Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

OLEH:
NI PUTU RIKA UMI KRISMONITA
NIM. P07120320038
PRODI NERS KELAS.B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementerian
Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada
usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
(Kristiyanasari, 2009).
Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).
Kesimpulannya adalah bayi baru lahir merupakan bayi lahir yang dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.

B. Ciri - ciri Bayi Baru Lahir (BBL)


1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan lahir 48-52 cm
3. Nilai AS 7-10
4. LIDA 30-38 cm
5. LIKA 33-35 cm
6. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian
menurun 120x/menit.
7. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit kemudian
menurun kira-kira 40x/menit.
8. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup
terbentuk dan diliputi vernik caseosa.
9. Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
10. Genitalia : ♀ ~ labia mayora sudah menutupi labia minora
♂ ~ testis sudah turun
11. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Reflek morro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk.
13. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda di atas telapak
tangan bayi akan menggenggam.
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.

C. Perubahan Fisiologis BBL


Bayi baru lahir akan mengalami perubahan metabolisme karbohidrat
dimana dalam waktu 2 jam setelah lahir, bayi akan terjadi penurunan kadar
gula darah untuk menambah energi pada jam pertama setelah bayi lahir yang
diambil dari metabolisme asam lemak. Selain mengalami perubahan
metabolisme karbohidrat, bayi baru lahir akan mengalami beberapa
perubahan fisiologis, yaitu:
1. Sistem respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran oksigen
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen harus terjadi
melalui paru.
a. Perkembangan paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus. Paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler
paru, dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor – faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi
adalah:
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernapasan otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan
untuk kehidupan.
3. Penimbunan karbondioksida
Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam darah
dan akan merangsang pernapasan. Berkurangnya oksigen akan
mengurangi gerakan pernapasan janin, tetapi sebaliknya
peningkatan karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
4. Perubahan suhu
Ketika bayi baru lahir, bayi berada dalam suhu lingkungan yang
lebih rendah dari suhu di dalam rahim ibu, akibatnya metabolisme
jaringan meningkat dan kebutuhan O2 juga.
5. Surfaktan dan upaya pernapasan
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembalikan jaringan
alveolus paru – paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan
(lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru matang (sekitar 30-34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps
setiap saat akhir pernapasan yang menyebabkan sulit bernapas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan
ini diperas keluar dari paru – paru. Seorang bayi yang dilahirkan
secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru – paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama
udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di
paru – paru dikeluarkan dari paru – paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.
Selama 1 jam pertama kehidupannya, sistem limfe
melanjutkan pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga
merupakan akibat perbedaan tekanan alveoli ke jaringan interstisiil
ke kapiler. Penurunan tahanan vaskuler memungkinkan aliran
cairan paru tersebut. Pernapasan abnormal dan kegagalan
pengembangan paru yang maksimal memperlambat perpindahan
cairan paru dan interstisiil ke sirkulasi. Retensi cairan mengganggu
kemampuam bayi untuk mempertahankan oksigenasi yang
adekuat. Lingkar dada ± 30-33 cm saat lahir, sehingga fungsi
respirasi bayi lebih banyak menggunakan kontraksi diafragma ari
pada costae.
2. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi mengalami perubahan pada saat bayi dilahirkan.
Terdapat dua perubahan yang harus terjadi untuk mendapatkan sistem
sirkulasi yang baik, yaitu menutupnya foramen ovale pada atrium serta
ductus arteriosus antara paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi
akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem vaskular. Oksigen
menyebabkan sistem vaskular mengubah tekanan dengan cara mengurangi
atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Terdapat dua peristiwa yang dapat merubah tekanan dalam sistem
pembuluh darah, yaitu:
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun kerena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
sedikit kandungan oksigen mengalir ke paru untuk menjalani
proses oksigenisasi ulang.
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh
darah paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan.
Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi
dan terbukanya sistem pembuluh darah paru. Peningkatan
sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan volume darah
dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan
atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen
ovale secara fungsional akan menutup.
Frekuensi nadi BBL ±120-160x/menit, kadang mengalami
murmur yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi bervariasi
± 78/42 mmHg. Menangis menyebabkan peningkatan tekanan sistolik.
Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x lipat pada akhir tahun
pertama.
Perubahan yang terjadi pada sistem peredaran darah (sistem
sirkulasi) antara lain:
Struktur Sebelum Lahir Setelah Lahir
Membawa darah dari arteri Menutup, menjadi
Vena umbilikus ke hati dan jantung ligamentum teres
hepatis
Membawa darah arteri Menutup, menjadi
Arteri venosa ke placenta ligamentum vesikale
umbilikalis pada dinding abdominal
anterior
Pirau darah a. ke v. kava Menutup, menjadi
Duktus venosus
inferior ligamentum venosum
Pirau darah a.dan sebagian Menutup, menjadi lig.
Duktus
darah v. dari a. pulmonalis Arteriosum
arteriosus
ke aorta
Foramen ovale Menghubungkan atrium Biasanya menutup
kanan dan kiri
Tidak ada udara, sedikit Berisi udara dengan
Paru
darah, berisi cairan suplai darah yang baik
Arteri Membawa sedikit darah ke Membawa banyak
pulmonalis paru darah ke paru
Menerima darah dari kedua Menerima darah hanya
Aorta
ventrikel dari ventrikel kiri
Vena cava Membawa darah dari tubuh Membawa darah hanya
inferior dan darah arteri ke plasenta ke atrium kanan

3. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi
pernapasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya
mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.
Bayi bersifat homeothermic yang artinya berusaha menstabilkan suhu
badan internal dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan
panas yang berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan
aktivitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara
kedua scapula dan axial, serta di dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal
dan vertebra. Lemak tersebut banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf daripada lemak biasa. Panas diproduksi dengan metabolisme dalam
lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa minggu setelah
kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin
semakin banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi:
a. Konveksi
Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari
permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya

b. Radiasi
Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan
kontak langsung.
c. Evaporasi
Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan
panas terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut.
d. Konduksi
Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda
padat yang menempel ditubuhnya.
Mekanisme tubuh bayi saat mengalami kedinginan yaitu :

Cold stress

Meningkatkan frekuensi nafas karena kebutuhan oksigen meningkat


akibat konsumsi oksigen pada waktu dingin. Konsumsi oksigen dan
energi yang sebelumnya dipakai untuk mempertahankan fungsi otak,
jantung dan pertumbuhan dipakai untuk termoregulasi untuk
mempertahankan hidup.

Vasokonstriksi Vasokonstriksi pulmoner


perifer

Penurunan oksigen Penurunan uptake oksigen


pada jaringan

Glikolisis Membuka right


RDS
anaerob to left sunt

Asidosis pH darah Asidosis


metabolik menurun respiratorik

Memisahkan bilirubin dari ikatan dengan albumin

Hyperbilirubinemia
4. Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit
lebih tinggi dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5 sampai
22,5 gram/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung
SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun
11-17 gr/dl dan RBC turun menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama.
5. Sistem Renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar
dinding abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding
abdomen anterior. Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba
di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru
dapat dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang
keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau
pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis
dan ketidakseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema.
Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir
untuk mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan
kemudian tidak BAK selama 12-2 jam, kemudian akan BAK 6-10x/hari.
Urine berwarna kuning jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang-
kadang ada noda sedikit merah karena kristal urat.
6. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan,
mencerna, memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat
sederhana serta mengemulsi lemak. Mukosa mulut basah, berwarna merah
muda, pipi penuh karena perkembangan bantalan menghisap yang baik.
Bayi tidak dapat memindahkan makanan dari bibir ke farink, oleh karena
itu puting susu harus diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan farink.
Aktivitas peristaltic esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya
akan menjadi teratur sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak ada
bakteri pada GIT pada saat lahir, bakteri akan masuk setelah lahir melalui
orifisium ovale anal dan udara. Kapasitas lambung bayi 30-90 cc
tergantung besarnya bayi. Keasaman lambung lebih rendah dalam
beberapa minggu sampai usia 2-3 bulan.
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk
setelah janin di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-
zat yang didalamnya (sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi
saluran cerna dan pecahan sel dari mukosa. Warna hijau kehitaman dan
lengket, warna tersebut adalah akibat pigmen empedu. Keluaran
mekonium yang pertama adalah steril. Mekonium akan berganti dengan
feses dalam 12-24 jam. Distensi otot abdomen mempengaruhi relaksasi
dan kontraksi otot kolon sehingga sering bayi segera BAB setelah makan.
7. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat
kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah
batas kanan costae karena hati berukuran besar dan menempati sekitar
40% rongga abdomen. Hati bertanggung jawab terhadap metabolisme
billirubin. 50% bayi aterm mengalami hyperbillirubinemia fisiologis.
Ikterik neonates terjadi akibat produksi bilirubin dengan kecepatan yang
lebih besar dari dewasa dan terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin
pada usus halus neonates.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
a. Bayi tampak normal
b. Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari
ke-7
c. Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang
pada hari ke-9/10
d. Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml
e. Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml
f. Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari
8. Sistem Integumen
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi kulit
bayi saat lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa
akan diabsorbsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan.
Kulit bayi sangat sensitive dan mudah rusak, warnanya agak merah
beberapa jam setelah lahir. Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi
rambut lanugo. Bayi baru lahir tampak montok, lemak subkutan
terakumulasi sejak trimester III.
9. Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan.
Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas pasif
yang diperoleh dari ibu. Barier alami, seperti asam lambung atau produksi
pepsin dan tripsin, yang tetap mempertahankan kestterilan usus halus,
belum berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. IgA tidak
terdapat pada saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA aka nada
pada GIT jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan
mencapai 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan
IgE diproduksi secara bertahap dan tidak mencapai kadar optimal pada
masa kanak-kanak dini. Bayi yang mendapatkan ASI mendapat imunitas
pasif dari kolostrum dan ASI.
10. Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai
panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit
dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat
penyesuaian dengan jalan lahir. Ubun-ubun (fontanel) anterior teraba
lunak akan menutup pada bulan ke 12-18. Lingkar kepala bervariasi 33-37
cm. vertebra harus dicek adanya dimple (bengkok), mungkin berhubungan
dengan spina bifida.
11. Sistem Reproduksi
a. Wanita
- Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel

primordial).
- Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan

penurunan yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan


terjadinya pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut
pseudomenstruasi.
- Genitalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.

- Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.

- Vernix caseosa terdapat dikedua labia.

b. Pria
- Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.

- Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.

- Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih

seperti keju
- Genitalia eksterna membengkak dan hiperpigmentasi sebagai

efek dari hormone ibu


- Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis,

bisa sembuh sendiri.


D. Pohon Masalah Bayi baru lahir

Perubahan fisiologis

Sistem Respirasi Sistem Kardiovaskular Sistem GI Termoregulasi Pemotongan tali pusat

Asam lambung ↓ Adaptasi hangat ke Port de entry bakteri


Hipoksia, tekanan Alveolus terisi O2
pada rongga dada, dingin (kehilangan
penumpukan CO2, panas)
Kolik Risiko infeksi
perubahan suhu
Resistensi
vascular paru ↓
Distress di antara Meningkatkan panas Kegagalan
Merangsang saraf
waktu makan peningkatan panas
pernapasan Resistensi
vascular paru ↓
Non shivering
Tidak ada Pernapasan Risiko Defisit Nutrisi termogenesis Risiko Hipotermia
surfaktan pertama bayi Tekanan a.
pylmonalis ↓
Pembakaran
Aktivitas otot
Alveolus tdk brown fat
Pengeluaran
Tekanan atrium
berfungsi cairan paru
kanan ↓
Menangis, menggigil
Cairan pada
Pola Napas Tidak jalan napas Alirah darah paru Tekanan atrium
Efektif masuk jantung kiri tdk adekuat

Tekanan atrium kiri ↑ Foramen ovale Percampuran Hipoksia Risiko gangguan


Bersihan jalan sirkulasi spontan
tdk menutup darah jaringan
napas tidak
efektif
Penutupan foramen ovale
E. Refleks pada Bayi Baru Lahir
1) Refleks Moro
Refleks ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan mendadak.
Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir. Tidak adanya
refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan otak.
2) Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi akan menoleh ke
arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan pernafasan. Ini
penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang memadai.
4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5) Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di dalam telapak
tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan
dengan membelai bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).
6) Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata, bayi akan
terangsang untuk berjalan.
7) Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh kearah itu terulur
sedangkan lengan sebelah terkulai.
8) Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang lalu
bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke arah depan
F. Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Prawirohardjo, (2002) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir,
adalah:
1) Membersihkan jalan napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut:
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
2) Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan
dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong
5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan
dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril.
Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum
memotong tali pusat, pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk
mencegah terjadinya perdarahan.
3) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus
dibungkus hangat.
4) Memberi Vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi
diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM
5) Memberi Obat Tetes / Salep Mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan
untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di daerah dimana prevalensi
gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
6) Identifikasi Bayi
a. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
b. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
c. Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya) tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
d. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir,
nomor identifikasi.
7) Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal
atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2
jam pertama sesudah lahir meliputi:
a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru

G. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi.
Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi
lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama
24 jam pertama.
Waktu pemeriksaan bayi baru lahir yaitu:
- Baru lahir sebelum usia 6 jam
- Usia 6-48 jam

- Usia 3-7 hari

- Minggu ke-2 pasca lahir

Langkah-langkah pemeriksaan:
- Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)

- Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernafasan dan tarikan dinding

dada bawah, denyut jantung serta perut


- Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah

memegang bayi.

Pemeriksaan Fisik yang Dilakukan Keadaan Normal


Lihat postur, tonus dan aktivitas  Posisi tungkai dengan lengan fleksi
 Bayi sehat dan bergerak aktif
Lihat kulit  Wajah, bibir dan selaput lender, dada harus
berwarna merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding  Frekuensi normal 40-60x/menit
dada bawah ketika bayi sedang tidak  Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang
menangis dalam
Hitung denyut jantung dengan meletakkan  Frekuensi denyut jantung normal 120-
stetoskop di dada kiri setinggi apeks kordis 160x/menit
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan  Suhu normal adalah 36,5-37,5°C
thermometer
Lihat dan raba bagian kepala  Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam
 Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol,
dapat sedikit menonjol saat bayi menangis
Lihat mata  Tidak ada kotoran/secret
Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
bagian terbelah
Masukkan satu jari yang menggunakan sarung  Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap
tangan ke dalam mulut, raba langit-langit kuat jari pemeriksa
Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat  Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah,
bau yang tidak enak pada tali pusat, atau
kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang belakang  Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
benjolan pada tulang belakang
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah  Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
siemenline, dan kelainan kaki (pes equino
varus da vagus)
Lihat lubang anus 
 Hindari memasukkan alat atau jari  Terlihat lubang anus dan periksa apakah
dalam memeriksa anus mekonium sudah keluar
 Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah  Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
BAB setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar  Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
Tanyakan kepada ibu apakah bayi sudah BAK berwarna putih atau kemerahan
 Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
ujung penis. Teraba testis di skrotum
 Pastikan bayi sudah BAK dalam 24 jam
setelah lahir
 Yakinkan tidak ada kelainan alat kelamin,
misal. Hipospadia, rudimenter, kelamin
ganda
Timbang bayi  Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi dengan menggunakan selimut,  Dalam minggu pertama, BB mungkin turun
hasil peimbangan dikurangi berat selimut dahulu (tidak melebihi 10% dalam waktu 3-7
hari) baru kemudian naik kembali
Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi  Panjang lahir normal 48-52 cm
 Lingkar kepala normal 33-37 cm
H. Penilaian Bayi Baru Lahir Normal
APGAR SCORE
APGAR 0 1 2
Appearance/ Biru/pucat seluruh Badan merah, Seluruh tuubuh
warna kulit tubuh ekstremitas biru merah
Pulse/denyut
Tidak terdengar <100x/menit >100x/menit
jantung
Grimace/reflek Gerakan
Tidak ada respon Gerakan sedikit
iritability kuat/melawan
Activity/tonus Fleksi pada
Lemah Gerakan aktif
otot ekstremitas
Menangis
Respiration Tidak ada Menangis kuat
lemah/merintih
Interpretasi skor:
0–3 : asfiksia berat
4–6 : asfiksia sedang
7 – 10 : asfiksia ringan

Penilaian Untuk Tanda-Tanda Kegawatan


Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda – tanda
berikut :
- Sesak nafas.

- Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.

- Gerak retraksi dada.

- Malas minum.

- Panas atau suhu badan bayi rendah.

- Bayi kurang aktif.

- Berat lahir rendah ( 1500 – 2500 gram ).


Tanda – tanda bayi sakit berat apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut
ini :
- Sulit minum.

- Sianosis sentral ( lidah biru ).

- Perut kembung.

- Periode apneu.

- Kejang / periode kejang – kejang kecil.

- Merintih.

- Perdarahan.

- Sangat kuning.

- Berat badan lahir < 1500 gram.

I. Kelainan Pada Bayi Baru Lahir

Kelainan kongeital merupakan dalam pertumbuhan cukup bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada
saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongeital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir.
Kematian dalam bulan bulan pertama kehidupannya sering di akibatkan oleh kelainan
kongeital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap
kelangsungan hidup bayi ayng di lahirkan. Bayi ayng di lahirkan dengan kelainan kongeital
besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pual sebagai
abyi kecil untuk masa keahamilannya. Bayi dengan berat lahir rendah kelainan kongeital,
kira-kira 20 % dalam minggu pertama kehidupannya. Di samping pemeriksaan fisik radiologi
dan laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongeital setelah bayi lahir di kenal
pula adanya diagnosis pre/preantenatal kelainan kongeital dengan beberapa cara pemeriksaan
tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi,pemeriksaan air ketuban dan darah janin.

1. Asfiksia
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan sesegera sesudah tali pusat dijepit bayi
menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada
frekuensi 120-140/mnt dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi bayi
mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun
dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi-bayi ini akan
mengalami apnu atau menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan
ventilasi paru-paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan
pengeluaran CO2 .
Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup:
- Afiksia intrauterine
- Bayi kurang bulan
- Obat-obat yang diberikan/diberikan oleh ibu
- Penyakit neuromuscular bawaaan
- Cacat bawaan
- Hipoksia intrapartum

2. Labioskizis dan labiopalatoskizis


Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa
celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan
embrional dimana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai berikut :
a. Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia
b. Obat-obatan yang dapat menjadi sel muda (menggangu mitosis) misalnya sitostatika
dan radiasi.
c. Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vit B6, Asam
folad dan vit C.
d. Faktor keturunan.
3. Atresia ani
Atresia ani terjadi adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang karena
cacat bawaan. Penyebab atresia ani ini belum di ketahui secara pasti.
 Tanda dan gejala
a. Selama 24-48 jam pertama kelahiran, bayi mengalami muntah-muntah dan
tidak ada defekasi mekonium. Selain itu anus tampak merah.
b. Perut kembung baru di susul muntah.
c. Tampak gambaran gerak usus dan bising usus meningkat (hiperperistaltik)
pada auskultasi
d. Tidak ada lubang anus
e. Invertogram dilakukan setelah bayi berusia 12 jam untuk menentukan
tingginya atresia
f. Terkadang tampak ileus obstruktif
g. Dapat terjadia fistel. Pada bayi perempuan sering terjadi fistel rekto
vaginal, sedangkan pada bayi laki-laki sering terjadi fistel rekto urinal.
Untuk mengetahui kelainan pada bayi baru lahir dilakukan colok dubur
dengan menggunakan jari kelingking dengan tidak keluarnya mekonium
dalam 24 jam sesudah lahir.
4. Iktrus
Ikterus pada bayi baru lahir 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi
pada neunatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala
fisiologis atau dapat merupakan hal yang patologis misalnya pada pada incomepatibilitas
rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran ampedu dan sebagainya. Ikterus dapat
dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidak
menunjukkan dasar patologis seperti suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
pada otak.
5. Kejang
Kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan
kejang-kejang anak/orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidakmatangan organisasi
korteks pada bayi baru lahir. Kejang umum tonik klonik jarang pada bayi baru lahir.
Manifestasi kejang pada bayi baru lahir berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-
tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya
kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary movements), nistagmus, atau mata
mengedip-ngedip paroksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan (fenomenal oral
dan bukal), bahkan apnu. Oleh karena manifestasi klinik yang berbeda-beda dan
bervariasi, sering kali kejang bada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang belum
berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berlangsung berulang-ulang dan periodic, harus dipikirkan kemungkinan
merupakan manifestasi kejang.

6. Tetanus neunatorum.
Penyakit tetatus neunatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neunatus
(bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin dan menyerang system saraf pusat. Spora kuman tersebut masuk
kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yang dapat terjadi pada
pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput
(terlepasnya tali pusar) masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari apabila masa inkubasi
kurang dari 7 hari biasanya penyakit lebih parah dari angka kematiannya tinggi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

I PENGKAJIAN
i. IDENTITAS PASIEN
Nama : ............................................
Umur : ............................................
Nama Ayah-Ibu : ............................................
Umur : ............................................
Pendidikan : ............................................
Pekerjaan : ............................................
Status perkawinan : ............................................
Agama : ............................................
Suku : ............................................
Alamat : ............................................
No.CM : ............................................
Tanggal MRS : ............................................
Tanggal pengkajian : ............................................
Sumber informasi : ............................................

ii. ALASAN KUNJUNGAN


a. Keluhan Utama/Alasan ke Poliklinik
.......................................................................................................
b. Keluhan saat dikaji (jika ada)
.......................................................................................................
iii. RIWAYAT KELAHIRAN

N Tahun Jenis BB lahir Keadaan Komplikasi Jenis Ket


o kelahiran kelamin bayi persalinan
iv. RIWAYAT PERSALINAN
BB/TB Ibu : ............kg/................cm Persalinan di...............
Keadaan umum Ibu ......................... Tanda vital .................
Jenis persalinan ............................... Proses persalinan.......
Kala I.................................Jam
Indikasi : ..........................................
Kala II .......................menit
Komplikasi persalinan : Ibu................................. Janin ........................
Lamanya ketuban pecah ...................................... Kondisi ketuban....

v. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR


Lahir tanggal : ...................jam............ Jenis kelamin.............
Kelahiran : Tunggal/gemeli
Nilai APGAR
Tanda Nilai Jumlah
0 1 2
Denyut Tidak ada < 100 >100
jantung
Usaha napas Tidak ada Lambat Menangis
kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Iritabilitas Tidak Gerakan Reaksi
reflex bereaksi sedikit melawan
Warna Biru/pucat Tubuh Kemerahan
kemerahan,
tangan dan
kaki biru

vi. PENGKAJIAN FISIK


Umur ..............Hari....................Jam..........
Berat badan.................................gr
Panjang badan.............................cm
Suhu...........................................ºC
Lingkar kepala.............................cm
Lingkar dada...............................cm
Lingkar perut..............................cm

vii. NUTRISI
ASI/PASI/Lain-lain

viii. ELIMINASI
BAB pertama, tanggal ........................ Jam..................
BAK pertama, tanggal ........................ Jam..................

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Hipotermia
4. Risiko hipotermia
5. Risiko infeksi
6. Risiko cedera
7. Risiko gangguan sirkulasi spontan
8. Risiko defisit nutrisi

III. RENCANA KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
efektif keperawatan selama ….. x ….. (I.01011)
maka diharapkan bersihan jalan Tindakan:
Penyebab napas membaik. Dengan Observasi:
Fisiologis kriteria hasil: □ Monitor pola napas
□ Spasme jalan napas (frekuensi, kedalaman,
□ Hipersekesi jalan napas Bersihan jalan napas usaha napas)
□ Disfungsi (L.01001) □ Monitor bunyi napas
neuromuskuler □ Mekonium (pada tambahan (mis. gurgling,
□ Benda asing dalam neonatus) menurun (5) mengi, wheezing, ronchi
jalan napas □ Produksi sputum kering)
□ Adanya jalan napas menurum (5) □ Monitor sputum (jumlah,
buatan □ Mengi menurun (5) warna, aroma)
□ Sekresi yang tertahan □ Wheezing menurun (5) Terapeutik:
□ Hiperplasia □ Dipsnea menurun (5) □ Pertahankan kepatenan
□ Proses infeksi □ Frekuensi napas jalan napas dengan head-
□ Respon alergi membaik (5) tilt dan chin-lift (jaw-
□ Efek agen farmakologi Pola napas membaik (5) thrust jika curiga trauma
servical)
Situasional □ Posisikan semi-fowler
□ Merokok aktif atau fowler
□ Merokok pasif □ Berikan minum hangat
□ Terpajam polutan □ Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
Gejala dan Tanda □ Lakukan penghisapan
Mayor lendiri kurang dari 15
Subjektif detik
- □ Lakukan hiperoksigenasi
Objektif sebelum penghisapan
□ Batuk tidak efektif endotrakeal
□ Tidak mampu batuk □ Keluarkan sumbatan
□ Sputum berlebih benda pada dengan forsep
□ Mengi, wheezing dan McGill
atau ronkhi kering □ Berikan oksigen, jika
□ Mekonium di jalan perlu
napas (neonatus) Edukasi:
□ Anjurkan asupan cairan
Gejala dan tanda Mayor 2000 ml/hari, jika tidak
Subjek kontraindikasi
□ Dispneu □ Ajarkan tehnik batuk
□ Sulit bicara efektif
□ Ortopnea Kolaborasi:
□ Kolaborasi pemberian
Objektif bronkodilator,
□ Gelisah ekspektoran, mukolitik,
□ Sianosis jika perlu
□ Bunyi napas menurun
□ Frekuesi napas Terapi Oksigen I.01026
berubah Tindakan:
□ Pola napas berubah Observasi:
□ Monitor kecepatan aliran
Kondisi Klinis Terkait oksigen
□ Gullian barre □ Monitor alat terapi
sydrome oksigen
□ Sklerosis multipel □ Monitor aliran oksigen
□ Myasthenia gravis secara periodic dan
□ Prosedur diagnostik pastikan fraksi yang
□ Depresi sistem saraf diberikan cukup
pusat □ Monitor efektifitas terapi
□ Cedera kepala oksigen (mis. Oksimetri,
□ Stroke AGD,), jika perlu
□ Kuadriplegia □ Monitor tanda-tanda
□ Sindrom hipoventilasi
aspirasi meconium □ Monitor tanda dan gejala
Infeksi saluran napas toksikasi oksigen dan
atelectasis
□ Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
□ Monitor integritas mukos
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik:
□ Bersihkan secret pada
mulut hidung dan trakea,
jika perlu
□ Pertahankan kepatenan
jalan napas
□ Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
□ Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
□ Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
□ Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi:
□ Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
□ Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
□ Kolaborasi penggunaan
dosis oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama ….. x ….. (I.01011)
Penyebab maka pola napas membaik. Tindakan:
□ Depresi pusat Dengan kriteria hasil: Observasi:
pernapasan □ Monitor pola napas
□ Hambatan upaya napas Pola napas L.01004 (frekuensi, kedalaman,
□ Defomitas dinding □ Ventilasi semenis usaha napas)
dada mningkat (5) □ Monitor bunyi napas
□ Defomitas tulang dada □ Kapasitas vital meningkat tambahan (mis. gurgling,
□ Gangguan (5) mengi, wheezing, ronchi
neuromuskular □ Diameter thoraks kering)
□ Gangguan neurologis anterior-posterior □ Monitor sputum (jumlah,
□ Imaturitas neurologis meningkat (5) warna, aroma)
□ Penurunan energi □ Tekanan ekspirasi Terapeutik:
□ Obesitas meningkat (5) □ Pertahankan kepatenan
□ Posisi tubuh yang □ Tekanan inspirasi jalan napas dengan head-
meghambat ekspansi meningkat (5) tilt dan chin-lift (jaw-
paru □ Dispnea menurun (5) thrust jika curiga trauma
□ Sindrom hipoventilasi □ Penggunaan otot bantu servical)
□ Kerusakan inervasi napas menurun (5) □ Posisikan semi-fowler
diafragma □ Pemanjangan fase atau fowler
□ Cedera pada medula ekspirasi menurun (5) □ Berikan minum hangat
spinalis □ Ortopnea menurun (5) □ Lakukan fisioterapi dada,
□ Efek agen farmakologis □ Pernapasan pursed-lip jika perlu
□ Kecemasan menurun (5) □ Lakukan penghisapan
□ Pernapasan cuping lendiri kurang dari 15
Gejala dan Tanda hidung menurun (5) detik
Mayor □ Frekuensi napas □ Lakukan hiperoksigenasi
Subjektif membaik (5) sebelum penghisapan
□ Dispnea □ Kedalaman napas endotrakeal
Objektif membaik (5) □ Keluarkan sumbatan
□ Penggunaan otot bantu Ekskursi dada membaik (5) benda pada dengan
jalan pernapasan forsep McGill
□ Fase ekspirasi □ Berikan oksigen, jika
memanjang perlu
□ Pola napas abnormal Edukasi:
□ Anjurkan asupan cairan
Gejala dan Tanda Minor 2000 ml/hari, jika tidak
Subjektif kontraindikasi
□ Ortopnea □ Ajarkan tehnik batuk
Objektif efektif
□ Pernapasan pursed-lip Kolaborasi:
□ Pernapasan cuping □ Kolaborasi pemberian
hidung bronkodilator,
□ Diameter thoraks ekspektoran, mukolitik,
anterior-posterior jika perlu
meningkat
□ Ventilasi semenit Pemantauan Respirasi I.01014
menurun Tindakan:
□ Kapasitas vital Observasi:
menurun □ Monitor frekuensi, irama,
□ Tekanan kedalam dan upaya napas
ekspirasi menurun □ Monitor kemampuan
□ Tekanan batuk efektif
inspirasi menurun □ Monitor adanya produksi
□ Ekskursi dada sputum
berubah. □ Monitor adanya sumbatan
jalan napas
Kondisi Klinis Terkait □ Palpasi kesimetrisan
□ Depresi sistem saraf ekspansi paru
□ Cedera Kepala □ Monitor pola napas
□ Trauma thoraks □ Monitor saturasi oksigen
□ Gullian bare sydrome □ Monitor AGD
□ Mutiple sclerosis □ Monitor x-ray thoraks
□ Myasthenia gravi Terapeutik:
□ Stroke □ Atur internal pemantau
□ Kuadriplegia respirasi sesuai kondisi
□ Intosikasi alkohol pasien
□ Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
□ Informasikan hasim
pematauan, jika perlu

3. Hipotermia (D. 0132) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipotermia (I.


keperawatan selama …. x ….. 14507)
Definisi: jam maka Termoregulasi Tindakan
Suhu tubuh berada membaik. Dengan kriteria hasil: Obervasi
dibawah rentang normal  Monitor suhu tubuh
Termoregulasi (L.14134)  Identifikasi penyebab
Penyebab  Menggigil menurun (5) hipotermia (mis. Terpapar
 Kerusakan  Kulit merah menurun (5) suhu lingkungan rendah,
hipotalamus  Kejang menurun (5) [akaian tipis, kerusakan
 Konsumsi alcohol  Akrosianosis menurun (5) hipotalamus, penurunan laju
 Berat badan ekstrem  Konsumsi oksigen menurun metabolism, kekurangan

 Kekurangan lemak (5) lemak subkutan)

subkutan  Piloereksi menurun (5)  Monitor tanda dan gejala

 Terpapar suhu  Vasokontriksi perifer akibat hipotermia

lingkungan rendah menurun (5) (hipotermia ringan:

 Malnutrisi  Kutis memorata menurun takipnea, disartria, mengigil,

 Pemakain pakain tipis (5) hipertensi, diuresis:


hipotermia sedang: aritmia,
 Penurunan lanju  Pucat menurun (5)
hipotensi, apatis, koagulasi,
metabolism  Takikardia menurun (5)
reflex menurun; hipotermia
 Tidak beraktivitas  Bradikardia menurun (5)
berat: oliguria, reflex
 Transfer panas  Dasar kuku sianolik
menghilang, edema paru,
 Trauma menurun (5)
asam-basa abnormal)
 Proses penuaan  Hipoksia menurun (5)
 Efek agen  Suhu tubuh membaik (5)
Terapeutik
farmakologis  Suhu kulit membaik (5)
 Sediakan lingkungan yang
 Kurang terpapar  Kadar glukosa darah hangat (mis. Atur suhu
informasi tentang membaik (5) ruangan, inkubator)
pencegahan  Pengisiaan kapiler membaik  Ganti pakaian dan/atau linen
hipotermia (5) yang basah
Ventilasi membaik (5)
 Lakukan penghangatan
Gejala dan Tanda
pasif (mis. Selimut
Mayor
menutupi kepala, pakaian
Subjektif
tebal)
-
 Lakukan penghangatan aktif
Objektif
eksternal (mis. Kompres
 Kulit teraba dingin
hangat, botol hangat,
 Menggigil
selimut hangat, perawatan
 Suhu tubuh
metode kangguru)
dibawah nilai  Lakukan penghangatan aktif
normal internal (mis. Cairan hangat,
oksigen hangat, lavase
Gejala dan Tanda Minor peritoneal dengan cairan
Subjektif hangat)
-
Objektif Regulasi Temperatur (I.14578)
 Akrosianosis Tindakan
 Bradikarida Observasi
 Dasar kuku  Monitor suhu bayi sampai
sianotik stabil (36,50 – 37,50C)
 Hipoglikemia  Monitor suhu tubuh anak tiap
 Hipoksia 2 jam, jika perlu

 Pengisian kapiler  Monitor tekanan darah,

>3 detik frekuensi pernapasan dan

 Oksumsi oksigen nadi

meningkat  Monitor warna dan suhu kulit

 Ventilasi menurun  Monitor dan catat tanda dan

 Piloereksi gejala hipotermua atau

 Takikardia hipertermia
Terapeutik
 Vasokontriksi
 Pasang alat pemantau suhu
verifier
tubuh kontinu, jika perlu
 Kutis memorata
 Bedong bayi segera setelah
(pada neonatus)
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
Kondisi linis terkait
 Masukan bayi BBLR ke
 Prematuritas
dalam plastic segera setelah
 BBLR
lahir (mis. Bahan
polyethylene, polyurethane)
 Gunakan topi bayi untuk
mecegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
 Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses
evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
 Hangatkan dulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan
bayi (mis. Selimut, kain,
bedong, stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi
didekat jendela terbuka atau
di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
 Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
 Gunakan Kasur pendingin,
water circulating blankets,
ice pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu tubuh
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
 Demonstrasikan tehnik
perawatan metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR

4. Risiko Hipotermia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipotermia (I.


(0140) keperawatan selama …. x ….. 14507)
jam maka Termoregulasi Tindakan
Definisi: membaik. Dengan kriteria hasil: Obervasi
Berisiko mengalami  Monitor suhu tubuh
kegagalan termoregulasi Termoregulasi (L.14134)  Identifikasi penyebab
yang dapat mengakibatkan  Menggigil menurun (5) hipotermia (mis. Terpapar
suhu tubuh berada di  Kulit merah menurun (5) suhu lingkungan rendah,
bawah rentang normal  Kejang menurun (5) [akaian tipis, kerusakan
 Akrosianosis menurun (5) hipotalamus, penurunan laju
Faktor risiko metabolism, kekurangan
 Konsumsi oksigen menurun
 Berat badan ekterem (5) lemak subkutan)
 Kerusakan  Piloereksi menurun (5)  Monitor tanda dan gejala
hipotalamus akibat hipotermia
 Vasokontriksi perifer
 Konsumsi alcohol menurun (5) (hipotermia ringan:
 Kurangnya lapisan  Kutis memorata menurun takipnea, disartria, mengigil,
lemak subkutan hipertensi, diuresis:
(5)
 Suhu lingkungan  Pucat menurun (5) hipotermia sedang: aritmia,
rendah hipotensi, apatis, koagulasi,
 Takikardia menurun (5)
 Malnutrisi reflex menurun; hipotermia
 Bradikardia menurun (5)
 Pemakaian pakaian berat: oliguria, reflex
 Dasar kuku sianolik
yang tipis menghilang, edema paru,
menurun (5)
 Penurunan laju asam-basa abnormal)
 Hipoksia menurun (5)
metabolisme
 Suhu tubuh membaik (5)
 Terapi radiasi  Suhu kulit membaik (5) Terapeutik
 Tidak beraktivitas  Kadar glukosa darah  Sediakan lingkungan yang
 Transfer panas (mis. membaik (5) hangat (mis. Atur suhu
Konduksi, konveksi,  Pengisiaan kapiler membaik ruangan, inkubator)
evaporasi, radiasi) (5)  Ganti pakaian dan/atau linen
 Trauma Ventilasi membaik (5) yang basah

 Prematuritas  Lakukan penghangatan

 Penuaan pasif (mis. Selimut

 Bayi baru lahir menutupi kepala, pakaian


tebal)
 Berat badan lahir
 Lakukan penghangatan aktif
rendah
eksternal (mis. Kompres
 Kurang terpapar
hangat, botol hangat,
informasi tentang
selimut hangat, perawatan
pencegahan
metode kangguru)
hipotermia
 Lakukan penghangatan aktif
 Efek agen
internal (mis. Cairan hangat,
farmakologis
oksigen hangat, lavase
peritoneal dengan cairan
Kondisi klinis terkait
hangat)
 Berat badan ekstrem
 Dehidrasi
Regulasi Temperatur (I.14578)
 Kurang mobilitas
Tindakan
fisik
Observasi
 Monitor suhu bayi sampai
stabil (36,50 – 37,50C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap
2 jam, jika perlu
 Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan
nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan
gejala hipotermua atau
hipertermia
Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu
tubuh kontinu, jika perlu
 Bedong bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
 Masukan bayi BBLR ke
dalam plastic segera setelah
lahir (mis. Bahan
polyethylene, polyurethane)
 Gunakan topi bayi untuk
mecegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
 Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses
evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
 Hangatkan dulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan
bayi (mis. Selimut, kain,
bedong, stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi
didekat jendela terbuka atau
di area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
 Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
 Gunakan Kasur pendingin,
water circulating blankets,
ice pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu tubuh
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
 Demonstrasikan tehnik
perawatan metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR

5. Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Edukasi pencegahan infeksi


keperawatan selama … x … I.12406
Definisi: jam maka risiko infeksi Tindakan:
Berisiko mengalami menurun dengan kriteria hasil: Observasi:
peningkatan terserang
□ Periksa kesiapan dan
organisme patogenik. Tingkat infeksi L09097
kemampuan menerima
□ Kebersihan tangan
informasi
Faktor Resiko meningkat (5)
Edukasi:
□ Penyakit kronis □ Kebersihan badan
(mis. DM,) meningkat (5) □ Jelaskan tanda dan
□ Efek prosedur □ Nafsu makanan meningkat gejalan infeksi lokas atau
invasive (5) sistemik
□ Malnutrisi □ Demam menurun (5) □ Informasikan
□ Peningkatan □ Kemerahan menurun (5) pemeriksaan laboratorim
paparan organisme □ Nyeri menurun (5) (mis leukosit, WBC)
petogen □ Bengkak menurun (5) □ Anjurkan mengikuti
lingkungan □ Periode menggigil tindakan pencegahan
□ Ketidakadekuatan menurun (5) sesuai kondisi
pertahanan tubuh □ Letargi menurun (5) □ Anjurkan membatasi
primer: □ Kadar sel darah putih pengunjung
1) Gangguan membaik (5) □ Anjurkan kecukupan
peristaltic □ Kultur darah membaik (5) nutrisi, cairan, dan
2) Kerusakan □ Kultur urine membaik (5) istirahat
integritas kulit □ Anjurkan kecukupan
3) Perubahan Status imun L.14133 mobilisasi dan olahraga
sekresi Ph □ Integritas kulit meningkat sesuai kebutuhan
4) Penurunan kerja (5) □ Anjurkan latihan napas
siliaris □ Integritas mukosa dalam bentuk sesuai
5) Ketuban pecah meningkat (5) kebutuhan
lama □ Imunisasi meningkat (5) □ Anjurkan mengelola
6) Ketuban pecah □ Suhu tubuh membaik (5) antibiotic, sesuai resep
sebelum □ Sel darah putih membaik □ Anjarkan cara mencuci
waktunya (5) tangan
7) Merokok
8) Statis cairan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
tubuh (I.14508)
□ Ketidakadekuatan Tindakan
pertahan tubuh Observasi
sekunder:  Identifikasi Riwayat
1) Penurunan Kesehatan dan Riwayat
hemoglobin alergi
2) Imunosupresi  Identifikasi kontraindikasi
3) Leukopenia pemberian imunisasi (mis.
4) Supresi respon Reaksi anafilaksis terhadap
inflamasi vaksin sebelumnya dan atau
5) Vaksinasi tidak sakit parah dengan atu tanpa
adekuat demam)
 Identifikasi status imunisasi
Kondisi Klinis setiap kunjungan ke
Terkait pelayanan kesehatan
□ AIDS Terapeutik
□ Luka bakar  Berikan suntikan pada bayi
□ Penyakit paru dibagian paha anterolateral
obstruktif kronis  Dokumentasikan informasi
□ DM vaksinasi (mis. nama
□ Tindakan invasif produsen, tanggal
□ Kondisi kadaluwarsa)
penggunaan terapi  Jadwalkan imunisasi pada
steroid interval waktu yang tepat
□ Penyalahgunaan Edukasi
obat  Jelaskan tujuan, manfaat
□ Ketuban pecah reaksi yang terjadi, jadwal,
sebelum waktunya dan efek samping
□ Kanker
 Informasikan imunisasi
□ Gagal ginjal
yang diwajibkan pemerintah
□ Imunosupresi
(mis. Hepatitis B, BCG,
□ Lympedema
difteri, tetanus, pertussis, H,
□ Leukositopenia
Influenza, polio, campak,
□ Gangguan fungsi
measles, rubela)
hati
 Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusu (mis.
rabies, tetanus)
 Informasikan penundaan
imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi
Kembali
 Informasikan penyedia
layanan Pekan Imunisasi
Nasional yang menyediakan
vaksin gratis

Pencegahan Infeksi (I.14539)


Tindakan
Observasi
 Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah oengunjung
 Berikan perawatan kulit
pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan Teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
Vit K dan salep mata
6. Risiko cedera b/d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Keamanan Bayi
keperawatan ……x….. jam (I12379)
Definisi: diharapkan Tingkat Cedera Tindakan
Berisiko mengalami Menurun dengan kriteria hasil: Observasi
bahaya atau kerusakan  Identifikasi kesiapan dan
fisik yang menyebabkan Tingkat Cedera Menurun kemampuan menerima
seseorang tidak lagi (L.14136) infromasi
sepenuhnya sehat atau  Kejadian cedera menurun
dalam kondisi baik (5) Terapeutik
 Frekuensi nadi membaik  Sediakan materi dan media
Factor risiko (5) pendidikan kesehatan
Eksternal  Frekuensi nafas membaik  Jadwalkan pendidikan
 Terpapar pathogen (5) kesehatan sesuai
 Terpapar zat kimia  Denyut jantung apikal kesepakatan
toksik membaik (5)  Berikan kesempatan untuk
 Terpapar agen  Denyut jantung radialis bertanya
nosocomial membaik (5)
 Ketidakamanan Edukasi
transportasi Tingkat Jatuh menurun  Anjurkan selalu
Internal (L05046) mengawasi bayi anjurkan
 Ketidaknormalan  Jatuh dari tempat tidur tidak meninggal bayinya
profile darah menurun (5) sendirian
 Perubahan orientasi Jatuh saat dipindahkan menurun  Anjurkan menjauhkan
afektif (5) benda yang berisiko
 Perubahan sensasi membahayakan bayi (mis.
 Disfungsi autoimun Kantung plastik, karet, tali,
 Disfungsi biokimia kain, benda-benda kecil,
 Hipoksia jaringan benda tajam, pembersih

 Kegagalan mekanisme lantai)

pertahanan tubuh  Anjurkan memasang

 Malnutrisi penghalang pada sisi

 Perubahan fungsi tempat tidur

psikomotor  Anjurkan menutup sumber

 Perubahan fungsi listrik yang terjangkau oleh

kognitif bayi

Kondisi klinis terkait  Anjurkan mengatur

 Kejang perabotan rumah tangga


dirumah
 Sinkop
 Anjurkan memberikan
 Vertigo
pembatas pada area
 Gangguan penglihatan
berisiko (mis. Dapur,
 Gangguan
kamar mandi, kolam)
pendengaran
 Anjurkan gunakan kursi
 Penyakit Parkinson
dan sabuk pengaman
 Hipotensi
khusus bayi saat
 Kelainan nervus
berkendara
vestibularis
 Anjurkan penggunaan
 Retardasi mental
sabuk pengaman stoller
(mis. Kursi dorong bayi),
kursi khusus bayi dengan
aman
 Anjurkan tidak meletakkan
bayi pada tempat tidur
yang tinggi

Pencegahan Cidera (I.14537)


Tindakan
Observasi
 Identifikasi area lingkungan
yang berpotensi menyebabkan
cedera
Terapeutik
 Sediakan pencahayaan yang
memadai
 Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
ruang rawat
Edukasi
 Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh kepasien
dan keluarga.
7. Risiko gangguan Setelah dilakukan intervensi Perawatan jantung akut
sirkulasi spontan selama …..x…. menit, maka Observasi
(D.0010) sirkulasi spontan meningkat  Identifikasi karakteristik
dengan kriteria hasil: nyeri dada (meliputi factor
Faktor Resiko:  Tingkat kesadaran pemicu dan pereda, kualitas,
 Kekurangan volume meningkat (5) lokasi radiasi, skala, durasi
cairan dan frekuensi)
 Saturasi oksigen
 Hipoksia meningkat (5)  Monitor EKG 12 sadapan
untuk perubahan ST dan T
 Hipotermia  Gambaran EKG aritmia
menurun (5)  Monitor aritmia (kelainan
 Hipokalemia/hyperka
irama dan frekuensi)
lemia  Frekuensi nadi membaik
(5)  Monitor elektrolit yang
 Hipoglikemia/hyperg
meningkatkan risiko aritmia
likemia  Tekanan darah membaik
(mis. kalium, magnesium
(5)
 Asidosis serum)
 Frekuensi nafas
 Toksin (mis. membaik (5)  Monitor enzim jantung
keracunan, overdosis (mis. CK, CK-MB,
 Suhu tubuh membaik (5)
obat) Troponin T, Troponin I)
 ETCO2 membaik (5)
 Tamponade jantung  Monitor saturasi oksigen
 Produksi urine (5)
 Tension  Identifikasi stratifikasi pada
pneumothorax sindrom koroner akut (mis.
Skor TIMI, Killip, Crusade)
 Trombosis jantung
Terapeutik
 Trombosis patu
 Pertahankan tirah baring
(emboli paru)
minimal 12 jam

 Pasang akses intravena


Kondisi terkait :
 Bradikardia  Puasakan hingga bebas
nyeri
 Takikardia
 Berikan terapi relaksasi
 Sindrom koroner
untuk mengurangi ansietas
akut
dan stress
 Gagal jantung
 Sediakan lingkungan yang
 Kardiomiopati kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
 Miokarditis
 Siapkan menjalani
 Disritmia
intervensi koroner perkutan,

 Trauma jika perlu

 Perdarahan (mis.  Berikan dukungan

Paerdarahan emosional dan spiritual

gastrointestinal, Edukasi
ruptur aorta,  Anjurkan segera
perdarahan melaporkan nyeri dada
intrakarnial)
 Anjurkan menghindari
 Keracunan maneuver Valsava (mis.
Mengedan saat BAB atau
 Overdosis
batuk)
 Tenggelam
 Jelaskan tindakan yang
 Emboli paru dijalani pasien

 Ajarkan teknik menurunkan


kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu

 Kolaborasi pemberian
antianginal (mis.
Nitrogliserin, beta blocker,
calcium channel blocker)

 Kolaborasi pemberian
morfin, jika perlu

 Kolaborasi pemberian
inotropik, jika perlu

 Kolaborasi pemberian obat


untuk mencegah maneuver
Valsava (mis. pelunak tinja,
antiemetik)

 Kolaborasi pemcegahan
trombus dengan
antikoagulan, jika perlu

 Kolaborasi pemeriksaan x-
ray dada, jika perlu

Pertolongan Pertama
Observasi
 Identifikasi keamanan
penolong, pasien dan
lingkungan

 Identifikasi respon pasien


dengan AVPU (alert, verbal,
pain unresponsive)

 Monitor tanda-tanda vital

 Monitor karakteristik luka


(mis. drainase, warna,
ukuran, bau)

Terapeutik
 Meminta pertolongan, jika
perlu

 Lakukan RICE (rest, ice


compression, elevation)
pada cedera otot ekstremitas

 Lakukan penghentian
perdarahan (mis.
penekanan, balut tekan,
pengaturan posisi)

 Bersihkan kulit dari racun


atau bahan kimia yang
menempel dengan sabun
dan air mengalir

 Lepaskan sengatan dari kulit

 Lepaskan gigitan serangga


dari kulit menggunakan
pinset atau alat yang sesuai

Edukasi
 Ajarkan teknik perawatan
luka

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat-obatan
(mis. antibiotic profilaksis, vaksin,
antihistamin, antiinflamasi, dan
analgetik), jika perlu
8. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Faktor Risiko: keperawatan selama ... x ... jam
 Ketidakmampuan diharapkan Status Nutrisi Observasi
menelan makanan Membaik dengan kriteria  Identifikasi status nutrisi
hasil :
 Ketidakmampuan  Identifikasi alergi dan
 Porsi makanan yang
mencerna intoleransi makanan
dihabiskan meningkat (5)
makanan
 Identifikasi makanan yang
 Kekuatan otot mengunyah
 Ketidakmampuan disukai
meningkat (5)
mengabsirpsi
 Identifikasi kebutuhan kalori
nutrient  Kekuatan otot menelan
dan jenis nutrient
 Peningkatan meningkat (5)  Identifikasi perlunya
kebutuhan penggunaan selang nasogastrik
 Berat badan membaik (5)
metabolism
 Monitor berat badan
 Nafsu makan membaik (5)
 Faktor ekonomi
 Monitor asupan mkanan
Membrane mukosa membaik
 Faktor psikologis
(5)  Monitor hasil pemeriksaan
Kondisi Klinis Terkait: laboratorium.
 Stroke
Terapeutik
 Parkinson  Lakukan oral hygene sebelum
makan, jika perlu
 Mobius syndrome
 Fasilitasi menentukan
 Cerebral palsy
pedoman diet
 Cleft lip
 Sajikan makanan secara

 Cleft palate menarik dan suhu yang sesuai

 Asymptropic  Berikan makanan tinggi serat

lateral sclerosis untuk mencegah konstipasi

 Kerusakan  Berikan makanan tinggi kalori

neuromuscular dan tinggi protein

 Luka bakar  Berikan suplemen makanan,


jika perlu
 Kanker
 Hentikan pemberian makanan
 Infeksi melalui selang nasogastric jika
asupan oral dapat ditoleransi
 Aids

Edukasi
 Penyakit crohn’s
 Anjurkan posisi duduk, jika
 Enterokolitis mampu
Fibrosis kistik  Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-
KR.

Depkes RI. 2007. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta

JNPK-KR.2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI, JHPIEGO

Prawirohardjo, Sarwono, 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBP
– SP.

Pusdiknakes. (2003). Asuhan Antenatal. Jakarta: Pusdiknakes.

Saifuddin. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI
Denpasar, September 2020
Mengetahui
Clinical Teacher / CT Mahasiswa

( ) ( )
NIP: NIM:

Anda mungkin juga menyukai