FORMULIR KASUS
A. SKRINING
(lampirkan dan jelaskan hasil skrining pasien)
B. ASSESSMEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
No Rekam Medis :392001
Ruang : Prabu Kresna
Tanggal masuk : 14-03-2017
Tanggal kasus : 15-03-2017
Diagnosis medis : Cholelitiasis, Multiple Cholelitiasis (Ukuran terbesar
±1,3 mm) disertai sludge
61
=
1,65 x 1,65
= 22,42 kg/m2 (status gizi normal)
(KEMENKES RI, 2014)
Keadaan umum pasien CM, cukup, Nyeri ulu hati, mual, konstipasi, perubahan pengecapan
dan penciuman, anoreksia, konjungtiva tidak anemia, mata yang berwarna kuning dan bunyi
Karbohidrat : ½ x TEE
: ½ x 2169,35
1084 , 67
: =6 p
175
5 108,46
Gula 5% : x 2169,35= =2 p
100 50
Protein hewani :2-3 p
Protein nabati :2-3 p
Sayur :3-5 p
Buah :2-4 p
d. Preskripsi Diet
NP – 1.1 Preskripsi Diet
Jenis Diet : Diet RL III
Bentuk Makanan : Makanan Biasa
Rute/cara pemberian : Oral
Jadwal Pemberian : Jadwal pemberian diet 5x sehari berupa 3x makanan
utama dan 2x selingan (pagi dan sore)
ND-6 Tatalaksana gizi berkaitan dengan obat
a. Cefotaxime berfungsi sebagai antibiotik
b. Ranitidine: Konsumsi ranitidine sebaiknya dikonsumsi sebelum makan, obat ini
berfungsi untuk mengobati sakit maag dan radang saluran cerna bagian atas.
c. Ketorolac: jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung alkohol
dapat menghambat absorbsi obat sebaiknya obat dikonsumsi bersamaan dengan
makanan yang tidak mengandung alkohol. Obat ini berfungsi sebagai obat anti nyeri
d. Vitamin K: berinteraksi dengan obat antikoagulan membentuk trombosis
(pembekuan darah). Obat ini berfungsi untuk mencegah defisiensi vitamin K
disebabkan malabsorbsi vitamin K.
A. Penjabaran Menu
Golongan Penukar Energi Protein Lemak Karbohidrat
Karbohidrat 6 1050 24 0 240
Protein Hewani
(Rendah Lemak) 1 50 7 2 0
Protein Hewani
(Lemak Sedang) 1 75 7 5 0
Protein Nabati 3 225 15 9 21
Sayuran B 4 100 4 0 20
Buah 4 200 0 0 48
Gula 2 100 0 0 24
Susu Rendah
Lemak 1 125 7 6 10
Minyak / Lemak 5 250 0 25 0
Total 2175 64 47 363
Kebutuhan 2169,35 61 48,20 372,87
%pemenuhan 100,26% 104,92% 97,51% 97,35%
Waktu 30 menit
Sasaran Pasien dan keluarga pasien
Metode Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
Alat bantu Leaflet, food model, flipchart
BAB II
PEMBAHASAN
Ngadiarti dan Moviana (2017) menerangkan bahwa batu empedu (cholelitiasis) merupakan
pembentukan batu (kalkuli) dalam kandung empedu atau saluran sistem bilier. Ada tiga jenis bahan
batu, yaitu kolesterol (lebih dari 70%), pigmen, dan campuran batu.
Batu empedu merupakan keadaan terdapatnya batu empedu di dalam kantung empedu (vesika
felea) yang memiliki ukuran,bentuk, dan komposisi yang bervariasi. Batu empedu merupakan
material atau kristal yang terbentuk di dalam kantung empedu atau saluran empedu, atau kedua-
duanya (Dorland, 2009 dalam buku Asuhan Gizi Klinik).
Menurut Almatsier (2005) penyakit batu empedu adalah terbentuknya batu empedu, jika
masuk ke dalam saluran empedu akan dapat menimbulkan penyumbatan yang terasa nyeri.
Penyaluran empedu ke duodenum akan terganggu karena adanya penyumbatan sehingga akan
mengganggu penyerapan lemak.
Penyakit batu empedu (Cholelitiasis) merupakan masalah kesehatan yang penting dinegara
barat sedangkan di Indonesia kejadian batu empedu terus meningkat terutama pada usia muda, dan
baru mendapat perhatian secara klinis (Sueta, dkk., 2017).
Insidensi wanita menderita penyakit batu empedu lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini
terjadi karena pengaruh hormon pada wanita yang merupakan salah satu faktor predisposisi
meningkatnya jumlah pasien wanita dibanding pasien laki-laki. Diduga hormon estrogen berperan
penting pada wanita karena estrogen dapat menstimulasi reseptor lipoprotein hepar dan
meningkatkan pembentukan kolesterol empedu (Sueta, dkk., 2017).
Pada kasus ini pasien didiagnosis oleh dokter menderita penyakit cholelitiasis (batu empedu)
disertai adanya sludge (batu endapan) yang disebebkan karena hati membuang kelebihan kolesterol
melalui empedu, kolesterol yang tidak larut akan lengket bersama dan membentuk partikel yang akan
berkembang menjadi batu empedu (Hasanah, 2015 dalam buku Asuhan Gizi Klinik). Jika dilihat dari
pola makan pasien, pasien sering megkonsumsi makanan yang di goreng dan gorengaan sebagai
snakc dimana mengkonsumsi makanan yang berlemak secara berlebihan dapat meyebabkan
timbulnya penyakit batu empedu. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratarium
nilai SGPT,SGOT pasien yang masuk ke dalam kategori tinggi hal ini terjadi karena meningkatnya
pengeluaran enzim pada hati. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratarium nilai
bilirubin total dan bilirubin direk masuk ke dalam kategori tinggi hal ini disebabkan karena salah
satu fungsi hati adalah melakukan ekskresi (pengeluaran) bilirubin melalui saluran empedu di dalam
hati dan di luar hati. Pada penderita penyakit batu empedu akan terjadi peningkatan nilai bilirubin
karena terjadinya penyumbatan pada saluran empedu (Cahyono, 2013 dalam buku Asuhan Gizi
Klinik).
Akibat dari peningkatan nilai bilirubin tersebut juga dapat menyebabkan mata bewarna
kuning (sklera ikterik) karena bilirubin yang dibawa ke hati untuk dimetabolisme tetapi karena ada
gangguan pada hati sehingga kerjanya tidak sempurna yang menyebabkan bilirubin meningkat
jumlahnya dalam darah dan memyebabkan warna kuning.
Saya memberikan diet Rendah lemak III pada pasien karena pasien mengalami Cholelitiasis
(Batu Empedu) dan pasien juga suka mengkonsumsi makanan yang digoreng ataupun gorengan yang
dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
berlemak secara berlebihan dimana mengkonsumsi makanan yang berlemak secara berlebihan dapat
memperberat kerja hati. Hati membuang kelebihan kolesterol melalui empedu. Kolesterol yang tidak
larut akan lengket bersama dan membentuk partikel yang akan berkembang menjadi batu empedu
(Hasanah, 2015 dalam buku Asuhan Gizi Klinik).
BAB III
KESIMPULAN
1. Pasien bernama Ny. S usia 34 tahun masuk RS pada tanggal 14 maret 2017 dengan diagnosis
medis Cholelitiasis, Multiple cholelitiasis (ukuran terbesar ±1,3 mm) disertai sludge.
2. Berdasarkan data anthropometri status gizi pasien termasuk dalam kategori normal dengan
IMT 22,42 kg/m2
3. Berdasarkan data biokimia pasien nilai SGOT, SGPT, Bilirubin total, dan bilirubin direk
masuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya penyumbatan di area empedu.
4. Berdasarkan riwayat asupan makanan dan zat gizi persen asupan pasien termasuk kategori
kurang untuk (Energi=35,51%, Protein=45,76%, Karbohidrat 18,42%). Sedangkan Asupan
lemak masuk dalam kategori baik (lemak=86,49%).
5. Berdasarkan data fisik klinis pasien Keadaan umum pasien CM, cukup, Nyeri ulu hati, mual,
konstipasi, perubahan pengecapan dan penciuman, anoreksia, konjungtiva tidak anemia, mata
yang berwarna kuning dan bunyi usus terdengar, dan ada peningkatan tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2005. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Ngadiarti I, Moviana Y. 2017. Dietetika Penyakit Infeksi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Sueta M.A.B dan Warsinggih. 2017. Faktor Risiko Terjadinya Batu Empedu Di Rsup Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Jurnal Bedah Nasional, 5 (01):20-26
Supariasa, I Dewa dan Handayani, D. 2019. Asuhan Gizi Klinik. Jakarta : EGC