04 Desember 2011
Abstract
Development value added crab of second grade still very has potency to be developed and
marketed. One of the development effort tried by utilization crab become crab nugget. This research
aim to study how far its development prospect and how its marketing strategy so that product of
experiment became the best product. In other hand, crab nugget as alternative and new nugget in the
market can provide opportunity of entrepreneurship. Research method uses experiment with
presentation of data descriptively tabulation traverse (cross-tabs). Result of market survey, consumer
response to fickle product of crab nugget is: (a) Respondent interested to product counted 88,3 % (b)
Respondent enthusiastic buy product 73,3 % (c) Respondent interested to product but do not intend to
buy counted 15 %. Strategy performed within effort improve sale done by : (a) give better service (b)
multiply promotion effectively and smart (c) vie with image feel more pre-eminent (d) give freshment at
sale place visited by consumer.
1
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
market space dan market share. Market Space HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah peluang pasar (Market Potensial) yang Hasil Ekperimen Produk (Product
dapat dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan Experiment)
sedangkan market share adalah kesempatan Dalam pembuatan produk olahan
setiap perusahaan mendapatkan peluang pasar rajungan produk nugget, teknologi yang
dengan persaingan yang dipengaruhi oleh harga, digunakan adalah semi modern. Peralatan yang
kualitas, kuantitas, penggunaan teknologi dan digunakan mudah diperoleh karena merupakan
lain sebagainya (Ibrahim 2003). Apabila peralatan yang sering dipakai dalam rumah
dinyatakan dengan rumus market share dapat tangga pada umumnya. Penggunaan teknologi
dihitung dengan : penunjang seperti alat cetak nugget dan freezer
Market Share = Daya Serap Pasar untuk penyimpanan bahan yang mudah busuk
Jumlah Produsen berkaitan dengan kebutuhan kapasitas proses,
(Sumber : Ibrahim, 2003) kecepatan dan mutu produk selama proses
produksi.
Penetapan Harga Proses pengolahan dimulai dari awal
Penetapan Harga Jual dari hasil produksi yaitu penyiapan bahan baku sampai pada proses
pada dasarnya dihitung dengan cara akhir penggorengan produk. Secara lengkap
menjumlahkan biaya produksi atau harga pokok perbedaan perlakuan setiap produk dan alur
pembelian barang per unit serta beban biaya proses pengolahannya adalah sebagai berikut :
tetap per unit dan menentukan besarnya jumlah (a) Produk Nugget
keuntungan yang diinginkan (Ibrahim 2003). (b) Produk Crab Nugget
Rumus penetapan harga adalah sebagai berikut :
Harga Jual = Biaya Produksi Per Unit Uji Kesukaan Produk Crab Nugget
1 – Margin / 100 Uji kesukaan terhadap produk crab
(Sumber : Ibrahim, 2003) nugget dilakukan oleh 30 orang panelis dengan
2.3.2. Margin Pemasaran parameter yang diamati adalah penampilan,
Besarnya margin pemasaran merupakan rasa, tekstur, aroma dan konsistensi. penilaian
selisih dari harga jual produk dikurangkan setiap perbedaan perlakuan produk (Pengukusan
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk dan Perebusan) serta perbedaan penambahan
proses produksi dan proses pemasaran (Ibrahim, campuran daging rajungan.
2003). Rumus yang digunakan untuk Dari penilaian rata-rata di atas maka
menghitung margin pemasaran adalah : produk crab nugget yang terpilih sebagai
MP = (HJP – BP) – HB produk yang akan dijadikan uji coba pada tahap
(sumber : Ibrahim, 2003) berikutnya atau tahap survei pasar adalah
produk dengan kode CN beku 3. dengan
Dimana : perlakuan pada tahap setelah pencetakan
MP = Margin Pemasaran menggunakan sistem pembekuan dan komposisi
HJP = Harga Jual Produk crab 60 %. Modifikasi dan penyempurnaan
BP = Biaya Produksi yang perlu dilakukan sesuai catatan dan
HB = Harga Bahan Baku pendapat dari para panelis yaitu treatmen
penguatan rasa rajungan yang lebih terasa,
3
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
ukuran agar lebih standart dan model yang lebih sejumlah 44 responden atau 73.3 % yang
variatif. berminat membeli produk, artinya terdapat 9
responden yang menyukai produk tetapi tidak
Hasil Analisa Pasar (Marketing Researc) berminat membeli. Beberapa alasan yang
dikemukakan responden diantaranya karena
Dalam menunjang akurasi dari deskripsi banyak kebutuhan lain yang lebih prioritas dan
pemasaran, maka perlu survei pasar dengan cara alasan penghematan ekonomi
melakukan distribusi produk hasil uji coba.
Target sampel responden untuk konsumen Strategi dan Promosi
sebanyak 60 orang berdasarkan karakteristik Strategi dalam meningkatkan
konsumen menurut kependudukan (demografi), penjualan merupakan salah satu upaya di dalam
gaya hidup (psikografi) dan pola konsumsi mencari terobosan dan solusi untuk
(behaviour). keberlanjutan usaha yang dilakukan oleh para
pemasar yang menjual produknya. Strategi
Minat Konsumen pemasaran dan promosi adalah kegiatan yang
Dari grafik di atas dapat diketahui dapat saling menunjang untuk keberhasilan
bahwa responden menyukai produk yang pemasaran. Tujuan dilaksanakan promosi
ditawarkan 88,3 % sedangkan yang tidak adalah : (a) Untuk memperkenalkn produk
menyukai terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen (b) Memberikan daya tarik
11,7 %. Dari jumlah 53 responden yang kepada konsumen untuk membeli produk yang
menyukai produk beralasan sebabanyak 23 dipasarkan. Promosi dapat dilakukan secara
responden karena terbiasa mengkonsumsi langsung seperti, pameran, tatap muka, maupun
produk makanan seperti yang ditawarkan secara tidak langsung melalui media masa
sehingga menjadi kebutuhan untuk seperti : koran, majalah, TV, radio, brosur, dan
mengkonsumsi apabila sedang berminat. internet. Berdasarkan survey terdapat beberapa
Sebanyak 14 responden beralasan karena strategi yang dilakukan produsen dalam upaya
harganya terjangkau dan sisanya 16 responden peningkatan penjualan dan cara promosi yang
beralasan karena menyukai rasanya. dilakukan produsen nugget di Kota Semarang.
Dari Hasil survei diketahui bahwa
sebanyak 26,7 % responden tidak berminat
untuk membeli produk yang ditawarkan apabila Dari produsen yang disurvey strategi
dijual sedangkan 73.3 % berminat untuk yang dipilih dalam meningkatkan penjualan
membeli produk. Secara jumlah yang berminat adalah dengan : (a) pelayanan yang baik : 4
untuk membeli produk sebanyak 25 responden. produsen (b) memperbanyak promosi : 3
produsen (c) meningkatkan citrarasa : 8
produsen (d) memberikan diskon harga : 1
produsen (e) memilih tempat strategis : 3
Hasil survei menyebutkan bahwa produsen. Beberapa produsen juga memberikan
responden yang menyukai produk tidak komentar diantaranya adalah kenyamanan
seluruhnya berminat membeli apabila produk tempat dan kebersihan baik produk yang dijual
crab nugget dijual di pasaran. Dari 53 maupun sarananya menjadi sesuatu yang
responden atau 88.3% yang menyukai hanya
4
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
diperhatikan dalam strategi peningkatan merupakan produk yang bernilai tinggi dan
penjualan. memiliki nilai jual yang tinggi di mata
Berdasarkan hasil survey pasar kegiatan masyarakat. Dalam upaya untuk mengetahui
promosi yang dilakukan oleh produsen nugget daya serap pasar untuk produk crab lunpia di
diantaranya adalah : (a) melalui brosur yang Kota Semarang diperkirakan dengan asumsi
ditempel di tempat strategis, diedarkan di jalan, kebutuhan konsumsi ikan per kapita per tahun
dan ditempelkan di kemasan produk : 8 Kota Semarang 20 kg ( sumber:
produsen (b) spanduk yang dipasang di sekitar www.semarang.go.id ) dengan analisa di bawah
tempat penjualan : 8 produsen (c) media koran : ini :
1 produsen (d) radio : 1 produsen (e) papan DSP = Jumlah Penduduk X Konsumsi
reklame besar yang dipasang di tempat Per Kapita
penjualan : 1 produsen. (Sumber : Ibrahim 2003)
DSP = Jumlah Penduduk X Konsumsi
Penetapan Harga Perkapita X % Kebiasan
Penetapan Harga Jual dari hasil produksi Konsumsi X % Minat Beli
crab lunpia dihitung berdasarkan pada besarnya DSP = 1.389.421 jiwa X 20 kg
jumlah keuntungan yang diinginkan yaitu 265 X (7/60X100) X (13/60X100)
% per kg dan biaya produksi per kg adalah = 701.812 kg/tahun
Rp.56.801,-. Di bawah ini rumus dan = 58.484 kg/ bulan
perhitungan penetapan harga adalah sebagai = 1.949 kg/hari
berikut : Sedangkan market share yang tersedia
apabila dalam persaingan pasar terdapat 200
Harga Jual = Biaya Produksi Per Unit penjual nugget di Kota Semarang (berdasarkan
1 – Margin / 100 pengamatan di lapangan) dapat dihitung sebagai
(sumber: Ibrahim 2003) berikut :
6
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
7
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
RAJUNGAN
SECOND
GRADE
BUMBU BAWANG
HALUS BOMBAY
CACAH
MIXING
(PENCAMPURARAN)
PENCETAKAN
(1) (2)
PEMBEKUAN PENGUKUSAN
PEMOTONGAN
BUTTERING
BREADING
PENYIMPANAN
PENGGORENGAN
menyukai produk
(88,3%)
berminat membeli
(73,3%)
menyukai tapi tidak
berminat membeli (15 %)
8
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
88.3 % SUKA
73.3 % BERMINAT
9
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
10
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Abstract
The aim of the study was to determine the nutritional quality and organoleptic properties of fermented
tempe milk with addition of thickening agents. The design study of the mono factors and completely
randomized design with 7 treatments and 3 replications, the addition of thickening agents such as flour,
tapioca flour, cornstarch, carrageenan, gelatin, agar, and control without the addition of thickening
agents. Result: The addition of thickening agents had not significant on pH, ash, protein, and fat, but
the significant on the water of fermented tempe milk. Results of statistical analysis of organoleptic test
showed addition of thickening agents do not significant the color and aroma but significant on the taste
and texture. In terms of nutritional quality, the highest protein total in the tempe milk fermented with the
addition of 0.6% gelatin thickening agent (3.635%). The highest fat in the addition of thickening starch
6% (2.214%).
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus maizena, tepung terigu, gelatin, agar, dan
bulgaricus dan telah umum dipakai dalam karagenan serta bahan tambahan berupa gula.
proses pembuatan yogurt maupun soygurt. Sedangkan alat yang digunakan antara lain :
Dengan pengolahan susu tempe fermentasi panci, mangkuk, gelas plastik, sealer, sendok
tersebut diharapkan dapat memberikan nilai kompor gas, blender, dan baskom
tambah pada produk tempe berupa nilai gizi Penelitian ini menggunakan rancangan
serta sebagai salah satu minuman prebiotik. perlakuan satu faktor (Single Faktor
Bahan pengental menjadi komponen Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap
penting dalam pembuatan minuman fermentasi (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan.
asam laktat. Masalah yang dihadapi dalam Bahan pengental berupa tepung tapioka, tepung
pembuatan minuman fermentasi asam laktat maizena, tepung terigu, keragenan, gelatin, agar
adalah adanya penurunan stabilitas selama dan kontrol.
penyimpanan. Penurunan stabilitas ini Pengujian dilakukan terhadap hasil
disebabkan adanya butiran-butiran halus yang penelitian meliputi nilai gizi yang terdiri dari
akan terpisah dan mengendap setelah produk pH, kadar air, kadar abu dan protein, serta
disimpan. Penambahan bahan penstabil yang pengujian terhadap parameter organoleptik.
sesuai dengan produk fermentasi asam laktat Analisis hasil secara deskriptik selanjutnya uji
yang ber-pH rendah dan proses hormogenisasi statistik untuk mengetahui perbedaan antar
dapat dilakukan untuk menghasilkan produk perlakuan.
minuman probiotik yang memiliki stabilitas
yang baik (Rizal, 2006). .
Menurut Rahman et. al.(1992), bahan HASIL DAN PEMBAHASAN
penstabil yang biasanya digunakan untuk
minuman fermentasi asam laktat adalah gelatin, A. Penelitian Pendahuluan
carboxymethylcellulosa (CMC), alginat, dan Berdasarkan hasil rata-rata penelitian
keragenen dengan konsentrasi sekitar 0,5 pendahuluan dari berbagai perlakuan
sampai 0,7 persen agar, serta kontrol tanpa penambahan bahan pengental yang terbaik
penambahan bahan pengental. sesuai dengan penilaian panelis dapat
Penelitian ini mengkaji aspek mutu gizi disimpulkan bahwa bahan pengental
yang meliputi kadar protein dan kadar lemak dengan konsentrasi tepung terigu 6%,
serta mutu organoleptik untuk mengetahui tepung tapioka 6%, tepung maizena 6%,
tingkat kesukaan panelis terhadap warna, karagenan 0,6%, gelatin 0,6%, dan agar
aroma, rasa, dan tekstur pada minuman susu 0,4% mempunyai nilai tertinggi dan masuk
tempe fermentasi dengan penambahan jenis kriteria disukai panelis. Melihat hal ini,
bahan pengental. keenam bahan pengental tersebut
selanjutnya dipilih untuk perlakuan pada
METODOLOGI penelitian utama untuk menganalisis mutu
gizi yang meliputi análisis kadar abu, kadar
Bahan pembuat susu tempe fermentasi air, kadar lemak, kadar protein, dan mutu
terdiri dari : tempe kedelai kuning, plain yogurt, organoleptik.
bahan pengental berupa tepung tapioka, tepung
12
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
cenderung rendah hal ini dipengaruhi oleh tepung tapioka mempunyai kadar air lebih
perbedaan proses pengolahan tepung dan pati. rendah yaitu (79,56%).
Pati diperoleh dari ekstraksi dan pencucian yang Berdasarkan Gambar 4 menurut analisis
berulang-ulang dengan air. Hal tersebut statistik Kruskal Wallis menunjukkan bahwa
menyebabkan mineral tersebut akan terlarut air ada pengaruh penambahan beberapa jenis bahan
dan ikut terbuang bersama ampas. pengental tehadap kadar air susu tempe
Menurut SNI 01-2897-1992 kadar abu fermentasi karena p-value kurang dari 0,05
yogurt adalah maks 1,0%. Dari hasil penelitian (0,006). Karena ada pengaruh penambahan jenis
maka kadar abu susu tempe fermentasi telah bahan pengental terhadap kadar air susu tempe
memenuhi standar SNI. Hasil analisis statistik fermentasi maka dilanjutkan dengan uji
Anova menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh Duncan.
penambahan beberapa jenis bahan pengental Gambar 4 telihat bahwa kadar air tertinggi
tehadap kadar abu susu tempe fermentasi karena yaitu susu tempe fermentasi tanpa penambahan
p-value lebih dari 0,05 (0,066). bahan pengental (kontrol 87,43d) dan kadar air
terendah yaitu susu tempe fermentasi dengan
3. Kadar Air penambahan bahan pengental tepung tapioka
Kadar air merupakan banyaknya air yang (79,56a). Kadar air susu tempe fermentasi
terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam berbanding terbalik dengan total padatan
persen. Kadar air juga salah satu karakteristik produk, semakin tinggi total padatan susu tempe
yang sangat penting pada bahan pangan, karena fermentasi maka kadar air produk tersebut akan
air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, semakin rendah. Oleh karena itu perlakuan
dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air tanpa penambahan bahan pengental (kontrol)
dalam bahan pangan ikut menentukan mempunyai kadar air tertinggi.
kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan 4. Kadar Protein
mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk Kadar protein susu tempe fermentasi
berkembang biak, sehingga akan terjadi ditunjukkan Gambar 5. Hasil analisis
perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997). menunjukkan bahwa kadar protein susu tempe
Kadar air susu tempe fermentasi fermentasi berkisar antara 2,547-3,635%.
ditunjukkan Gambar 4. Hasil analisis Kadar protein susu tempe fermentasi pada
menunjukkan bahwa kadar air susu tempe semua tingkat perlakuan dapat dilihat pada
fermentasi berkisar antara 79,56-87,43%. Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa
Gambar 4 menunjukkan bahwa penambahan penambahan beberapa jenis bahan pengental
beberapa jenis bahan pengental memberikan memberikan dampak yang berbeda terhadap
dampak yang berbeda terhadap kadar air susu kadar protein susu tempe fermentasi. Pada
tempe fermentasi. Pada perlakuan yang tidak perlakuan yang ditambah gelatin 0,6%
menggunakan tambahan bahan pengental mempunyai kadar protein lebih tinggi
(Kontrol) mempunyai kadar air lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu (3,635%). Sedangkan perlakuan penambahan
(87,43%). Sedangkan perlakuan penambahan tepung maizena mempunyai kadar protein
lebih rendah (2,547%).
14
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
warna yang diberikan oleh panelis berkisar tempe menjadi masing-masing 2,5 g dan 0,3 g
antara 2,53 – 3 (suka) dan skor tertinggi pada per 100 g setelah fermentasi 24 jam.
susu tempe fermentasi dengan penambahan
jenis bahan pengental tepung terigu 6%. c. Aroma
Susu tempe fermentasi dengan perlakuan
Grafik uji hedonik tehadap aroma susu
penambahan jenis bahan pengental mempunyai
tempe fermentasi tertera pada Gambar 9.
warna keputihan. Warna putih yang terdapat
Berdasarkan hasil analisis statistik Friedman
pada susu tempe fermentasi disebabkan karena
diketahui bahwa penambahan jenis bahan
tempe yang digunakan untuk membuat susu
pengental ada pengaruh tehadap rasa susu
tempe berwarna putih karena pengaruh proses
tempe fermentasi karena p-value lebih kecil dari
fermentasi dari kapang jenis Rhizopuz, sp
0,05 (0,002). Nilai rata-rata penilaian rasa yang
sehingga susu tempe dan susu tempe fermentasi
diberikan oleh panelis berkisar antara 1,73 – 2,6
yang dihasilkan berwarna putih. Selain itu,
(tidak suka) dan skor tertinggi pada susu tempe
penambahan beberapa jenis bahan pengental
fermentasi dengan penambahan jenis bahan
dari tepung juga memperngaruhi warna susu
pengental gelatin 0,6%.
tempe fermentasi menjadi lebih putih sehingga
Aroma yang ditimbulkan oleh susu
rata-rata penilaian panelis menyatakan suka.
tempe fermentasi adalah berupa perpaduan
antara aroma khas tempe, aroma jenis bahan
b. Rasa
pengental dan aroma yang ditimbulkan oleh
Grafik uji hedonik tehadap rasa susu senyawa asetaldehida, asetil fosfat, asam asetat
tempe fermentasi tertera pada Gambar 8. serta asam-asam lainnya dalam jumlah kecil
Panelis kurang menyukai rasa susu tempe sebagai hasil aktivitas kultur, tetapi aroma susu
fermentasi karena kadar tempe yang relatif tempe fermentasi didominasi oleh aroma asam.
tinggi cenderung menimbulkan sedikit after Aroma asam tersebut diduga sebagai penyebab
taste pahit di mulut. Nurhayati (2001) di dalam tidak sukanya panelis terhadap aroma susu
Amaliah (2002) mengungkapkan bahwa tempe fermentasi pada semua perlakuan.
komponen yang menimbulkan rasa pahit pada Masalah aroma yang asam (Sour
tempe adalah 9, 12-octadecadienoic acid (asam flavour) disebabkan oleh dua alasan, yang
linoleat) dan 9-octadecenoic acid (asam oleat), pertama terjadi karena persentase inokulasi
dimana dari deskripsi rasa berdasarkan standar yang terlalu tinggi dan alasan kedua karena
rasa asam linoleat dan asam olet murni dapat temperatur penyimpanan yang tidak tepat
diketahui bahwa asam linoleat mempunyai (Tamime dan Robinson, 1999). Dapat
deskripsi rasa oily dan getir. Komponen 9, 12- disimpulkan bahwa persentase kultur yang
octadecadienoic acid dapat menghasilkan asam diinokulasikan pada proses pembuatan susu
lemak berhidroksi yang rasanya pahit melalui tempe fermentasi adalah 2,5% dan suhu
oksidasi enzimatis dengan bantuan enzim penyimpanan susu tempe fermentasi pada
lipoksigenase dan peroksidase. Pada kedelai temperatur optimum penyimpanan setelah
rebus 9, 12-octadecadienoic acid dan 9- fermentasi sekitar suhu 50C. Suhu 50C
octadecenoic acid bebas tidak ditemukan dimaksudkan untuk mereduksi aktivitas
(0g/100g), dimana jumlahnya meningkat pada metabolik kultur.
16
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Subagio, A., Hartati, S., Windrati, S.W., Unus, Tamime, A.Y., dan Robinson R.K, 1999.
Fauzi, M. dan Heri, B., 2002. Kajian Yogurt: Science and Technology (2nd
Sifat Fisikokimia dan Organoleptik ed), CRC Press, England.
Hidrolisat Tempe Hasil Hidrolisis Winarno, F. G. 1984. Bahan Pangan
Protease. Jurnal Teknologi dan Industri Terfermentasi. Pusat Penelitian dan
Pangan. Vol. 13 No. 3. Pengembangan Teknologi Pangan,
Sudarmadji, Haryono .B, Suhardi., 1996. Institut Pertanian Bogor.
Analisa Bahan Makanan dan Pertanian Yusmarini, Efendi, R., 2004. Evaluasi Mutu
Yogyakarta : Penerbit Liberty. Soygurt yang dibuat dengan
Tamime, A.Y., dan Robinson R.K, 1989. Penambahan beberapa Jenis Gula.
Yogurt: Science and Technology (1th ed), Jurnal Natur Indonesia 6(2): 104-110.
Pergamon Press, New York.
Susu Tempe
Bahan Pengental
Gula 7 %
Didinginkan suhu 40 OC
TR (Tepung terigu), TP (Tepung tapioka), MZ (Tepung maizena), KRG (Karagenan), GEL (Gelatin),
Agar, Kontrol.
19
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
20
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
21
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
22
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Abstract
Tortillas is a form of street food as a potential snack food. The combination of materials can be done to
improve the nutritional value, such as tempeh. This study aims to determine the effect of soybean on
protein content, water content and organoleptic properties of tortillas. Based on the analysis of protein
levels more tortillas adding tempeh then tortillas increasing protein content, but this trend was not seen
in the water content. Based on the good results of organoleptic tortillas taste, color, and aroma of the
results showed that the highest value without the addition of tempeh.
dengan bantuan SPSS versi 11.5. Analisa data mungkin, sehingga akan didapatkan hasil
dari uji organoleptik diuji dengan menggunakan goreng yang mengembang secara optimal
uji statistik Friedman, dan bila ada pengaruh dengan kerenyahan yang maksimal maka kadar
dilanjutkan dengan uji Wilcoxon. air bahannya harus mencapai serendah
mungkin, sampai sebelum digoreng. Dari hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN analisa kadar air pada tortila dibandingkan
A. Kadar Protein Tortila Dengan Variasi dengan SNI untuk keripik maksimal 3 % maka
Penambahan Tempe kadar air pada tortila lebih tinggi dari SNI
Hasil analisis kadar protein dengan keripik tempe. Hasil uji statistik Anova One
menggunakan metode Mikro Kjedahl Way diperoleh hasil p-value 0,195 > 0,05,
menunjukkan bahwa kadar protein tortila akan Ha ditolak, jadi tidak ada pengaruh penambahan
semakin meningkat pada variasi penambahan tempe terhadap kadar air tortila .
tempe. Rata-rata hasil analisis kadar protein
tortila dengan penambahan tempe dapat dilihat B. Hasil Analisis Uji Organolpetik
pada gambar 1. Dari hasil pengukuran kadar Tekstur
protein tortila, menunjukkan bahwa rata-rata Hasil dari penilaian panelis untuk uji
kadar protein tortila yang tertinggi pada kesukaan terhadap tekstur tortila dapat dilihat
penambahan tempe 20% (12,21) dan kadar pada gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa
protein terendah pada penambahan tempe 10% tekstur tortila yang paling disukai adalah tortila
(8,32), hal ini dipengaruhi oleh faktor dengan penambahan tempe sebesar 10% (3,55),
pemanasan alami dengan suhu yang optimum dan tortila yang tidak disukai yaitu tortila
(161ºC – 190ºC) sehingga protein yang terdapat dengan penambahan tempe 0%, 15%, dan 20%,
pada tortila tidak terdenaturasi oleh panas. dari komentar panelis diperoleh tekstur yang
Hasil uji statistik dengan Anova One keras pada konsentrasi 0%, 15%, dan 20%.
Way diperoleh hasil p-value 0,048 < 0,05, ada Tekstur pada tortila dapat dipengaruhi
pengaruh penambahan tempe terhadap kadar oleh karena terjadinya gelatinisasi pati pada
protein tortila. Dari uji lanjut Wilcoxon saat proses perebusan jagung dan pengukusan
diperoleh p-value 0,144 > 0,05 artinya tidak ada adonan. Pada awal proses gelatinisasi granula
perbedaan antar perlakuan. pati yang berisi amilosa dan amilopektin mulai
menyerap air. Penyerapan air akan meningkat
b. Kadar Air Tortilla Dengan Variasi dengan meningkatnya suhu pemanasan yang
Penambahan Tempe menyebabkan granula pati menjadi
Hasil analisis kadar air menunjukkan membengkak. Pada saat membengkak, amilosa
kadar air yang berfluktuatif. Rata-rata hasil mulai berdifusi keluar granula, dan akhirnya
analisis kadar air tortila dengan penambahan terbentuk matriks gel setelah granula runtuh.
tempe dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Dari proses gelatinisasi ini maka dapat
menunjukkan semakin banyak penambahan dikeringkan dan bila ditambah air maka akan
tidak menunjukkan kecenderungan pada kadar menjadi bentuk lunak, dan bila digoreng akan
air torilita. Produk-produk yang dikonsumsi memberikan tekstur yang remah. Pati dan
dengan kondisi renyah biasanya didapatkan dari protein pada proses gelatinisasi akan lebih
bahan yang telah dikeringkan hingga kadar cepat. Komposisi pati dan protein untuk
airnya mancapai minimum atau serendah membentuk gelatinisasi secara optimal terjadi
25
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Friedman didapat p-value = 0,184 > 0,05, Ha disajikan dalam seminar, Bekasi, 16 –
ditolak, jadi tidak ada pengaruh penambahan 17 Desember 1996.
tempe terhadap warna tortila. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan.
Universitas Indonesia ( UI Press),
KESIMPULAN Jakarta.
Semakin banyak penambahan tempe Muchtadi, T.R. 1989. Teknologi Proses
maka semakin meningkat kadar protein pada Pengolahan Pangan. IPB, Bogor.
tortilla namun tidak menunjukkan Persatuan Ahli Gizi. 2005. Daftar Komposisi
kecenderungan pada kadar air. Secara statistik Bahan Makanan, Jakarta.
penambahan tempe berpengaruh terhadap Santoso,B., W. Mushollaeni, & N. Hidayat.
kadar protein tortila tetapi tidak berpengaruh 2006. Tortilla. Trubus Agrisarana,
terhadap kadar air. Hasil organoleptik tortila Surabaya.
yang paling disukai adalah warna tortila dengan Soewarno, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik
penambahan tempe 0% (3,75), rasa dengan untuk Industri Pangan dan Hasil
penambahan tempe 0% (3,30), aroma dengan Pertanian. Bhratara Karya Aksara,
penambahan tempe 0% (3,55), dan tekstur Jakarta.
dengan penambahan tempe 10% (3,55). Sutantyo.E, N.Prayitno, Moesijanti &
S.Wiyono. 1996. Kimia Makanan.
DAFTAR PUSTAKA Proyek Pendidikan Tenaga Kesehatan
Hariyadi, B. 2007. Pengetahuan Lokal, Pusat Bagian Pendidikan Akademi Gizi,
Makanan tradisional, dan Ketahanan Jakarta.
Pangan. Posted by Sartono. 2007. Penggorengan Pada Bahan
PERMIASHawaii.com. Tanggal Akses Makanan. http:/www.republika.com.
10 April 2007. Tanggal Akses 19 Juli 2008.
Hubeis, M. 1984. Pengantar Pengolahan Suharjo, I.E. Lestari. 2006. Pengkajian
Tepung Serelia dan Biji-Bijian. Pengaruh Beberapa Varietas Jagung
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Terhadap Mutu Tortila. Tanggal Akses
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, 10 April 2007.
Bogor. Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas
http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=2 Berbahasa Indonesia, Tempe,
272&tbl=cakrawala. Diakses Tanggal 19 http://www.kompas.co.id/kesehatan/new
Juli 2008. s/0307/03/092312.htm.
Djaeni, S. A. 1990. Ilmu Gizi. Dian Rakyat, Tanggal Akses 10 April 2007.
Jakarta. Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi
Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. 1996. dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka
Kumpulan Makalah Pelatihan Utama, Jakarta.
Teknologi Ekstruksi, Penggorengan dan Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Pemanggangan (Bakery). Makalah PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
27
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
28
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
29
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
30
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Abstract
This study aims to determine the effect of spinach on the noodles to Fe, physical and organoleptics
properties. As Statistically analysis known significantly on the effect of adding spinach for Fe content,
ie the addition of spinach by 10%, 20%, and 30%. However, there was not significantly on the physical
properties of yield, rehydration and elasticity. Organoleptic testing showed the flavor and color of not
significant. While the flavour is no difference in the effect of the addition of spinach occurred in 20%,
10% and 0% (control). Similarly, no effect of the difference in texture occurs on the addition of spinach,
20%, 30% and 0% (control). To increase the value of iron on wet noodles can be added spinach 20%
and blanching the spinach to reduce unpleasant flavour.
31
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
besi adalah, kuning telur, daging dan sayuran mg Fe/MI ), larutan asam
hijau. Zat besi diperlukan dalam tubuh sebagai sulfat (H2SO4) pekat,
alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan kalium persulfat
tubuh, sebagai alat angkut elektron dalam sel, (K2S2O8) jenuh,
sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim Alat : Peralatan yang digunakan
didalam jaringan tubuh.( Almatsier, 2001). analisa, timbangan
Dengan mempertimbangkan potensi bayam dan analitik,
mie yang relatif umum dikonsumsi oleh spektrofotometer, kuvet,
masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian buret, tabung reaksi dan
penambahan bayam dalam pembuatan mie. rak, labu seukuran, gelas
Penelitian ini bertujuan untuk kimia, corong, batang
Mengetahui pengaruh proporsi bayam dengan pengaduk, pipet volume
tepung terigu pada pembuatan mie terhadap karet pompa, gelas arloji.
kadar zat besi, sifat fisik dan uji organoleptik.
Hasil l penelitian di harapkan dapat digunakan c. Uji Sifat Fisik
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan Rehidrasi
kadar zat besi pada mie basah dan penganeka Bahan : Mie basah berdasarkan
ragaman produk mie basah. proporsi bayam dengan
tepung terigu.
METODOLOGI Alat : Timbangan digital,
baskom, oven, pengukur waktu ( timer).
Bahan dan Alat Elastisitas
a. Pembuatan mie basah Bahan : Mie basah berdasarkan
Bahan : Bahan yang digunakan proporsi bayam dengan tepung terigu.
dalam pembuatan mie Alat : Timbangan digital,
basah adalah, tepung baskom dan meteran.
terigu merk cakra, bayam Rendeman
hijau, soda abu/air qi dan Bahan : Mie basah berdasarkan
garam dapur. proporsi bayam dengan
Alat : Peralatan yang digunakan tepung terigu.
dalam pembuatan mie Alat : Timbangan, baskom,
adalah, timbangan, cetakan mie, blender,
baskom, cetakan mie, gelas ukur dan panci, alat
blender, gelas ukur dan hitung.
panci, kompor gas.
b. Uji kadar zat besi d. Uji Organoleptik ( Hedonic scale
Bahan : Bahan yang digunakan scoring )
untuk analisa Fe adalah, Bahan : Mie basah berdasarkan
kalium ferro sulfat Fe proporsi bayam dengan
(SO4)2, larutan tepung terigu.
Tyocyanat ( KSCN ), Alat : Piring kecil diberi kode,
larutan standar Fe ( 0,1 gelas berisi air minum
32
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
signifikan 0,084 > 0,05 H 0 diterima artinya basah, yaitu penambahan bayam dengan
tidak ada pengaruh nyata pada tekstur mie 10%, dengan 20%, dan 30%. Namun pada
dengan penambahan bayam. Hasil uji rendemen, rehidrasi dan elastisitas tidak
organoleptik secara keseluruhan dapat dilihat ada pengaruh. Pengujian organoleptik
pada Tabel 3. Untuk lebih jelasnya menunjukan pada rasa dan warna tidak ada
kecendurungan perbedaan uji organoleptik pengaruh. Sedangkan pada aroma ada
dapat dilihat pada gambar 5. pengaruh perbedaan terjadi pada
Gambar 5 dapat diketahui bahwa mie penambahan bayam 20%, 10% dan 0% (
basah dengan penambahan bayam 20% kontrol ). Demikian juga pada tekstur ada
mempunyai cita rasa, aroma dan warna lebih pengaruh perbedaan terjadi pada
tinggi yaitu dengan nilai rata-rata 2,90, 2,73, penambahan bayam, 20%, 30% dan 0%
dan 2,75. Mie dengan penambahan bayam 10% (kontrol ).
mempunyai nilai tekstur lebih tinggi dengan Untuk meningkatkan Fe pada mie
nilai rata-rata 2,90. Mie dengan penambahan basah dan sifat organoleptik yang optimum
bayam 20% mempunyai warna hijau muda lebih maka dapat ditambah bayam sebanyak 20%.
bagus daripada penambahan 10% (kuning Untuk mengurangi aroma bayam sebaiknya
kehijauan) sedangkan 30% terlalu hijau ( hijau ditambah bumbu. Untuk membuat mie basah
tua). Dengan penambahan 10% teksturnya dengan penambahan bayam sebaiknya
lebih baik daripada penambahan 20% dan 30% mengunakan bayam hijau.
(agaklembek).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Almatsier, 2001. Vitamin & Mineral dalam
1. Hasil kadar zat besi didapatkan kadar besi Tubuh. Gramedia. Jakarta.
tertinggi pada mie basah dengan Aksan Nur. 1998. Pengaruh Penambahan
penambahan bayam 30% dengan kadar Fe Tepung Singkong pada Pembuatan Mie,
Karya Tulis Ilmiah yang tidak
3,45mg%. dipublikasikan, Fakultas Ilmu
2. Hasil analisa rendemen didapatkan nilai Keperawatan dan Kesehatan Universitas
tertinggi dengan penambahan bayam 30%, Muhammadiyah Semarang.
analisa rehidrasi nilai tertinggi pada Anton Apriyantono, 1989. Analisis Pangan.
penambahan bayam 10% dan 20% dengan IPB, Bogor.
waktu 5 menit dan elastisitas didapatkan Dewi Sabita Slamet dkk, 1990. Pedoman
analisa terbaik dengan penambahan bayam Analisis Zat Gizi. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
10% dengan hasil 4 cm.
3. Hasil penilaian organoleptik didapatkan DKBM. 2000. Komposisi Bahan Makanan.
nilai rata-rata tertinggi 2,75 dengan variasi Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2005. Metodologi
penambahan bayam 20%, pada semua Penelitian ,PT Rineka Cipta, Jakarta.
perlakuan, nilai dari rasa, aroma dan warna IPB. 2000. Kandungan Zat Besi dalam
Makanan.
2,90, 2,73, dan 2,75, sedangkan untuk
tekstur dengan penambahan bayam 10% Kuntaraf, 1984. Makanan Sehat, Indonesia
Publising Hause, Bandung.
dengan nilai 2,90.
4. Secara statistik diketahui ada pengaruh Muchtadi. 1989. Analisis Pangan. IPB.
penambahan bayam terhadap kadar Fe mie
35
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Muhlisah & S. Hening ,1996. Sayur dan Bumbu Suprapti, 2005. Tepung Terigu Pembuatan dan
Dapur : Penebar Swadaya, Jakarta. Pemanfaatannya. Kanisius Yogyakarta.
Nio, O.K., 1992. Daftar Analisis Bahan Soekarto, T Soewarno, 1985. Penilaian
Makanan. Fakultas Kedokteran organoleptik. Bharata Karya Aksara
,Universitas Indonesia Jakarta. Jakarta.
Suyanti, 2006. Pembuatan Mie dari Aneka
Tepung dan sayur, Dinas Pertanian dan
Kehutanan DKI, Jakarta.
Tabel 1. Hasil analisa kadar zat besi pada mie basah dengan penambahan bayam
Tabel 3. Tingkat kesukaan terhadap uji organoleptik mie basah dengan penambahan bayam
Mie dengan penambahan bayam
Nilai 0% 10% 20% 30%
Rasa 2,13 2,25 2,90 2,73
Aroma 2,13 2,05 2,73 2,48
Warna 2,40 2,25 2,75 2,60
Tektur 2,60 2,90 2,48 2,03
Rata-rata 2,13 2,41 2,75 2,52
3
Cita Rasa
1
Rasa
0
0% 10% 20% 30%
Penambahan Bayam
Gambar 1. Hasil analisa kesukaan panelis terhadap rasa mie basah dengan penambahan bayam
36
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
2
Aroma
1
Aroma
0
0% 10% 20% 30%
Penambahan Bayam
Gambar 2. Hasil analisa kesukaan panelis terhadap aroma mie basah dengan penambahan bayam
2
Warna
1
Warna
0
0% 10% 20% 30%
Penambahan Bayam
3
Tekstur
1
Tektur
0
0% 10% 20% 30%
Penambahan Bayam
Gambar 4. Hasil analisa kesukaan panelis terhadap tekstur mie basah dengan penambahan
bayam
37
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
0
0% 10% 20% 30%
Penambahan Bayam
38
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Abstract
Sweet corn milk yogurt with the addition of sucrose is one of the fermentation product of lactic
acid bacteria. The purpose of this study was to determine the effect of adding sucrose to the
antibacterial activity and organoleptic properties. This study uses a single factor completely
randomized design with repeated 4 times, the materials used are sweet corn, plain yogurt, skim milk
and sucrose concentrations 0%, 1%, 2%, 3% and 4%. The variables measured were the antibacterial
activity using diffusion test and organoleptic properties to the assessment of test scoring panelists.
Results showed was significant of adding sucrose to the antibacterial activity of E. coli (8.91 mm) and
Salmonella thyphi (9.99 mm). Cs Not significantly of the organoleptic test on fragrance, color and
viscosity, however the highest score of sweet corn milk yogurt on the addition of 4% sucrose.
39
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
jagung manis, starter yang digunakan plain agak manis. Rasa manis ini karena sukrosa
yogurt, susu skim dan sukrosa. Media yang mempunyai tingkat kemanisan yang lebih
digunakan adalah MHA dan kultur bakteri. tinggi dibandingkan glukosa dan laktosa
Alat yang digunakan untuk membuat yogurt (Yusmarini dan Efendi, 2004). Aroma yogurt
adalah panci, timbangan, termometer, kompor, susu jagung manis dari setiap perlakuan
blender, inkubator dan alat yang digunakan adalah harum, penilaian warna yogurt susu
dalam pengujian aktivitas antibakteri adalah jagung manis adalah kuning dan kekentalan
cawan petri, inkubator, autoklaf, jangka dari penilaian panelis rata-rata adalah kental.
sorong dan cincin logam. Metode yang Penilaian panelis pada yogurt susu jagung
digunakan adalah sumur agar. MHA dituang manis adalah memberi skor sama sehingga
dalam cawan petri dan dibiarkan membeku berdasarkan penilaian panelis peneliti
setelah beku kultur bakteri dioles pada mengetahui bahwa yang dipakai dalam
permukaan dengan menggunakan lidi steril penelitian lanjut adalah 0% sampai 4% yang
dan dibuat sumuran, sumuran diisi yogurt 0,5 digunakan dalam penelitian utama.
ml / 500 µL diinkubasi selama 24 jam pada b. Penelitian utama
suhu 370C. Diukur zona hambat dengan Aktivitas penghambatan yogurt susu
jangka sorong. Prosedur pembuatan yogurt jagung manis ditunjukkan dengan tidak
dapat dilihat pada Gambar 1. tumbuhnya bakteri uji disekitar sumur yang
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian ditunjukkan oleh zona bening, semakin luas
rancangan acak lengkap satu faktordengan zona bening yang terbentuk semakin sensitif
perlakuan variasi sukrosa. Data-data yang bakteri patogen yang diujikan tersebut (
dihasilkan ditabulasikan kemudian dianalisis Poeloengan, 2008). Hasil pengukuran dapat
dengan menggunakan ANOVA dan Friedman. dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Escherichia coli dan Salmonella
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan bakteri gram negatif, bersifat
anaerob fakultatif, golongan enterobakteria
a. Penelitian pendahuluan dan menyerang pada sistem pencernaan pada
Yogurt susu jagung manis yang manusia. Karena mempunyai sifat yang
dihasilkan dari berbagai variasi sukrosa sama maka kemungkinan aktivitas
kemudian diuji secara organoleptik dari antibakteri dengan pengaruh sukrosa pada
segi rasa, aroma, warna dan kekentalan. keduanya bisa terjadi. Konsentrasi sukrosa
Hasil rata-rata penilaian panelis terhadap dalam yogurt menentukan jumlah asam
nilai total yogurt susu jagung manis tersaji laktat (Koswara, 2009).
pada Gambar 2.
Berdasarkan gambar 2. Dapat dikatakan Aktivitas antibakteri yogurt susu
bahwa yogurt susu jagung manis dengan jagung manis yang diukur dengan diameter
penambahan sukrosa 2% sampai 4% memiliki zona bening berkisar antara 9,91 mm – 9,99
skor tertinggi. Rasa yogurt asam. Rata-rata mm (E. coli) dan 8,83 mm – 8,91 mm
panelis memberi skor tertinggi pada (Salmonella thyphi). Pada perlakuan
penambahan yogurt 0% sampai 4%, tetapi ada penambahan sukrosa 4% zona
yang memberi nilai rendah terutama penghambatannya berdiameter paling tinggi
penambahan sukrosa 5% sampai 7% karena yaitu 9,99 mm (E.coli) dan 8,91mm
40
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
(Salmonella thyphi). Menurut Ardiansyah asam laktat lebih banyak lagi sehingga dapat
(2005) ketentuan kekuatan aktivitas menghambat pertumbuhannya.
antibakteri adalah : daerah hambatan 20 mm Asam laktat mampu melemahkan
atau lebih berarti sangat kuat, daerah permeabilitas bakteri gram negatif dengan
hambatan 10mm – 20 mm (kuat), 5 mm - 10 merusak membran luar bakteri. Asam laktat
mm (sedang) dan daerah hambatan 5 mm merupakan molekul yang larut air sehingga
atau kurang ( lemah). Hasil penelitian jika mampu menembus kedalam periplasma
dibandingkan dengan standart tersebut bakteri gram negatif melalui protein porin
masuk kategori aktivitas antibakteri sedang. pada membran luarnya. Pelindung dari
E. coli dan Salmonella adalah penyebab permeabilitas membran luar berupa lapisan
utama dari penyakit pada organ pencernaan lipopolisakarida yang terletak pada
yang disebarkan melalui makanan. Gambar 3 permukaan membran dirusak oleh asam
dan 4 menjelaskan bahwa semakin tinggi laktat sehingga substrat antimikroba yang
penambahan sukrosa, peningkatan aktivitas lain yaitu Diasetil, Bacteriocin, Hidrogen
antibakteri E.coli dan salmonella semakin peroksida dan sistem Laktoperoksida dapat
tinggi yang di tunjukkan dengan diameter berpenetrasi kedalam membran sitoplasma
zona bening. Hasil uji statistik Anova (Alokomi et al, 2000).
menggunakan α 0,05 diperoleh data taraf Berdasarkan hasil uji ANOVA
signifikan p-value 0.000 < 0,05 sehingga menunjukkan penambahan sukrosa
dapat disimpulkan bahwa perbedaan berpengaruh nyata (taraf signifikasi p-value
penambahan sukrosa berpengaruh terhadap 0.000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan
aktivitas antibakteri. bahwa penambahan sukrosa berpengaruh
Hasil uji lanjut Duncan menyatakan terhadap aktivitas antibakteri. Hasil uji lanjut
penambahan sukrosa 4% memberikan Duncan menyatakan penambahan sukrosa
pengaruh paling tinggi terhadap aktivitas 4% memberi pengaruh paling tinggi.
antibakteri sedangkan tanpa penambahan 2. Sifat organoleptik
sukrosa (0%) menunjukkan aktivitas 1. Rasa
antibakteri paling rendah, hal ini dapat Rasa yang baik untuk yogurt menurut
disebabkan oleh asam laktat yang dihasilkan SNI no. 2981 – 2009 adalah khas / asam.
terlalu banyak maka akan membunuh Hasil rata-rata penilaian panelis terhadap
sebagian bakteri sehingga asam laktat yang rasa tersaji pada Gambar 5.
dihasilkan sedikit. Kondisi semacam ini Berdasarkan Gambar 4 dapat
seperti yang terjadi pada pertumbuhan diketahui bahwa nilai rata-rata rasa yang
mikroba susu yang dikemukakan Winarno tertinggi terdapat pada penambahan
et.al (1980), susu segar pada umumnya sukrosa 4% dengan kriteria asam . Hasil
mengandung beberapa mikroba. Pada uji statistik Friedman dengan
awalnya oleh Streptococcus lactis dapat menggunakan α 0,05 diperoleh data taraf
menghasilkan asam laktat tetapi signifikan p-value 0,20 > 0,05 sehingga
pertumbuhan akan terhambat oleh keasaman dapat disimpulkan bahwa perbedaan
yang dihasilkan sendiri, kemudian tumbuh penambahan sukrosa pada yogurt jagung
bakteri Lactobacillus yang lebih toleran manis tidak berpengaruh terhadap rasa
terhadap asam, Lactobacillus menghasilkan yogurt jagung manis.
41
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
43
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Penghancuran
Penyaringan
Pemanasan / pasteurisasi
(70°C - 80°C, 5 menit)
jagung amnis
0
0 1 2 3 4 5 6 7
10
9,99
9,98
9,97
9,96
9,94 9,94
9,93
9,92
9,91
9,9
0 1 2 3 4
konsentrasi sukrosa (%)
44
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Gambar 3. Grafik aktivitas antibakteri yogurt susu jagung manis dengan variasi penambahan sukrosa
terhadap E.coli
8,92
Diameter zona bening (mm)
8,91
8,9
8,88
8,86
8,85
8,84 8,84 8,84
8,83
8,82
0 1 2 3 4
Konsentrasi sukrosa (%)
Gambar 4. Grafik aktivitas antibakteri yogurt susu jagung manis dengan variasi penambahan
sukrosa terhadap Salmonella thyphi
3,1 3,2
terhadap rasa
0
0 penambahan
1 2
sukrosa 3(%) 4
3
terhadap aroma
2,2 2,1
2
0
0 1 2 3 4
penambahan sukrosa (%)
Gambar 6. Rata-rata penilaian panelis terhadap aroma yogurt susu jagung manis
45
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
penilaian panelis
terhadap warna
3
2
1
0
0 1 2 3 4
penambahan sukrosa (%)
Gambar 7. Rata-rata penilaian panelis terhadap warna yogurt susu jagung manis
3,8
terhadap kekentalan
2,8
3
2
1
0
0 1 2 3 4
penambahan sukrosa (%)
Gambar 8. Rata-rata penilaian panelis terhadap kekentalan yogurt susu jagung manis
2,9 2,8
penilaian total
jagung manis
0
0 1 2 3 4
46
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Abstract
Tapae is Indonesian traditional food made of materials that contain many carbohydrates such as
cassava, rice and sorghum. Tapae can also be made from cassava peel, commonly called cassava peel
tape. The general objective of this study was to determine the effect of variations in the addition of yeast
to acceptance and alcohol content of cassava peel tapae. Organoleptic properties including flavor,
texture, aroma and color. Increasing the number of yeast 0.5%, 1%, 1.5% and 2%. This type of
research the effect of variations in the addition of yeast to consumer acceptance and ethanol content is
experimental research. The results of organoleptic test is the most preferred by the addition of yeast
1,% seen from the parameter tape distinctive aroma smell, sweet taste is a bit sour, soft and soft texture.
The highest alcohol content on the addition of the yeast 2% with an average 3.4%, for the lowest is the
addition of yeast variation of 0.5%, with an average of 0.7%.
kulit singkong, dari tape kulit singkong sekitar 31-330C. Pada penelitian yang dilakukan
nantinya bisa dibuat dodol tape kulit singkong, oleh Rahman A.,1992. Mengatakan bahwa
serta apabila waktu fermentasi lebih lama dari makanan yang dihasilkan melalui proses
tape kulit singkong bisa menghasilkan alkohol. fermentasi alkohol ini umumnya mempunyai
Produk dari fermentasi dapat diperoleh cita rasa yang khas, dalam waktu 2-3 hari
bersamaan dengan pembuatan tape kulit dihasilkan tape yang mempunyai rasa manis
singkong karena fermentasi dapat dilakukan yang kuat dan bila dibiarkan 4 hari akan
bersamaan dengan pembuatan tape kulit terbentuk rasa dan aroma yang lebih kuat yaitu
singkong tersebut. Dengan demikian produk gabungan antara manis sedikit dan cita rasa
fermentasi dari tape kulit singkong ini selain alkohol. Berdasarkan latar belakang tersebut
untuk meningkatkan nilai kandungan gizi kulit maka diperlukan penelitian tentang “Daya
singkong juga untuk meningkatkan pendapatan terima dan kadar alkohol pada tape kulit
masyarakat. Lebih jauh lagi produk fermentasi singkong berdasarkan variasi jumlah ragi .
dapat dijadikan bahan pangan untuk mengatasi
masalah kekurangan gizi (Muhiddin,2001). METODOLOGI
Dalam pembuatan tape sebagai proses Bahan Pembuatan Tape
fermentasi, karbohidrat (pati) bereaksi dengan Bahan baku yang digunakan dalam
enzim atau terhidrolisis sehingga menghasilkan pembuatan tape kulit singkong adalah kulit
glukosa. Glukosa akan mengalami proses singkong yang diperoleh dari petani di Desa
fermentasi (peragian) dan menghasilkan Bulusan Kecamatan Tembalang Semarang.
etanol/alkohol. Selain fermentasi gula pereduksi Kulit diambil dari singkong yang mempunyai
akan meningkat selama fermentasi berlangsung jenis jinten. Singkong ini mempunyai ciri ciri
tiga hari (Suliantri dan Winiarti 1991). warna kulit bagian luar berwarna cokelat dan
Ragi merupakan bahan tambahan kulit yang bagian dalam berwarna putih
makanan yang digunakan dalam pembuatan kemerahan.Dimana Ragi diperoleh di pasar
berbagai makanan dan minuman seperti tempe, Peterongan Semarang dengan cap pisang, yang
oncom tape, teh, anggur, bir, brem dan lain lain kemasanya berwarna kuning dan daun pisang
(Dwijosaputro,1980). Jumlah ragi yang di peroleh dipasar peterongan dan digunakan
dibutuhkan pada proses pembuatan tape kulit sebagai pembungkus tape.
singkong yang setiap 100 gram kulit singkong Alat Pembuatan Tape
dibutuhkan ragi sebanyak 1 gram (Astawan, Alat yang digunakan dalam pembuatan
1991). Dengan penambahan ragi yang tape kulit singkong dandang, waskom, pisau
bervariasi kemungkinan dapat menghasilkan dapur, talenan, sendok teh, dan mortar. Alat
etanol/ alkohol yang bervariasi, sehingga perlu yang digunakan dalam uji organoleptik adalah
dilakukan penelitian tentang kadar alkohol. piring kecil, sendok, dan formulir uji
Faktor faktor yang mempengaruhi organoleptik. Alat yang digunakan dalam
fermentasi adalah jenis pangan (subtrat), analisa kadar alkohol ialah beker glass,
asam, macam mikroba, dan kondisi timbangan analitik, almari es, piknometer 10
disekelilingnya (Suhu, pH, Oksigen, Garam) ml, pendingin balik, bunsen, botol/tabung
yang mempengaruhi pertumbuhan serta fermentasi, alat destilasi, gelas ukur 100 ml,
metabolisme mikroba (Winarno, 2004). Suhu labu ukur 1000 ml, labu ukur 50 ml, pipet
optimum untuk proses fermentasi alkohol volume 50 ml, pipet tetes, corong.
48
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Berdasarkan hasil uji friedman tape kulit ragi yang lainnya. Sedangkan angka yang
singkong diperoleh asymp sig tingkat kesukaan tertinggi adalah tape dengan penambahan ragi
panelis terhadap aroma tape kulit singkong 1% b/b yaitu dengan rata rata 3,5. Pada tape
diperoleh p-value 0,309 sehingga lebih besar singkong dengan penambahan 1% b/b rasa yang
dari p- value 0,05, sehingga tidak ada pengaruh dihasilkan rasa khas tape yaitu manis dan
penambahan variasi ragi terhadap aroma tape sedikit masam khas rasa tape.
kulit singkong. Rasa manis karena perubahan
Berdasarkan hasil uji friedman diperoleh karbohidrat menjadi glukosa sebagai karbihidrat
asymp sig tingkat kesukaan panelis terhadap yang lebih sederhana, sedangkan rasa masam
aroma tape singkong diperoleh p-value 0,441, karena dalam proses fermentasi terbentuk asam,
sehingga lebih besar dari p-value 0,05, syarat sehingga semakin lama pemeraman dan jumlah
uji friedman adalah 0,05, sehingga tidak ada ragi maka yang akan terjadi adalah peningkatan
pengaruh penambahan variasi ragi terhadap total asam. (Suliantri,1991). Menurut Astawan,
aroma tape singkong. (1991), jika jumlah ragi yang digunakan terlalu
banyak justru menghambat mikroorganisme
3) Rasa pembusuk akan tumbuh, dan tape menjadi
Untuk mengetahui sifat organoleptik busuk.
rasa pada tape kulit singkong dan tape singkong Menurut Harsojuwono, (2008),
dengan variasi penambahan ragi dapat dilihat Lamanya proses fermentasi ini sebaiknya
pada Gambar 4. jangan melewati dari tiga hari. Jika lewat batas
Grafik sifat organoleptik tape kulit dari tiga hari dan pemberian ragi terlalu banyak
singkong diatas menunjukkan tingkat kesukaan menghasilkan tape yang terasa semakin
dari 20 panelis agak terlatih terhadap rasa tape masam. Rasa manis disebabkan oleh pati yang
kulit singkong angka yang terkecil adalah tape diubah oleh enzim amilase menjadi gula
kulit singkong dengan penambahan ragi 0,5 % (sukrosa). Enzim invertase mengubahnya lagi
b/b, yaitu dengan rata rata 1,9 yang berasa menjadi glukosa. Rasa berbeda dengan bau dan
sedikit agak masam dan yang terasa lebih baik lebih banyak melibatkan panca indera lidah.
dibandingkan tape kulit dengan yang Penginderaan cecapan dapat dibagi menjadi
penambahan ragi yang lainnya. Sedangkan empat cecapan utama yaitu asin, asam, manis,
angka yang tertinggi adalah Pada tape kulit dan pahit. Rasa terbentuk akibat adanya
singkong dengan penambahan 1,% b/b yaitu tanggapan rangsangan kimia oleh indera
dengan rata rata 2,85. dari tape kulit dengan pencicip (lidah), rasa dipengaruhi oleh beberapa
penambahan ragi 1 %b/b ini, rasa yang faktor yaitu senyawa kimia, suhu, dan
dihasilkan khas tape yaitu masam dan agak konsentrasi dengan komponen rasa yang lain
manis. (Winarno,2004).
Dari Gambar 4. Grafik sifat organoleptik
tape singkong diatas menunjukkan tingkat Berdasarkan hasil uji friedman diperoleh
kesukaan dari 20 panelis agak terlatih terhadap asymp sig tingkat kesukaan panelis terhadap
rasa tape kulit singkong angka yang terkecil rasa tape kulit singkong diperoleh p-value
adalah tape dengan penambahan ragi 2% b/b, 0,003 sehingga lebih kecil dari p- value 0,05,
yaitu dengan rata rata 2,5 yang terasa lebih sehingga ada pengaruh penambahan variasi
manis dibandingkan tape dengan penambahan ragi terhadap rasa tape kulit singkong.
51
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan uji tape singkong dengan penambahan ragi 2 % b/b
Wilcoxon untuk mengetahui beda nyata antara teksturnya lembek dan berair.
penambahan variasi jumlah ragi terhadap rasa. Dari Gambar 5, Grafik menunjukkan
Berdasarkan uji Wilcoxon Asymp.sig (2 tailed ) tingkat kesukaan dari 20 panelis agak terlatih
diperoleh ada beda nyata antara rasa 1,0 dengan terhadap tekstur tape singkong angka yang
rasa 0,5 dimana p- valuenya 0,004. dan ada terkecil adalah tape dengan penambahan ragi
beda nyata antara rasa 1,0 dengan rasa 0 dimana 2,% b/b, yaitu dengan rata rata 2,6. Sedangkan
diperoleh p- valuenya 0,010. angka yang tertinggi adalah tape dengan
Berdasarkan hasil uji friedman diperoleh penambahan ragi 1 % b/b, yaitu dengan rata rata
Asymp Sig tingkat kesukaan panelis terhadap 3,7 yang teksturnya lebih baik bandingkan tape
rasa tape singkong diperoleh p-value 0,000, yang lain. Pada tape singkong dengan
sehingga lebih kecil dari p-value 0,05, penambahan 1,% b/b tekstur yang dihasilkan
sehingga ada pengaruh penambahan variasi lunak dan empuk khas tape. Sedangkan untuk
ragi terhadap rasa tape singkong. Kemudian tape singkong dengan penambahan ragi 2 % b/b
dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon teksturnya lembek dan berair cukup banyak.
untuk mengetahui beda nyata antara Tekstur tape menjadi lunak karena
penambahan variasi jumlah ragi terhadap rasa perubahan karbohidrat menjadi glukosa sebagai
tape singkong. Berdasarkan uji Wilcoxon karbohidrat yang lebih sederhana, sedangkan
Asymp.sig (2 tailed ) diperoleh ada beda nyata rasa masam karena dalam proses fermentasi
antara rasa 1,0 dengan rasa 0, dimana p- terbentuk asam, sehingga semakin lama
valuenya 0,003. dan ada beda nyata antara rasa pemeraman dan jumlah ragi maka yang akan
1,0 dengan rasa 0,5 dimana diperoleh p- terjadi adalah peningkatan total asam.
valuenya 0,003. Serta ada beda nyata antara (Suliantri, 1991). Dan jika pemberian ragi
rasa 2,0 dengan rasa 1,0 dimana diperoleh p- terlalu banyak menyebabkan tekstur tape
valuenya 0,001. menjadi lembek dan berair. Tekstur dan
konsistensi adalah suatu bahan yang akan
4) Tekstur mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh
Untuk mengetahui sifat organoleptik bahan tersebut.
tekstur pada tape kulit singkong dan tape Pengaruh variasi jumlah ragi dengan
singkong dengan variasi penambahan ragi dapat daya terima konsumen tape kulit singkong diuji
dilihat pada Gambar 5. Pada gambar tersebut dengan memakai uji analisa data statistik
menunjukkan tingkat kesukaan dari 20 panelis Friedman. Berdasarkan hasil uji friedman
agak terlatih terhadap tekstur tape kulit diperoleh Asymp Sig tingkat kesukaan panelis
singkong angka yang terkecil adalah tape terhadap tekstur tape kulit singkong diperoleh
dengan penambahan ragi 2,% b/b, yaitu dengan p-value 0,013 sehingga lebih besar dari p-
rata rata 2,1, sedangkan angka yang tertinggi value 0,05, syarat uji friedman p- valuenya
adalah tape kulit singkong dengan penambahan tidak boleh lebih besar dari 0,05, sehingga tidak
ragi 1 % b/b, yaitu dengan rata rata 2,95, yang ada pengaruh penambahan variasi ragi terhadap
teksturnya lebih baik bandingkan tape yang tekstur tape kulit singkong.
lain. Pada tape kulit singkong dengan Sedangkan untuk Pengaruh variasi
penambahan 1,% b/b tekstur yang dihasilkan jumlah ragi dengan daya terima konsumen pada
lunak dan empuk khas tape. Sedangkan untuk tape singkong diuji dengan memakai uji analisa
52
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
data statistik Friedman. Berdasarkan hasil uji proses fermentasi (Muhiddin, 2001). Enzim
friedman diperoleh Asymp Sig tingkat invertase mengubahnya lagi menjadi glukosa.
kesukaan panelis terhadap tekstur tape singkong Hasilnya berupa alkohol. Jika proses fermentasi
diperoleh p-value 0,001, sehingga lebih kecil terlalu lama alkohol akan menghasilkan asam
dari p-value 0,05, syarat uji friedman p- asetat sehingga dapat menghasilkan tape yang
valuenya tidak boleh lebih besar dari 0,05, terasa masam. Dari data diatas menunjukkan
sehingga ada pengaruh penambahan variasi bahwa penambahan ragi akan mempengaruhi
ragi terhadap tekstur tape singkong. Kemudian produk tape yang terbentuk. Semakin banyak
dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon ragi yang diberikan maka semakin lembek
untuk mengetahui beda nyata antara tekstur tape yang terbentuk. Hal ini disebabkan
penambahan variasi jumlah ragi terhadap hasil fermentasi yang berupa alkohol dan
tekstur tape singkong. Berdasarkan hasil uji karbondioksida jumlahnya semakin banyak.
Wilcoxon Asymp.sig (2 tailed ) diperoleh ada Selain itu, semakin kuat aroma alkoholnya dan
beda nyata antara rasa 1,0 dengan rasa 0, semakin banyak Kandungan alkohol yang
dimana p- valuenya 0,004. dan ada beda nyata dimiliki. (Istramar Syamsuri, 2004).
antara rasa 2,0 dengan rasa 1,0 dimana Dalam pembuatan tape sebagai proses
diperoleh p- valuenya 0,001. fermentasi, karbohidrat (pati) bereaksi dengan
enzim atau terhidrolisis sehingga menghasilkan
Kadar Alkohol glukosa. Glukosa akan mengalami proses
fermentasi (peragian) dan menghasilkan
Untuk mengetahui kadar alkohol dari etanol/alkohol. Selain fermentasi gula pereduksi
tape kulit singkong dengan variasi penambahan akan meningkat selama fermentasi berlangsung
ragi dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 6. tiga hari.(Suliantri dan Winiarti 1991).
Tabel dan Gambar menunjukkan bahwa kadar Uji statistik yaitu dengan uji Anova
alkohol yang tertinggi yaitu pada penambahan tunggal. Diperoleh hasil terhadap kadar
variasi ragi 2% b/b yaitu dengan rata rata 3,4% etanol/alkohol tape kulit singkong dengan
b/b, untuk kadar alkohol yang terendah adalah variasi jumlah ragi diperoleh p-value 0,001 jadi
pada penambahan variasi ragi 0,5% b/b. Yaitu p-value lebih kecil dari 0,005 syarat uji Anova
dengan rata rata 0,7% b/b. Untuk variasi tunggal p- valuenya harus lebih kecil dari p-
penambahan ragi 1% b/b terdapat kenaikan value 0,005 sehingga disimpulkan ada pengaruh
yang cukup. Yaitu dengan rata rata 1,4% b/b signifikan variasi jumlah ragi terhadap kadar
dan kemudian untuk penambahan ragi 1,5% b/b alkohol tape kulit singkong. Kemudian
kadar alkohol naik menjadi rata rata 2,7% b/b, dilanjutkan dengan uji LSD, dimana uji ini
mengalami kenaikan kadar alkohol lagi pada untuk mencari beda nyata antara variasi
penambahan ragi 2% b/b yaitu dengan rata rata penambahan ragi terhadap kadar alkohol tape
3,4% b/b. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kulit singkong. Berdasarkan hasil uji LSD
dengan variasi penambahan ragi dapat diperoleh ada beda nyata kadar alkohol antara
mempengaruhi kadar alkohol pada tape kulit variasi jumlah ragi 0,5% b/b, 1,0% b/b, 1,5 %
singkong. b/b, dan 2,0% b/b.
Kandungan karbohidrat yang cukup
tinggi ini, memungkinkan digunakan sebagai
sumber energi bagi mikroorganisme dalam
53
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
55
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Kulit singkong
Ditiriskan
Didinginkan
Ditiriskan
Kulit di
fermentasikan
2-3 hari
Tape kulit
singkong
56
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
5
4,5
4 3,75
nilai skala hedonik
3,5 3,3
3 3,05 3,05 3,1
3
2,5
2
1,5
1
a a a a a a
0,5
0
tape 0 0,5 1 1,5 2
singkong
variasi jumlah ragi
Gambar 2. Uji Hedonik Warna Tape Kulit Singkong dan Tape Singkong Dengan Variasi Jumlah
Ragi
4,5
4 3,5
nilai skala hedonik
Gambar 3. Uji Hedonik Organoleptik Aroma Tape Kulit Singkong dan Tape Singkong Dengan
Variasi Jumlah Ragi
57
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
5
4,5
nilai skala hedonik 4 3,5
3,5
2,85
3
2,5 2,15 2,2 2
1,9
2
1,5
1 a b b a b b
0,5
0
tape 0 0,5 1 1,5 2
singkong
variasi jumlah ragi
Gambar 4. Uji Hedonik Organoleptik Rasa Tape Kulit Singkong Dengan Variasi Jumlah Ragi
5
4,5
nilai skala hedonik
4 3,7
3,5 2,95
3
2,25 2,2 2,3 2,1
2,5
2
1,5
1
0,5 a b b a b b
0
tape 0 0,5 1 1,5 2
singkong
variasi jumlah ragi
Gambar 5. Uji Hedonik Organoleptik Tekstur Tape Kulit Singkong Dengan Variasi Jumlah Ragi
58
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
A. Format
Seluruh bagian dari naskah narasi diketik dua spasi pada kertas HVS ukuran kuarto, batas atas-
bawah dan samping masing-masing 2,5 cm. Pengetikan dilakukan dengan menggunakan huruf bertipe
Times New Roman berukuran 12, dengan spasi ganda dan tidak bolak-balik. Gambar dan tabel dari
publikasi sebelumnya dapat dicantumkan apabila mendapat persetujuan dari penulisnya. Setiap halaman
diberi nomor secara berurutan termasuk halaman tabel/bagan/grafik/gambar/foto pada akhir naskah.
Publikasi ilmiah ditulis 15-17 halaman (sekitar 3000 karakter), termasuk gambar dan tabel. Susunan
naskah hasil penelitian dibuat sebagai berikut:
1. Judul
Ada dua bahasa dalam penulisan judul, yaitu yang pertama menggunakan Bahasa Indonesia dan
kedua Bahasa Inggris. Judul menggunakan Bahasa Indonesia dicetak dengan huruf besar pada awal kata
(kecuali kata sambung) bertipe Times New Roman berukuran 14 dan spasi satu, sedangkan yang
berbahasa Inggris dengan huruf miring. Judul artikel ditulis singkat dan informatif dan mampu
menerangkan isi tulisan dengan jumlah maksimal 15 kata. Hindari penggunaan kata yang mempunyai
kesan umum seperti penelahaan, studi, pengaruh dan lain-lain. Tidak diperkenankan menggunakan
singkatan dan penambahan nama latin.
2. Nama dan Alamat Penulis
Penulisan nama ditulis semua nama yang terlibat dan lengkap tidak ada singkatan. Penulisan
nama tidak dilengkapi pangkat, kedudukan dan gelar akademik, dan diberi kode (1, 2, 3,...) pada bagian
atas nama belakang dari masing-masing nama penulis. Bagian bawah nama diberi alamat korespodensi
(alamat institusi) masing-masing nama, dengan mengikuti kode di atas, dan alamat e-mail lembaga yang
memungkinkan terjadi korespodensi dengan ilmuwan lain.
3. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan yang lengkap dan menjelaskan keseluruhan isi artikel ilmiah.
Abstrak ditulis sebaik mungkin agar pembaca dapat menangkap isi artikel tanpa harus mengacu ke
artikel lengkapnya. Abstrak ditulis dalam satu bahasa yaitu bahasa Inggris dengan judul
“ABSTRACT”, paling banyak terdiri atas 200 kata dalam satu paragrap, diketik huruf miring dengan
spasi tunggal. Abstrak berisi ringkasan pokok bahasan lengkap dari keseluruhan naskah (Pendahuluan,
Metode Penelitian, Hasil, dan Kesimpulan) tanpa harus memberikan keterangan terperinci dari setiap
bab. Abstrak tidak mencantumkan tabel, ilustrasi, rujukan dan singkatan. Untuk menghemat kata,
jangan mengulang judul dalam abstrak.
4. Kata Kunci
Kata kunci adalah kata-kata yang mengandung konsep pokok yang dibahas dalam artikel. Kata
kunci dengan judul “Key words” sebanyak 3 sampai 6 kata ditulis dalam bahasa Inggris diletakkan di
bawah abstract dalam satu baris dan cara pengurutannya dari yang spesifik ke yang umum. Kata kunci
yang baik dapat mewakili topik yang dibahas dan digunakan untuk mengakses lewat komputer oleh
pembaca.
5. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pengantar tentang substansi artikel sesuai dengan topik dan
masalahnya, terutama alasan-alasan baik teoritis maupun empiris yang melatar belakangi kegiatan
penulisan artikel. Memuat secara ekplisit dengan singkat dan jelas tentang arah, maksud, tujuan serta
kegunaan artikel agar substansi artikel tidak menimbulkan kerancuan pengertian, pemahaman dan
59
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
penafsiran makna bagi pembacanya. Berisi penjelasan latar belakang atau problematika yang dikaji dan
tujuan penelitian dilakukan.
Kalimat-kalimat awal seharusnya merupakan hasil pemikiran sendiri, bukan kutipan. Penyajian
harus runut secara kronologis, ada kaitan logika antara alinea pertama dengan berikutnya dengan jelas.
Kerangka berpikir disajikan secara singkat dan jelas berdasarkan konsep-konsep teoritis yang digunakan
untuk membahas, menganalisis dan menafsirkan data, informasi serta temuan-temuan yang diperoleh.
Penting dikemukakan pula konsep-konsep pemikiran yang berasal dari temuan-temuan peneliti sejenis,
jika mungkin yang terbaru, yang telah dilakukan oleh peneliti atau penulis yang sebelumnya.
Pustaka yang digunakan benar-benar mendukung latar belakang yang diungkapkan. Sebaiknya
tidak mengutip hasil-hasil penelitian terdahulu yang tidak dipublikasikan. Nama organisme
(Indonesia/daerah) yang tidak umum harus diikuti dengan nama ilmiahnya pada pengungkapan pertama
kali.
6. Metodologi
Metode adalah cara-cara yang digunakan dalam penulisan artikel ilmiah. Metode tersebut harus
sesuai dengan metodologi yang digunakan pada saat melakukan penelitian. Berisi informasi teknis
(deskripsi bahan, penarikan contoh, prosedur dan pengolahan data) dan diuraikan secara lengkap jika
metode yang digunakan merupakan metode baru. Untuk metode yang sudah umum digunakan, cukup
dengan menyebutkan pustaka yang diacu. Dalam menulis pelaksanaan teknis penelitian (prosedur) tidak
menggunakan kalimat perintah. Bahan kimia yang sangat penting dan khusus untuk analisis disebutkan
produsennya. Alat seperti gunting, gelas ukur, gelas kimia, pensil dan lain-lain tidak perlu ditulis, tetapi
peralatan khusus untuk analisa (AAS, spektrofotometer, HPLC, GC, dan lain-lain) ditulis secara rinci
bahkan sampai ke tipenya.
7. Hasil dan Pembahasan
Berisi pengungkapan hasil-hasil penelitian saja, yang dapat disajikan dalam bentuk tubuh
tulisan, tabel/bagan/grafik/gambar/foto disertai keterangan yang jelas dan informatif. Penyajian data
harus sitematik, perlu dilihat tujuan dan langkah-langkah dalam metode. Narasi data berupa sarinya
bukan menarasikan data seperti apa adanya. Penyajian data juga didukung oleh olahan data (bukan data
mentah) dan ilustrasi yang baik. Pemberian nomor dibuat secara berurutan sesuai dalam naskah dan
dilampirkan secara terpisah dari naskah. Keterangan gambar ditulis di bawah gambar, sedangkan
keterangan tabel ditulis di atas tabel dan harus dibatasi dalam tubuh tulisan. Gambar dan bentuk grafik
dapat dibuat pada halaman terpisah.
Pembahasan bukan sekedar menarasikan data, tetapi berisi interprestasi hasil-hasil penelitian
yang diperoleh dan pembahasan yang dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian yang pernah
dipublikasikan. Dalam menarasikan disesuaikan dengan tujuan dan hipotesa penelitian. Dalam
pembahasan juga dilakukan analisa atau tafsiran dan pengembangan gagasan atau argumentasi dengan
mengaitkan hasil, teori atau temuan sebelumnya.
Ada dua pendekatan dalam melakukan pembahasan dan analisis terhadap data, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif bersifat obyektif, positifistik dan bebas nilai,
subyektifitas sedapat mungkin dihindari. Pendekatan kualitatif bersifat subyektif, relatifisme dan tidak
bebas nilai. Hasil pembahasan dan analisis tidak berpretensi menghasilkan generalisasi, kalaupun ada
generalisasi terbatas pada lingkup obyek penelitian.
8. Kesimpulan
Simpulan ditulis secara kritis dan cermat dan dilakukan generalisasi (induktif) dibuat dengan
hati-hati. Nyatakan simpulan atas hasil dan pembahasan secara singkat, padat, serta tanpa nomor urut.
simpulan tidak mencantumkan kutipan dan analisa statistik.
60
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
Acuan pustaka dalam teks ditulis dengan model nama dan tahun yang diletakkan dibelakang
kata-kata, ungkapan atau kalimat yang diacu. Acuan yang ditulis dalam teks harus ada dalam daftar
pustaka yang diacu dan sebaliknya bila ada dalam daftar pustaka juga harus ada dalam teks. Kata-kata,
ungkapan atau kalimat yang ada alam teks tanpa sumber acuan dapat dianggap sebagai pendapat penulis
dan bila ternyata sebenarnya mengacu dari pustaka lain, dapat dianggap plagiat.
B. Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan, berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang
ditambah pemikiran penerapannya pada kasus tertentu dengan topik yang aktual dalam lingkup
pangan dan gizi.
2. Penulis mengirimkan naskah dalam bentuk hard copy rangkap 2 dan soft copy dalam CD atau
melalui e-mail.
3. Jadual penerbitan adalah bulan Juli dan Desember.
4. Naskah jurnal untuk edisi yang akan terbit, paling lambat diterima oleh redaksi tiga (3) bulan
sebelum jadwal penerbitan. Naskah akan dikoreksi oleh Mitra Bestari yang akan dijadikan dewan
redaksi sebagai dasar dalam memutuskan diterima atau tidaknya naskah.
61
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 02 No. 04 Desember 2011
62