DESAIN MODELLING
Blog ini tentang pembahasan yang berkaitan dengan desain modeling baik itu tentang pengukuran, pemodelan dan
process manufaktur
Turbin uap bertingkat dengan kondensasi dalam satu rumah bekerja menurut “proses
tekanan sama” dengan roda turbin sendiri-sendiri tetapi masih tetap dalam satu poros. Selain itu
untuk turbin uap yang dibuat dengan menggunakan “proses tekanan lebih”, rotornya terdiri atas
sebuah tromol yang dilengkapi dengan sudu-sudu. Turbin uap terdiri dari rotor dan rumah turbin,
yaitu sebagai berikut :
a. Rotor Turbin (gambar 1)
1. Penggerak Pompa Oil Utama dan Regulator
Di kanan kedua titik adalah : baut penutup cepat (over speed trip) bila
terjadi kemungkinan putaran rotor turbin sampai lebih besar dari pada yang telah
ditentukan (over speed), maka peralatan ini akan bergerak keluar dan dengan melalui
sistem pemindahan tuas uap yang masuk ke dalam turbin bisa di kurangi (kedua baut
tersebut adalah untuk pengaman)
2. Bantalan tekan dan bantalan dukung dari rotor turbin
3. Tabung Paking Poros
Dengan adanya Paking Labirin kebocoran uap melalui celah antara poros dan
rumah turbin yang bebas dari singgungan atau geseran bisa dikurangi dengan sangat
atau dibendung, tetapi kerugian kebocoran ini tetap tidak bisa dihindari.
4. Tingkat Pertama
Disini uap baru setelah melalui nozel laval menggerakan roda curtis dengan 2
sudu jalan.
5. 11 tingkat turbin, yang masing-masing dengan rod aturbn sendiri-sendiri. Bagian ini
bisa disebut sebagai bagian turbin tekanan tinggi.
6. 4 tingkat turbin tekanan rendah dengan pertambahan panjang sudu yang sangat
besar.
7. Uap dari sebelah pinggir tabung paking poros bagian tekanan tinggi diambil dan
dialirkan ke tabung paking tingkat tekanan rendah untuk dipakai sebagai uap
perintang.
8. Tabung paking tingkat tekanan rendah, disebelah kiri tabung ini terdapat tekanan
kerendahan (kurang dari 1 bar). Dengan dialirkannya uap perintang maka udara luar
sekitar turbin terhalang tidak terhisap masuk kedalam saluran uap bekas.
9. Bantalan dukung penghantar.
10. Kopling
Di luar adalah peralatan untuk memutar poros. Setelah turbin berhenti dan
sebelum dioperasikan rotor turbin yang besar yang bekerja dengan temperatur uap
yang tinggi, diputar dengan pelan-pelan supaya bagian-bagian turbin bisa dipanaskan
dengan merata.
11. Bantalan dukung generator
1. Menurut arah aliran uap memasuki turbin, maka turbin uap dibagi atas turbin :
a. aksial, dan
b. radial
2. Menurut prinsip kerjanya, maka turbin uap dapat di bagi atas :
a. turbin aksi, dan
b. turbin reaksi
3. Menurut sistem kerjanya, maka turbin uap dapat di bagi atas :
a. Turbin impuls dengan tingkat tekanan dan velositas tunggal, sistem ini diterapkan
pada turbin De laval.
b. Turbin impuls dengan tingkat tekanan tunggal dan tingkat velositas ganda (kompon),
sistem ini diterapkan pada turbin Curtis dengan rotor tunggal.
c. Turbin impuls dengan tingkat tekanan dan velositas ganda, sistem ini diterapkan
pada turbin Curtis dengan rotor ganda.
d. Turbin impuls dengan tingkat tekanan ganda dan satu tingkat velositas, sistem ini
diterapkan pada turbin Rateau.
e. Turbin kombinasi sistem Curtis-Rateau
f. Turbin reaksi dengan tingkat tekanan berganda dan dengan satu tingkat velositas,
sistem ini diterapkan pada turbin Parson.
g. Turbin kombinasi impuls-reaksi, sistem ini diterapkan pada turbin kombinasi Curtis-
Parson
h. Turbin reaksi dengan rotor dan putaran ganda, sistem ini diterapkan pada turbin
Ljungstrom.
4. Sesuai dengan kondisi uap meninggalkan turbin, maka turbin uap dibagi atas :
a. Turbin tekanan lawan (back pressure turbine), yaitu bila tekana uap bekas sama
dengan tekanan uap yang dibutuhkan untuk keperluan prosesing (pengolahan) pad
kegiatan (aktivitas) suatu pabrik. Turbin jenis ini tidak mengalami kondensasi uap
bekas, jadi disebut juga sebagai turbin non-kondensasi (non-condensing stam turbin).
Turbin tekanan lawan bisa saja dari jenis impuls atau reraksi, yang terdiri dari turbin
uap merek Stork dari jenis Rateau dari 7 tingkat tekanan.
b. Turbin kondensasi langsung (straight condensing turbine), adalah turbin uap yang
beroperasi dengan mengkondensasikan uap bekasnya langsung dalam kondensor, guna
memperoleh air yang akan dipakai sebagai air pengisi ketel (feed water). Sisteem ini
dilaksanakan bila sulit untuk memperoleh air yang memenuhi syarat untuk pengisi
ketel, atau mahalnya harga air seperti yang di alami pada kapal.
c. Turbin ekstraksi dengan tekanan lawan (Extraction Back Pressure Turbine), bila
turbin beroperasi dengan uap bekas yang dipergunakan untuk keperluan ekstraksi dan
proses. Tekanan lawan (black pressure) yang lebih rendah dari tekanan ekstraksi
(extraction pressure) dapat mereduksi ekspansi uap, sehingga konstruksi turbin T.R
dpat lebih ringan.
d. Turbin ekstraksi dengan kondensasi (Extaction Condensing Turbine), beroperasi
dengan sebagian uap bekas dipakai untuk keperluan ekstraksi dan sebagian lagi untuk
penyediaan kondensat untuk air pengisi ketel (feed water).
e. Turbin kondensasi dengan ekstraksi berganda (Double Extaction Condensing
Turbines), adalah jenis turbin kondensasi dengan tekanan ekstraksi berganda. Uap
bekas dari turbin dipakai untuk kebutuhan beberapa tingkat ekstraksi dan sisanya
dijadikan kondensat dalam kondensor untuk memenuhi kebutuhan air pengisi ketel
(boiler feed water).
f. Turbin Non-Kondensasi dengan aliran langsung (Staight Flow Non-Condensing
Turbine), adalah turbin uap dengan sistem aliran langsung tanpa menyuplai uap untuk
keperluan ekstraksi dan tanpa memakai kondensor, jadi uap bekas langsung di buang
ke udara luar dengan tekanan –lawan sama atau melebihi tekanan atmosfir (1 atm).
g. Turbin non kondensasi dengan ekstraksi tunggal dan berganda dua.
6. Sesuai dengan jumlah selinder, maka turbin uap dibagi atas :
a. Turbin uap bersilinder tunggal (single-cylinder steam turbine).
b. Turbin bersilinder ganda dua (two cylinder steam turbin).
c. Turbin bersilinder berganda tiga (three cylinder steam turbine).
d. Turbin bersilinder empat (four cylinder steam turbine).
7. Sistem pemanasan ulang uap, maka turbin uap dibagi atas :
a. Turbin uap dengan pemanasan ulang tunggal (single reheat Turbine).
b. Turbin uap dengan pemanasan ulang ganda (double reheat Turbine).
8. Berdasarkan pada lingkungan pengoperasiannya, maka turbin uap terbagi atas dua
macam, yaitu :
a. Turbin darat (industrial turbine), yang dioperasikan pada PLTU untuk penggerak
generator listrik dan keperluan industrial.
b. Turbin kapal (marine steam turbine), yang dioperasikan pada kapal-kapal dagang dan
kapal-kapal perang.
Karena Turbin uap maka turbin bekerja dengan menggunakan tenaga uap. Mula-
mula uap baru yang betekanan masuk kedalam pipa pemancar dan kemudian keluar. Karena
turbin ini merupakan turbin tekanan rate (aksi) maka tekanan uap yang kelua dari sudu jalan
sama. Oleh karena berkurangnya uap di dalam pipa pemancar maka terjadi pengembangan
uap, yakni kecepatan uap akan betambah.
D. Jenis Gangguan ( Trouble Shooting ), Kerusakan Turbin Uap 43 Pada Boiler House ( BH )
43
Turbin uap bekerja pada putaran yang tinggi, sehingga sering kali mengalami
kerusakan. Adapun jenis gangguan yang sering terjadi di antaranya :
1. Metal Bearing Aus
2. Carbon Ring bocor ( aus ).
3. Spring – spring Carbon Putus, Kendor ( lemah ).
4. Shaft / Poros Rotor Aus.
5. Valve Bocor, dll
Hal-hal tersebut diatas sering terjadi karena peralatan pada turbin tersebut sudah
tidak layak pakai. Namun selain itu Faktor Pengoperasian (SDM) juga tidak terlepas.
Karena apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami tentang prosedur
mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga turbin bisa rusak sebelum
waktunya.
E. Analisa Kerusakan pada Metal Bearing
Metal Bearing berfungsi untuk menahan poros rotor agar tidak terjadi getaran /
vibrasi sehingga turbin dapat bekerja dengan baik. Karena bearing metal berhubungan
langsung dengan Shaft Rotor yang berputar dengan berkecepatan tinggi sehingga sering
mengalami keausan antara rotor dengan Bearing. Adapun menganalisa kerusakan Metal
Bearing pada turbin uap yaitu sebagai berikut :
Adapun masalah yang menyebabkan Metal Bearing bisa rusak/aus adalah sebagai
berikut :
1. Faktor usia pakai.
Faktor usia pakai turut berperan karena kebanyakan peralatan yang dibuat
manusia memiliki batasan umur. Sehingga apabila umur dari benda tersebut sudah tua
maka tidak layak pakai lagi dan mesti diganti.
2. Kurangnya Pelumasan.
Peran Pelumas sangatlah penting karena di dalam turbin rotor berputar dengan
cepat. Sehingga menimbulkan panas dan bisa mengakibatkan Metal Bearing pecah dan
bahkan Shaft rotor bisa patah.
3. Rotor tidak balance.
Apabila rotor tidak balance maka besar kemungkinan Metal Bearing akan cepat
mengalami kerusakan.
4. Bahan Metal Jelek.
Bahan metal juga bisa menentukan lama tidaknya bearing bertahan, sehingga
bahan yang digunakan haruslah benar-benar tepat.
5. Faktor Pengoperasian.
Apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami tentang prosedur
mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga turbin bisa rusak sebelum
waktunya.
6. Terjadi Benjolan pada Oil Ring / Oil Ring Lonjong
Apabila terjadi benjolan pada oil ring maka oil ring tidak bisa berputar
dengan lancar, sehingga peluamasan pada Metal Bearing tidak sempurna.
Salah satu penyebab Metal Bearing rusak / aus diantaranya karena Shaft Rotor tidak
balance. Hal ini bisa disebabakan karena sebagai berikut :
1. Faktor usia pakai.
Faktor usia pakai turut berperan karena kebanyakan peralatan yang dibuat
manusia memiliki batasan umur. Sehingga apabila umur dari benda tersebut sudah tua
maka tidak layak pakai lagi dan mesti diganti.
2. Faktor Pengoperasian.
Apabila operator tersebut tidak mengerti dan memahami tentang prosedur
mengoperasikan turbin maka mereka akan sering lalai, sehingga turbin bisa rusak sebelum
waktunya.
3. Bahan Shaft.
Bahan metal juga bisa menentukan lama tidaknya bearing bertahan, sehingga
bahan yang digunakan haruslah benar-benar tepat (sesuai design).
4. Kotoran yang terdapat pada Sudu – Sudu.
Kotoran yang terdapat pada Sudu-sudu bisa menempel pada shaft dan masuk ke
dalam celah antara bearing dengan shaft karena terbawa uap yang bergerak di dalam
turbin.
5. Lama tidak di Operasikan / di Stop.
Karena turbin sudah lama tidak bekerja maka akan terjadi perubahan struktur
logam pada rotor.
Harian 1. Cek semua paras oli dan tambah bila perlu.
2. Periksa temperatur bantalan dan oli lubrikasi.
3. Cek putaran tubin.
4. Periksa kelancaran operasional, serta selidiki perubahan
kondisi operasional yang sekonyong-konyong atau
kebisingan yang tidak biasa.
5. Jika dilakukan shut down secara harian, tes katup trip
dengan jalan menurunkan tangkai trip tangan.
Mingguan 1. Coba katup trip untuk mencegah terjadinya capuk karena
endapan atau korosi. Jika pada suatu skedul operasi yang
berkesinambungan, coba katup trip dengan menurunkan
lengan trip tangan. Setel kembali jika putaran turbin
menurun mendekati 80 % putaran yang diizinkan ( rated
speed ).
Bulanan 1. Periksa sampel oli lubrikasi dan bila perrlu diperbaharui.
2. Periksa sambungan governor untuk ruang main yang
berlebihan ganti bagian yang rusak.
3. Periksa trip kecepatan lebih, dengan menaikkan putaran
turbin, jika beban dibebaskan.
Tahunan 1. Ukur semua clearance dan stel.
2. Bongkar dan bersihkan strainer uap jika strainer luar biasa
kotornya, bersihkan setiap enam bulan.
3. Periksa katup governor dan dudukan katup. Tutup katup
dengan tangan, jika menandai tidak rata karena aus, ganti
paking tangkai katup governor.
4. Bersihkan dan periksa katup trip ganti bagian-bagian yang
rusak dan bila perlu lakukan hand lap.
5. Uraikan, bersihkan dan periksa trip kecepatan lebih dan
sambungannya.
6. Cek bantalan dukung dan bantalan rotor, jika aus ganti.
7. Periksa dan bersihkan reservoir oli rumah bantalan dan
ruang pendingin.
8. Angkat katup rumah turbin dan periksa poros rotor, cakra,
sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak serta tutupnya (
shroudig system )
9. Periksa cincin karbon, dan ganti bila perlu.
10. Pindahkan rakitan rotor ( rotor assembly ) dari rumah
turbin dan periksa ring nozel, dan sudu-sudu pemandu (
pada turbin curtis ).
11. Periksa kerja katup pengawal ( sentrel valve ).
12. Atur dan cek trip kecepatan lebih, bila turbin dioperasikan
kembali.
4 comments:
Reply