KATARAK SENILIS
*Indra Wesly Simamora, S.Ked, ** dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
KATARAK SENILIS
Oleh:
Preseptor,
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Puskesmas Tahtul Yaman di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Sri Rosianti, M.Kes
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan :-
Alamat : RT 29 KAB
5
Pasien mempunyai 1 orang suami dan 3 orang anak. Tidak ada
masalah psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan anggota
keluarga lainnya cukup baik.
4. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak ± 3
bulan yang lalu.
6
Riwayat Diabetes Melitus (-)
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x permenit
RR : 22 x permenit
Suhu : 36,70C
BB : 62 kg
TB : 155 cm
IMT : 25,8 (overwight)
Kepala :
Mata : Konjunctiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-). Pupil
isokor. Refleks cahaya (+/+)
Status Oftalmologikus
Pemeriksaan eksternal
Pemeriksaan OD OS
7
Ortoforia Ortoforia
Keruh sebagian
Keruh sebagian
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Palpebra Superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra Inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
Pulmo :
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
8
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak
kuat angkat.
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : Linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
9
13. Diagnosa Banding
Katarak senilis Imatur ODS (H25.013)
Katarak senilis matur OD (H25.013)
Glaukoma (H.40.9)
14. Manajemen
a. Promotif
Memberikan informasi kepada pasien bahwa keluhan penglihatan
kabur adalah karena kekeruhan pada lensa mata (katarak senilis
stadium matur mata kanan).
Pasien diberi informasi bahwa penyakit yang di derita timbul seiring
dengan peningkatan usia.
Memberikan edukasi bahwa terapi dari katarak adalah operasi, tujuan
operasi untuk mengangkat lensa mata yang keruh dan di ganti dengan
lensa mata buatan untuk mencegah penurunan tajam penglihatan.
Makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak
mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
Menjaga kebersihan mata
b. Preventif
Tidak menggosok-gosok mata
Menggunakan kacamata pelindung saat terpapar matahari langsung
c. Kuratif
Non farmakologi
Diet makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak
mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
Rujuk ke dokter spesialis mata
10
Farmakologi
-
Obat tradisional
Daun Tolot (Isotoma Longiflora)
Cara pembuatan/penggunaan :
1 lembar daun yang sudah bersih ditambah 5 sendok makan air bersih
kemudian tulang daun ditekan tekan dengan sendok. Daunnya dibuang,
airnya 3-5 tetes diteteskan kemata, di diamkan sejenak, kotoran mata
dibuang kemudian mata dicuci dengan air rebusan daun sirih.
d. Rehabilitatif
Menjalani pengobatan sampai tuntas
Rutin kontrol ulang ke fasilitas kesehatan untuk melihat perkembangan
penyakitnya.
Resep puskesmas Resep ilmiah 1
Pro : Pro :
Umur: Umur:
BB: BB:
11
Alamat: Alamat:
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota
Jambi, Jambi 36265 Jambi, Jambi 36265
SIP. 123456 SIP. 123456
STR. 78910 STR. 78910
Tanggal : Tanggal :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Gambar 3.1
Gambar anatomi mata
Sumber :www.eyerisvision.com
10
Gambar 3.2
Gambar anatomi mata
Sumber :www.eophta.com
11
Gambar 3.3. Histologi Lensa Mata
Sumber : www.siumed.edu
3.3 Metabolisme Lensa Mata
a. Transparansi lensa
- Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation ( Na,
K).kedua kation ini berasal dari humor aqueus dan vitreus .
- Kadar kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior
sedangkan Kadar natrium lebih tinggi di posterior.
- Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar ke humour aqueus , dan ion
Na bergerak keantreior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na- K ATPase
- Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa
dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh
pompa natrium.
- Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang mengatur
keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk menjaga
kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada
komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
- Telah ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering
terjadi pada katarak kortikal, dimana kadar air meningkat secara
bermakna
12
- Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya
usia. Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.
- Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat
lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa
dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.
b. Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif
- Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam
amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.
- Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida (Cl-)
dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya.
- Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil dari
kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari pompa
(Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari epitelium lensa
dan setiap serat lensa.
- Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium keluar
dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini tergantung dari
pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Keseimbangan
ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor spesifik ATPase ouabain.
- Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan hilangnya
keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.
- pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah
menunjukkan bahwa terjadi penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase,
sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-
studi lain telah memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat
seiring dengan perkembangan katarak
13
c. Peranan Kalsium
- Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap kalsium.
- Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme
lensa.
- Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan
meliputi ;
o tertekannya metabolisme glukosa,
o pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan
aktivasi protease yang destruktif
o Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi terfasilitasi
yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem transport aktif.
Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa melalui difusi
sederhana. Berbagai macam substansi seperti asam askorbat, myo-
inositol dan kolin memiliki mekanisme transport yang khusus pada
lensa.
d. Metabolisme Karbohidrat pada Lensa
- Pada lensa, energi yang diperoleh bergantung pada metabolisme glukosa.
- Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan
melalui difusi terfasilitasi.
- Kebanyakan glukosa ditranportasi ke dalam lensa dalam bentuk
terfosforilasi (Glukosa 6 fosfat =G6P) oleh enzim heksokinase. Reaksi ini
adalah 70-1000 kali lebih lambat dari enzim-enzim lainnya yang terlibat
dalam proses glikolisis lensa dan kecepatan terbatas pada lensa.
- Ketika terbentuk, G6P memasuki satu dari dua jalur metabolisme:
14
- Hal ini membuktikan bahwa lensa tidak tergantung pada oksigen tetapi
dipengaruhi oleh kadar glukosa hal ini telah didemonstrasikan dengan
kemampuannya untuk menjaga metabolisme normal dalam lingkungan
nitrogen. Dengan diberikan sejumlah glukosa, lensa in vitro yang anoksik
tetap jernih dan utuh, memiliki kadar normal dari ATP serta
mempertahankan aktivitas pompa asam amino dan ion. Bagaimana pun,
ketika glukosa menurun atau kekurangan, lensa tidak dapat
mempertahankan fungsi-fungsi ini dan menjadi keruh pada beberapa jam
sekalipun terdapat oksigen
1. HMP Hunt
- Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah heksosa
monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan istilah jalur
pentosa monofosfat.
- Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini sekalipun
jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
- Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan jaringan
lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa ditetapkan.
- Jalur HMP – shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam
lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Jugauntuk aktifitas
glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
- Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme
karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.
15
dikombinasikan dengan kurangnya permeabilitas lensa terhadap sorbitol berakhir
dengan retensi sorbitol dalam lensa.
Sejalan dengan sorbitol, fruktosa juga terbentuk pada lensa dengan kadar
tinggi glukosa. Bersamaan, kedua gula tersebut meningkatkan tekanan osmotik di
dalam lensa dan menarik air. Pada mulanya pompa tergantung energi pada lensa
mampu mengkompensasi, tetapi akhirnya kemampuan tersebut terlewati. Hasilnya
adalah pembengkakan serat, rusaknya arsitektur sitoskeletal normal dan
kekeruhan lensa.1,2,8
16
lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada
anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis
lensa. Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air
dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,
sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang.
Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran
melihat dekat 21 (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami
katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan
tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata
nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk
menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat
mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi
kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti diabetes melitus, obat
tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan
alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata.5
Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,
klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison,
neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan
penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan
lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata. Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama1,2,3,5
17
3.6 Klasifikasi Katarak
Jenis- jenis katarak terbagi atas:5
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.
Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin kabur.
2. Katarak anak- anak (katarak Juvenil)
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak congenital : Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat : Yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,
baik tumpul maupun tembus. Penyebab lain adalah uveitis, infeksi mata
didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing
dilensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segerasetelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul
lensamenyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum
masukkedalam struktur lensa.5
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub
kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-
penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak
adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan
pelepasan retina.
18
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi.Banyak kasus pada tahun 1930-an
sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk
menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama,
baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan
kekeruhan lensa. 7. Katarak ikutan Katarak ikutan menunjukkan
kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang terserap
sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.4,5
19
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.4,5,6
20
lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai
mobil pada siang hari.5,6
Katarak senilis, dikenal 4 stadium yaitu: insipiens, matur, imatur, dan
hipermatur.
Insipiens Matur Immature Hipermatur
Kekeruhan Ringan Seluruh Sebagian Masif
Cairan lensa Normal Normal Bertambah Berkurang
Iris Normal Normal Terdorong Tremulans
Bilik mata Normal Normal Dangkal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Normal Sempit Terbuka
mata
Shadow test Negative Negative Positif Pseudopositif
Penyulit - - Glaucoma Uveitis,
glaucoma
21
dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi).4
Tatalaksana katarak
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa di indikasikan apabila
penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Jika pasien
memiliki penyakit sistemik / yang menjadi etiologi katarak, maka penyakit
tersebut harus dihentikan / di perlambat dengan kontrol pengobatan
- Mengobati dan mengontrol diabetes mellitus
- Penghentian pemakaian obat kataraktogenik (kortikosteroid,
phenothiazine, miotic.
- Meningkatkan kemampuan penglihatan penderita katarak imatur dan
katarak insipien.
Indikasi pembedahan pada katarak senilis :
- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun
visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan
menjadi tenang.
- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat menimbulkan penyulit.
- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan
sehari-hari atau visus < 6/12.
- Indikasi kosmetik untuk mendapatkan pupil berwarna hitam.
Terapi pembedahan :
1. ICCE (Intra Capsuler Cattharact Extraction)
22
Gambar 3.4. ICCE
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK
dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini
dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK.
Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah
diputus.2
a. Keuntungan :
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe,
forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.
23
Gambar 3.5. ECCE
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nucleus dan
korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini
umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga
sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada
tempat-tempat dimana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini
membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan
utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular Lens (IOL) dipasang
untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan
untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii
yang rapuh.2
a. Keuntungan :
1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
2. Karena kapsul posterior utuh maka :
- Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi
- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus
dengan iris dan kornea .
24
- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara
aqueous dan vitreus
- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan
endofthalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
Macam tipe ECCE
a. Fakoemulsifikasi
25
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses
penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang
relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya
mengontrol kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.5
b. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil. Di Negara berkembang, teknik ini lebih dipilih karena
biaya lebih murah, teknik lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk dilakukan dan
mempunyai aplikasi yang lebih luas, sesudah di ekstraksi katarak mata tak
mempunyai lensa lagi,tanda-tanda nya adalah bilik mata depan dalam, iris
tremulan dan pupil hitam:
- Menggunakan lensa kontak
- Menggunakan kaca mata afakia, kacamata tebal, berat dan tidak nyaman
Persiapan operasi :
Terlebih dahulu lakukan informed consent
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar, periksa bilik mata depan dengan slit lamp.
Fungsi retina
2. Keadaan umum/sistemik
Pemeriksaan kesehatan Umum
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan,
waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Setelah itu pemberian antibiotic topical, menurunkan tekanan
bola mata, menjaga pupil tetap dilatasi.
26
Perawatan pasca operasi :
1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi
mata yang baru dioperasi, dan mengejan keras.
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi
(afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D
untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi.
Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S+3D.
3.10 Komplikasi
1. Komplikasi Preoperatif
- Kecemasan dapat diberikan obat anxiolitik seperti diazepam 2-5 mg
sesaat sebelum tidur
- Mual dan gastritis, dapat menderita karena obat yang diberikan
sebelum tindakan operasi seperti acetazolamide, glycerol serhingga
dapat diberikan antasida untuk meredakan gejalanya
- Konjungtivitis iritan atau alergi, terjadi karena obat topical antibiotic
yang diberikan sebelum tindakan operasi sehingga operasi harus
ditunda hingga 2 hari dan dilakukan penghentikan obat itu.
- Abrasi kornea, karena Pengukuran tonometry yang salah, sehingga
perlu diberikan antibiotic ointment dan tindakan ditunda selama 2 hari
27
- Perdarahan subkonjungtiva kadang terjadi namun tidak perlu tindakan
lebih lanjut
- Dislokasi dari lensa secara spontan terutama pasien dengan zonule
yang lemah dan telah degenerasi terutama pada katarak hipermatur.
28
4. Komplikasi pemasangan IOL
3.11 Prognosis
Jika tanpa penyakit mata lain sebelumnya yang mempengaruhi hasil secara
signifikan seperti degenerasi macula atau atrofi saraf optic, standar ECCE yang
behasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis yang
sangat menjanjikan, mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen chart. Jika ada
faktor resiko seperti diabetes mellitus dan retinopati diabetic akan memperburuk
prognosis.
29
BAB III
ANALISA KASUS
30
Pada pasien ini perilaku kesehatan keluarganya cukup baik begitu juga
lingkungan sekitar yang baik. Sehingga tidak ada hubungan antara diagnosis
penyakit dengan perilaku kesehatan dan lingkungan sekitar.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33