TUGAS 3
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOIDA
Ekstrak Psidium guajava
Disusun Oleh :
Hendri Bagus Saputra
201510410311187
Farmasi E
2. Dasar Teori
a. Klasifikasi Tanaman
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat,
pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini banyak ditanam sebagai
pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-
1.200 m dpl. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.
Secara botanis tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Nama Lokal : Jambu Biji
b. Morfologi Tanaman
Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan banyak. Batangnya
berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua
licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi
rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna
hijau. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna
putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau
kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih
kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil. Keras,
berwarna kuning kecoklatan.
e. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sedian kental yang di peroleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisa nabati atau simplisa hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI Dirjen
POM, 2000).
Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 2005) :
1) Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan dapat
dituang.
2) Ekstrak kental adalah sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang.
Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya kandungan ainya menyebabkan
ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.
3) Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi dan mudah dituang. Sebaiknya
memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
4) Ekstrak cair, ektrak yang dibuat sedemikian sehingga 1 bagian simplisa sesuai dengan 2
bagian ekstrak cair.
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat pada simplisa.
Ragam ekstraksi yang tep[at sudah tentu bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan
tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Umumnya kita perlu
membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis
(Harbone, 1996). Karena didalam simplisa mengandung senyawa aktif yang berbeda – beda,
sehingga metode didalam penarikan senyawa aktif didalam simplisa harus memperhatikan
faktor seperti : Udara, suhu, cahaya, logam berat. Prosesekstraksi dapat melalui tahap
menjadi : pembuatan serbuk, pembasahan, penyariran, dan pemekatan (depkes RI Dirjen
POM, 2000).
f. Golongan Seyawa
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat warna
kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mem- punyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu
rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau neoflavonoid.Senyawa-senyawa
flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari
sistem 1,3-diarilpropana.Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak
ditemukan dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa
flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari
struktur tersebut.Penggolongan flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen dan
perbedaan distribusi dari gugus hidroksil
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gu gus hidroksil yang
tidak tersub stitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau campuran dari
pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan
( Rijke, 2005).
g. Skrinning Flavanoida
Banyak reagen yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dari flavonoid,
meskipun beberapa juga akan bereaksi positif dengan senyawa polifenol. Reagen yang biasa
digunakan adalah :
• Shinoda Test, yaitu dengan menambahkan serbuk magnesium pada ekstrak sampel dan
beberapa tetes HCl pekat, warna orange, pink, merah sampai ungu akan terjadi pada senyawa
flavon, flavonol, turunan 2,3-dihidro dan xanton. Penggunaan zinc sebagai pengganti
magnesium dapat dilakukan, dimana hanya flavanonol yang memberikan perubahan warna
merah pekat sampai magenta, flavanon dan flavonol akan memberi warna merah muda yang
lemah sampai magenta.
• H2SO4(p), flavon dan flavonol akan memberikan perubahan larutan kuning pekat.
Kalkon dan auron menghasilkan larutan berwarna merah atau merah kebiru-biruan. Flavanon
memberikan warna orange sampai merah.
• NaOH 10% , menghasilkan larutan biru violet .
• FeCl3 5% telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasi
• senyawa fenol, tetapi tidak dapat digunakan untuk membedakan macam-macam golongan
flavonoid. Pereaksi ini memberi warna kehijauan, warna biru, dan warna hitam-biru
(Robinson, 1995).
4. Prosedur Kerja
a. Preparasi sampel
1) 0,3 gram ekstrak dikocak dengan 3 ml n-heksana berkali-kali dalam tabung reaksi
sampai ekstrak n-heksan tidak berwarna.
2) Residu dilarutkan dalam 20 ml etanol dan dibagi menjadi 4 bagian, masing-masing
disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC dan IIID.
b. Reaksi Warna
1) Uji Bate-Smith dan Metcalf
a) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambah 0,5 ml HCl pekat dan diamati
perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan di atas penangas air dan
diamati lagi perubahan warna yang terjadi.
b) Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukan adanya
senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko)
2) Uji Wilstater
a) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambahkan 0,5 ml HCl pekat dan 4
potong magnesium
b) Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2 ml air suling,
kemudian ditambah 1 ml butanol.
c) Diamati warna yang terjadi di setiap lapisan. Perubahan warna jingga
menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adabya flavonol, merah
tua menunjukkan adanya flavonon.
c. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1) Larutan IIID ditotolkan pada fase diam.
2) Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : Lapisan tipis selulosa (diganti Kiesel Gel 254)
Fase gerak : Kloroform : aseton : asam formiat (6:6:1)
Penampakan noda : - pereaksi sitrat borat atau
- uap ammonia atau
- asam sulfat 10%
3) Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning intensif.
4) Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia akan hilang secara perlahan ketika
amonianya menguap meninggalkan noda.
5) Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh pereaksi sitrat-borat sifatnya
permanen.
5. Skema Kerja
a. Preparasi sampel
Tambahkan n-heksan
berkali – kali dalam
tabung reaksi hingga
ekstrak n-heksan
tidak berwarna.
b. Reaksi Warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
+ 0,5 ml HCl
pekat, amati
perubahan
warna yang
terjadi
+ 0,5 ml Amati
HCl pekat perubahan
& serbuk warna
magnesium yang
terjadi
Larutan IIIC
Amati perubahan
warna dan lapisan + 1ml
yang terjadi butanol
+ 2ml air
suling
c. KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
Larutan IIID
ditotolkan
pada plat
KLT
Dieluasi dalam chamber