Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“SEJARAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”

OLEH :

MUHAMMAD MARIADI FIRDAUS


(201610420311010)
PSIK A 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
DAFTAR
PERTANYAAN

1) Tuliskan Sejarah Lengkap Pendidikan Kewarganegaraan


2) Ceritakan Daerah Tempat Tinggalmu
3) Ceritakan Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Dulu
Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa, Pendidikan
Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu
pembelajaran yang membahas tentang PPBN dan pembahasan tentang hubungan antara warga
negara dengan negara. Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan warga
negara dengan negara, dan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN).

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Terdapat 2 tujuan tentang pendidikan kewarganegaraan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
dari Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri.

1) Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai
hubungan antara warga negara dengan negara serta PPBN agar menjadi warga negara yang
diandalkan oleh bangsa dan negara.
2) Tujuan Khusus
 Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara
santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagawai WNI terdidik dan bertanggung
jawab.
 Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya
dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila,
Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
 Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan :

1. Dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969 (Civics)


Istilah civics dan Pendidikan Kewargaan Negara digunakan secara bertukar-pakai
(interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan
Kewargaan Negara yang dipakai sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup
sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan civics (diterjemahkan sebagai pengetahuan
kewargaan negara). Dalam kurikulum SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan
Negara yang berisikan sejarah Indonesia dan Konstitusi termasuk UUD 1945.
2. Dalam tahun 1973/1974 (Pendidikan Kewiraan)
Pendidikan Kewiraan dimulai tahun 1973/1974, sebagai bagian dari kurikulum pendidikan
nasional, dengan tujuan untuk menumbuhkan kecintaan pada tanah air dalam bentuk
PPBN yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang diberikan kepada peserta
didik SD sampai sekolah menengah dan pendidikan luar sekolah dalam bentuk pendidikan
kepramukaan, sedangkan PPBN tahap lanjut diberikan di PT dalam bentuk pendidikan
kewiraan.
3. Dalam Kurikulum tahun 1975 (PMP)
Istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan dengan misi pendidikan yang
diamanatkan oleh Tap. MPR II/MPR/1973. Mata pelajaran PMP ini merupakan mata
pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan Sekolah Kejuruan.
4. Kurikulum PPKn 1994
Kurikulum ini mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-
butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi
lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau spiral of concept
development (Taba,1967). Pendekatan ini mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan
jabaran nilainya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas serta catur wulan dalam setiap
kelas.
5. Dalam tahun 2004
Dengan diberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis Kompetensi tahun
2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan.
6. Tahun 2006
Namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara substansi
tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan kurikulum yang
diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimplementasian Pendidikan Kewarganegaraan


sebagaimana diuraikan diatas menunjukkan telah terjadinya ketidakajekan dalam kerangka berpikir,
yang sekaligus mencerminkan telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya
krisis operasional kurikuler.
Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai berikut :

a) Kewarganegaraan (1956)
b) Civics (1959)
c) Kewarganegaraan (1962)
d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
e) Pendidikan Moral Pancasila (1975)
f) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

Perkembangan Materi Pendidikan Kewarganegaraan

1) Awal 1979, materi disusun oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti yang terdiri dari Wawasan
Nusantara, Ketahanan Nasional, politik dan Strategi Nasional, Politik dan Strategi
Pertahanan dan Keamanan Nasional, sistem Hankamrata. Mata kuliah ini bernama
Pendidikan Kewiraan.
2) Tahun 1985, diadakan penyempurnaan oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti, terdiri atas
pengantar yang bersisikan gambaran umum tentang bahan ajar PKn dan interelasinya
dengan bahan ajar mata kuliah lain, sedangkan materi lainnya tetap ada.
3) Tahun 1995, nama mata kuliah berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan yang bahan
ajarnya disusun kembali oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti dengan materi pendahuluan,
wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik strategi nasional, politik dan strategi
pertahanan dan keamanan nasional, sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
4) Tahun 2001, materi disusun oleh Lemhannas dengan materi pengantar dengan tambahan
materi demokrasi, HAM, lingkungan hidup, bela negara, wawasan nusantara, ketahanan
nasional, politik dan strategi nasional.
5) Tahun 2002, Kep. Dirjen Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002 materi berisi pengantar sebagai
kaitan dengan MKP, demokrasi, HAM, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan
strategi nasional.

Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

1. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan


Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan
bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.
Untuk itu diperlukan pembekalan IPTEKS yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-
nilai moral, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai
panduan dan pegangan hidup setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah yang mempunyai objek, metode, sistem
dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material
maupun objek formal.
Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang
ilmu. Objek material PKn adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang
empirik maupun yang non empirik, yang meliputi wawasan, sikap, dan perilaku warga
negara dalam kesatuan bangsa dan negara.
Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek material
tersebut. Objek formal PKn adalah hubungan antara warga negara dengan negara dan
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
Objek pembahasan PKn menurut Kep. Dirjen Dikti No. 267/dikti/Kep./ 2000 meliputi
pokok bahasan sebagai berikut:
a) Pengantar PKn :
1. Hak dan kewajiban warga negara
2. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
3. Demokrasi Indonesia
4. Hak Asasi Manusia
b) Wawasan Nusantara
c) Ketahanan Nasional
d) Politik dan Strategi Nasional
Daerah Tempat Tinggal

Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan,
Indonesia. Yang Ibu kota sekaligus pusat pemerintahan terletak di Kandangan. Hulu Sungai Selatan
memiliki luas sekitar 1.703 km². Dari arah utara melingkar ke arah barat, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan di aliri oleh Sungai Amanditbermuara ke Sungai Negara (anak sungai Barito) yang berfungsi
sebagai sarana prasarana perhubungan dalam kabupaten dan ke kabupaten lainnya. Sungai Amandit
mempunyai dua cabang sungai, yaitu Sungai Bangkan dan Sungai Kalumpang.

Hulu Sungai Selatan memiliki kebudayaan unik seperti :

 Balanting Paring

Bayangkanlah serunya arung jeram, namun bukan dengan perahu karet, melainkan rakit
bambu. Inilah salah satu keunikan budaya khas Hulu Sungai Selatan, pengalaman arung jeram yang
unik ini, bisa Anda dapatkan jika berkunjung ke Loksado, sebuah daerah yang masih menerapkan
budaya peninggalan nenek moyang di Hulu Sungai Selatan.
 Aruh Adat Dayak Meratus

Aruh Basambu, aruh bawanang lalaya dan aruh bawanang banih halin merupakan warisan
tradisi suku dayak meratus sebagai tanda adanya suatu ikatan emosional terhadap alam yang telah
memberi kesuburan tanah leluhur mereka sehingga bisa dimanfaatkan untuk bahuma tugal
(berladang). Aruh Adat dayak meratus diringi dengan berbagai tarian seperti batindik balian, kanjar
dan bangsai yang dilengkapi dengan properti seperti gelang hiang, serunai, kapur, manyan, kembang
lelehi, dan bermacam-macam sesaji untuk persembahan.

Aruh Adat dayak meratus yang ada di Loksado atau yang sering disebut dengan Aruh Ganal.
Aruh Ganal digelar biasanya bulan juni / juli sebagai tanda ucapan syukur warga Dayak Meratus
atas hasil panen.Serta sebagai ajang doa bersama warga Dayak Meratus agar pada panen berikutnya
lebih banyak hasil yang didapat serta dijauhkan dari hama perusak tanaman. Saat berlangsung,
beberapa Balian turut meramaikan Aruh Ganal.Balian merupakan kumpulan beberapa warga Dayak
Meratus yang mengetahui seluk beluk upacara serta pengetahuan tentang adat istiadat.Mereka dapat
mengucapkan mantra yang sangat panjang.Biasanya Balian tersebut berguru pada Balian Tuha dan
belampah (semacam semedi terhadap berbagai roh halus untuk mendapatkan kesaktian tertentu).

Biasanya upacara adat ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan tetapi banyak dihadiri oleh masyarakat dari luar Loksado seperti Banjarmasin bahkan
ada yang dari Jakarta, dan turis mancanegara, yang datang untuk melihat acara upacara adat ini
secara langsung.

 Festival Bedandang
Festival badandang adalah festival bermain layang-layang yang berukuran panjangnya bisa
mencapai 6 meter dan lebar 5 meter dan bahkan kadang lebih dari itu.Festival ini biasanya hanya
dimainkan saat musim kemarau atau saat rawa-rawa dalam keadaan kering. Di Hulu Sungai Selatan
kegiatan ini biasa diadakan di daerah Simpur.

Makanan-makanan khas Hulu Sungai Selatan :

 Ketupat Kandangan

Ketupat Kandangan ini sangat beda dari ketupat biasanya dari bumbu atau rempah-rempah
yang digunakan sampai dengan cara penyajiannya, cara menyantapnya juga cukup unik yaitu tidak
menggunakan sendok, tetapi ketupat diremas dengan tangan, begitu tercampur dengan kuah santan,
lalu kemudian disantap.

 Dodol Kandangan

Pembuatan Dodol Kandangan ini telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat.
Di sepanjang jalan terdapat banyak toko yang menjual Dodol Kandangan dengan berbagai macam
rasa.
Ciri khas dari Hulu Sungai Selatan :

 Alat Musik Panting

Musik Panting adalah musik tradisional dari suku Banjar di Kalimantan Selatan. Disebut
musik Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan Panting, sejenis gambus yang
memakai senar (panting) maka disebut musik Panting.

 Mesjid Su’ada (Mesjid Baangkat)

Masjid Su’ada atau lebih dikenal dengan nama Masjid Ba’angkat adalah salah satu masjid
tertua di Kalimantan Selatan yang berlokasi di desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, Kabupaten
Hulu Sungai Selatan. Masjid ini didirikan oleh ulama bernama Al Allamah Syekh H. Abbas dan Al
Allamah Syekh H.M. Said bin Al Allamah Syekh H. Sa’dudin pada tanggal 28 Zulhijjah 1328
Hijriyah bersamaan dengan tahun 1908 Masehi. Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf milik Mirun
bin Udin dan Asmail bin Abdullah seluas 1.047,25 meter persegi. Masjid berjarak sekitar 7 kilometer
dari ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kandangan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah
Sedikit bercerita mengenai sistem pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
saya lalui sejak di bangku sekolah dasar (SD). Pada awal menginjak bangku sekolah dasar tentunya
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau biasa disebut PKn telah menjadi salah satu mata
pelajaran wajib bagi setiap siswa, termasuk saya. Sistem pembelajaran PKn yang saya jalani ketika
di bangku sekolah dasar sebagian besar terkait pada pengenalan Pancasila sebagai dasar negara, hak
dan kewajiban sebagai warga negara, dan pengenalan UUD 1945.

Memasuki masa sekolah menengah pertama (SMP), sistem pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan memasuki tahapan baru, dimana sebagian besar pembelajaran yang diberikan
terkait dengan norma-norma yang ada di masyarakat, serta konsekuensi yang diterima ketika
melanggarnya. Di masa sekolah menengah atas (SMA), sistem pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan lebih mengarah pada pelanggaran atas Pancasila dan Kewarganegaraan itu
sendiri, termasuk di dalamnya pelanggaran HAM, konflik antar umat beragama, konflik antar suku,
sampai pada ancaman-ancaman dari luar terhadap pertahanan NKRI.

Kiranya sepenggal dari inti cerita tersebutlah yang saya ambil dari pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang telah saya lalui sejak di bangku sekolah dasar (SD) sampai pada masa
sekolah menengah atas (SMA), dan sekarang berlanjut sampai bangku kuliah.

Anda mungkin juga menyukai