Anda di halaman 1dari 5

FishtecH ± Jurnal Teknologi Hasil Perikanan

ISSN: 2302-6936 (Print), (Online, http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/fishtech)


Vol. 4, No.2: 179-183, November 2015

Analisis Korelasi Harga dan Mutu Kimiawi Kerupuk


di Pasar Tradisional Cinde Palembang
Correlation Analysis Beetwen Price and Chemical Quality of Fish Crackers at Cinde Market Palembang
Amri Winata, Kiki Yualiati*), Siti Hanggita
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir 30662 Sumatera Selatan
Telp./Fax. (0711) 580934
*)
Penulis untuk korespondensi: kiki_yulianti@yahoo.co.id.

ABSTRACT
The objective of research was to determine the characteristics of the chemical quality of fish
crackers and see the correlation between price and quality crackers from several price ranges. Research
methods in this study using descriptive methods. The parameters observed in this research is chemical
analysis include, water content, ash content, fat content, protein content, carbohydrate content and
levels of Borax. Not found crackers containing borax. Based on the analysis of the correlation
between the price of crackers with chemical quality is obtained that only ash content correlated with
´Uµ .84.
Keywords: Correlation, fish crackers

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menentukan karakteristik kualitas kimia kerupuk ikan dan melihat
korelasi antara harga dan kerupuk kualitas dari beberapa rentang harga. Metode penelitian dalam
penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah
analisis kimia meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kandungan karbohidrat dan
tingkat boraks. Tidak ditemukan kerupuk mengandung boraks. Berdasarkan analisis korelasi antara
harga kerupuk dengan kualitas kimia diperoleh bahwa hanya kadar abu berkorelasi dengan "r" = 0,84.
Kata kunci: Kerupu ikan, korelasi

PENDAHULUAN setelah dicampur dengan bahan-bahan lain


(Afrianto 1989).
Sumber daya perairan Provinsi
Salah satu makanan hasil olahan dari
Sumatera Selatan memiliki potensi yang
ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan
cukup besar dan merupakan modal
kering dengan bahan baku ikan dicampur
pelaksanaan pembangunan kelautan dan
dengan tepung tapioka ini merupakan
perikanan. Potensi tersebut memiliki nilai
makanan khas Kota Palembang yang
ekonomis yang juga cukup tinggi bagi
digemari masyarakat karena rasanya yang
masyarakat. Potensi perairan yang dimiliki
enak dan gurih. Selain rasa yang enak,
oleh Sumsel adalah potensi perairan umum,
kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat
perairan payau dan perairan laut.
gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Upaya pemanfaatan sumber daya
Untuk mendapatkan makanan seperti yang
perikanan tersebut adalah dengan melakukan
diinginkan maka sering pada proses
kegiatan pengolahan ikan yang merupakan
pembuatannya dilakukan penambahan
mata rantai industri perikanan. Terdapat
´%DKDQ 7DPEDKDQ 3DQJDQ %73 µ \DQJ
bermacam-macam usaha pengolahan ikan
disebut zat aktif kimia (food additive)
mulai dari usaha tradisional sampai usaha
(Widyaningsih 2006).
modern telah beroprasi. Usaha pengawetan
Penggunaan bahan kimia tersebut
ikan ini tidak hanya sebatas pada pengolahan
dikhawatirkan bukan ditujukan untuk
menjadi produk yang masih berbentuk ikan,
makanan, justru ditambahkan kedalam
tetapi juga pengolahan menjadi bentuk lain
180 Winata et al.: Analisis korelasi harga dan mutu kimiawi kerupuk

makanan. Hal ini tentu saja akan sangat BAHAN DAN METODE
membahayakan konsumen (Yuliarti 2007).
Waktu dan Tempat
Dari beberapa jenis bahan kimia berbahaya
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
tersebut yang paling sering digunakan secara
April 2014 sampai dengan Mei 2014 di
bebas di masyarakat adalah boraks.
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian
Mutu produk yang tinggi merupakan
Fakultas Pertanian, Laboratorium Bioproses
syarat mutlak untuk meningkatkan
Teknik Kimia Universitas Sriwijaya
kepercayaan konsumen terhadap suatu
Inderalaya.
produk. Selain itu, kesadaran akan keamanan
pangan semakin meningkat. Oleh sebab itu
Bahan dan Alat
produsen perlu meningkatkan jaminan mutu
Bahan utama yang digunakan pada
dan keamanan pangan produk kerupuk maka
penelitian ini adalah kerupuk ikan yang
kerupuk yang dihasilkan untuk memenuhi
diambil dari penjual kerupuk yang berada di
persyaratan Standar Nasional Indonesia.
pasar tradisional Cinde Palembang. Bahan
Selain dari mutu produk, harga suatu
kimia yang digunakan untuk analisa meliputi,
produk juga berpengaruh penting dalam
aquadest, alkohol, K2SO4, HgO, H2SO4 pekat,
keputusan konsumen untuk membeli produk.
NaOH, HCl, Na2CO3, asam oksalat jenuh,
Penetapan harga yang tepat akan
NH4OH, dan ekstrak etil alkohol.
mendapatkan perhatian yang besar dari
Alat-alat yang digunakan untuk
konsumen. Jika harga yang ditetapkan oleh
penelitian, yaitu oven, muffle furnace, desikator,
produsen tepat dan sesuai dengan daya beli
Soxhlet, dan Kjeldahle.
konsumen maka pemilihan suatu produk
akan dijatuhkan pada produk tersebut.
Metode Penelitian
Produsen menetapkan harga karena berbagai
Penelitian ini menggunakan metode
pertimbangan, dimana dalam penetapan
analisis deskriptif dari data hasil analisis
harga tersebut disesuaikan juga dengan
laboratoris yang terdiri dari pengujian
kualitas produk yang ada (Purwati 2012).
kimiawi. Pengambilan sampel dilakukan
Pasar Tradisional Cinde merupakan
dengan mengambil sampel berupa kerupuk
salah satu pasar tradisional tertua di Kota
dengan tiga katagori harga dengan dua kali
Palembang. Pasar Cinde memiliki keunggulan
ulangan. Kategori sampel adalah sebagai
dari letaknya yang strategis di pusat kota.
berikut:
Berbagai jenis produk yang dijajakan, salah
satunya olahan kuliner khas Kota Palembang Kategori I = Harga kerupuk
yaitu kerupuk. Terdapat dua puluh toko yang ” Rp 30.000,- per kg
menjajakan produk kerupuk dengan berbagai Kategori II = Harga kerupuk antara
merk dan pilihan harga. Oleh sebab itu, Rp 31.000,- sampai
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Rp 50.000,- per kg
mengenai analisis korelasi harga dan mutu Kategori III = Harga kerupuk
kimiawi kerupuk di Pasar Tradisional Cinde > Rp 50.000,- per kg
Palembang serta untuk menentukan ada
tidaknya penambahan bahan tambahan dalam Parameter Pengamatan
hal ini boraks, yang dapat membahayakan Parameter pengamatan yang dilakukan
kesehatan jika terkonsumsi. pada penelitian ini adalah analisis kimiawi.
Adapun tujuan dari penelitian ini Analisis kimiawi yang meliputi, kadar air,
adalah menentukan karakteristik mutu kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar
kimiawi kerupuk ikan dalam kisaran harga karbohidrat dan uji boraks.
serta menganalisis hubungan atau korelasi
antara harga dengan kandungan kimiawi HASIL DAN PEMBAHASAN
kerupuk.
Kadar Air
Kadar air merupakan jumlah air yang
terkandung dalam bahan pangan. Kadar air

Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015


Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 181

merupakan karakteristik yang sangat penting Kadar abu kerupuk yang diperoleh
pada bahan pangan, karena air dapat pada setiap kategori harga berkisar antara
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita 2,04% sampai 3,77%, sedangkan SNI 01-
rasa pada bahan pangan (Winarno 2008). 2713-2009 mensyaratkan kadar abu tanpa
Rata-rata kadar air kerupuk sampel berkisar garam yang diijinkan adalah sebesar 1%.
antara 2,47% sampai 5,15%. Kadar air Hasil penelitian dari data analisis
terendah terdapat pada kerupuk yang berada korelasi product moment menunjukkan korelasi
pada katagori ketiga dengan harga (r) sebesar 0,840 dengan sig sebesar 0,005, hal
Rp 80.000,- per kilogram, sedangkan nilai ini menunjukkan adanya korelasi antara harga
kadar air tertinggi terdapat pada katagori dengan kadar abu dengan arah hubungan
pertama yaitu kerupuk dengan harga Rp positif.
20.000,- per kilogram. Kadar air kerupuk Korelasi yang kuat disebabkan karena
yang diperoleh pada setiap kategori harga semakin tingginya harga diikuti oleh tingginya
memenuhi SNI 01-2713-2009 yang kadar abu produk sampel. Mineral-mineral
mencantumkan kadar air maksimum kerupuk yang terkadung dalam bumbu, atau jenis ikan
sebesar 11%. yang ditambahkan dapat menjadi penyebab
Kadar air dalam bahan pangan ikut meningkatnya kadar abu tersebut. Menurut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan Suliantari (1994), peningkatan kadar garam
pangan tersebut, kadar air yang tinggi produk, akan meningkatkan kadar abu
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang produk karena garam terdiri dari ion Na+ dan
dan khamir untuk berkembang biak sehingga Cl- serta dapat menjadi prekursor abu yang
akan terjadi perubahan pada bahan pangan merupakan residu anorganik dari pembakaran
yang dapat mempercepat pembusukan bahan-bahan organik. Kadar abu dari
(Winarno 2008). kerupuk yang diuji tidak menggambarkan
Hasil pengolahan data dengan uji kadar abu tanpa garam sehingga belum dapat
korelasi Pearson Product Moment dipastikan apakah kerupuk telah memenuhi
memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara persyaratan SNI.
kadar air dengan harga adalah sebesar ²0,501.
Hal ini menunjukkan bahwa koefisien Kadar Protein
korelasi bernilai negatif. Tingkat signifikansi Protein adalah sumber asam amino
koefisien korelasi yang dihasilkan pada tabel yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan
sebesar 0,169. Dengan demikian, maka dapat N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
diambil keputusan bahwa tidak terjadi karbohidrat (Winarno 2008). Rata-rata nilai
korelasi antara harga dan kadar air. kadar protein kerupuk sampel berkisar antara
8,48% sampai 12,91%. Kadar protein
Kadar Abu tertinggi terdapat pada kerupuk kategori
Abu adalah zat anorganik sisa hasil kedua yaitu sebesar 12,91% dengan harga
pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu kerupuk Rp 40.000,- per kilogram, sedangkan
dan komposisinya tergantung pada jenis yang terendah terdapat pada kerupuk kategori
bahan dan cara pengabuan. Kadar abu ketiga dengan harga Rp 80.000,-
berhubungan dengan mineral suatu bahan. per kilogram.
(Sudarmadji 1989). Hasil analisis protein menunjukkan
Rata-rata nilai kadar abu sampel bahwa kerupuk memenuhi batas minimal
berkisar antara 1,91% sampai 4,05%. Kadar kadar protein pada SNI 01-2713-2009 yaitu
abu terendah terdapat pada kerupuk yang sebesar 6%. Sumber protein pada kerupuk
berada pada katagori satu dengan harga tergantung kepada jenis dan besarnya jumlah
Rp 20.000,- per kilogram, sedangkan nilai penambahan ikan dan juga berasal dari
kadar abu tertinggi terdapat pada katagori tepung tapioka. Kandungan protein yang
ketiga yaitu sebesar 4,05% pada harga terdapat dalam tepung tapioka sebesar 0,64%
Rp 55.000,- per kilogram. (Tahir 1985).

Winata et al.: Analisis korelasi harga dan mutu kimiawi kerupuk


182 Winata et al.: Analisis korelasi harga dan mutu kimiawi kerupuk

Hasil penelitian dari data analisis abu, protein, dan lemak meningkat, maka
korelasi product moment menunjukkan korelasi secara otomatis kadar karbohidrat menurun.
(r) sebesar -0,506 dengan sig sebesar 0,165, Adapun sumber karbohidrat yang paling
hal ini menunjukkan tidak adanya korelasi utama bersumber dari tepung tapioka.
antara harga dengan kadar protein, yang Kandungan pati pada tepung tapioka sebesar
berarti tingginya harga kerupuk tidak 98,07% (Tahir 1985).
berpengaruh terhadap kadar protein kerupuk. Hasil penelitian dari data analisis
korelasi product moment menunjukkan
Kadar Lemak korelasi (r) sebesar 0,187 dengan sig sebesar
Berdasarkan analisis kadar lemak 0,631, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
kerupuk menunjukkan bahwa rata-rata kadar korelasi antara harga dengan kadar
lemak kerupuk berkisar antara 7,55% sampai karbohidrat.
dengan 15,75%. Kadar lemak terendah
terdapat pada kerupuk kategori satu sebesar Pengujian Boraks
7,55% dengan harga Rp 25.000,- Dengan menggunakan metode Uji
per kilogram, sedangkan kadar lemak Nyala, sampel menghasilkan reaksi nyala api
tertinggi terdapat pada kerupuk kategori berwarna merah bata yang menunjukkan
ketiga sebesar 15,75% dengan harga bahwa sampel tersebut tidak mengandung
Rp 55.000,- per kilogram. bahan pengawet berbahaya boraks. Apabila
Lemak yang terkandung dalam kerupuk dengan metode nyala api menghasilkan nyala
dapat mempengaruhi daya kembang pada api yang berwarna hijau, ini menunjukkan
produk kerupuk yang dihasilkan, karena bahwa sampel tersebut mengandung boraks.
sebagian komponen lemak diadsorbsi untuk Bila suatu zat yang mengandung seyawa
membentuk lapisan lemak pada permukaan tetraborat atau asam borat dipanaskan
granula sehingga penetrasi air pada proses dengan methanol dan asam sulfat pekat
gelatinisasi terganggu. kemudian uap yang terjadi dibakar, maka
Hasil penelitian dari data analisis akan terbakar dengan nyala hijau karena
korelasi product moment menunjukkan korelasi terbentuk astermetil asam borat (B(OCH3)3)
(r) sebesar -0,02 dengan sig sebesar 0,959, hal (Kisman dan Ibrahim 1994).
ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi Penggunaan boraks sering digunakan
antara harga dengan kadar lemak. sebagai pengawet makanan. Selain sebagai
pengawet, bahan ini berfungsi pula
Karbohidrat mengenyalkan makanan. Makanan yang
Karbohidrat mempunyai peranan sering ditambahkan boraks diantaranya
penting dalam menentukan karakteristik adalah bakso, lontong, mie, kerupuk, dan
bahan makanan, misalnya rasa, warna, berbagai makanan tradisional seperti
dan tekstur. Berdasarkan hasil penelitian, ´OHPSHQJµ GDQ ´DOHQ-DOHQµ 'L PDV\DUDNDW
kadar karbohidrat by difference kerupuk daerah tertentu boraks juga dikenal dengan
berkisar antara 68,44% sampai 75,68%. sebutan garam bleng, bleng atau pijer dan
Kadar karbohidrat by difference terendah sering digunakan untuk mengawetkan nasi
terdapat pada kerupuk yang berada pada untuk dibuat makanan yang sering disebut
katagori kedua dengan harga Rp 20.000,- legendar atau gendar (Yuliarti 2007).
per kilogram, sedangkan yang tertinggi Produsen kerupuk mengenal boraks
terdapat pada katagori ketiga yaitu sebesar sebagai bleng yang berwarna kuning,
75,68% dengan harga Rp 80.000,- berbentuk padatan dalam kemasan satu
per kilogram. kilogram tanpa mengetahui bahaya yang
Metode perhitungan karbohidrat ditimbulkan karena penggunaannya. Fungsi
menggunakan analisis by difference, yaitu bleng yaitu membuat kerupuk yang mereka
pengurangan 100% dengan jumlah dari hasil hasilkan menjadi kenyal sehingga mudah bila
analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, diiris, tidak cepat rusak dan bila digoreng
dan kadar lemak, maka bila jumlah total air, menjadi garing dan renyah (Fatimah 2006).

Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015


Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 183

Sering mengkonsumsi makanan berboraks Kecamatan Dempet Kabupaten


akan menyebabkan gangguan otak, hati, Demak. [Tesis]. Semarang: Universitas
lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, Diponegoro.
boraks menyebabkan demam, anuria (tidak Kisman S, Kurnia F, Ratna KD. 1986.
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem Pemeriksaan boron (asam borat,
saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, boraks) dalam beberapa jenis
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan makanan. Acta Pharmaceutika Indonesia
ginjal, pingsan bahkan kematian 11: 53-55.
(Widyaningsih 2006). Makanan yang telah Purwati. 2012. Pengaruh harga dan kualitas
diberi boraks dengan yang tidak atau masih produk terhadap keputusan pembelian
alami, sulit untuk dibedakan jika hanya motor Honda Matic Beat. Jurnal
dengan panca indera, namun harus dilakukan Ekonomi dan Informasi Akuntansi.
uji khusus boraks di Laboratorium Riandini N. 2008. Bahan Kimia dalam Makanan
(Riandini 2008). dan Minuman. Bandung: Shakti
Adiluhung.
Sudarmaji S, Haryono B, Suhardi. 1989.
KESIMPULAN
Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
Kadar air kerupuk berkisar antara dan Pertanian. Yogakarta: Liberty.
2,47% sampai 5,15%, kadar abu berkisar Suliantari, Koswara S, Danur I. 1994.
antara 1,91% sampai 4,05%, kadar protein Mempelajari metode reduksi kadar
berkisar antara 8,48% sampai 12,91%. kadar histamin dalam pembuatan ikan
lemak berkisar antara 7,55% sampai 15,75% pindang tongkol (Euthynnus affinis). Buletin
dan karbohidrat berkisar antara 68,44% Tekologi dan Industri Pangan 5(3): 44-49.
sampai 75,68%. Tidak ditemukan kerupuk Tahir S. 1985. Mempelajari pembuatan dan
yang mengandung boraks. Hanya kadar abu karakteristik kerupuk tepung sagu
yang memiliki korelasi dengan harga kerupuk. (Metroxylon sago R.). [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Widyaningsih TD, Murtini ES. 2006.
Afrianto, Eddy, Liviawati. 1989. Pengawetan Alternatif Pengganti Formalin pada Produk
dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana.
Kanisius. Yuliarti N. 2007. Awas Bahaya di Balik
Fatimah N. 2006. Studi kualitatif penggunaan Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi.
boraks pada kerupuk di Desa Merak

Winata et al.: Analisis korelasi harga dan mutu kimiawi kerupuk

Anda mungkin juga menyukai