis dapat
diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut.
Hukum alam dimaknai dalam berbagai arti oleh beberapa kalangan pada masa yang berbeda.
Berikut ini akan di paparkan pandangan hukum alam dari Aristoteles, Thomas Aquinas, Plato,
William R. Dennes. (Filsuf Modern), dan Hugo Grotius;

Aristoteles;
Aristoteles merupakan pemikir tentang hukum yang petama-tama membedakan antara hukum
alam dan hukum positip.
Hukum alam adalah suatu hukum yang berlaku selalu dan dimana-mana karena hubungannya
dengan aturan alam. Hukum itu tidak pernah berubah, tidak pernah lenyap dan berlaku dengan
sendirinya. Hukum alam dibedakan dengan hukum positif, yang seluruhnya tergantung dari
ketentuan manusia.

Menurut sumbernya, aliran hukum alam dapat dibagi dua macam yaitu: Irasional dan
Rasional. Aliran hukum yang irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan
abadi itu bersumber dari tuhan secara langsung. Sebaliknya, aliran hukum alam yang rasional
berpendapat bahwa sumber hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia.
Pendukung aliran hukum alam irasional antara lain:
-          Thomas Aquinas (1225-1274): yang mengatakan ada 4 macam hukum yaitu:
a.       lex aeterna (hukum rasio tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia)
b.      lex devina (hukum rasio tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia)
c.       lex naturalis (hukum alam yaitu penjelmaan dari lex aeterna kedalam rasio manusia)
d.      lex positivis (penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia didunia)

-          John Salisbury (1115-1180): menurutnya jika kalau masing-masing penduduk berkerja untuk
kepentingan sendiri, kepentingan masyarakat akan terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
-          Dante Alighieri (1265-1321): menurutnya, badan tertinggi yang memperoleh legitimasi dari
tuhan sebagai monarki dunia ini adalah kekaisaran romawi.
-          Piere Dubois (lahir 1255): ia menyatakan bahwa penguasa dapat langsung menerima kekuasaan
dari tuhan tanpa perlu melewati pimpinan gereja.
-          Marsilius padua (1270-1340) dan William Occam (1280-1317): padua berpendapat bahwa
Negara berada diatas kekuasaan paus. Kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat. Dan occam
berpendapat rasio manusia tidak dapat memastikan suatu kebenaran.
-          John Wycliffe (1320-1384) dan johnannea Huss (1369-1415): Wycliffe berpendapat kekuasaan
ketuhanan tidak perlu melalui perantara, sehingga baik para rohaniawan maupun orang awam
sama derajatnya dimata tuhan. Dan huss mengatakan bahwa gereja tidak perlu memiliki hak
milik.
Sedangkan pendukung hukum alam rasional adalah:
-           Hugo de Groot (Grotius) (1583-1643): menurutnya sumber hukum adalah rasio manusia.
-          Samuel von Pufendorf (1632-1694) dan Cristian Thomasius (1655-1728): Pufendorf
berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran manusia. Dan
Thomasius mengatakan manusia hidup dengan bermacam-macam naluri yang bertentangan satu
dengan lainnya.
-          Imanuel Kant (1724-1804): Melalakukan penyelidikan unsur-unsur mana dalam pemikiran
manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dulu tanpa dibantu oleh pengalaman) dan
yang murni berasal dari empiris

Aliran hukum alam telah berkembang sejak kurun waktu


2.500 tahun yang lalu, dan muncul dalam berbagai bentuk
pemikiran. Dilihat dari sejarahnya, menurut Friedmann
(1990:47), aliran ini timbul karena kegagalan umat manusia
dalam mencari keadilan yang absolut. Hukum alam di sini
dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi.
Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi
bahwa melalui penalaran, hakikat makhluk hidup akan dapat
diketahui, dan pengetahuan tersebut mungkin menjadi dasar
bagi tertib sosial serta tertib hukum eksistensi manusia.
Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja
dibentuk oleh manusia (Soerjono Soekanto, 1985:5-6).

Penerapan aliran hukum alam di Indonesia yaitu, hukum alam didasarkan pada
asumsi bahwa melauli penalaran, hakikat makhluk hidup akan dapat diketahui
dan pengetahuan tersebut dapat menjadi dasar untuk tertib sosial serta tertib
hukum eksistensi manusia. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang
sengaja dibentuk oleh manusia.

Anda mungkin juga menyukai