Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MATERIAL TEKNIK

“PERLAKUAN PANAS”

Disusun oleh :
1. Lailata Nala Zulfa Chusna (192170077)
2. Ahmad Fauzi (192170078)
3. Tegar Agung Prihantoro (192170062)

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan, Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana . Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, penunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pengetahuan tentang perlakuan
panas .

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Purworejo, 29 Oktober 2019

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3

1. Latar Belakang............................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah....................................................................................... 3
3. Tujun makalah......................................................................................... 4

BAB II ISI..................................................................................................................... 5

A. Pengertian Perlakuan Panas....................................................................... 5


B. Diagram TTT(Time Temprature Transformation)..................................... 7
C. Jenis-jenis Perlakuan Panas....................................................................... 9
D. Tujuan Perlakuan Panas …………………………………………………. 13
E. Macam-macam Media Pendingin Perlakuan Panas................................... 13
F. Tempering................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 16

A. Kesimpulan................................................................................................ 16
B. Saran.......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logam merupakan suatu material yang saat ini paling banyak


digunakan pada masa sekarang ini khususnya dunia industry dan otomotif.Berbagai
macam peralatan serta komponen komponen lainnya pasti menggunakan logam.
Mengetahui sifat dari logam tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi
pemanfaatan itu sendiri, karena jika suatu logam telah diketahui sifat-sifatnya dan
bagaimana penggunaannya maka dalam pemanfaatannya bisa digunakan sebaik mungkin
dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Banyak terjadi kejadian seperti contoh nyata adalah kasus kapal
titanic yang logamnya mengalami kelelahan karena terkena tergores dengan dan
kemudian patah, dan juga kasus patah as roda kereta api. Terdapat berbagai macam sifat
sifat logam contohnya, ulet, getas dan lentur dari sifat tersebut mungkin saja tetap terjadi
patah hal ini bisa saja dikarenakan memang logamnya yang tidak kuat dan memang
molekul struktur penyusunnya tidak rapat sehingga logam tesebut menjadi tidak kuat
maka perlu dilakukan suatu proses penguatan melalui proses perlakuan panas.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perlakuan panas ?
2. Apa saja macam macam media pendinginan ?
3. bagaimana proses perlakuan panas ?
4. Apa saja jenis-jenis perlakuan panas ?
5. Apa saja produk-produk hasil dari perlakuan panas ?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah proses penguatan bahan melalui proses perlakuan panas antara
lain :
1. Mengetahui apa itu proses perlakuan panas
2. Mengetahui macam macam media pendinginan
3. Mengetahui proses perlakuan panas
4. Mengetahui jenis-jenis perlakuan panas
5. Mengetahui produk-produk darihasil perlakuan panas

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perlakuan Panas


Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material yang
terkontrol dengan maksud merubah sifat fisik untuk tujuan tertentu. Secara umum proses
perlakuan panas adalah sebagai berikut :
1. Pemanasan material sampai suhu tertentu dengan kecepatan tertentu pula.
2. Mempertahankan suhu untuk waktu sehingga temperaturnya merata.
3. Pendinginan dengan media pendingin seperti air, oli dan udara.

Ketiga hal tersebut tergantung dari material yang akan di heat treatment dan sifat-
sifat akhir yang diinginkan. Untuk perlakuan panas yang tepat, susunan kimia logam
harus diketahui karena perubahan komposisis kimia khususnya karbon (C) dapat
mengakibatkan perubahan sifat fisis (Yulianto, 2015).

Perlakuan panas sengaja dilakukan untuk untuk tujuan mengubah sifat secara
khusus, di mana pemanasan dan pendinginan dilakukan untuk tujuan mengubah sifat,
pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama proses manufaktur
lain seperti pembentukan panas (Hot forming) atau Pengelasan. Dalam heat treatmentkita
memanaskan specimensampai dengan temperature austenisasinya. Temperatur
austenisasi yang diberikan tergantung pada kadar karbon baja yang diproses. Setelah
temperature austenisasinya tecapai, bendakerja dibiarkan pada temperature tersebut
dalam jangka waktu tertentu agar temperaturehomogeny diseluruh benda kerja. Proses ini
disebut dengan homogenisasi. Setelah itu,dengan mengatur laju pendinginan akan didapat
kekerasan yang diinginkan.

5
Gambar 1. Proses Perlakuan Panas

Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa material akan dipanaskan terlebih
dahulu hingga mencapai titik dimana dapat ditemui austenite yang berguna sebagai
pengeras pada proses karena akan berubah menjadi martensit jadi suhu yang dicapai saat
proses pemanasan adalah suhu dimana austenite mulai terbentuk. Pada gambar diatas
dapat dilihat terdapat proses holding time, dimana proses holding timeberfungsi dimana
saat sudah mencapai suhu saat austenite terbentuk untuk menahan hingga beberapa menit
agar struktur mikro pada material yang dipanaskan mencapai keseragaman.
Penseragaman ini bertujuan agar austenite semakin banyak terbentuk sehingga saat
didinginkan nanti semakin banyak martensit yang didapatkan.

Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika


baja dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.Perubahan struktur mikro dapat juga
dilakukan dengan jalan heat treatment.Bila proses pendinginan dilakukan secara
perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan

6
komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar
karbon dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan.

Gambar 2. Diagram Fasa Fe3cC

Proses Perlakuan Panas ada 4 yaitu :


1. Quenching
Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam sehingga
mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini maka
austenit perlu waktu pemanasan yang cukup.Selanjutnya secara cepat baja tersebut
dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita
inginkan untuk mencapai kekerasan baja.
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah menjadi ferit
atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah larut dalam
austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementit oleh karena itu terjadi
fase mertensit, ini berupa fase yang sangat keras dan bergantung pada keadaan karbon.

7
Martensit adalah fasa metastabil terbentuk dengan laju pendinginan cepat, semua unsur
paduan masih larut dalam keadaan padat.Pemanasan harus dilakukan secara bertahap
(preheating) dan perlahan-lahan untuk memperkecil deformasi ataupun resiko
retak.Setelah temperatur pengerasan (austenitizing) tercapai, ditahan dalam selang waktu
tertentu (holding time) kemudian didinginkan cepat.
Pada dasarnya baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk
digunakan. Melalui temper, kekerasan, dan kerapuhan dapat diturunkan sampai
memenuhi persyaratan. Kekerasan turun, kekuatan tarik akan turun, sedang keuletan dan
ketangguhan akan meningkat. Pada saat tempering proses difusi dapat terjadi yaitu
karbon dapat melepaskan diri dari martensit berarti keuletan (ductility) dari baja naik,
akan tetapi kekuatan tarik, dan kekerasan menurun. Sifat-sifat mekanik baja yang telah
dicelup, dan di-temper dapat diubah dengan cara mengubah temperatur tempering.

2. Annealing
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas temperature
kritis ( 723 °C ) selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature merata disusul
dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperature bagian luar
dan dalam kira-kira sama hingga diperoleh struktur yang diinginkan dengan
menggunakan media pendingin udara.
Tujuan proses anneling :
1. Melunakkan material logam
2. Menghilangkan tegangan dalam / sisa
3. Memperbaiki butir-butir logam.

3. Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase austenit yang
kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil
pendingin ini berupa perlit dan ferit namun hasilnya jauh lebih mulus dari anneling.
Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam. Namun pada baja

8
karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum tentu memperoleh baja
yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung dari kadar karbon.

4. Tempering.
Perlakuan untuk menghilangkan tegangan dalam dan menguatkan baja dari kerapuhan
disebut dengan memudakan (tempering). Tempering didefinisikan sebagai proses
pemanasan logam setelah dikeraskan pada temperatur tempering (di bawah suhu kritis),
yang dilanjutkan dengan proses pendinginan. Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh
dan tidak cocok untuk digunakan, melalui proses tempering kekerasan dan kerapuhan
dapat diturunkan sampai memenuhi persyaratan penggunaan. Kekerasan turun, kekuatan
tarik akan turun pula sedang keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun
proses ini menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil
(annealing) karena di sini sifat-sifat fisis dapat dikendalikan dengan cermat. Pada suhu
200°C sampai 300°C laju difusi lambat hanya sebagian kecil.karbon dibebaskan, hasilnya
sebagian struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan kerapuhannya. Di antara suhu
500°C dan 600°C difusi berlangsung lebih cepat, dan atom karbon yang berdifusi di
antara atom besi dapat membentuk sementit.
Menurut tujuannya proses tempering dibedakan sebagai berikut :
1. Tempering pada suhu rendah ( 150° – 300°C )
Tempering ini hanya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kerapuhan dari
baja, biasanya untuk alat-alat potong, mata bor dan sebagainya.

2. Tempering pada suhu menengah ( 300° - 550°C )


Tempering pada suhu sedang bertujuan untuk menambah keuletan dan kekerasannya
sedikit berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang mengalami beban berat,
misalnya palu, pahat, pegas. Suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500C pada
proses tempering.
3. Tempering pada suhu tinggi ( 550° - 650°C )

9
Tempering suhu tinggi bertujuan memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus
kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi, poros batang pengggerak
dan sebagainya.

Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada suhu
yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada diagram: Isothermal Tranformation Diagram.

Penjelasan diagram:
· Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar karbon dalam baja.
II-9
· Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan suhunya dititik
tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva C, akan menghasilkan struktur perlit dan
ferit.
· Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi masih disisi sebelah
atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari
perlit).
· Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan mendapat
struktur Martensit (sangat keras dan getas).
· Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan bergeser
kekanan.

10
· Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya pemanasan
dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang lebih besar. Semakin cepat
pendinginan akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.
Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja dilakukan secara
menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan suhu rendah.
Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro yang terbentuk dapat
dilihat dari diagram Continuos Cooling Transformation Diagram.

B. Diagram TTT (Time-Temperature-Transformation)


Kecepatan pendinginan berpengaruh terhadap hasil
transformasi dan sifat mekanik. Dalam hubungan tersebut dapat dipakai suatu diagram TTT
(Time-Temperature-Transformation) untuk mermalkan struktur yang terjadi bila baja
didinginkan dari struktur austenite dengan kecepatan pendinginan tertentu. Dengan demikian
perlu direncanakan dan diketahui proses pendinginan yang akan dilakukan serta media
pendingin yang akan dipakai. Kesalahan dalam penggunaan material pendingin dapat
berakibat fatal pada material yang diuji (Pollack, 1997). Berikut merupakan diagram TTT :

11
Gambar 3. Diagram TTT (Time-Temperature-Transformation)

Martensite adalah mikro konstituen yang terbentuk tanpa melalui proses difusi. 5onstituen ini
terbentuk saat austenite didinginkan secara sangat cepat misalnya melalui proses&uenching
pada medium air. Transformasi berlangsung pada kecepatan sangat cepat mendekati orde
kecepatan suarasehingga tidak memungkinkan terjadi proses difusi karbon. Transformasi
martensite diklasifikasikan sebagai proses transformasi tanpa difusi yang tidak tergantung waktu
(diffusionless time-independent transformation). Martensite yang terbentuk berbentuk seperti
jarum yang bersifat sangat keras (hard) dan getas (brittle). Fase martensite adalah fase metastabil
yang akan membentuk fase yang lebih stabil apabila diberikan perlakuan panas. Martensite yang
keras dan getas diduga terjadi karena proses transformasi secara mekanik (geser) akibat adanya

12
atom karbon yang terperangkap pada struktur kristal pada saat terjadi transformasi polimorf dari
FCC ke BCC. Hal ini dapat dipahami dengan membandingkan batas kelarutan atom karbon di
dalam FCC dan BCC serta ruang interstisi maksimum pada kedua struktur kristal tersebut.

Gambar 4. Ilustrasi struktur martensit

C. Jenis-jenis Perlakuan Panas

Secaraumum perlakukanpanas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis :

1. Near Equilibrium (MendekatiKesetimbangan)


Tujuanumum dari perlakuan panasjenis Near Equilibriumini diantaranyaadalahuntuk :
melunakkanstruktur kristal, menghaluskanbutir, menghilangkantegangandalamdan
memperbaikimachineability. Jenis dari perlakukanpanas Near Equibrium, misalnya: Full
Annealing (annealing), Stress relief Annealing, Spheroidizing, Normalizing
danHomogenizing. Berikut dibawah ini merupakan penjelasannya :

13
a. Full Annealing (annealing)
Pada proses pelunakkan atau annealing merupakan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan perlit yang kasar (coarse perlite) tetapi luna dengan pemanasan
sampai austenisasi dan didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas
(furnace), yang bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa
hal juga memperbaiki machinability. Disamping itu juga pelunakan
dilakukan untuk tujuan meningkatkan keuletan dan mengurangi tegangan dalam
yang meyebabkan material berprilaku getas (Dieter, 1996).
b. Stress relief Annealing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa akib at
proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah
0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa
martensite. Caranya dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working) tetapi
perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan timbul yang namanya tegangan
dalam atau tegangan sisa dan untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan
proses Stress relief Annealing.
Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam sebagai hasil dari salah satu faktor
yang disebutkan diatas harus dapat dihilangkan agar sifat yang diinginkan dari
komponen yang terbuat dari logam tersebut dapat dicapai. Proses penghilangan
tegangan sisa dilakukan biasanya dengan cara memanaskan benda kerja dibawah
temperatur A1. Penghilangan tegangan sisa dari baja dilakukan dengan memanaskan
baja tersebut pada temperatur sekitar 550-700°C, tergantung pada jenis baja yang
diproses.Kemudian benda kerja ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu agar diperoleh distribusi temperatur yang merata diseluruh benda kerja
selanjutnya didinginkan di dalam tungku.
c. Spherodized Annealing
Spherodized Annealingmerupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan
strukturcarbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses
Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar Karbon
tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa bajahypereutectoid
yang dianneal itu mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang “terbungkus”

14
oleh jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini
meyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah. Untuk
memperbaikinya maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses
spheroidizing.
d. Normalizing
Adalah bagian dari proses heat treatment. Memanaskan baja dengah suhu
40°C-50°C diatas kritikal temperature (A3 atau Acm), ditahan selama beberapa
waktu, dan didinginkan di suhu udarakamar normal. Dan setelah mendapat perlakuan
normalizing, hasil dari mikro struktur menjadi pearlitic.Material terutama carbon
steelakan mengalami perubahan struktur dan grain sizekarena efek dari
pemanasan dan pendinginan akibat dari proses pengelasan.
Struktur yang tidak homogen ini menyimpan banyak tegangan sisa yang
membuat material tersebut memiliki sifat yang lebih keras namun
ketangguhannya lebih rendah. Untuk mengembalikan kepada sifat yang
diinginkan terutama dalam ketangguhannya maka struktur yang berubah tadi
dikembalikan lagi ke struktur yang semula melalui pemanasan pada waktu tertentu
dan dalam jangka waktu tertentu pula, tergantung dari jenis materialnya (Nugroho
dkk, 2014).

e. Homogenizing
Homogenizing adalah suatu pemanasan pada temperatur tinggi didaerah fasa
austenit, jauh diatas titik kritis.Proses ini bertujuan untuk menghilangkan efek
segregasi kimia akibat proses pembekuan lambat ingot/billet dan untuk memperbaiki
mampu pengerjaan panas (hot workability).

2. Non Equilirium (Tidaksetimbang)


Tujuanumum dari perlakuan panasjenis Non Equilibriumini adalah untuk
mendapatkankekerasandan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dariperlakukan panasNon
Equibrium, misalnya: Hardening, Martempering, Austempering, Surface Hardening
(Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction hardening). Berikut

15
dibawah ini merupakan penjelasannya mengenai jenis-jenis perlakuan panas tidak seimbang
:

a. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan
kekerasan alami logam.Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju
suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan
dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan
kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu
keadaan paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh karena itu
maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut.
Karena logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan
panas ini disebut juga pengerasan alih wujud. Kekerasan yang dicapai pada
kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diringi kerapuhan yang besar dan
tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya dilakukan pemanasan kembali
menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
b. Martempering
Martempering adalah proses perlakuan panas umum yang mengquenching
material ke suhu menengah tepat di atas suhu awal martensit dan kemudian
mendinginkan udara melalui rentang transformasi martensit ke suhu kamar (Krishna
dkk, 2013).
c. Austempering
Austempering adalah proses perlakuan panas yang dikembangkan langsung dari
diagram transformasi isothermal untuk memperoleh struktur yang seluruhnya bainite.
Pendinginan dilakukan dengan quenching sampai temperatur di atas Ms dan
dibiarkan demikian sampai transformasi menjadi bainite selesai.Secara umum proses
austempering terdiri dari Fully austenitizing besi pada temperatur austenitizing,
Quenching pada temperatur austempering dan Pendinginan udara pada suhu kamar
(Umardani, 2010).

16
d. Surface Hardening
Proses pengerasan permukaan (surface hardening) adalah suatu perlakuan
(treatment) yang diterapkan pada suatu logam agar diperoleh sifat-sifat tertentu. Dan
agar dicapai hasil yang memadai, maka pelaksanaan dari suatu perlakuan harus
memperhitungkan aspek metalurgi dan peralatan yang tersedia, supaya supaya dapat
dipilih proses-proses perlakuan yang sesuai pada suatu logam untuk maksud tertentu
dengan ekonomis, juga agar dapat ditentukan tingkat kualitas yang akan
dihasilkan.Yang termasuk surface hardening adalah Carburizing, Nitriding,
Cyaniding, Flame hardening dan Induction hardening.

D. Tujuan Perlakuan Panas


Perlunya perlakuan panas dilakukan adalah untuk mengurangi perubahan
bentuk pada saat dikerjakan atau setelah dikerjakan atau hasil suatu konstruksi,
mengubah sifat-sifat bahan dan menghilangkan tegangan-tegangan sisa.

E. Macam-macam Media Pendingin Perlakuan Panas


Pemilihan media pendinginan akan berpengaruh terhadap hasil perlakuan panas
pula, berikut merupakan beberapa media pendingin yang sering digunakan :

a. Air
Air memiliki massa jenis yang besar daripada air garam, kekentalannya rendah
sama dengan air garam. Laju pendinginan air lebih lambat dari pada air
garam.Pendinginan dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan
yang cepat. Biasanya ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai usaha
mempercepat turunnya temperatur benda kerja dan mengakibatkan bahan menjadi
keras.
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia
yang lain. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) – 100°C,

17
air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C
merupakan titik didih (boiling point) air. Perubahan suhu air berlangsung lambat
sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik.Sifat ini
memungkinkan air tidak menjadi panas atau dingin dalam seketika.
Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah yang besar. Oleh karena itudalam penelitian ini
digunakan air es dalam proses pendinginan setelah proses Heat Treatment karena
dapat mendinginkan logam yang telah dipanaskan secara cepat. Suhu air es berkisar
antara 0°C-5°C, densitas (berat jenis) air maksimum sebesar 1 g/cm3 terjadi pada
suhu 3,95°C. Pada suhu lebih besar maupun lebih kecil dari 3,95° C, densitas air
lebih kecil dari satu (Moss, 1993 ; Tebbut, 1992).

b. Minyak / oli
Minyak/oli memberi pendinginan yang lambat, minyak/oli ini sering digunakan
diindustri. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan
dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju
pendinginannya lambat.Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam
perlakuan panasadalah benda kerja yang diolah. Selain minyak yang khusus
digunakan sebagaibahan pendingin pada proses perlakuan panas, dapat juga
digunakan oli,minyak bakar atau solar.
c. Udara
Udara memberi pendinginan yang perlahan-lahan.Udara tersebut ada yang
disirkulasi dan adapula yang tidak.Untuk keperluan tersebut udara yang
disirkulasikan ke dalam ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang rendah.
Udara sebagai pendingin akan memberikan kesempatan kepada logam untuk
membentuk kristal – kristal dan kemungkinan mengikat unsur – unsur laindari udara.
Adapun pendinginan pada udara terbuka akan memberikan oksidasi oksigen terhadap
proses pendinginan.

18
d. Air garam
Air garam memberi pendinginan yang cepat dan merata, air garam lebih serin
digunakan untuk proses hardening dari pada air.Garam dipakai sebagai bahan
pendingin disebabkan memiliki sifat mendinginkan yang teratur dan cepat. Bahan
yang didiginkan di dalam cairan garam yang akan mengakibatkan ikatannya menjadi
lebih keras karena pada permukaan benda kerja tersebut akan meningkat zat arang.
Kemampuan suatu jenis media dalam mendinginkan spesimen bisa berbedabeda,
perbedaan kemampuan media pendingin disebabkan oleh temperatur, kekentalan,
kadar larutan dan bahan dasar media pending.

Ukuran butir yang diperoleh dengan pendinginan udara dan air makin halus. Dengan
media air proses pendinginan berlangsung sangat cepat, maka kesempatan pertumbuhan butir
terhambat sehingga ukuran butir lebih halus dari udara dan pasir.(Nuraini dkk, 1996).

Pada saat pendinginan juga akan berpengaruh pada hasil akhir dimana pada material yang
medianya lebih cepat mendinginkan maka akan menghasilkan material yang cenderung keras
dan getas sedangkan proses pendinginan yang lebih lama material akan cenderung lebih ulet.
Karena pada media yang pendinginan nya cepat martensit cepat terbentuk sempurna.

F. Tempering
Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses temper. Untuk
menghasilkan suatu produk yang menuntut keuletan dan tahan terhadap gesekan perlu
dilakukan proses pemanasan ulang atau temper. Pengaruh dari suhu temper ini akan
menurunkan tingkat kekerasan dari logam. Kekerasan merupakan sifat ketahanan dari bahan
terhadap penekanan.Tujuan dari dilakukannya proses tempering adalah untuk meningkatkan
keuletan, toughness, dan ukuran butir dari matriks. Secara umum baja dilakukan tempering
(pemanasan kembali) setelah dilakukan proses hardening, supaya mendapatkan sifat mekanik
yang diinginkan, selain itu juga untuk mengurangi tegangan hasil proses quenching,
pengelasan, dan pemesinan.

19
Gambar 5. Proses Tempering

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah perlakuan panas ini antara lain
1. Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material yang terkontrol
dengan maksud merubah sifat fisik untuk tujuan tertentu.
2. Macam macam media pendinginan antara lain air, minyak, udara, air garam,
3. Proses perlakuan panas adalah proses mengubah sifat logam menjadi lebih kuat dan
ulet dengan memberikan sejumlah kalor sehingga mengubah sifat sifatnya
4. Perlakuan panas dibagi menjai 2 yaitu Near Equilibrium yang terdiri dari Full
Annealing (annealing), Stress relief, Spherodized ,Normalizing, Homogenizing dan
Non Equiliriumyang terdiri dari Hardening, Martempering, Austempering, Surface
Hardening
5. Besi cor, besi paduan, dan berbagai macam logam bisa dikuatkan dengan cara
perlakuan panas
B. Saran

Adapun saran yang dapatdiberikanadalahsebagaiberikut :

1. Sebaiknya saat melakukan pengumpulan data lebih banyak menggunakan buku atau
jurnal yang ada bentuk fisiknya.
2. Sebaiknya saat melakukan penyusunan meminimalisir data-data yang kurang jelas
penanggung jawab atau penerbitnya.
3. Sebaiknya saat melakukan pengetikan lebih teliti lagi agar tidak terjadi kesalahan
penulisan.
4. Sebaiknya lebih memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam penulisan makalah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Krishna. 2013. Effect of Austempering and Martempering on the Properties of AISI 52100 Steel.
Jurnal Of Gandhi Institute Technology And Management. Volume 6.

Murtiono.2012. Pengaruh Quenching dan Tempering Terhadap Kekerasan dan Kekuatan tarik
serta Struktur Mikro Baja Sedang Untuk Pisau Pemanen Kelapa Sawit.Jurnal e-Dinamis.Volume
2, Nomor 2.

Nuraini dkk. 1996. Pengaruh Suhu Media Pendingin Terhadap Perubahan Kekerasan dan
Struktur Mikro pada Perlakuan Panas ALMG2. Jurnal PEBN-BATAN.

Umardani. 2010. Pengaruh waktu Austempering Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro
Austempered Ductile Iron0,5% Cu + 0,3% Mo DAN 0,5% Cu + 0,6 % Mo. Jurnal Rotasi.
Volume 12, Nomor 2.

Trihutomo. 2014. Pengaruh Proses Annealing pada Hasil Pengelasan Terhadap Sifat Mekanik
Baja Karbon Rendah. Jurnal Teknik Mesin. Volume 2, Nomor 1.

Sumaraw. 2010. Pengaruh Heat Treatment Terhadap Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja
CrMoV Dengan Media Quench Yang Berbeda. Jurna Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional.Volume 5, Nomor 2.

Nuraini, Arma. 2017. Pengaruh Media Quenching Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro
Grinding Ball Dari Nicke Pig Iron Sebelum dan Sesuda Tempering. Universitas Lampung

22
Pertanyaan

1. Sebutkan proses perlakuan panas !


2. Apa tujuan dari proses perlakuan panas?
3. Sebutkan jenis-jenis perlakuan panas Near Equilibrium!
4. Sebutkan jenis-jenis perlakuan panas non-Equilibrum!
5. Apa saja bagian yang termasuk dalam Surface Hardening

Jawaban

1. a. Quenching
b. Annealing
c. Normalizing
d. Tempering
2. tujuan perlakuan panas adalah untuk mengurangi perubahan bentuk pada saat dikerjakan
atau setelah dikerjakan atau hasil suatu konstruksi mengubah sifat-sifat bahan dan
menghilangkan tegangan-tegangan sisa.
3. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
a. Full Annealing (annealing)
b. Stress relief Annealing
c. Spherodized Annealing
d. Normalizing
e. Homogenizing
4. Non Equilirium (Tidak setimbang)
a. Hardening
b. Martempering
c. Austempering
d. Surface Hardening
5. Surface Hardening :
1. Carburizing
2. Nitriding
3. Cyaniding
4. Flame hardening

23
5. Induction hardening.

24

Anda mungkin juga menyukai