Anda di halaman 1dari 5

4-A Sri Lestari : 04.1.17.

0929

A. Kapasitas Daya Tampung dan Komponen Daya Dukung

Daya dukung lingkungan hidup adalah keseimbangan antara penggunaan dan


ketersediaan sumberdaya oleh makhluk hidup termasuk manusia didalamnya guna
menyokong kehidupan (Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup). Daya dukung lingkungan adalah kemapuan lingkungan
dalam memproduksi barang dan jasa yang diinginkan dari sumberdaya (alam) yang
terbatas, yang secara bersamaan mampu menjaga kualitas sumberdaya cadangannya.
Untuk suatu sistem terbuka dimana sistem tersebut mampu menyediakan sumberdaya
(bahan mentah, barang dan jasa) dan mampu pula menghasilkan produksi dan menampung
limbah hasil proses produksi, (Asdak dan Hilmi, 2006). Dalam konteks ekologi, daya dukung
lingkungan diartikan sebagai kemampuan ekosistem menyediakan sumberdaya dan jasa
kepada manusia atau komunitas.
Daya tampung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk menampung zat
energi dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukan kedalamnya (Hadi, 2014).
Pertumbuhan populasi akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhannya.
Jika pertumbuhan populasi telah melewati batas kemampuan sumberdaya menyediakan
sumber daya, maka populasi akan berkompetisi dalam memenuhi kebutuhan sumberdaya
(SD). Kapasitas Carrying Capacity dibedakan atas:
1. Carrying Capacity Maksimum, penggunaan sumberdaya maksimal dan over capacity
pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan populasi.
2. Carrying Capacity Subsistem, penggunaan sumberdaya over capacity dari
kemampuan menerima sumberdaya tetapi tidak melewati batas kempauan populasi.
3. Carrying Capacity Suboptimum, kebutuhan rata-rata populasi berada dibawah
kemapuan sumberdaya yang ada.
4. Carrying Capacity Optimum, apabila kebutuhan rata-rata populasi masih dibawah
kapasitas daya tampung sumberdaya.

1 Pelestarian Sumberdaya Lahan Pertanian Berkelanjutan


4-A Sri Lestari : 04.1.17.0929

Gambar 1. Carrying Capacity Indicator (Rolasisasi, 2007)

Berdasarkan kajian Ekologi, Carrying capacity diartikan sebagai kemampuan


lingkungan untuk menyediakan sumberdaya dan pelayanan yang diberikan oleh lingkungan
tersebut untuk mendukung populasi atau komunitas yang ada di dalam lingkungan tersebut.
Keterbatasan lingkungan dalam mendukung populasi yang ada di dalamnya tergantung
pada tiga faktor, yaitu:
1. Ketersedian (stok) sumberdaya dalam lingkungan,
2. Besaran Populasi/ komunitas, dan
3. Besaran sumberdaya yang manfaatkan oleh individu dalam suatu komunitas.

Carrying capacity merupakan aspek penting dalam pengembangan dan


pembangunan wilayah. Hal ini terkait dengan pemanfaatan ruang suatu wilayah. Bentuk
hubungan antara penyedia ruang dan pengguna ruang, dapat berupa struktur dan jenis
yang luasan dan bentuk fisik ruangnya. Komponen supply dibentuk oleh lingkungan fisik
alam dan binaan, sedangkan komponen demand dibentuk oleh aktifitas yang dilakukan
manusia di dalamnya

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa daya dukung lingkungan


adalah kombinasi daya dukung komponen fisik, komponen produksi dan komponen
ekologis. Batasan-batasan dalam carrying capacity dipandang sebagai suatu arahan
pengendalian dalam interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya
yang melibatkan perputaran sumberdaya alam (resource flows). Oleh sebab itu dilakukan
penentuan kriteria carrying capacity dari sisi supply dan demand. Sisi supply adalah
kemampuan fisik sumberdaya alam, sedangkan sisi demand adalah penggunaan
sumberdaya alam saat ini

2 Pelestarian Sumberdaya Lahan Pertanian Berkelanjutan


4-A Sri Lestari : 04.1.17.0929

B. Studi Kasus I : Program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE)

Berdasarkan pada studi kasus MIFEE simpulan yang didapatkan penulis pada hasil
mentelaah jurnal adalah sebagai berikut :
I. Daya Dukung MIFEE, Krisis energi dan pangan pada tahun 2008 membuat
ketahanan pangan dan energi menjadi isu penting dalam pembangunan
Internasional, tak terkecuali Indonesia. Untuk merespon dan menangani gejolak
krisis pangan tersebut, pada Agustus 2010 pemerintah Indonesia merumuskan
sebuah progam pengembangan pangan sekala luas (food estate) yang dimaknai
sebagai upaya pembangunan ketahanan pangan. Bentuk realisasi dari food estate
adalah Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE). Dalam
perencanannya, MIFEE diarahkan kepada sistem agribisnsis yang berakar kuat di
pedesaan berbasis pemberdayaan masyarakat adat/lokal dan sistem kemitraan
berdasarkan prinsip kesetaraan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Namun dalam pelaksanaanya MIFEE mengalami sekian hambatan dan masalah.
Permasalahan mulai muncul seiring dengan Pengkaplingan maupun pemerataan
lahan masyarakat adat oleh korporasi. Sikap resisten dan penolakan mulai muncul
antara masyarakat terhadap perusahaan, masyarakat terhadap pemerintah
(birokrasi) dan sesama masyarakat.
II. Daya Tampung MIFEE, sebagai respon untuk menangani gejolak krisis pangan
yang terjadi di tingkat global maupun lokal, pada Agustus 2010 pemerintah Indonesia
merumuskan sebuah progam pengembangan pangan sekala luas (food estate) yang
dimaknai sebagai upaya pembangunan ketahanan pangan. Food estate adalah
sebuah program pembangunan berupa usaha kegiatan budidaya tanaman skala luas
(>25 ha) yang dilakukan dengan konsep pertanian sistem industrial berbasis
ilmupengetahuan dan teknologi, modal serta organisasi dan manajemen modern.
Menurut Menteri Pertanian pada masa jabatan Bapak Suswono, arah
pengembangan food estate adalah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional,
termasuk memasok kebutuhan ekspor. Pemerintah menjanjikan fasilitas khusus
untuk investor yang akan mengembangkan food estate, seperti fasilitas fiskal dan
non fiskal, tax holiday, perijinan, dan sebagainya.
Dengan motto, feed Indonesia feed the world, program food estate pada akhirnya
diharapkan dapat mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negeri lumbung
pangan dunia atau pusat logistik global, memperkuat ketahanan pangan nasional,
sekaligus menyokong pertumbuhan ekonomi melalui aktivitas pemasokan kebutuhan
ekspor. Progam food estate di Indonesia pertama kali direalisasikan ke dalam
kebijakan dengan nama Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE).

3 Pelestarian Sumberdaya Lahan Pertanian Berkelanjutan


4-A Sri Lestari : 04.1.17.0929

MIFEE adalah sub pembangunan dari mega proyek yang bernama Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau biasa disebut
MP3EI.
Apabila melihat kinerja MIFEE di lapangan, bisa dikatakan MIFEE adalah wujud dari
model modernisasi sektor pertanian dalam wujudnya yang paling mutakhir namun
tanpa esensi pembangunan. Benturan antara masyarakat adat dan perusahaan tidak
bisa dihindari, dan akhirnya berujung konflik. Penempatan tanah sebagai komoditas
dan sekaligus alat produksi ke dalam sistem kapitalisme disertai dengan praktik-
praktik accumulation bydispossession, pada akhirnya memicu hadirnya konflik-konflik
dalam kerangka sosial dan lingkungan pada masyarakat diarea pengembangan
MIFEE.
Dalam koridor Papua-Maluku inilah terdapat proyek yang bernama Merauke
Integrated Food and Energy Estate atau MIFEE. Dalam dokumen masterplan
Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional (KSPPN) Merauke Kementerian
Koordinator Perekonomian, lahan pertanian yang digunakan untuk MIFEE seluas 1,2
juta hektar. Pemerintah mentargetkan pada tahun 2019 wilayah ini akan
menghasilkan 1.95 juta ton beras, 64.000 sapi, 2,5 juta ton gula, 167.000 ton kedelai,
jagung 2.02 juta ton, 937,000 ton minyak sawit mentah pertahun. Tidak hanya untuk
menjawab tantangan pemenuhan ketahanan pangan, MIFEE juga diharapkan dapat
menjadi pusat pengembangan ketahanan energi. Namun tetap pengembangan
pangan menjadi prioritas utama. Senada dengan food estate, MIFEE juga dirancang
dengan manajemen pertanian modern dengan penggunaan lahan yang sangat luas.

C. Studi Kasus II : Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan Perumahan
Kota Cimahi

Berdasarkan pada studi kasus Kota Cimahi simpulan yang didapatkan penulis pada
hasil mentelaah jurnal adalah sebagai berikut :
I. Kependudukan, dari hasil analisis penduduk yang dilakukan bahwa dari tahun 2010-
2014 penduduk cimahi dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi berada pada
Kecamatan Cimahi selatan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 2,07 %.
Adapun secara keseluruhan pertumbuhan penduduk Kota Cimahi sebesar 1,7 %
dalam kurun waktu 5 tahun. Jumlah penduduk di Kota Cimahi mengalami
perkembangan yang cukup tinggi hingga tahun 2035 menjadi 775.487 jiwa dengan
kepadatan sebesar 191 jiwa/ha dan dapat dikategorikan sedang. Jumlah ini
meningkat 46 jiwa/ha jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk pada tahun

4 Pelestarian Sumberdaya Lahan Pertanian Berkelanjutan


4-A Sri Lestari : 04.1.17.0929

2014 yang memiliki jumlah penduduk sebesar 579.015 jiwa dan kepadatan penduduk
sebesar 143 jiwa.
II. Daya Dukung Lahan Pertanian, berdasarkan hasil analisis tersebut bahwa daya
dukung lahan perumahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
perumahan di Kota Cimahi dengan klasifikasi leluasa sebesar 3.054,64 ha tersebar
di seluruh kecamatan. Kesesuaian lahan potensial untuk pengembangan permahan
hanya tersedia lahan sebesar 366,76 ha dari luas wilayah Kota Cimahi sebesar
4.052,88 ha.
III. Daya Tampung Lahan Perumahan, daya tampung rumah maksimal di Kota Cimahi
dengan luas lahan potensial perumahan sebesar 256,73 ha dari 70% kesesuaian
lahan perumahan 366,76 ha hanya dapat menampung sebanyak 25.257 unit dengan
daya tampung penduduk sebesar 101.028 jiwa. Daya tampung penduduk di Kota
Cimahi untuk 20 tahun ke depan sudah tidak dapat mencukupi, hal tersebut diketahui
terdapat selisih antara daya tampung maksimal dengan proyeksi penduduk 2035
sebesar -95.442 jiwa dan hanya dapat menampung hingga tahun 2020.

Referensi :
Fansuri, Fahri. 2017. Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan Perumahan: Studi
kasus Kota Cimahi. http://repository.unpas.ac.id/28483/1/01%20COVER.pdf. Diakses
02 Desember 2020.

Nasrulloh, Mohammad Habib. 2016. Tinjauan Kritis Implementasi Food Estate dalam
Marauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE).
file:///C:/Users/homa/Downloads/Mohammad%20Habib%20Nasrulloh%20-
%20120910101064_.pdf. Diakses 02 Desember 2020.

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.https://www.walhi.or.id/wp-content/uploads/2018/07/uu-32-tahun-2009-ttg-
perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-hidup.pdf. Diakses 02 Desember 2020.

5 Pelestarian Sumberdaya Lahan Pertanian Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai