Anda di halaman 1dari 10

TATA CARA PENANAMAN HIJAUAN TANAMAN JAGUNG

I. PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik
terhadap tanah. Pengolahan tanah merupakan tindakan yang penting untuk
menciptakan kondisi media perakaran yang mampu mendukung pertumbuhan
tanaman secara optimal. Tanah berfungsi sebagai media atau tempat dimana air,
udara,hara dan energi ditranslokasikan ke biji dan tanaman itu sendiri, oleh karena
itu sifat-sifat tanah yang mempengaruhi penyimpanan dan translokasi parameter
tersebut memainkan peran sangat penting.
Pengolahan tanah bertujuan untuk:
- Untuk mencampur dan menggemburkan tanah.
Setiap upaya pengolahan tanah akan menyebabkan terjadinya sifat-sifat tanah.
Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis alat pengolahan
lapisan bawah tanah yang digunakan. Penggunaan cangkul misalnya, relatif tidak
akan banyak terjadinya pemadatan lapisan bawah tanah.
- Mengontrol tanaman pengganggu dan hama lainnya
Dengan mengadakan pengolahan tanah terutama pengolahan tanah sempurna
akan dapat menghilangkan tanaman pengganggu dan begitu juga dapat memutus
siklus hidup OPT yang merugikan tanaman jagung.
- Menciptakan kondisi kegemburan tanah yang baik untuk pertumbuhan akar
Kepadatan tanah akan mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman, dengan
adanya pengolahan tanah akan meningkatkan porositas tanah dan sifat-sifat
hidrolik tanah sehingga mempermudah penetrasi akar dalam menyerap unsur hara
di dalam tanah. (Rahman et al., 2004) menyebutkan bahwa hantaran hidrolik
tanah berbanding lurus dengan pori berukuran makro, yang berarti bahwa
hantaran hidrolik tanah meningkat dengan makin besarnya volume pori tanah.
- Mendorong aktifitas mikroorganisme tanah, dan membuang gas-gas
beracun dari dalam tanah.
Pengolahan tanah memacu aktivitas mikroba yang ditandai oleh meningkatnya
jumlah populasi dan aktifitas respirasi. Simulasi ini terjadi karena terganggunya
agregat tanah dan tereksposnya bahan-bahan cepat lapuk (degradable material).
Menurut Elliott (1986) agregat tanah makro merupakan tempat paling aktif
terjadinya proses mineralisasi (perubahan elemen organik menjadi anorganik).
Pembalikan tanah dan penghancuran bahan-bahan organik menciptakan zona
aktivitas mikroba intensif di lapisan olah.
Pankhurst dan Lynch (1983) mengemukakan bahwa gangguan tanah akibat
pengolahan akan memacu perkembangan mikroba aerobic (biasanya bakteri) yang
memiliki metabolisme tinggi ini mengakibatkan berkembangnya fauna pemakan
bakteri (protozoa dan nematode) di tanah-tanah pertanian, sehingga dekomposisi
bahan organik dan sisa tanaman dan menetralisasi hara meningkat pesat.

A. Alat Pengolahan Tanah


Alat-alat yang umum digunakan pada pengolahan tanah yaitu . Alat yang
umum digunakan adalah cangkul, garpu, dan bajak singkal/rotari. Cangkul dan
garpu merupakan alat sederhana yang dioperasikan oleh tenaga manusia. pada
pengolahan tanah pertama, cangkul digunakan untuk membajak dan membalikan
tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dan akan mengalami pembusukan.
Pengolahan tanah dengan cangkul membutuhkan waktu sekitar 44 jam
kerja/ha. Bajak singkal dan bajak rotari umumnya digunakan untuk pengolahan
pertama. Tenaga penarik bajak dapat berupa traktor tangan berkekuatan 5-10
tenaga kuda (TK), traktor mini (12-12,5 TK), dan traktor besar (30-80 TK).
Jumlah bajak yang dapat digandengkan ke traktor bergantung pada sumber tenaga
traktor. Traktor tangan biasanya hanya menggunakan 1(satu) bajak, traktor mini
1-2 bajak dan traktor besar 3-8 bajak.
Berbeda dengan bajak singkal, bajak rotari dilengkapi dengan komponen
pemutar yang dapat langsung menghancurkan dan meratakan tanah. Namum
demikian, kedalaman olah bajak rotari dangkal sehingga lebih cocok digunakan
untuk mengolah tanah bertekstur ringan.

B. Cara Pengolahan Tanah


Dalam pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain yaitu Pengolahan Tanah Konvensional atau yang biasa
disebut Olah Tanah Sempurna (OTS), dan Pengolahan Tanah Konservasi.
1) Pengolahan Tanah Konvensional
Pengolahan tanah secara konvensional atau pengolahan tanah
sempurna sebaiknya dilakukan setelah hujan mulai turun dengan
mempertimbangkan kondisi lengas tanah yang sesuai untuk pengolahan
tanah atau dapat juga dilakukan sebelum hujan turun, dengan tahapan
sebagai berikut:
a) Pembersihan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa
tanaman yang cukup banyak dapat digunakan sebagai mulsa. Pembersihan
gulm dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida.
b) Pencangkulan dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah
bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki
aerasi. Kedalaman olah tanah 15-20 cm, dan Tanah bertekstur berat
memerlukan pengolahan lebih dari satu kali. Pertama-tama tanah
dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
c) Pengolahan tanah secara konvensional dengan melakukan pembalikan
tanah dan pemecahan bongkahan tanah/penggemburan agar diperoleh
tanah yang gembur untuk aerasi, tanah yang akan ditanami diolah dengan
menggunakan bajak singkal dan rotari.
d) Pada lahan yang mempunyai drainase jelek, setiap 3 meter dibuat saluran
drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan
kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang
drainasenya jelek.
e) Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur untuk
meningkatkan PH tanah. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3
ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara
menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman, sekitar 1 bulan
sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam
dengan cara disebar pada barisan tanaman. Jika tidak tersedia kapur dalam
jumlah yang cukup, dapat digunakan kotoran ayam petelur yang sudah
masak (telah terdekomposisi)
Pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali pada pengolahan pertama
tanah dicangkul/dibajak dan dibalik sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dan
selanjutnya mengalami proses pembusukan. Pengolahan tanah kedua dilakukan
satu minggu setelah pengolahan tanah pertama dengan garu/sisir serta perataan
sehingga lahan siap ditanami.
Keuntungan pengolahan tanah secara konvensional diantaranya adalah
memperbaiki aerasi tanah, mengendalikan gulma, memutus siklus hidup hama,
dan memudahkan aktivitas budidaya lainnya.
Kelemahan pengolahan tanah secara konvensional diantaranya merusak
struktur lapisan tanah, meningkatkan peluang erosi dan penguapan lengas tanah
dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

2) Pengolahan Tanah Konservasi


Strategi penyiapan lahan yang kini banyak menarik perhatian adalah
penerapan pengurangan pengolahan tanah atau Olah tanah konservasi (OTK).
OTK dapat diartikan sebagai tindakan pengurangan pengolahan tanah dan disertai
dengan penggunaan mulsa.
Olah tanah konservasi adalah penyiapan lahan yang menyisakan sisa
tanaman di atas permukaan tanah sebagai mulsa dengan tujuan untuk mengurangi
erosi dan penguapan air dari permukaan tanah. (Utomo, 1995) mendifinisikan
olah tanah konservasi sebagai suatu cara pengolahan tanah yang bertujuan untuk
menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, namum
tetap memperhatikan aspek konservasi tanah dan air.Olah tanah konservasi
dicirikan oleh berkurangnya pembongkaran/pembalikan tanah, penggunaan sisa
tanaman sebagai mulsa dan kadang-kadang dengan penggunaan herbisida untuk
menekan pertumbuhan gulma atau tanaman penggangu lainnya;
Kelebihan sistem olah tanah konservasi dalam penyiapan lahan antara lain :
menghemat tenaga dan waktu, meningkatkan kandungan bahan organik tanah,
meningkatkan ketersediaan air dalam tanah, memperbaiki kegemburan tanah dan
meningkatkan porositas tanah, mengurangi erosi tanah, memperbaiki kualitas air,
meningkatkan kandungan fauna tanah, mengurangi penggunaan alsintan seperti
traktor, menghemat penggunaan bahan bakar, dan memperbaiki kualitas udara
Faktor keberhasilan olah tanah konservasi mengurangi erosi dan penguapan
air dapat dilihay dari : keberadaan sisa tanaman dalam jumlah memadai di
permukaan tanah; kondisi tanah yang kasar (rough), sarang (porous), berbongkah
(cloddy), bergulud (bridget); atau kombinasi dari keduanya. Sehingga nampak
jelas keefektifan OTK ditentukan oleh penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa
dipermukaan tanah.
Kelemahan dari pengolahan tanah konservasi adalah kemungkinan populasi
hama meningkat, bahan organik terkonsentrasi pada lapisan atas tanah dan
membutuhkan waktu yang lama untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Pengolahan tanah secara konservasi terdiari atas beberapa macam, diantaranya


adalah :
- Olah Tanah Minimum (OTM).
OTM adalah cara penanaman yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi
pengolahan. Pengolahan tanah dilakukan sekali dalam setahun atau sekali dalam 2
tahun tergantung pada tingkat kepadatan tanahnya, dan sisa tanaman disebarkan
seluruhnya diatas permukaan tanah sebagai mulsa setelah pengolahan tanah.
Pada tanah-tanah yang cepat memadat seperti pada tanah yang bertekstur
berat, pengolahan tanah dapat dilakukan dalam sekali setahun; sedangkan pada
tanah-tanah yang bertekstur sedang dapat dilakukan sekali dalam 2 tahun.

- Olah Tanah Strip (strip tillage)


Olah Tanah Strip (OTS) adalah cara pengolahan tanah yang dilakukan hanya
pada strip-strip atau alur-alur yang akan ditanami, biasanya strip-strip tersebut
dibuat mengikuti kontur. Bagian lahan diantara 2 strip tidak terganggu/diolah.
Sisa tanaman disebar sebagai mulsa diantara 2 strip dan menyisakan zona sekitar
strip tanpa adanya mulsa.
- Tanpa Olah Tanah (TOT)
TOT adalah cara penanaman yang tidak memerlukan pengolahan tanah,
kecuali membuka lubang kecil untuk meletakkan benih.
Di negara-negara maju, peletakan benih dilakukan dengan menggunakan alat
berat berupa planter yang dilengkapi dengan disk-opener, sedang di negara-negara
berkembang seperti Indonesia pada umumnya masih menggunakan tongkat kayu
yang diruncingkan bagian bawahnya (tugal).
TOT biasanya dicirikan dengan sangat sedikitnya gangguan terhadap
permukaan tanah kecuali lubang kecil untuk meletakkan benih dan adanya sisa
tanaman sebagai mulsa yang menutupi sebagian besar (60 – 80 %) permukaan
lahan.
Budidaya jagung dengan teknik penyiapan lahan Tanpa Olah Tanah (TOT)
dapat berhasil baik pada tanah bertekstur ringan sampai sedang dan ditunjang oleh
drainase yang baik (Lopez-Belido et al., 1996). Pada tanah bertekstur ringan dan
sedang penyiapan lahan dengan sistem TOT dan gulma disemprot dengan
herbisida dengan dosis sesuai anjuran. Keunggulan teknik TOT adalah
mengurangi biaya untuk mempercepat pengolahan tanah dan pengairan. Selain itu
dapat juga memajukan waktu tanam, mengurangi erosi dan meningkatkan
kandungan air tanah (FAO, 2000).
Tanpa Olah Tanah adalah cara penanaman yang tidak memerlukan
penyiapan lahan, kecuali membuka lobang kecil untuk meletakkan benih. Di
Negara maju peletakan benih menggunkan alat berupa planter yang dilengkapi
dengan disk opener, sedangkan di Negara-negara berkembang seperti Indonesia
umumnya masih menggunakan tongkat kayu yang diruncingkan bagian bawahnya
(tugal). Tanpa Olah Tanah biasanya dicirikan oleh sangat sedikitnya gangguan
terhadap permukaan tanah, kecuali lobang kecl untuk peletakkan benih dan
adaanya penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa yang mentupi sebagian besar
permukaan tanah. Pada lahan yang ditanami jagung 2 kali setahun, penanaman
pada musim penghujan tanah diolah sempurna dan pada musim tanam berikutnya
penanaman dapat dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu
tanam.

C. Waktu Pengolahan Tanah


Waktu pengolahan tanah yang baik minimal satu minggu sebelum tanam.
Penyiapan lahan dilakukan setelah panen padi baik tanpa pengolahan maupun
dengan pengolahan tanah. Tanpa pengolahan tanah dapat dilakukan utamanya
pada tanah yang mempunyai tekstur ringan. Penyiapan lahan tanpa pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dari sisa –sisa jerami padi dan
jika dinilai keberadaan gulma juga dapat mengganggu saat pertumbuhan awal
tanaman maka dapat dilakukan penyemprotan dengan herbisida saat satu minggu
sebelum waktu tanam yang ditentukan. Penyiapan lahan dengan sistem tanah olah
sempurna dapat dilakukan 2 minggu atau 1 minggu sebelum tanam
II. CARA MENANAM JAGUNG
- Gunakan benih unggul yang memiliki tingkat keberhasilan tumbuh lebih
dari 95%. Penyiapan benih sebaiknya mengikuti anjuran produsen benih
tersebut. Bagi benih jagung yang bukan dari pabrikan, benih bisa disiapkan
terlebih dahulu dengan cara merendam terlebih dahulu dengan insektisida.
- Agar tanah yang ditanami jagung menjadi subur, sebaiknya diberikan
pupuk yang cukup. Pupuk yang diberikan bisa berupa pupuk organik dan
pupuk kimia.
- Apabila jenis jagung besar ditanam dan tidak diselingi dengan tanaman
lain, maka jarak yang baik ialah antara 90 x 60 Cm. kemudian sebaliknya
apabila jenis jagung kecil yang ditanam dan merupakan tanaman tunggal
(tanpa ada tanaman lain), maka gunakan jarak tanam antara 80 x 40 Cm.
- Apabila jagung digunakan sebagai tanaman penyelang, misalnya ditanam di
antara tanaman lain misalnya seperti kacang, sayur-sayuran dan cabe, maka
sebaiknya jarak tanam antara batang jagung adalah 200 x 80 Cm. sebaiknya
dibuat agak jarang agar tidak mengganggu tanaman lain dalam hal
mendapatkan sinar matahari.
- Penanaman benih bisa dilakukan maksimal seminggu setelah pemberian
pupuk organik dan pengapuran. Lubang tanam dibuat dengan tugal atau
mesin planter.
- Bibit jagung yang ditanam dimasukan ke dalam tanah dengan kedalaman 5
cm, dan setiap lubang bisa dimasukan 2-3 biji jagung.
- Setelah tanaman jagung mencapai ketinggian 30-40 cm tanah harus
dibersihkan lagi dari rumput-rumput liar atau gulma. Kemudian tanaman
jagung diberikan pupuk secukupnya supaya pertumbuhannya lebih cepat.
- Pemupukan tambahan dilakukan sebanyak 2- 3 kali dalam satu masa tanam
tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan jenis benih yang digunakan.
Jenis pupuk yang dibutuhkan tanaman jagung harus memenuhi unsur N, P
dan K.
III. PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG
- Lakukan penyiraman pada tanaman jagung yang kelihatan layu
- Agar tanaman jagung lebih sehat dan mendapatkan hasil yang banyak
sebaiknya gunakan pupuk organik seperti kotoran ternak atau pun bisa
pupuk kimia seperti Ponska, ZA, DS dengan dosis sesuai dengan
kebutuhan.
- Cara pemupukan bisa dilakukan dengan membuat lubang disekitar tanaman
jagung, kemudian letakan pupuk pada lubang tersebut
- Setelah tanaman jagung berumur satu bulan maka harus dilakukan
penyiangan.
- Lakukan pengobatan secara rutin, minimal seminggu sekali agar jagung
tidak terkena penyakit.
- Lakukan pengontrolan hama perusak seperti tikus, burung dan hama-hama
lainnya.

IV. PEMANENAN HASIL


Panen yang dilakukan sebelum atau setelah masa fisiologinya akan
berakibat pada komposisi kimia jagung yang menentukan kualitasnya. Jagung
yang sudah tua bisa dipanen dari batangnya, lalu kemudian tanaman jagung
dijemur sampai kering. Cara pengeringan yang paling umum adalah dengan
menjemurnya di ladang bersama-sama dengan klobotnya. Atau bisa juga dikupas
kelobotnya kemudian jagung dijemur di lantai atau di atas terpal. Setelah kering
buah jagung bisa disimpan atau dilakukan penggilingan untuk memisakan biji
jagung dengan janggel jagung.
Bagian dari tanaman jagung yang menjadi pakan ternak adalah hijauan
tanaman, klobot dan gilingan tongkol jagung yang sudah diambil biji jagungnya
atau yang sering disebut dengan janggel jagung. Batang tanaman jagung yang
sudah dipanen dikonsumsi oleh ternak ruminansia dan bisa juga diolah terlebih
dahulu menjadi silase batang jagung. Sebaiknya dalam penyimpanan tanaman
pakan harus pada tempat yang aman dan tertutup agar terhindar dari gangguan
hama. Proses pengeringan tanaman hijauan jagung juga perlu diperhatikan
terutama bila panen dilakukan di musim hujan agar tidak ditumbuhi jamur.

Anda mungkin juga menyukai