PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa yang memiliki arti yang penting.
Dikatakan demikian karena pada masa ini, remaja akan mengalami masa
transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang mencakup perubahan fisik,
kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007). Monks,(2006) mengatakan
remaja adalah individu berusia antara 12-21 tahun yang sedang mengalami
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja, dengan pembagian
usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, usia 15-18 tahun adalah masa
remaja tengah atau madya, dan usia 18-21 tahun adalah masa remaja akhir.
Erikson (dalam Gross, 2013) mengatakan pada masa remaja, individu
kerap kali merasakan kebingunan terhadap dirinya sendiri dan akan muncul
pertanyaan seputar “siapakah aku?”, dan “kemana aku harus melangkah?”
yang merupakan pertanyaan mendasar tentang pemahaman diri remaja,
dan bila tidak dapat terjawab dengan segera, akan mempengaruhi proses
pembentukan identitas diri remaja.
Berdasarkan hal tersebut, para ahli psikologi perkembangan menyebut
masa remaja sebagai masa paling krisis selama rentang kehidupan. Krisis
yang dimaksud adalah masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan
yang harus dilalui oleh setiap individu. Salah satu faktor yang
mempengaruhi remaja dalam pencarian identitas diri tersebut adalah
keluarga. Keberadaan keluarga menjadi penting sebagai tempat pemenuhan
kebutuhan psikologis remaja dan dalam membantu perkembangan
psikologis remaja secara baik dan sehat. Dari beberapa pengertian di atas
maka masa remaja adalah awal periode kehidupan yang penuh dengan
dinamika, di mana pada masa ini terjadi perkembangan dan perubahan yang
sangat pesat. Pada masa ini setiap individu tumbuh dan berkembang selama
perjalanan kehidupannya melalui beberapa periode atau fase-fase
perkembangan.
Kebutuhan-kebutuhan yang dimilki oleh setiap individu tidak akan
pernah berhenti sepanjang hidupnya. Pada dasarnya setiap remaja
menghendaki semua kebutuhannya dapat terpenuhi secara wajar.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan secara memadai akan menimbulkan
keseimbangan kebutuhan pribadi. Dalam usahanya memenuhi kebutuhan
hidup akan muncul permasalahan. Permasalahan yang dihadapi oleh individu
akan membuat individu tersebut mendapatkan pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan
mengakibatkan kepuasan dan ketidakpuasan dalam hidup.
Seperti yang telah dipaparkan oleh Hall (Santrock, 2007) bahwa masa
remaja merupakan masa badai dan stress (storm and stress), yaitu masa
pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati. Pikiran,
perasaan, dan tindakan berkisar antara kesombongan dan kerendahan hati,
kebaikan dan godaan, serta kegembiraan dan kesedihan. Oleh karena itu masa
remaja dapat dikatakan sebagai tahap perkembangan manusia yang labil. Pada
kondisi yang labil gratitude sangat dibutuhkan untuk mengekspresikan emosi
positif maupun negatif dari remaja tersebut. Karena gratitude dapat
mendorong seseorang untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Gratitude
merupakan suatu bentuk emosi positif dalam mengekspresikan kebahagiaan
dan rasa terimakasih terhadap segala kebaikan yang diterima (Seligman,
2002). Individu bersyukur karena menyadari bahwa dirinya banyak menerima
kebaikan, penghargaan dan pemberian baik dari Tuhan, orang lain dan
lingkungan sekitarnya sehingga terdorong untuk membalas, menghargai dan
berterimakasih atas segala sesuatu yang diterimanya dalam bentuk perasaan,
perkataan dan perbuatan.
Berdasarkan hasil data kuantitatif sebaran angket dibeberapa sekolah
tingkat sma berbasis islam terpadu dan kejuruan serta pondok pesantren di
Kota Pekanbaru, maka diperoleh data sebanyak 221 pada skala Quality Of
Life. Sehingga diperoleh beberapa permasalahan yang dimiliki oleh remaja.
Permasalahan yang banyak dimiliki oleh remaja tersebut salah satunya yaitu
berkaitan dengan keadaan ekonomi keluarga, yang dimana dalam hal ini para
partisipan banyak mengalami masalah dalam pememenuhan kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan yang paling banyak dikeluhkan
oleh partisipan adalah mengenai pembayaran uang sekolah. Dikarenakan
tingginya uang sekolah yang harus dibayarkan dan juga keadaan ekonomi
yang rendah.
Dari data yang diperoleh tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan psikoedukasi kepada remaja tingkat SMA DI SMA IT, SMK, MA
dan Pondok Pesantren di Kota Pekanbaru terkait dengan gratitude pada
remaja tersebut. Gratitude akan membuat seseorang lebih menghargai segala
hal yang terjadi dalam hidupnya.
B. Tujuan
Tujuan dilakukanya psikoedukasi ini yaitu untuk meningkatkan rasa
bersyukur pada diri remaja dengan kehidupannya.
C. Manfaat
Manfaat psikoedukasi ini adalah untuk membantu remaja meningkatkan rasa
bersyukur pada diri mereka.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kualitas Hidup
1. Definisi Kualitas hidup
2. Aspek-aspek Gratitude
a. Kesejahteraan Emosi(Emotionality)
Suatu kecenderungan atau tingkatan di mana seseorang bereaksi
emosional dan menilai kepuasan hidupnya
b. Prososial (Prosociality)
Kecenderungan seseorang untuk diterima oleh lingkungan sosialnya.
c. Religiusitas (Religiousness)
Religiousness yaitusesuatu yang berkaitandengannilai-
nilaitransendental, keagamaandankeimananseseorang.Berkaitan
dengan keagamaan keimanan yangmenyangkut nilai transendental.
Al fauzan (2008) mengatakan bahwa ada 5 faktor yang
mempengaruhi kebersyukuran:
a. Memiliki pandangan yang luas dalam hidup
b. Persepsi positif dalam hidup
c. Kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa penghargaan
dan kehendak baik
d. Niatan baik terhadap orang lain atau ada sesuatu
e. Rasa apresiasi yang hangat terhadap orang lain
Berdasarkan hal itu maka dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi kebersyukuran adalah reaksi emosional seseorang
dalam menilai kepuasan hidupnya, persepsi positif dalam hidup seperti
diterima di lingkungan dan menyangkut nilai keagamaan seseorang
4. Jenis-jenis Gratitude
METODE PENELITIAN
A. Judul Psikoedukasi
Berdasarkan skala yang sudah diberikan kepada siswa SMK, SMA IT,
dan Pesantren di dapatkan bahwa permasalahan yang paling banyak dialami
siswa adalah tidak bersyukur dengan keadaanya. Salah satu alasan siswa
kurang bersyukur adalah karena ekonomi yang memadai dan karena bentuk
tubuh seperti kegemukan, berjerawat, tinggi badan, warna kulit dll. Sehingga
penulis memutuskan untuk mmemberi psikoedukasi untuk meningkatkan
kepercayaan diri pada siswa degan judul : “ it’s okey to be different”.
Daftar Pustaka
Appulembang, Yeni Anna dan Fransisca Iriani R. Dewi. 2017. Pengembangan Alat
Ukur Quality of Life Urban Community. Jurnal Muara Ilmu Sosial,
Humaniora, Vol. 1(1)hal 272-277).
Syaiful, Irfan Aulia & Bahar, Ririn Nur Abdiah. Peran Spiritualitas Dan Kepuasan
Hidup Terhadap Kualitas Hidup Pada Wirausahawan Muda. Humanitas. Vol.
13(2). Hal 122-134
Sulastina dan Rohmatun. 2018. Hubungan Antara Rasa Syukur Dengan Kepuasan
Hidup Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus.