Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem secara fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.Pemakaian obat bisa bermacam-macam
(secara oral, rektal, parenteral, dan topikal).
Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua
bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Sediaan-sediaan yang
telah beredar saat ini umumnya dibedakan atas sediaan padat, sediaan cair, dan
sediaan semi padat. Sediaan padat merupakan sedian yang sudah popular di
masyarakat, salah satunya ialah sediaan serbuk. Sediaan serbuk memiliki
keunggulan dibandingkan sediaan lainnya.Sediaan serbuk biasanya diperuntukkan
bagi anak-anak, orang tua, maupun orang-orang yang sulit ataupun tidak dapat
meminum obat dalam bentuk sediaan lain seperti tablet, pil, ataupun kapsul.
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang di haluskan,
di tujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai
luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dari
pada bentuk sediaan yang di padatkan. Anak-anak dan orang dewasa yang sukar
menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.
Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara
merata pada campuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan serbuk yang
terdiri dari bahan padat yang kering. Kekurangan serbuk sebagai bentuk sediaan
adalah keengganan pasian meminum obat yang pahit atau rasa yang tidak enak,
kesulitan untuk menjaga agar serbuk tidak terurai. Karena kandungan zat aktif 
pada serbuk dapat dengan mudah mencair atau susah menyeragamkan dosis.
Serbuk terbagi, bentuk serbuk ini berupa bungkusan serbuk dalam kertas
perkamen atau dalam kantong-kantong kecil, tiap bungkus merupakan 1 dosis.
Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat serta persatu sedikit demi

1
sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikitnya dalam mencampur
serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan juga agar jangan ada bagian yang
menempel pada dinding mortar, terutama untuk serbuk yang berkhasiat keras dan
dalam jumlah kecil
Berdasarkan uraian diatas,maka perlu dilakukan praktikum dengan judul
‘‘pulveres” untuk mengetahui cara pembuatan puyer (serbuk bagi) yang baik dan
benar. Pembuatan sediaan serbuk sangat penting untuk diketahui untuk dapat di
terapkan pada pelayanan kefarmasian khususnya di apotek, puskesmas, dan rumah
sakit.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Agar kita dapat melakukan praktikum farmasetika dengan baik
dan mengetahui lebih jelas dan mendalam tentang sediaan berupa serbuk
terbagi atau pulveres, khususnya cara pembuatan dan pengemasannya.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ini yaitu :
1. Dapat mengetahui pengertian serbuk bagi dan membuat sediaan serbuk bagi
(pulveres) dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip kerja.
2. Dapat memahami cara menghitung dosis dan bahan obat
3. Dapat mengetahui khasiat dari masing – masing obat .

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Serbuk Bagi (Pulveres)
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama,
dibungkus dengan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk
serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung linn, kemudian
dilapisi lagi dengan kertas logam (FI IV, 1995)
2.1.2 Derajat Kehalusan Serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor. Jika
derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor berarti semua serbuk dapat
melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan dua nomor,
berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak
lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi. Sebagai contoh serbuk
22/60 dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomor 22 seluruhnya
dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak no 60. Nomor pengayak menunjukkan
jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat ( Anief,
1987). Berikut derajat halus serbuk:
Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
Serbuk kasar adalah (10/40)
Serbuk agak kasar adalah (22/60)
Serbuk agak halus adalah ( 44/85)
Serbuk halus adalah (85)
Serbuk sangat halus adalah (120)
2.1.3 Cara Pembuatan Serbuk
Menurut Anief (1987) Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat
satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya
sedikit, kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan
dicampur lagi.Beberapa petunjuk :
1. Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam keadaan tidak diencerkan

3
2. Bila bagian-bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan masukkan dulu
serbuk yang BJnya besar baru kemudian masukkan serbuk yang BJnya
rendah dan diaduk.
3. Jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus.
4. Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku kering. Maka itu
untuk menggerus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir panas.
5. Cara mencampur camphora dalam serbuk dilakukan dengan melarutkan
camphora dengan spiritus fortior dalam mortir.
6. Cara mencampur ekstrak kental dengan serbuk dilakukan dengan
mengencerkan dulu ekstraknya dengan cairan penyari yang cocok dalam
mortir panas, kemudian diserbukkan dengan bantuan bahan tambahan
saccharum lactis atau amylum oryzae
7. Cara mencampur tinktur dan ekstrak liquid dengan serbuk adalah bila
jumlahnya banyak maka tinktur atau ekstrak diuapkan diatas tangas air
hingga hampir kering lalu ditambahkan saccharum lactis dan diaduk sampai
kering. Bila jumlahnya sedikit cukup dengan menggunakan mortir dan
stamfer panas saja.
Bila kandungan zat berkhasiat mudah menguap atau rusak karena
pemanasan maka dilakukan sebagai berikut :
1. Ambil zat berkhasiatnya saja, seperti Opii Benzoica Tinctura, Camphorae
Solutio Spirituosa dan Iodii Tinctura, apabila diketahui isi zat berkhasiatnya.
2. Bila isi zat berkhasiat tidak diketahui, maka tincture atau ekstrak cair
diteteskan pada mortir yang berisi saccharum lactis diatas tangas air dan
diaduk.
3. Oelaeo sacchara atau gula berminyak dibuat dengan cara 2 gram saccharum
lactis ditambah 1 tetes minyak eteris (oleum anisi/ oleum foeniculi/ oleum
menthae piperitae).
4. Campuran serbuk yang dapat menjadi basah maka masing-masing serbuk
dicampur dengan bahan yang inert, setelah itu baru keduanya dapat
dicampur. Campuran tersebut dapat menjadi basah karena :
a. Keluarnya air kristal, contohnya Calcii Chloridum.

4
b. Terjadinya senyawa baru dengan air kristal yang lebih sedikit cotoh
campuran Magnesii sulfas dengan Natrii Bicarbonas.
5. Penurunan tekanan uap relative (titik eutektikum)
6. Serbuk yang dalam resep ditambahkan tablet, bila terdapat zat aktif dalam
bentuk serbuk maka ditambahkan zat aktifnya saja. Jika tidak terdapat
maka tablet digerus kemudian di ayak, baru dapat dicampur dengan
serbuk lainnya.
2.1.4 Metode Pencampuran Serbuk
Menurut Soetopo (2009),metode pencampuran serbuk terdiri atas :
1. Trituration, yaitu mencampur bahan obat dalam lumpang, cara ini sering
dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas dan Apotek dalam skala kecil.
2. Spatulasi, yaitu sejumlah serbuk obat digerus diatas selembar kertas atau
tatakan pembuat pil dengan gerakan spatula obat. Keuntungan dari cara
triturasi yaitu kehilangan bahan obat lebih sedikit dan cocok untuk bahan-
bahan obat yang mempunyai sifat dan keadaan yang sama. Tidak cocok
untuk yang mengandung satu atau lebih bahan berkhasiat keras.
3. Pengayakan, yaitu pencampuran dengan cara melewatkannya melalui
ayakan, umumnya menghasilkan produk yang agak halus.
4. Tumbling, yaitu mencampur serbuk dengan mengguling-gulingkan serbuk
yang ditutup dalam suatu wadah besar, biasanya diputar oleh mesin secara
mekanik, cara ini dilakukan pada skala industri.
2.1.5 Syarat - Syarat Serbuk
Menurut Syamsuni (2006) syarat- syarat serbuk yaitu :
1. Kering
2. Halus
3. Homogen
4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau
keseragaman kandungan ( seragan dalam zat yang terkandung ) yang
berlaku untuk serbuk bagi/pulveres yang mengandung obat keras,
narkotika, dan psikotropika.

5
2.1.6 Kekurangan dan Kelebihan Serbuk
Menurut Ansel (2008), kelebihan dan kekurangan serbuk:
1. Kelebihan serbuk:
a. Dokter lebih leluasa memilih dosis yang sesuai keadaan pasien
b. Lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air
c. Penyerapan lebih sempurna dibandingkan dengan sediaan padat lainnya
d. Cocok untuk anak-anak dan dewasa yang sukar menelan tablet
e. Obat yang volumenya besar dan tidak dapat dibuat tablet atau dibuat
serbuk
2. Kekurangan serbuk:
a. Rasa dan bau yang tidak enak tidak dapat ditutupi
b. Pada penyimpanan bisa menjadi lembab
c. Peratakannya membutuhkan waktu yang telah lama
d. Kurang baik untuk zat yang mudah terurai
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Amoxicillin (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AMOXICILLIN
Nama lain : amoksisilin,amoxsan,pamoxicillin,penmox,trimox
Rumus molekul : C16H19N3O4S
Berat Molekul : 349,40 g/mol
Struktur Kimia :

Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau


Kelarutan : Sukar larut dalam air dalam methanol tidak larutan
dalam benzene karena dalam karbotetraklorida dan
dalam kloroform

6
Khasiat :Sebagai antibiotic (membunuh bakteri dan
mikroorganisme
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
2.2.2 Methyl Prednisolon (Dirjen POM, 2014)
Namaresmi : METHYL PREDNISOLON
Nama lain : Metil prednisolon
Rumus molekul : C22H30O5
Berat Molekul : 374,48 g/mol
Struktur Kimia :

Pemerian : Serbuk hablur putih sampai hampir putih, tidak


berbau, melebur pada suhu 240°C disertai
penguraian
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam
etanol dalam dioksan dan dalam methanol sukar
larut dalam aseton dan dalam kloroform dan
sangat sukar larut dalam eter
Khasiat : Mengurangi peradangan atau inflamasi
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya
2.2.3 Paracetamol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama lain : Paracetamol,acitaminofen,acetamidophenol
Rumus molekul : C8H9N02
Berat molekul : 151, 16 g/mol
Struktur kimia :

7
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit
pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksi dan mudah larut dalam etanol
Khasiat :Sebagai obat pereda nyeri (analgesik) dan penurun
demam (antipiretik)
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan adalah keranjang, lap halus dan kasar, lumpang dan
alu, pipet, sudip.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Alkohol 70%, Amoxicillin, Etiket, Kemasan
obat, Kertas perkamen, Methylprednisolone, Paracetamol, Plastik, Tisu.
3.2. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Dimasukan obat Amoxicillin kedalam lumpang terlebih dahulu.
4. Digerus searah jarum jam satau arah yang konsisten
5. Disiapkan 10 kertas perkamen sesuai permintaan
6. Dilipat kertas 10 perkamen secara memanjang dengan simetris
7. Disalin dan dibagi sama rata menggunakan sudip pada 10 kertas
perkamen
8. Dilipat kertas perkamen sesuai dengan cara pembungkusan yang baik
dan benar
9. Dimasukan Methyl Prednisolon kedelam lumpang lalu digerus hingga
halus, lalu dimasukan paracetamol kedalam lumpang lalu digerus hingga
homogeny
10. Dilakukan hal yang sama pada nomor 4 sampai 8, lalu
11. Dimasukan ke dalam pembungkus obat
12. Dimasukan etiket kedalam pembungkus obat

9
3.3 Deskripsi resep
3.3.1 Resep
Dr. Robert
Jl. Sudirman No. 18 Gorontalo
SIP No. 04/km/1983
No. 01
3.3.2 Narasi resep
Pada tanggal 08 November
R/ Amoxicillin 250mg
2020, Dita dengan umur enam
m.f pulv dtd No.X
tahun  berobat ke Rumah Sakit
∫ tdd 1 pulv
Ibu dan Anak Tiara. Di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Tiara An.
R/ PCT 250mg
Dita diperiksa oleh dr. Robert.
Methylprednisolone 2mg
Setelah diperiksa kesehatannya
m.f pulv dtd No. V
oleh dr. Robert, Dita diberikan
∫ tdd 1 pulv
selembar Resep untuk ditebus

Pro : Dita di Apotek. Resep tersebut

Umur : 6 thn diterima Oleh Apoteker di


Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Ibu dan Anak Tiara, dan diperiksa kelengkapan administratifnya oleh Apoteker.
Setelah diperiksa kelengkapannya oleh Apoteker, Dita diberikan beberapa obat
sesuai dengan yang tertera di selembar resep tersebut.

3.4.2.1 Narasi resep perkata (Syamsuni, 2006)


Singkatan latin Nama Latin Arti latin
R/ Recipe ambillah
mg miligramma miligram
m.f Misce fac campur, buat
pulv. Pulveres serbuk bagi
dtd Da tales doses berikan sekian takaran
no. Nomero sebanyak
x Decem sepuluh

10
ʃ Signa tandai
t.d.d Ter de die 3 kali sehari
I Unus satu
V Quinque lima
3.4.2.2 Narasi resep dalam bahasa dalam latin
Recipe Amoxicillin 250 miligramma, misce fac pulvis da tales doses
nomero decem signa ter de die unus pulveres. Paracetamol 250 miligramma,
Methylprednisolone duo miligramma, misce fac pulveres da tales doses nomero
quinque signa ter de die unus pulveres.
3.4.2.3 Narasi resep dalam Bahasa Indonesia
Ambillah Amoxicillin 250 miligram, campur dan buatlah serbuk, berikan
sekian takaran sebanyak sepuluh tandai tiga kali sehari satu serbuk bagi.
Paracetamol 250 miligram, Methylprednisolone dua milligram, campur dan
buatlah serbuk bagi berikan sesuai takaran sebanyak lima, tandai tiga kali sehari 1
serbuk bagi
4..4.3 Perhitungan Bahan
250
Amoxicilin= × 10=5 tab
500
250
Paracetamol= ×5=2,5 Tab
500
2
Methyl Prodnisolon= ×5=2,5 Tab
4

4.4.4 Perhitungan Dosis


n
RumusYoung= × DM
n+12
1. Amoxicilin (250-500 mg) (Gunawan, 2007)
6
- Dosis sekali = x 250 mg
6+12
= 83,3 mg
100
% sekali = x 100%
83,3
= 1,2 % (Tidak OD)

11
6
- Dosis sehari = x 500 mg
6+12
= 166 mg
100
% sekali = x 100%
166
= 0,60 % (Tidak OD)
2. Paracetamol 500 - 1000(Tjay, T.H dan Rohardja, 2007)
6
Dosis sekali = x 500 mg
6+12
= 166 mg
250
% sekali = x 100%
166
= 1,5 % (Tidak OD)
6
Dosis sehari = x 1000 mg
6+12
= 333 mg
250
% sekali = x 100%
333
= 0,7 (Tidak OD)
Methyl Prednisolon
3.4.5 Kekurangan Resep
Menurut Syamsuni (2006), Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap,
jika resep tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakannya kepada
dokter penulis resep tersebut. Resep yang lengkap memuat hal-hal :
1. Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan ;
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio)
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Subsciptio)

12
7. Tanda seru dan / atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis
maksimalnya.
Pada resep yang diberikan tidak tercantum nama, alamat, dan nomor izin
praktik dokter ; juga tanggal ditulisnya resep ; dan tanda tangan dari penulis
resep.
3.4.6 Indikasi Obat
Amoxicilin : (ISO Vol. 49), Infeksi saluran kemih dan kelamin, infeksi
lain seperti salmonella sp, shigella, kulit, luka selulitis, furunkulosis.
Sedangkan menurut Siswanono (2000), Amoxicillin digunakan untuk
mengatasi infeksi yang d isebabkan oleh bakteri gram negatif seperti
Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella.
Amoxicillin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan
oleh bakteri gram positif seperti: Streptococcus pneumoniae, enterococci,
nenpenicilinase-producing staphlococci, listeria. Tetapi walaupun demikian,
amoxicillin secara umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk
pengobatan yang di sebabkan oleh infeksi streptococcus dan staphilococcal.
Amoxicillin diindikasikan untuk infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran
kemih, infeksi kl amidia, sinusitis, bronkitis, pneumonia, abses gigi dan
infeksi rongga mulut lainnya. Menurut Sirait (2015), untuk infeksi saluran
pernapasan, bronkopneumonia, atitis media, infeksi saluran napas, saluran
kemih, infeksi dalam kelamin wanita
Paracetamol : (ISO Vol.49), Mengatasi nyeri ringan pada sakit kepala, sakit
gigi, sakit waktu haid, dan sakit pada otot, menurunkan demam setelah
imunisasi. Sedangkan menurut Dirjen POM (1979), analgetikum
antipiretikum. Menurut Cranswick (2000), Parasetamol merupakan pilihan
lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan
analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.
Methyl Prednisolon : (ISO Vol.490), Abnormalitas fungsi adrenokortikall,
alergi dan peradangan saluran nafas, sebagai terapi tambahan pada penyakit
rematik, penyakit-penyakit darah, penyakit-penyakit kolagen, seperti

13
penyakit sistemik lupus erythematosus, eksaserbasi akut penyakit multiple
sclerosis, hiperkalsemia yang berhubungan dengan keganasan.
3.4.7 Kontra Indikasi
Paracetamol : (ISO Vol,49), Kerusakan fungsi hati. Menurut Yulida (2009),
Penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif
terhadap obat ini.
Methyl Prednisolon : (ISO Vol,490), Infeksi jamur sistemik, baru menerima
imunisasi dan hipersensitivitas, penderita ulkus peptikum dan ulkus
duodenum, osteoporosis, penderita dengan riwayat psikosis, herpes,
tuberculosis.
3.4.8 Penyampaian Informasi
Amoksisilin (amoxicillin) adalah antibiotik dengan spektrum luas,
digunakan untuk pengobatan seperti infeksi pada saluran napas, saluran
empedu, dan saluran seni, gonorhe, gastroenteris, meningitis dan infeksi
karena Salmonella sp, seperti demam tipoid (Kementrian kesehatan, 2011).
Amoxicillin, atau amoksisilin adalah golongan antibiotik akan menghambat
pertumbuhan bakteri yang menyebabkan infeksi di organ tubuh. Obat ini
dapat berisiko pada wanita hamil dan menyusui. Dosis amoksisilin juga
berbeda pada tiap penderita, tergantung pada jenis dan keparahan infeksi.
Untuk mengonsusi amoksisilin harus sesuai dengan anjuran dokter karena
untuk mengonsumsi antibiotic harus dihabiskan seperti menurut Junaidi
(2009), Antibiotik tetap harus dihabiskan, karena apabila tidak dihabiskan
akan menyebabkan resistensi atau kekebalan terhadap mikroba patogen
yang menyerang tubuh. Resiko terjadinya resistensi kuman terhadap
antibiotik masih belum dipahami oleh masyarakat. Penderita infeksi harus
diberi pengobatan untuk satu periode tertentu dan bukan hanya beberapa
kali saja. Untuk perintah minum pada resep, diminum 3 x sehari untuk
pasien Dita umur 6 tahun dengan catatan dihabiskan.
Paracetamol merupakan obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit
punggung, nyeri yang timbul saat periode menstruasi, dan untuk

14
mengurangi demam. Seperti menurut Cranswick (2000), merupakan pilihan
lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan
analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang.
Obat ini golongan analgesic dan antipiretik, dosis paracetamol berbeada
sesuai dengan kondisi penderita. Efek samping dapat terjadi pada
pemakaian obat-obatan. Efek samping yang umum terjadi selama
pemakaian obat ini adalah gejala alergi (terjadi pada individu yang
sensitif/alergi terhadap paracetamol/asetaminofen). Untuk perintah minum
pada resep, diminum 3 x sehari untuk pasien Dita.
Metilpredinosolon atau methylprednisolone adalah obat untuk
mengatasi penyakit yang menyebabkan peradangan, seperti lupus dan
multiple sclerosis. Methylprednisolone juga digunakan untuk meredakan
reaksi alergi, seperti penyakit asma. Methylprednisolone bekerja dengan
menekan sistem imun, sehingga tubuh tidak melepas senyawa kimia yang
memicu terjadinya peradangan. Selain lupus dan multiple sclerosis,
beberapa penyakit lain yang dapat menyebabkan reaksi peradangan adalah
rheumatoid arthritis, psoriasis, kolitis ulseratif, dan Crohn’s disease. Obat
ini kategori obat resep dalam artian tidak bisa dibeli bebas dan dosis
methylprednisolone juga berbeda untuk tiap penderita, tergantung pada
kondisi penderita dan respons tubuh terhadap pengobatan. Untuk perintah
minum pada resep, diminum 3 x sehari untuk pasien Dita.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 4.1 Gambar 4.2 15


Sediaan Serbuk Bagi Sediaan Serbuk Bagi
(Methyl Prednisolon dan (Antibiotik)
Paracetamol)
4.2 Pembahasan
Serbuk adalah campuran bahan obat zat kimia yang dihaluskan dan
dianjurkan untuk pemberian oral (melalui mulut) atau untuk pemakaian luar
seperti serbuk tabur. Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam
yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas
lain yang cocok untuk sekali minum (Syamsuni, 2006)
Perlu kita ketahui bahwa obat yang tergolong antibiotik tidak dapat
digerus bersamaan dengan obat lain karena dapat menyebabkan syok anafilaktik
yang bisa membahayakan pasien maupun petugas yang meracik obat dan juga
bukan merupakan peresepan yang ideal (Syamsuni, 2006)
Pada praktikum kali ini kita akan membuat serbuk bagi. Yang pertama
disapkan alat dan bahan yang akan di gunakan, alat yang di gunakan yaitu
lumpang dan alu. Dan bahan yang yang di gunakan yaitu Amoxilin 250 Mg,
paracetamol 250 Mg, dan methylprednisolone 2 Mg.
Kemudian membersihkan alat harus menggunakan alkohol 70% karena
alkohol mempunyai aktivitas sebagai bakterisid yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, dan alkohol juga mengandung antiseptik dan desinfektan
(Noviansari dkk, 2013).
Karena antiseptik bertujuan untuk menghambat atau merusak
mikroorganisme di permukaan suatu jaringan hidup sehingga dapat mencegah
infeksi sedangkan dinsefektan yaitu mengeliminasi atau membunuh bentuk-
bentuk vegetative dari sebagian besar organisme yang berbahaya dan pathogen,
tetapi tidak di tunjukan untuk membunuh semua mikroba (Joseph 1865).
Langkah yang pertama yaitu dimasukkan obat amoxilin atau obat penurun
panas sebanyak 5 tablet kedalam lumpang dan di gerus searahj arum jam sampai
halus. Setelah itu di letakan kertas perkamen sebanyak 10 lembar di atas meja dan

16
di masukkan obat paracetamol yang sudah di gerus kedalam kertas perkamen
kemudian bagilah dalam bagian yang sama banyak sebanyak 10 bagian lalu
bungkus dengan kertas perkamen. Setelah itu di masukkan kedalam sak obat lalu
di beri etiket putih dan keterangannya.
Langkah yang kedua masukan obat parecetamol dan obat
methylprednisolone atau obat antibiotik. masing-masing 5 tablet kedalam
lumpang dan di gerus searah jarum jam samapi halus. Setelah itu di siapkan kertas
perkamen sebanyak 5 lembar di atas meja dan di masukkan obat kedalam kertas
perkamen yang sudah di gerus kemudian bagilah dalam bagian yang sama banyak
5 bagian lalu bungkus dengan kertas perkamen. Setelah itu di masukkan kedalam
sak obat lalu di beri etiket putih dan keterangannya.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Serbuk Bagi (Pulveres) maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Serbuk bagi atau pulveres merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang
lebih kurang sama,dan dibungkus menggunakan kertas perkamen untuk
penggunaan sekali minum. Perhitungan dosis dan bahan dalam pembuatan puyer
ini bertujuan agar kita mengetahui tingkat over dosis dari obat yang kita gunakan
sesuai dengan umur pasien. Obat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu

17
paracetamol yang memiliki khasiat sebagai analgesik (anti nyeri) dan antipiretik
(penurun demam), methyl prednisolon sebagai anti alergi dan amoxicillin yang
berkhasiat sebagai antibiotik.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Kepada Jurusan
Sebaiknya fasilitas yang ada dijurusan lebih diperhatikan. Pengadaan
infrastruktur seperti kursi lebih dimaksimalkan dan yang telah rusak diganti agar
mahasiswa bisa nyaman dan fokus dalam belajar.
5.2.2 Saran Kepada Laboratorium
Sebaiknya fasilitas di laboratorium lebih dilengkapi seperti adanya meja
praktikum, serta loker untuk menyimpan barang-barang praktikan.
5.2.3 Saran Kepada Asisten
Asisten hendaknya membimbing praktikan dengan baik dan menjadi teladan
yang baik untuk praktikan serta semakin semangat dan tetap menjalin hubungan
baik dengan praktikan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat .Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Ansel. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia Press

Dirjen POM.1979. Farmakope indonesia Edisi ketiga. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke- IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Smith,K.L.2010. Clinical Drug Data. USA : The Mc Graw Companies

Soetopo. 2009. Ilmu Resep Teori. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik


Indonesia

Sudjadi dan Abdul Rohman.2015. Analisis Farmasi.Yogyakarta : Pustaka belajar

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai